Muslimedianews.com ~ tad ane juga mau nanya, kalo merubah keyakinan yang sudah terpatri kuat sejak kecil karena doktrin dan pengaruh orang tua itukan susah akhirnya semua tergantung hidayah dari Allah, ada tidak nanti orang kafir yang berhujjah "saya tidak minta di lahirkan dari perut / keluarga orang kafir, dan kenapa saya tidak diberi hidayah". maaf inipun pertanyaan dari orang lain, mohon penjelasannya ustad syukron
Jawaban : Kasus semacam itu pernah disodorkan oleh Abul Hasan al-Asy'ari (perintis madzhab asya'irah) kepada gurunya Abu Hasyim al-Jubba'i seorg pemimpin mu'tazilah saat itu.
al-Asy'ari bekata, " Apakah menurutmu Allah wajib memperhatikan kebaikan dan hal yang lebih baik kpda hamba-Nya ?
al-Jubbai : ya.
al-Ays'ari : bagaimana pandanganmu tentang tiga bersaudara, yang A mukmin dan bertaqwa, yang B kafir dan yang C masih kecil. kemudian mereka smua mati, bagaimana keadaan mereka di akherat nanti ?
al-Jubbai menjawab : Yang A di surga, yang B di nerka dan yang C tidak di adzab dan tdk diberi pahala.
al-Asy'ari : Jika yang C berkata , " Wahai Tuhan, kenapa Engkau wafatkan aku mash kecil dan tidak engkau wafatkan aku dewasa shingga aku bisa taat padamu dan masuk ruga ?
al-Jubbai : " Tuhan akan menjawab, aku lebih tahu karena jika kamu besar, kamu akan bermaksiat padaku, dan kamu bisa masuk neraka, maka lebih maslahat kamu mati kecil ".
al-Asy'ari : jika yang B protes dan berkata " Wahai Tuhan sebagaimana engkau tahu keadaan anak kecil itu, maka Engkau pun pasti tahu keadaanku, kenapa Engkau tidak mewafatkan aku dalam keadaan masih kecil saja, sehingga aku tidak akan masuk neraka ?
Maka al-Jubbai terbungkam dan tdk bisa menjawab. disitulah penyebab Abul Hasan berpisah dr madzhab Mu'tazilah.
Faedah : Allah Ta'ala mengkhusukan orang yang dikehendakinya dengan rahmat-Nya, dan mengkhususkan orang lainnya yang dikhendakinya dengan adzabnya. Dan perbuatan Allah tidak bisa dikaitkan dengan suatu alasan apapun.
لايسئل عما يفعل وهو يسئلون
Jawaban : Kasus semacam itu pernah disodorkan oleh Abul Hasan al-Asy'ari (perintis madzhab asya'irah) kepada gurunya Abu Hasyim al-Jubba'i seorg pemimpin mu'tazilah saat itu.
al-Asy'ari bekata, " Apakah menurutmu Allah wajib memperhatikan kebaikan dan hal yang lebih baik kpda hamba-Nya ?
al-Jubbai : ya.
al-Ays'ari : bagaimana pandanganmu tentang tiga bersaudara, yang A mukmin dan bertaqwa, yang B kafir dan yang C masih kecil. kemudian mereka smua mati, bagaimana keadaan mereka di akherat nanti ?
al-Jubbai menjawab : Yang A di surga, yang B di nerka dan yang C tidak di adzab dan tdk diberi pahala.
al-Asy'ari : Jika yang C berkata , " Wahai Tuhan, kenapa Engkau wafatkan aku mash kecil dan tidak engkau wafatkan aku dewasa shingga aku bisa taat padamu dan masuk ruga ?
al-Jubbai : " Tuhan akan menjawab, aku lebih tahu karena jika kamu besar, kamu akan bermaksiat padaku, dan kamu bisa masuk neraka, maka lebih maslahat kamu mati kecil ".
al-Asy'ari : jika yang B protes dan berkata " Wahai Tuhan sebagaimana engkau tahu keadaan anak kecil itu, maka Engkau pun pasti tahu keadaanku, kenapa Engkau tidak mewafatkan aku dalam keadaan masih kecil saja, sehingga aku tidak akan masuk neraka ?
Maka al-Jubbai terbungkam dan tdk bisa menjawab. disitulah penyebab Abul Hasan berpisah dr madzhab Mu'tazilah.
Faedah : Allah Ta'ala mengkhusukan orang yang dikehendakinya dengan rahmat-Nya, dan mengkhususkan orang lainnya yang dikhendakinya dengan adzabnya. Dan perbuatan Allah tidak bisa dikaitkan dengan suatu alasan apapun.
لايسئل عما يفعل وهو يسئلون
Oleh : Ust. Ibnu Abdillah Al Katibi