Padang, Muslimedianews.com ~ Ketua Umum PBNU Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj mengajak umat Islam di Indonesia untuk menjalankan Islam yang rahmatan lil alamin yang santun untuk selalu menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Menurut dia, pada acara Hari Lahir (Harlah) NU ke-89 di Kota Padang, Kamis (29/1/2015) di Palanta Walikota Padang, NU sebelum kemerdekaan Indonesia diproklamirkan sudah mengeluarkan pernyataan bahwa yang diinginkan adalah negara kebangsaan bukan negara Islam.
Dikatakannya, tahun 1936 Muktamar NU di Banjarmasin sudah menyebutkan bahwa bentuk negara yang akan diwujudkan jika terbebas dari bangsa penjajah (Belanda), adalah negara kebangsaan. Keputusan para ulama yang tergabung di Nahdlatul Ulama tersebut semakin terbukti kebenarannya saat ini.
"Indonesia yang terdiri dari berbagai agama dan keyakinan, seribuan suku bangsa dan puluhan suku bangsa yang besarnya, sudah pasti tidak bisa mendirikan negara berdasarkan agama. Termasuk berdasarkan negara Islam. Jika negara Islam itu terwujud, tentu berbagai konflik tidak terhindarkan," kata Said.
Sebagai perbandingan, kata Said, negara Afghanistan yang 100 persen Islam penduduknya, ternyata tak pernah berhenti dari konflik dan peperangan. Somalia yang juga berpenduduk 100 persen Islam, juga mengalami nasib yang sama. Konflik bersenjata mengakibatkan ribuan orang dibunuh. "Kenapa itu terjadi? Karena mereka tidak mempunyai komitmen bertanah air. Mereka tak mampu menyatukan komitmen membela tanah airnya sendiri," kata Said.
Begitu pula di Irak, tambah Said, yang di masa pemerintahan Saddam Husein sekitar 30.000 orang mati dibunuh. Lalu pemerintahan Saddam Husein ditumbangkan AS. Ternyata tindakan pembunuhan pun malah makin banyak, mencapai angka 700.000 orang. Kini negara-negara di Timur Tengah terus ribut dan tidak mampu menahan diri dari tindakan konflik. Semuanya itu terjadi karena mereka tidak memiliki semangat menyelamatnya tanah airnya.
"Beruntung Indonesia yang merupakan negara kebangsaan. Walaupun ada konflik antar kelompok, seperti di Madura antara Syiah dengan Sunni, di Banten masalah Ahmadiyah, tapi tidak melebar ke mana-mana. Sehingga masalahnya bisa diselesaikan dan tidak menimbulkan korban jiwa yang banyak.
Kita bersyukur, kata Kiai Said, Islam yang berkembang di Indonesia bukan Islam yang radikal. Islam yang melalukan tindakan kekerasan untuk mencapai ambisinya. Ormas-ormas Islam besar yang ada di Indonesia, hingga kini tetap menjaga keutuhan NKRI.
Sebelumnya, turut memberikan sambutan Ketua Tanfizdiyah PCNU Padang Yultel Ardi, Tuanku Malin Sulaiman, Rais Syuriah PCNU Padang Sumardi Basyir, MA, Kepala Kanwil Kemenag Sumbar Syahrul Wirda dan Wakil Walikota Padang Emzalmi. (armaidi tanjung/abdulah alawi)
sumber nu.or.id
Menurut dia, pada acara Hari Lahir (Harlah) NU ke-89 di Kota Padang, Kamis (29/1/2015) di Palanta Walikota Padang, NU sebelum kemerdekaan Indonesia diproklamirkan sudah mengeluarkan pernyataan bahwa yang diinginkan adalah negara kebangsaan bukan negara Islam.
Dikatakannya, tahun 1936 Muktamar NU di Banjarmasin sudah menyebutkan bahwa bentuk negara yang akan diwujudkan jika terbebas dari bangsa penjajah (Belanda), adalah negara kebangsaan. Keputusan para ulama yang tergabung di Nahdlatul Ulama tersebut semakin terbukti kebenarannya saat ini.
"Indonesia yang terdiri dari berbagai agama dan keyakinan, seribuan suku bangsa dan puluhan suku bangsa yang besarnya, sudah pasti tidak bisa mendirikan negara berdasarkan agama. Termasuk berdasarkan negara Islam. Jika negara Islam itu terwujud, tentu berbagai konflik tidak terhindarkan," kata Said.
Sebagai perbandingan, kata Said, negara Afghanistan yang 100 persen Islam penduduknya, ternyata tak pernah berhenti dari konflik dan peperangan. Somalia yang juga berpenduduk 100 persen Islam, juga mengalami nasib yang sama. Konflik bersenjata mengakibatkan ribuan orang dibunuh. "Kenapa itu terjadi? Karena mereka tidak mempunyai komitmen bertanah air. Mereka tak mampu menyatukan komitmen membela tanah airnya sendiri," kata Said.
Begitu pula di Irak, tambah Said, yang di masa pemerintahan Saddam Husein sekitar 30.000 orang mati dibunuh. Lalu pemerintahan Saddam Husein ditumbangkan AS. Ternyata tindakan pembunuhan pun malah makin banyak, mencapai angka 700.000 orang. Kini negara-negara di Timur Tengah terus ribut dan tidak mampu menahan diri dari tindakan konflik. Semuanya itu terjadi karena mereka tidak memiliki semangat menyelamatnya tanah airnya.
"Beruntung Indonesia yang merupakan negara kebangsaan. Walaupun ada konflik antar kelompok, seperti di Madura antara Syiah dengan Sunni, di Banten masalah Ahmadiyah, tapi tidak melebar ke mana-mana. Sehingga masalahnya bisa diselesaikan dan tidak menimbulkan korban jiwa yang banyak.
Kita bersyukur, kata Kiai Said, Islam yang berkembang di Indonesia bukan Islam yang radikal. Islam yang melalukan tindakan kekerasan untuk mencapai ambisinya. Ormas-ormas Islam besar yang ada di Indonesia, hingga kini tetap menjaga keutuhan NKRI.
Sebelumnya, turut memberikan sambutan Ketua Tanfizdiyah PCNU Padang Yultel Ardi, Tuanku Malin Sulaiman, Rais Syuriah PCNU Padang Sumardi Basyir, MA, Kepala Kanwil Kemenag Sumbar Syahrul Wirda dan Wakil Walikota Padang Emzalmi. (armaidi tanjung/abdulah alawi)
sumber nu.or.id