Jakarta, Muslimedianews.com ~ Upaya perburuan kaki tangan kelompok radikal ISIS oleh Densus 88 Mabes Polri di Malang berlanjut. Kemarin (26/3/2015) sekitar pukul 10.00 WIB, Densus kembali menangkap Tanori (35), warga Jalan Terong RT 06/RW 03, Kelurahan Bumiayu, Kecamatan Kedungkandang.
Aksi ini melengkapi penangkapan tiga warga Malang yang diduga orang penting ISIS sebelumnya. Tanori diketahui berhubungan dengan Junaidi, terduga ISIS yang lebih dahulu dibekuk Densus 88. Tanori merupakan karyawan Junaidi yang bertugas menjualkan bakso buatannya. Dari penelusuran Densus 88, empat warga Malang yang sudah ditangkap mempunyai keterkaitan dengan salah seorang panglima ISIS, yakni Salim Mubarok Attamimi atau Abu Jandal.
Berdasar pengakuan sejumlah narasumber koran ini, Abu Jandal yang mendadak populer karena pernah menantang Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Polri, dan Banser melalui YouTube itu pernah beberapa tahun tinggal di Malang. Abu Jandal pernah mengontrak rumah di sekitar Jalan Parseh Jaya, Kelurahan Bumiayu. Nah, tempat ini satu kompleks dengan daerah tertangkapnya Junaedi pada Rabu (26/3/2015) lalu di rumah kontrakannya.
Taufiq (50), salah seorang tokoh agama di Jalan Parseh Jaya, menjelaskan, Abu Jandal memang pernah beberapa tahun mengontrak rumah di Jalan Parseh Jaya. ’’Dahulu namanya kita kenal Salim Al Mubaroq. Dia memang pernah tinggal di sini dan sekitar tiga tahun lalu sudah tidak ada,” katanya saat ditemui di rumahnya yang tidak jauh dengan kediaman Junaedi.
Sekitar tiga tahun lalu, menurut Taufiq, banyak warga Bumiayu yang diajak untuk berjihad dengan cara berperang ke Afghanistan. Karena waktu itu belum ada organisasi ISIS, Abu Jandal menamai gerakannya sebagai gerakan Salafi. ’’Saya juga pernah diajak berjihad, saya tolak dan saya jelaskan kalau perjuangan kita berbeda,” imbuh pria yang mengaku warga Nahdlatul Ulama (NU) ini.
Selain dirinya yang diajak berjihad, menurut dia, banyak warga Bumiayu yang diajak. Dia memperkirakan ada sepuluh orang yang pernah diajak berjihad. ’’Tetapi tak tahu ada yang berangkat atau tidak," tambah pria yang jarak antara rumahnya dengan Junaedi hanya sekitar setengah kilometer ini.
Terkait kedekatan Abu Jandal dengan Junaedi, Taufiq mengaku tidak mengetahui terlalu jauh. Hanya, menurut dia, pengusaha bakso ini sering bersama Abu Jandal. ’’Saya juga tidak tahu dia (Junaedi) pernah berangkat berperang atau tidak,” urainya.
Meski demikian, menurut Taufiq, Junaidi sekitar enam bulan lalu pernah menghilang enam bulan. Taufiq tidak mengetahui apakah Junaidi pernah ke Suriah sebagaimana isu yang beredar. ’’Tetapi memang sempat tidak ada enam bulan. Usaha baksonya yang menjalankan istrinya,” imbuhnya.
Sementara itu, 12 dari 16 warga negara Indonesia (WNI) yang diduga akan bergabung dengan kelompok radikal ISIS namun ditangkap pemerintah Turki akhirnya dideportasi. Mereka pulang dengan penerbangan komersial maskapai Turkish Airlines KT-006 dan tiba di Bandara Soekarno-Hatta tadi malam pukul 19.20 WIB.
Ketatnya penjagaan membuat kedatangan 12 WNI tersebut luput dari pantauan media. Pengamanan serba tertutup ini dilakukan karena delapan dari 12 WNI tersebut masih berstatus anak-anak. Menurut informasi salah seorang petugas bandara, 12 WNI itu sudah keluar dari bandara dengan dijemput minibus hitam dan dikawal dua motor patwal sekitar pukul 21.15. ’’Ya sudah keluar semua lewat landasan, lalu melalui kargo,” paparnya.
