Muslimedianews.com ~ Hikma Center for Dialogue and Cooperation (HCDC), sebuah lembaga berbasis di Irak yang aktif dalam dialog dan perdamaian, melakukan kunjungan kepada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam), Kementerian Agama RI, di Jakarta, Senin (01/06). Rombongan yang dipimpin oleh Sayyid Izzuddin al-Hakim itu beranggotakan Sayyid Ibrahim al-Hakim dan Sayyid Ridha Zubaidi asal Irak, didampingi Hussein Shahab dan Ahmad Hidayat dari lembaga Ahlul Bait Indonesia (ABI).
Rombongan diterima oleh Dirjen Bimas Islam, Machasin, didampingi Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Mukhtar Ali, serta sejumlah pejabat eselon III dan IV di lingkungan Ditjen Bimas Islam.
Dalam pengantarnya, Machasin menggambarkan secara singkat profil demografis Indonesia termasuk keragamaan agama dan madzhab yang dianut oleh masyarakat Indonesia sebagai Negara Muslim terbesar di dunia.
Sementara itu, Sayyid Izzuddin al-Hakim mengaku perlu banyak belajar kepada Indonesia bagaimana mengelola kerukunan di dalam perbedaan. Menurutnya, konflik seringkali terjadi di Timur Tengah hanya disebabkan oleh perbedaan madzhab. Indonesia adalah Negara yang tepat karena dipandang sebagai Negara yang merepresentasikan kerukunan sekalipun warganegaranya terdiri dari berbagai macam madzhab dan agama.
Secara khusus, Machasin mengatakan bahwa Indonesia memiliki lima dasar yang disepakati bersama dalam bernegara yang disebut dengan Pancasila. Dasar Negara yang memiliki falsafah "Bhinneka Tunggal Ika" inilah yang dipahami masyarakat Indonesia sehingga dapat tetap bersatu di dalam perbedaan. (ska/foto:bimasislam)
sumber bimasislam kemenag
Rombongan diterima oleh Dirjen Bimas Islam, Machasin, didampingi Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Mukhtar Ali, serta sejumlah pejabat eselon III dan IV di lingkungan Ditjen Bimas Islam.
Dalam pengantarnya, Machasin menggambarkan secara singkat profil demografis Indonesia termasuk keragamaan agama dan madzhab yang dianut oleh masyarakat Indonesia sebagai Negara Muslim terbesar di dunia.
Sementara itu, Sayyid Izzuddin al-Hakim mengaku perlu banyak belajar kepada Indonesia bagaimana mengelola kerukunan di dalam perbedaan. Menurutnya, konflik seringkali terjadi di Timur Tengah hanya disebabkan oleh perbedaan madzhab. Indonesia adalah Negara yang tepat karena dipandang sebagai Negara yang merepresentasikan kerukunan sekalipun warganegaranya terdiri dari berbagai macam madzhab dan agama.
Secara khusus, Machasin mengatakan bahwa Indonesia memiliki lima dasar yang disepakati bersama dalam bernegara yang disebut dengan Pancasila. Dasar Negara yang memiliki falsafah "Bhinneka Tunggal Ika" inilah yang dipahami masyarakat Indonesia sehingga dapat tetap bersatu di dalam perbedaan. (ska/foto:bimasislam)
sumber bimasislam kemenag