Muslimedianews.com ~ Sebagian mungkin pernah melihat sebuah video, ada sebuah box berwarna kuning dipinggir jalan raya yang tingginya seukuran manusia, disalah satu sisinya ada sebuah lubang yang hanya muat kepala dan ada kalimat larangan "JANGAN DILIHAT KEDALAM LUBANG" dan "TIDAK BOLEH MELIHAT KEDALAM LUANG INI".
Bagi pengguna jalan, keberadaan box itu merupakan hal yang tidak biasa, sehingga mengundang rasa penasaran orang-orang untuk mengetahui isi daripada box tersebut, meskipun sudah tertera kalimat larangan, bahkan bukan hanya ada satu kalimat larangan, melainkan ada dua kalimat larangan. Dua kalimat larangan menandakan adanya penekanan bahwa hal itu sangat dilarang.
Tetapi justru hal itu, membuat pengguna jalan semakin penasaran. Tidak sedikit orang yang melintas didekatnya berupaya mengetahui isi daripada box tersebut dengan mengintip kedalam box melalui lubang yang sudah ada di box tersebut. Dan saat pengguna jalan berupa mengintip kedalam, dari arah dalam ada orang yang sudah siap melemparkan kue arah ke muka orang yang melihat kedalamnya.
Siapa yang salah?. Ini bukan persoalan salah atau tidak. Bukan soal lucu atau tidak lucu. Ada yang lebih lebih menarik untuk diambil hikmahnya. Pertama, bahwa adanya larangan ternyata merupakan ujian bagi keteguhan manusia. Apakah seseorang akan mematuhi larangan tersebut atau melanggar larangan tersebut dengan berbagai alasan, baik karena keingin tahuan (rasa penasaran) dan sebagainya.
Setiap pelanggaran terhadap larangan tentu ada konsekuensinya.
Kedua, rasa penasaran merupakan salah satu tabi'at manusia. Tabi'at manusia ini membuat mereka selalu ingin tahu terhadap sesuatu yang dianggap asing, aneh atau tidak lumrah bagi mereka. Ketika ada larangan terhadap mereka maka mereka ingin tahu alasan ada larangan tersebut, dan semakin dilarang, rasa penasaran mereka semakin bertambah pula. Ini bagian darpada godaan bagi mereka.
Berkaitan dengan hal tersebut, ada baiknya menyimak sebuah larangan yang didalam Al-Qur'an surah Al-A'raf ayat 19 dan 20, yang mana Allah SWT berfirman :
وَيَاآدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ فَكُلَا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ (19) فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ (20)
19. (Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim."
20. Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)".
Didalam Ihya' Ulumuddin, Imam Al-Ghazali menyebutkan sebuah riwayat sebagai berikut:
لو منع الناس عن فت البعر لفتوه وقالوا ما نهينا عنه إلا وفيه شيء
“Seandainya manusia dilarang untuk mencabik-cabik kotoran hewan maka mereka akan mencabik-cabiknya, dan mereka berkata: Kita tidak dilarang mencabik-cabiknnya kecuali pasti ada sesuatu di dalamnya”
Al-Mulla 'Ali al-Qari berkaitan dengan riwayat tersebut, menyebutkan didalam al-Asrar al-Marfu'ah sebagai berikut :
386 - حَدِيثُ
لَوْ مُنِعَ النَّاسُ عَنْ فَتِّ الْبَعْرِ لَفَتُّوهُ وَقَالُوا مَا نُهِينَا عَنْهُ إِلَّا وَفِيهِ شَيْءٌ //
ذَكَرَهُ فِي الْإِحْيَاءِ وَقَالَ الْعِرَاقِيُّ لَمْ أَجِدْهُ
قُلْتُ وَيُؤْخَذُ مَعْنَاهُ مِنْ قَوْلِهِ تَعَالَى {وَلَا تقربا هَذِه الشَّجَرَة} وَقَوْلِ الشَّيْطَانِ {مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الخالدين} //
"Hadits : ... disebutkan didalam al-Ihya', Imam al-Iraqi berkata: "Aku tidak menemukan hadits tersebut". Aku (al-Qari) berkata: Makna hadits ini diambil daripada firman Allaah SWT : "an janganlah kamu berdua mendekati pohon ini", dan setan menggoda mereka "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)".
