Muslimedianews.com ~ Ceramah Maulid Nabi Saw. dari Prof. Dr. KH. Said Aqil Sirajj selaku Ketua Umum PBNU yang berlangsung di Pondok Pesantren Ahlus Shofa wal Wafa Sumo Ketawang Wono Ayu Sidoarjo Jawa Timur (Januari 2015) penting untuk di simak kaum Muslimin, khususnya warga Nahdliyyin.
Dalam rekaman ceramah yang di upload di Youtube (10/1/2015) https://www.youtube.com/watch?v=KcLdtRujRig tersebut, Kyai Said juga memaparkan memaparkan sejumlah lembaga/ponpes wahhabi di beberapa wilayah. Pemaparan tersebut ternyata membuat sejumlah pengikut wahhabi 'kebakaran jidat' maka seperti biasa muncullah tulisan di situs-situs Wahhabi yang berusaha membela diri.
Dalam mauidlatul hasanah-nya, Kyai Said menjelaskan sejarah perlawanan bangsa Indonesia sehingga ada hari Pahlawan. Menurutnya, hari Pahlawan Nasional itu hakikatnya adalah "Hari Pahlawan Nasional NU". Lebih lanjut, Kyai Said menjelaskan latar belakang sebutan negara Indonesia sebagai Darus Salam (Negara Damai) yang diberikan oleh ulama.
Berikut beberapa transkip yang menarik untuk dibaca..:
Ada (pula) Anshor naik ke atas atapnya Hotel Orien, sekarang (bernama) Hotel Majapahit (untuk) menurunkan bendera Belanda dan mengerek bendera Merah Putih, ditembaki tetapi selamat ...
Tiga pesawat tempur akan mengebom kota Surabaya, tetapi oleh Kyai Abbas Bunten Cirebon dilawan dan dijatuhkan, dengan biji tasbih. Ambil biji tasbih satu persatu, kebetulan ada yg mesinnya rusak, bahan bakarnya habis, awak pesawatnya mabuk, maka pesawat jatuh... Walhasil, Kyai Abbas Buntet, Kyai Wahhab (Hasbullah), Kyai Masykur (Malang) memimpin perang didepan. Jadi, Kyai itu bukan hanya pimpin Istighotsah tetapi juga pimpin perang.
Dan itulah tanggal 10 November terkenal dengan hari Pahlawan Nasional. Sebenarnya kalau terus terang, kalau di lanjutkan "Hari Pahlawan Nasional NU", harus ada NU-nya itu, karena yang perang semua orang NU, gak ada ormas lain, (termasuk) tentara Bung Tomo dari Surabaya, NU juga itu......
Sejak tahun '36, 9 tahun sebelum Merdeka, (pada) Muktamar NU di Banjarmasin memutuskan 'Kami menghendaki (negara) Darus Salam', negara Damai, bukan Darul Islam.
Jadi Nahdlatul Ulama, sejak dahulu (memutuskan) bahwa yang layak, yang pantas, yang pas untuk negara kita adalah negara nasional, negara kebangsaan, bukan negara Islam, bukan negara Katolik, bukan negara Hindu atau Buddha, bukan negara Konghuchu, Darmo Gandul, .... Kaharingan ..., dll, bukan, (tapi) negara Indonesia yang didalamnya (ada) sekian agama. Bukan pula negara Jawa, bukan negara Madura, bukan negara Sunda, bukan negara Melayu, Batak, Dayak, Ambon, Bugis, Banjar, Papua, (tapi) negara Indonesia yang didalamnya ada 1000 suku, yang besar (sekitar) 30 suku. Itulah yang dimaksud oleh ulama / kyai-kyai NU sebagai DARUSSALAM, bukan darul Islam, itu semenjak tahun '36, sembilan tahun sebelum merdeka.
Oleh karena itu, bagi Nahdlatul Ulama bahwa Indonesia negara kebangsaaan berdasarkan Pancasila, UUD '45, menghargai Bhineka Tungga Ika merupakan final, tidak bisa diganggu gugat.