Menurut dia, ada dua perempuan yang mengenakan cadar. Yang satu terlihat sudah dewasa dan yang satu lagi perawakannya masih remaja. ’’Yang lainnya anak-anak kecil. Ada yang bermain handphone juga," papar sekuriti tersebut. Kemungkinan besar, 12 WNI ini dibawa menuju Mabes Polri untuk dimintai keterangan dan selanjutnya dikarantina. Sementara itu, tim koran ini yang menunggu di Mabes Polisi mendapati suasana sepi. Tidak ada penjagaan ketat dari korps baju cokelat tersebut. Hanya ada penjaga piket yang bertugas di pos jaga. Kondisi sama terlihat di Bareskrim. Kondisinya juga senyap.
Dari data yang dihimpun hingga pukul 23.00 WIB, polisi membawa ke-12 WNI itu ke dua tempat. Yakni di Mako Brimob yang terletak di Depok. Ada juga yang mengatakan mereka dibawa ke NTMC.
Jawa Pos (grup Radar Lampung) mencoba menghubungi Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Kombes Rikwanto. Pria yang dulunya menjabat Kabidhumas Polda Metro Jaya itu membalas dengan pesan singkat. ’’Tidak... Dibawa Densus... Tempatnya tidak diberi tahu,” ujarnya.
Menurut data yang dilansir Polri, 12 orang itu adalah Ririn Andrian Sawir (istri Achsanul Huda, terduga teroris yang diyakini tewas di Suriah) bersama tujuh anaknya. Sedangkan tujuh anaknya adalah Qorin Munadiyatul Haq, Nayla Syahidah, Jauza Firdaus Nuzula, Ikrimah Waliturohman, Alya Nur Islami, Agha Rustam Rohmatulloh, dan Abdurahman Umarov.
Lainnya adalah Tiara Nurmayanti Marlekan (istri M. Hidayah, terduga teroris yang tewas ditembak Densus di Tulungagung, Jawa Timur) dan anaknya Syifa Hidayah Kalashnikova. Lalu ada Muhammad Ihsan Rais (asal Ciamis) dan Aisyhanaz Yasmin (asal Bandung). Dengan kedatangan 12 WNI tadi malam, berarti ada empat WNI yang masih diperiksa otoritas Turki adalah Daeng Stanza (asal Ciamis, Jabar), istrinya Ifa Syarifah dan dua anaknya Ishaq dan Asiyah Mujahidah.
Polisi dikabarkan berencana melakukan program pembinaan deradikalisasi pada 12 orang itu-khususnya mereka yang dewasa-yang akan dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerjasama dengan Pemda dan ulama.
Makin banyaknya terduga anggota ISIS yang berhasil diringkus Polri, menyadarkan Polri tentang perlunya pemetaan atas sejumlah terduga anggota ISIS, siapa saja yang murni anggota ISIS dan siapa yang hanya ikut-ikutan. Pasalnya, diprediksi ada juga sejumlah orang yang terpaksa ikut karena adanya hubungan keluarga.
Kombes Rikwanto menjelaskan, dapat dipastikan tidak semuanya merupakan anggota ISIS atau terduga teroris. Hal ini diperlukan agar pendalaman kasus terduga ISIS bisa fokus. "Kami juga perlu memastikan semuanya," terangnya, kemarin.
Kalau untuk delapan anggota ISIS yang ditangkap Polri, sejauh ini diperlukan untuk mengembangkan siapa saja jaringan yang terlibat. "Kami berupaya mendapatkan informasi dari delapan orang ini, apakah ada orang lainnya yang terlibat," paparnya.
Informasi yang diterima Jawa Pos menyebutkan, tiga orang yang ditangkap di Malang merupakan orang yang pernah masuk wilayah ISIS. Mereka kembali ke Indonesia karena merasa kecewa di wilayah ISIS berbeda dengan yang diiming-imingkan. "Soal gaji dan lainnyalah, tapi kalau lima orang yang ditangkap di sekitar Jakarta merupakan perekrut ISIS. Ini kelompok yang berbeda dan belum pernah ke wilayah ISIS" paparnya.
Dikonfirmasi terkait hal tersebut, Rikwanto menjelaskan bahwa memang tiga orang yang ditangkap di Malang ini pernah ke wilayah ISIS. Namun, alasan kembali ke Indonesia belum diketahui, masih didalami. "Ya lihat nanti, setelah pemeriksaan selesai,” terangnya. (Radar Lampung)