Muslimedianes.com ~ Penggagas pemikiran dan gerakan Civic Islam, Faiz Manshur berpendapat, saat ini banyak orang Islam yang cupet dalam menilai sesuatu. Setiap sedikit padangan yang berbeda, langsung ditarik pada kesimpulan klaimer dengan isme-isme tertentu. Misalnya seseorang berpikir open dan berbeda pendapat dengan kelompok lain, ia akan segera mendapat penganut liberalism, berpaham sekularisme, dan lain sebagainya.
“Ini gejala cupetisme dalam menilai. Saya memikirkan kenapa ini terjadi. Penyebabnya memang bervariasi. Bisa karena terbawa arus pola-pikir dari teman-teman terdekatnya, minim literatur, mudah percaya pada penceramah kalangan harakah, atau bisa pula karena lebih bermain pada rasa sentiment dan tidak membuka wawasan,” ujarnya kepada Muslimedia, Sabtu, 29 Mei 2015 sesaat presentasi gagasan Civic-Islam di Ciganitri Bandung.
Menurut Faiz Manshur, kebanyakan pelontar-pelontar takfiri (mudah mengkafirkan orang) itu cukup aneh karena muncul dari kalangan kelas ekonomi menengah seperti karyawan dan lulusan sekolah tinggi. Mereka tergolong kaum berpendidikan, tetapi dalam urusan sudut pandang sering mengabaikan pertimbangan rasional. Bahkan mereka tak bisa memilih bacaan yang akurat sehingga menyukai postingan-postingan media propagandis yang tak jarang menaburkan fitnah.
“Pengaruh ideologisme sangat kuat. Islam tergesa-gesa dipahami sebagai isme, bukan sebagai ruang keilmuan sehingga banyak yang tidak memahami Islam tetapi langsung berdakwah. Ini juga akibat salah didikan dari gerakan-gerakan harakah yang mengajarkan pengertian dakwah secara sempit sebagai sosialisasi pemikiran dari organisasinya. Padahal kita tahu, dakwah memiliki banyak dimensi, dan yang terpenting adalah etika memahami sudut pandang yang lain,” paparnya.
Lebih dari itu, Faiz menilai, kecenderungan orang Islam menjadikan ideologi tanpa sikap kritis bisa berakibat fatal karena dimensi keilmuan kemudian hilang diganti dengan pemahaman dan perilaku yang sektarian, anti perbedaan dan cenderung menjadi demagog. (Satar-Sakri)
red. Ibnu L' Rabassa
“Ini gejala cupetisme dalam menilai. Saya memikirkan kenapa ini terjadi. Penyebabnya memang bervariasi. Bisa karena terbawa arus pola-pikir dari teman-teman terdekatnya, minim literatur, mudah percaya pada penceramah kalangan harakah, atau bisa pula karena lebih bermain pada rasa sentiment dan tidak membuka wawasan,” ujarnya kepada Muslimedia, Sabtu, 29 Mei 2015 sesaat presentasi gagasan Civic-Islam di Ciganitri Bandung.
Menurut Faiz Manshur, kebanyakan pelontar-pelontar takfiri (mudah mengkafirkan orang) itu cukup aneh karena muncul dari kalangan kelas ekonomi menengah seperti karyawan dan lulusan sekolah tinggi. Mereka tergolong kaum berpendidikan, tetapi dalam urusan sudut pandang sering mengabaikan pertimbangan rasional. Bahkan mereka tak bisa memilih bacaan yang akurat sehingga menyukai postingan-postingan media propagandis yang tak jarang menaburkan fitnah.
“Pengaruh ideologisme sangat kuat. Islam tergesa-gesa dipahami sebagai isme, bukan sebagai ruang keilmuan sehingga banyak yang tidak memahami Islam tetapi langsung berdakwah. Ini juga akibat salah didikan dari gerakan-gerakan harakah yang mengajarkan pengertian dakwah secara sempit sebagai sosialisasi pemikiran dari organisasinya. Padahal kita tahu, dakwah memiliki banyak dimensi, dan yang terpenting adalah etika memahami sudut pandang yang lain,” paparnya.
Lebih dari itu, Faiz menilai, kecenderungan orang Islam menjadikan ideologi tanpa sikap kritis bisa berakibat fatal karena dimensi keilmuan kemudian hilang diganti dengan pemahaman dan perilaku yang sektarian, anti perbedaan dan cenderung menjadi demagog. (Satar-Sakri)
red. Ibnu L' Rabassa