... ini yang diancam oleh (teroris) bernama Abu Jandal (videonya di Youtube), nama lengkapnya Salim bin Mubarak At-Tamimi, ngancam panglima Muldoko, Kapolri, ngancam Banser (NU). .... artinya apa? Mereka (para teroris) itu pengkhianat bangsa. Bagi mereka (teroris), tidak pernah peduli, Indonesia bubar, Indonesia selamat, konflik, perang saudara, terpecah belah, gak peduli bagi mereka. Bagi mereka (yang penting teriak) "Allahu Akbar, Islam"...
Bagi kita tidak, bagi NU tidak, Islam kita amalkan, negara kita bela. Islam Ahlussunnah kita amalkan, keselamatan negara kita bela. Man Laysa Lahu Ardlun, Laysa Lahu Tariikh wa Man Laysa Lahu Tarikh, Laysa Lahu Dzakirah, barangsiapa tidak punya tanah air gak bakal punya sejarah, sejarah itu dibuat karena punya tanah air ... oleh karena itu kita akan mengukir sejarah diatas tanah air..., barangsiapa yang tidak punya sejarah akan terlupakan,...
Mengapa Rasulullah mati-matian pindah ke Kota Yatsrib (Madinah)? karena ingin punya tanah air. Kenapa kita masih mengingat (kerajaan) Majapahit, Pajajaran, Sriwijaya, karena mereka punya tanah air maka ada sejarahnya. Mengapa Qur'an masih cerita Fir'aun (meskipun negatif)? karena Fir'aun punya tanah air. Mengapa Yahudi mati-matian ingin merebut Palestin, dijadikan negara Israel? karena ingin punya tanah air. Oleh karena itu, tanah air harus kita jaga.
Bagi mereka yang ekstrim radikal (teroris) tadi, gak penting tanah air, mau bubar, mau konflik, mau berantakan, mau hilang Indonesia, yang penting (bagi mereka) Islam "Allahu Akbar (jihad)". Sedangkan bagi NU, tidak demikian. Bagi Nahdlatul Ulama, Islam di amalkan, dan tanah air dibela, di amankan.
...
Dalam rekaman ceramah yang di upload di Youtube (10/1/2015) https://www.youtube.com/watch?v=KcLdtRujRig tersebut, Kyai Said juga memaparkan memaparkan sejumlah lembaga/ponpes wahhabi di beberapa wilayah. Pemaparan tersebut ternyata membuat sejumlah pengikut wahhabi 'kebakaran jidat' maka seperti biasa muncullah tulisan di situs-situs Wahhabi yang berusaha membela diri.
Dalam mauidlatul hasanah-nya, Kyai Said menjelaskan sejarah perlawanan bangsa Indonesia sehingga ada hari Pahlawan. Menurutnya, hari Pahlawan Nasional itu hakikatnya adalah "Hari Pahlawan Nasional NU". Lebih lanjut, Kyai Said menjelaskan latar belakang sebutan negara Indonesia sebagai Darus Salam (Negara Damai) yang diberikan oleh ulama.
Berikut beberapa transkip yang menarik untuk dibaca..:
***
".... Resolusi Jihad Hasyim Asya'ari tanggal 20 Oktober, tanggal 10 November NICA datang, komandannya namanya Brigjend Mallaby dilawan oleh rakyat Sidoarjo, Pasuruan, Mojokerto dan sebagainya..... Brigjend Mallaby mati akibat bom. Siapa yang pasang Bom? Santri Tebuireng, namanya Harun... Ada (pula) Anshor naik ke atas atapnya Hotel Orien, sekarang (bernama) Hotel Majapahit (untuk) menurunkan bendera Belanda dan mengerek bendera Merah Putih, ditembaki tetapi selamat ...
Tiga pesawat tempur akan mengebom kota Surabaya, tetapi oleh Kyai Abbas Bunten Cirebon dilawan dan dijatuhkan, dengan biji tasbih. Ambil biji tasbih satu persatu, kebetulan ada yg mesinnya rusak, bahan bakarnya habis, awak pesawatnya mabuk, maka pesawat jatuh... Walhasil, Kyai Abbas Buntet, Kyai Wahhab (Hasbullah), Kyai Masykur (Malang) memimpin perang didepan. Jadi, Kyai itu bukan hanya pimpin Istighotsah tetapi juga pimpin perang.
