Muslimedianews.com ~ Konflik Sunni dan Syiah di Timur Tengah bukan disebabkan oleh perbedaan pandangan dalam beragama, tapi karena kepentingan politik kelompok tertentu yang dibalut dengan nama agama.
Hal itu disampaikan oleh salah satu tokoh Syiah asal Iraq, Sayid Izzuddin al-Hakim, dalam kunjungannya kepada Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah di Kantor PWNU Jateng Jl Dr Cipto 180, Jumat (5/6) sore.
Sayid Izzuddin datang ke Indonesia bertujuan untuk menjelaskan fakta konflik Sunni dan Syiah yang sebenarnya. “Belakangan banyak umat Islam salah paham terhadap ajaran Syiah lantaran pemberitaan yang lebih menyudutkan Syiah, dan kerap mengada-ada,” terangnya.
Dikatakan, di negara tempat tinggalnya, kehidupan Sunni dan Syiah mulanya rukun dan saling membaur, tanpa ada kecurigaan di antara keduanya. Namun setelah ada yang menariknya ke dalam kepentingan politik, muslim Sunni menganggap Syiah sebagai biang kekacauan. “Di Iraq, orang Sunni banyak yang menikah dengan orang Syiah, di antara mereka saling tolong menolong, membaur jadi satu dalam bermasyarakat. Namun setelah ditarik ke dalam arena politik, seakan-akan konfliknya karena perbedaan pandangan dalam beragama, padahal itu murni politik,” paparnya.
Karenanya, Sayid Izzuddin meminta kepada masyarakat muslim Indonesia supaya dalam memahami Syiah jangan mengandalkan informasi dari media massa atau buku-buku yang ditulis ratusan tahun silam, tapi harus berinteraksi secara langsung. “Di media atau buku-buku itu beda dengan kenyataannya. Jadi, kalau ingin tahu Syiah harus melihat kenyataan (fil waqi’), bukan dalam buku-buku masa lalu,” pesannya.
Menanggapi penjelasan dari tokoh Syiah Iraq, Sekretaris PWNU Jateng Dr KH Mohammad Arja Imrani, mengatakan, konflik Sunni dan Syiah di Indonesia juga memiliki faktor yang sama, yaitu kepentingan politik. “Di Indonesia juga sama, bahkan kalau di sini, seperti di Madura, itu sebenarnya kepentingan ekonomi, malah lebih bersifat personal,” katanya.
Keturunan nabi Muhammad (ahlul bait) itu datang dari Iraq bertiga. Dua lainnya, Sayid Muhammad al-Hakim dan Syaikh Ridlo az-Zubaidi, dengan ditemani Dewan Syuro Ahlul Bait Indonesia Ustadz Miqdad Turkan, Lc, dan Dewan Pengurus Wilayah Ahlul Bait Jawa Tengah, Ahmad Mudjahid MS.
Hadir dalam acara ini, Rais Syuriah PWNU Jateng KH Ubaidulloh Shodaqoh, Ketua PWNU Jateng Drs KH Abu Hapsin, Ph.D, Sekretaris PWNU Jateng Dr KH Mohammad Arja Imrani, Sekretaris Pengurus Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PW ISNU) Jateng Dr Fakhrudin Aziz, dan beberapa pengurus Lembaga dan Banom NU lainnya. [AR/002]
sumber nujateng
*Foto: Ulama Syiah Iraq bersama Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, Jumat (5/6). [Foto: Ceprudin]
Hal itu disampaikan oleh salah satu tokoh Syiah asal Iraq, Sayid Izzuddin al-Hakim, dalam kunjungannya kepada Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah di Kantor PWNU Jateng Jl Dr Cipto 180, Jumat (5/6) sore.
Sayid Izzuddin datang ke Indonesia bertujuan untuk menjelaskan fakta konflik Sunni dan Syiah yang sebenarnya. “Belakangan banyak umat Islam salah paham terhadap ajaran Syiah lantaran pemberitaan yang lebih menyudutkan Syiah, dan kerap mengada-ada,” terangnya.
Dikatakan, di negara tempat tinggalnya, kehidupan Sunni dan Syiah mulanya rukun dan saling membaur, tanpa ada kecurigaan di antara keduanya. Namun setelah ada yang menariknya ke dalam kepentingan politik, muslim Sunni menganggap Syiah sebagai biang kekacauan. “Di Iraq, orang Sunni banyak yang menikah dengan orang Syiah, di antara mereka saling tolong menolong, membaur jadi satu dalam bermasyarakat. Namun setelah ditarik ke dalam arena politik, seakan-akan konfliknya karena perbedaan pandangan dalam beragama, padahal itu murni politik,” paparnya.
Karenanya, Sayid Izzuddin meminta kepada masyarakat muslim Indonesia supaya dalam memahami Syiah jangan mengandalkan informasi dari media massa atau buku-buku yang ditulis ratusan tahun silam, tapi harus berinteraksi secara langsung. “Di media atau buku-buku itu beda dengan kenyataannya. Jadi, kalau ingin tahu Syiah harus melihat kenyataan (fil waqi’), bukan dalam buku-buku masa lalu,” pesannya.
Menanggapi penjelasan dari tokoh Syiah Iraq, Sekretaris PWNU Jateng Dr KH Mohammad Arja Imrani, mengatakan, konflik Sunni dan Syiah di Indonesia juga memiliki faktor yang sama, yaitu kepentingan politik. “Di Indonesia juga sama, bahkan kalau di sini, seperti di Madura, itu sebenarnya kepentingan ekonomi, malah lebih bersifat personal,” katanya.
Keturunan nabi Muhammad (ahlul bait) itu datang dari Iraq bertiga. Dua lainnya, Sayid Muhammad al-Hakim dan Syaikh Ridlo az-Zubaidi, dengan ditemani Dewan Syuro Ahlul Bait Indonesia Ustadz Miqdad Turkan, Lc, dan Dewan Pengurus Wilayah Ahlul Bait Jawa Tengah, Ahmad Mudjahid MS.
Hadir dalam acara ini, Rais Syuriah PWNU Jateng KH Ubaidulloh Shodaqoh, Ketua PWNU Jateng Drs KH Abu Hapsin, Ph.D, Sekretaris PWNU Jateng Dr KH Mohammad Arja Imrani, Sekretaris Pengurus Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PW ISNU) Jateng Dr Fakhrudin Aziz, dan beberapa pengurus Lembaga dan Banom NU lainnya. [AR/002]
sumber nujateng
*Foto: Ulama Syiah Iraq bersama Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, Jumat (5/6). [Foto: Ceprudin]