Senada dengan kejadian tersebut, didalam Al-Mu'jam al-Kabiir, Imam Ath-Thabrani menyebutkan:
عَنْ عَبْدَةَ السُّوَائِيِّ قَالَ: لَغَطَ قَوْمٌ قُرْبَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ بَعْضُ أَصْحَابِهِ: يَا رَسُولَ اللهِ، لَوْ بُعِثْتَ إِلَى هَؤُلَاءِ بَعْضَ مَنْ يَنْهَاهُمْ عَنْ هَذَا، فَقَالَ: «لَوْ بُعِثْتُ إِلَيْهِمْ فَنَهَيْتُهُمْ أَنْ يَأْتُوا الْحَجُونَ لَأَتَاهُ بَعْضُهُمْ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ بِهِ حَاجَةٌ»
dari ‘Abdah As-Suwaiy ia berkata: Beberapa orang membuat keributan di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beberapa sahabat berkata: Ya Rasulallah, andai engkau mengutus kepada mereka beberapa orang untuk melarang mereka dari keributan ini? Maka beliau bersabda: “Andai aku mengutus kepada mereka, kemudian aku melarang mereka untuk mendatangi gunung Al-Hajuun maka sebagian mereka pasti akan mendatanginya sekalipun mereka tidak ada keperluan untuk ke sana”.
Imam Ibnu Hajar al-Haitsami didalam Majma' Az-Zawaid wa Manbaul Fawaid mengatakan bahwa perawi hadits diatas adalah shahih.
824 - وَعَنْ عَبْدَةَ السُّوَائِيِّ قَالَ: «لَغَطَ قَوْمٌ قُرْبَ النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَقَالَ أَصْحَابُهُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَوْ بَعَثْتَ إِلَى هَؤُلَاءِ بَعْضَ مَنْ يَنْهَاهُمْ عَنْ هَذَا، فَقَالَ: "لَوْ بَعَثْتُ إِلَيْهِمْ فَنَهَيْتُهُمْ أَنْ يَأْتُوا الْحَجُونَ لَأَتَاهُ بَعْضُهُمْ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ بِهِ حَاجَةٌ» .
رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ، وَرِجَالُهُ رِجَالُ الصَّحِيحِ.
".. Imam Ath-Thabarani meriwayatkan hadits tersebut, dan perawi adalah perawi yang shahih".
Itulah mungkin yang sudah menjadi tabi'at manusia, sekaligus ujian bagi mereka.
Wallahu A'lam
Bagi pengguna jalan, keberadaan box itu merupakan hal yang tidak biasa, sehingga mengundang rasa penasaran orang-orang untuk mengetahui isi daripada box tersebut, meskipun sudah tertera kalimat larangan, bahkan bukan hanya ada satu kalimat larangan, melainkan ada dua kalimat larangan. Dua kalimat larangan menandakan adanya penekanan bahwa hal itu sangat dilarang.
Tetapi justru hal itu, membuat pengguna jalan semakin penasaran. Tidak sedikit orang yang melintas didekatnya berupaya mengetahui isi daripada box tersebut dengan mengintip kedalam box melalui lubang yang sudah ada di box tersebut. Dan saat pengguna jalan berupa mengintip kedalam, dari arah dalam ada orang yang sudah siap melemparkan kue arah ke muka orang yang melihat kedalamnya.
Siapa yang salah?. Ini bukan persoalan salah atau tidak. Bukan soal lucu atau tidak lucu. Ada yang lebih lebih menarik untuk diambil hikmahnya. Pertama, bahwa adanya larangan ternyata merupakan ujian bagi keteguhan manusia. Apakah seseorang akan mematuhi larangan tersebut atau melanggar larangan tersebut dengan berbagai alasan, baik karena keingin tahuan (rasa penasaran) dan sebagainya.
Setiap pelanggaran terhadap larangan tentu ada konsekuensinya.
Kedua, rasa penasaran merupakan salah satu tabi'at manusia. Tabi'at manusia ini membuat mereka selalu ingin tahu terhadap sesuatu yang dianggap asing, aneh atau tidak lumrah bagi mereka. Ketika ada larangan terhadap mereka maka mereka ingin tahu alasan ada larangan tersebut, dan semakin dilarang, rasa penasaran mereka semakin bertambah pula. Ini bagian darpada godaan bagi mereka.
Berkaitan dengan hal tersebut, ada baiknya menyimak sebuah larangan yang didalam Al-Qur'an surah Al-A'raf ayat 19 dan 20, yang mana Allah SWT berfirman :
وَيَاآدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ فَكُلَا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ (19) فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ (20)
19. (Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim."
20. Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)".
Didalam Ihya' Ulumuddin, Imam Al-Ghazali menyebutkan sebuah riwayat sebagai berikut:
لو منع الناس عن فت البعر لفتوه وقالوا ما نهينا عنه إلا وفيه شيء
“Seandainya manusia dilarang untuk mencabik-cabik kotoran hewan maka mereka akan mencabik-cabiknya, dan mereka berkata: Kita tidak dilarang mencabik-cabiknnya kecuali pasti ada sesuatu di dalamnya”
Al-Mulla 'Ali al-Qari berkaitan dengan riwayat tersebut, menyebutkan didalam al-Asrar al-Marfu'ah sebagai berikut :
386 - حَدِيثُ
لَوْ مُنِعَ النَّاسُ عَنْ فَتِّ الْبَعْرِ لَفَتُّوهُ وَقَالُوا مَا نُهِينَا عَنْهُ إِلَّا وَفِيهِ شَيْءٌ //
ذَكَرَهُ فِي الْإِحْيَاءِ وَقَالَ الْعِرَاقِيُّ لَمْ أَجِدْهُ
قُلْتُ وَيُؤْخَذُ مَعْنَاهُ مِنْ قَوْلِهِ تَعَالَى {وَلَا تقربا هَذِه الشَّجَرَة} وَقَوْلِ الشَّيْطَانِ {مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الخالدين} //
"Hadits : ... disebutkan didalam al-Ihya', Imam al-Iraqi berkata: "Aku tidak menemukan hadits tersebut". Aku (al-Qari) berkata: Makna hadits ini diambil daripada firman Allaah SWT : "an janganlah kamu berdua mendekati pohon ini", dan setan menggoda mereka "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)".
Senada dengan kejadian tersebut, didalam Al-Mu'jam al-Kabiir, Imam Ath-Thabrani menyebutkan:
عَنْ عَبْدَةَ السُّوَائِيِّ قَالَ: لَغَطَ قَوْمٌ قُرْبَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ بَعْضُ أَصْحَابِهِ: يَا رَسُولَ اللهِ، لَوْ بُعِثْتَ إِلَى هَؤُلَاءِ بَعْضَ مَنْ يَنْهَاهُمْ عَنْ هَذَا، فَقَالَ: «لَوْ بُعِثْتُ إِلَيْهِمْ فَنَهَيْتُهُمْ أَنْ يَأْتُوا الْحَجُونَ لَأَتَاهُ بَعْضُهُمْ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ بِهِ حَاجَةٌ»
dari ‘Abdah As-Suwaiy ia berkata: Beberapa orang membuat keributan di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beberapa sahabat berkata: Ya Rasulallah, andai engkau mengutus kepada mereka beberapa orang untuk melarang mereka dari keributan ini? Maka beliau bersabda: “Andai aku mengutus kepada mereka, kemudian aku melarang mereka untuk mendatangi gunung Al-Hajuun maka sebagian mereka pasti akan mendatanginya sekalipun mereka tidak ada keperluan untuk ke sana”.
Imam Ibnu Hajar al-Haitsami didalam Majma' Az-Zawaid wa Manbaul Fawaid mengatakan bahwa perawi hadits diatas adalah shahih.
824 - وَعَنْ عَبْدَةَ السُّوَائِيِّ قَالَ: «لَغَطَ قَوْمٌ قُرْبَ النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَقَالَ أَصْحَابُهُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَوْ بَعَثْتَ إِلَى هَؤُلَاءِ بَعْضَ مَنْ يَنْهَاهُمْ عَنْ هَذَا، فَقَالَ: "لَوْ بَعَثْتُ إِلَيْهِمْ فَنَهَيْتُهُمْ أَنْ يَأْتُوا الْحَجُونَ لَأَتَاهُ بَعْضُهُمْ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ بِهِ حَاجَةٌ» .
رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ، وَرِجَالُهُ رِجَالُ الصَّحِيحِ.
".. Imam Ath-Thabarani meriwayatkan hadits tersebut, dan perawi adalah perawi yang shahih".
Itulah mungkin yang sudah menjadi tabi'at manusia, sekaligus ujian bagi mereka.
Wallahu A'lam
Oleh : Ibnu L' Rabassa
Screenshot video https://www.youtube.com/watch?v=2xaXstD8q7Q