Dan itulah tanggal 10 November terkenal dengan hari Pahlawan Nasional. Sebenarnya kalau terus terang, kalau di lanjutkan "Hari Pahlawan Nasional NU", harus ada NU-nya itu, karena yang perang semua orang NU, gak ada ormas lain, (termasuk) tentara Bung Tomo dari Surabaya, NU juga itu......
Sejak tahun '36, 9 tahun sebelum Merdeka, (pada) Muktamar NU di Banjarmasin memutuskan 'Kami menghendaki (negara) Darus Salam', negara Damai, bukan Darul Islam.
Jadi Nahdlatul Ulama, sejak dahulu (memutuskan) bahwa yang layak, yang pantas, yang pas untuk negara kita adalah negara nasional, negara kebangsaan, bukan negara Islam, bukan negara Katolik, bukan negara Hindu atau Buddha, bukan negara Konghuchu, Darmo Gandul, .... Kaharingan ..., dll, bukan, (tapi) negara Indonesia yang didalamnya (ada) sekian agama. Bukan pula negara Jawa, bukan negara Madura, bukan negara Sunda, bukan negara Melayu, Batak, Dayak, Ambon, Bugis, Banjar, Papua, (tapi) negara Indonesia yang didalamnya ada 1000 suku, yang besar (sekitar) 30 suku. Itulah yang dimaksud oleh ulama / kyai-kyai NU sebagai DARUSSALAM, bukan darul Islam, itu semenjak tahun '36, sembilan tahun sebelum merdeka.
Oleh karena itu, bagi Nahdlatul Ulama bahwa Indonesia negara kebangsaaan berdasarkan Pancasila, UUD '45, menghargai Bhineka Tungga Ika merupakan final, tidak bisa diganggu gugat.
... ini yang diancam oleh (teroris) bernama Abu Jandal (videonya di Youtube), nama lengkapnya Salim bin Mubarak At-Tamimi, ngancam panglima Muldoko, Kapolri, ngancam Banser (NU). .... artinya apa? Mereka (para teroris) itu pengkhianat bangsa. Bagi mereka (teroris), tidak pernah peduli, Indonesia bubar, Indonesia selamat, konflik, perang saudara, terpecah belah, gak peduli bagi mereka. Bagi mereka (yang penting teriak) "Allahu Akbar, Islam"...
Bagi kita tidak, bagi NU tidak, Islam kita amalkan, negara kita bela. Islam Ahlussunnah kita amalkan, keselamatan negara kita bela. Man Laysa Lahu Ardlun, Laysa Lahu Tariikh wa Man Laysa Lahu Tarikh, Laysa Lahu Dzakirah, barangsiapa tidak punya tanah air gak bakal punya sejarah, sejarah itu dibuat karena punya tanah air ... oleh karena itu kita akan mengukir sejarah diatas tanah air..., barangsiapa yang tidak punya sejarah akan terlupakan,...
Mengapa Rasulullah mati-matian pindah ke Kota Yatsrib (Madinah)? karena ingin punya tanah air. Kenapa kita masih mengingat (kerajaan) Majapahit, Pajajaran, Sriwijaya, karena mereka punya tanah air maka ada sejarahnya. Mengapa Qur'an masih cerita Fir'aun (meskipun negatif)? karena Fir'aun punya tanah air. Mengapa Yahudi mati-matian ingin merebut Palestin, dijadikan negara Israel? karena ingin punya tanah air. Oleh karena itu, tanah air harus kita jaga.
Bagi mereka yang ekstrim radikal (teroris) tadi, gak penting tanah air, mau bubar, mau konflik, mau berantakan, mau hilang Indonesia, yang penting (bagi mereka) Islam "Allahu Akbar (jihad)". Sedangkan bagi NU, tidak demikian. Bagi Nahdlatul Ulama, Islam di amalkan, dan tanah air dibela, di amankan.
...
***
Oleh : Ibnu L' Rabassa