Muslimedianews.com ~ Jelang Muktamar NU 33 Jombang; Isu-isu sampah bertaburan kemana-mana yang semuanya menyudutkan Ketum PBNU dan kepengurusan sekarang. Antara lain:
1) Pembentukan Korwil menggantikan PWNU
2) Penghilangan Katib Syuriah dan A'wan
3) Tuduhan sebagai penganut Syiah
4) Kaderisasi stagnan
5) Politisasi organisasi
6) Pemaksaan Konsep Ahlu Halli Wal Aqdi
Klarifikasi sederhana saja dari kacamata awam saya.
Ide pembentukan Korwil sama sekali bukan berasal dari Ketum PBNU. Tapi diusulkan oleh kelompok yang justru hari ini menyerang Ketum PBNU
Penghilangan Katib Syuriah dan A'wan itu sengaja dimunculkan untuk memprovokasi pemilih suara agar menolak konsep Ahlu wal Aqdi yang dianggap menjegal Salah seorang Rois Syuriah yang getol mencalonkan diri menjadi rois am mendatang
Tuduhan Syiah samasekali basi karena sudah selesai dan diklarifikasi berpuluh tahun lalu. Yang aneh tuduhan Syiah tidak dihembuskan kepada mantan Ketum PBNU yang sangat mesra dengan para Ayatullah Iran di ICIS yang alamatnya memakai PBNU juga.
Kaderisasi stagnan dan manajemen amburadul justru patut dipertanyakan karena wilayah kaderisasi sudah ditugaskan kepada yang lain. Memandang manajemen organisasi lemah itu sangat lucu karena kehadiran si Pengkritik dan Penyerang Ketum PBNU sangat jarang sekali. Bagaimana mau menilai wong dianya sendiri tidak pernah ada.
Politisasi organisasi juga tidak pernah dilakukan. Ketum PBNU selalu menegaskan warga NU bebas dalam berpolitik tidak ada paksaan. Politiknya yang dipilih adalag politik kebangsaan sebagaimana wasiat Mbah Sahal. Silahkan bandingkan dengan periode sebelumnya yang nyata-nyata menjadikan NU sebagai alat berpolitik
Konsep Ahlu Halli Wal Aqdi merupakan konsep Islam yang bercirikan musyawarah mufakat yang diajarkan oleh Para Sahabat ketika memilih seorang pemimpin. Ia samasekali tidak menyalahi aturan dan tradisi NU selama ini. Konsep ini jauh lebih bermanfaat dibanding Voting terbuka, terlebih untuk memilih Rois Am yang menjadi Jimat Nahdlatul Ulama.
Bagi siapa saja yang terus menerus menyerang membabi buta; mari kita kembalikan pada suatu kenyataan bahwa Menang dan kalah sudah ada taqdir yang mengaturnya. Tidak perlu menjelekkan pihak yang tidak disukai; karena bisa jadi kejelekan kita jauh lebih banyak dibanding orang yang kita jelek jelekan.
Mari kita kembalikan marwah dan martabat Nahdlatul Ulama seperti yang tercantum dalam Khutbah Iftitah Rois Akbar Mbah Hasyim Asy'ari.
2) Penghilangan Katib Syuriah dan A'wan
3) Tuduhan sebagai penganut Syiah
4) Kaderisasi stagnan
5) Politisasi organisasi
6) Pemaksaan Konsep Ahlu Halli Wal Aqdi
Klarifikasi sederhana saja dari kacamata awam saya.
Ide pembentukan Korwil sama sekali bukan berasal dari Ketum PBNU. Tapi diusulkan oleh kelompok yang justru hari ini menyerang Ketum PBNU
Penghilangan Katib Syuriah dan A'wan itu sengaja dimunculkan untuk memprovokasi pemilih suara agar menolak konsep Ahlu wal Aqdi yang dianggap menjegal Salah seorang Rois Syuriah yang getol mencalonkan diri menjadi rois am mendatang
Tuduhan Syiah samasekali basi karena sudah selesai dan diklarifikasi berpuluh tahun lalu. Yang aneh tuduhan Syiah tidak dihembuskan kepada mantan Ketum PBNU yang sangat mesra dengan para Ayatullah Iran di ICIS yang alamatnya memakai PBNU juga.
Kaderisasi stagnan dan manajemen amburadul justru patut dipertanyakan karena wilayah kaderisasi sudah ditugaskan kepada yang lain. Memandang manajemen organisasi lemah itu sangat lucu karena kehadiran si Pengkritik dan Penyerang Ketum PBNU sangat jarang sekali. Bagaimana mau menilai wong dianya sendiri tidak pernah ada.
Politisasi organisasi juga tidak pernah dilakukan. Ketum PBNU selalu menegaskan warga NU bebas dalam berpolitik tidak ada paksaan. Politiknya yang dipilih adalag politik kebangsaan sebagaimana wasiat Mbah Sahal. Silahkan bandingkan dengan periode sebelumnya yang nyata-nyata menjadikan NU sebagai alat berpolitik
Konsep Ahlu Halli Wal Aqdi merupakan konsep Islam yang bercirikan musyawarah mufakat yang diajarkan oleh Para Sahabat ketika memilih seorang pemimpin. Ia samasekali tidak menyalahi aturan dan tradisi NU selama ini. Konsep ini jauh lebih bermanfaat dibanding Voting terbuka, terlebih untuk memilih Rois Am yang menjadi Jimat Nahdlatul Ulama.
Bagi siapa saja yang terus menerus menyerang membabi buta; mari kita kembalikan pada suatu kenyataan bahwa Menang dan kalah sudah ada taqdir yang mengaturnya. Tidak perlu menjelekkan pihak yang tidak disukai; karena bisa jadi kejelekan kita jauh lebih banyak dibanding orang yang kita jelek jelekan.
Mari kita kembalikan marwah dan martabat Nahdlatul Ulama seperti yang tercantum dalam Khutbah Iftitah Rois Akbar Mbah Hasyim Asy'ari.
Oleh : Juaidi Mahbub