Rembang, Muslimedianews.com ~ Fenomena adanya kelompok yang menamakan dirinya sebagai "NU GARIS LURUS" hendaknya tidak serta merta ditanggapi dengan cibiran dan apalagi kebencian, bagaimanapun juga kemunculan mereka tentu didasari atas berbagai pandangan yang mungkin menurut mereka NU (Nahdlatul Ulama) telah dibawa dan dimuati hal-hal yang telah melenceng dari Qonun Asasinya.
Salah satunya adalah tentang Madzhab, dimana NU merekomendasikan, melindungi, mengembangkan dan menghimbau agar warganya tidak keluar dari salah satu empat madzhab, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali, namun seperti telah menjadi rahasis umum, tiba tiba NU yang dalam hal ini terwakili oleh seseorang yang menduduki jabatan penting di dalamnya, tanpa tedeng aleng-aleng telah mbolo-mbolo Syi'ah, bahkan membela dan berkorban untuk Syi'ah.
Dan tentu kita semua sudah tahu, bahwa NU adalah satu-satunya ormas yang dengan terang-terangan sebagai pembela kaum Shufi. Dan Shufi identik dengan Syi'ah telah sangat lama dihembuskan oleh kaum Salafi Wahhabi. Dengan sikap mbolo-mbolonya kaum NU kepada kaum Syi'ah akan memperkuat kaum Salafi untuk lebih punya alasan menebarkan teror kepada NU, mungkin sudah terjadi, kini mereka akan lantang meneriakkan NU SAMA DENGAN SYI'AH YANG HALAL DARAHNYA.
Tetapi dengan tidak bermaksud membela atau merendahkan apa yang diperjuangkan oleh NU Garis Lurus, hendaknya isu yang dihembuskan janganlah menambah kaum Salafi lebih bersemangat untuk menyerang NU. Bagaimanapun juga, ketika misalnya NU telah dapat dihancurkan, target berikutnya adalah kalian sendiri (red. NU Garis Lurus), sebab dalam amaliyah kalian sendiri juga bercirikan NU, barzanji, bershufi, bermanaqib, bertahlil, dan lain-lain.
Dengan kata lain, perjuangan NU Garis Lurus sangat rentan disusupi agen-agen Salafi Wahhabi, dan setelah semuanya menjadi kocar kacir, bubarlah Indonesia Raya.
Tetaplah mengkritik NU atas dasar membangun, namun tak perlu menamakan diri dengan nama yang terkesan lebih lurus sendiri, apalagi sampai membentuk gerakan di luar organisasi NU, karena sebuah gerakan dibutuhkan dana, dan di dalam dana itulah nantinya jerat-jerat balas budi akan membanting semangat perjuangan membangun kalian.
Oleh: Gus Zaenal Ma'arif, Penulis Buku Secangkir Kopi untuk Indonesia.