Muslimedianews.com ~ Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia yang dalam beberapa hal kerap berbeda pandangan. Namun sebetulnya kedua organisasi ini dinilai memiliki tujuan yang searah.
Hal itu terlihat dalam diskusi bertajuk 'Islam, Modernitas dan Keindonesiaan' yang digelar oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS). Sebagai pembicara dalam acara ini adalah Hajriyanto Tohari dari kalangan Muhammadiyah dan Akhmad Sahal dari kalangan NU. Sementara Hanif Dhakiri yang kini menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan berasal dari kalangan NU, didapuk sebagai moderator.
Muhammadiyah yang menggaungkan slogan Islam berkemajuan, sementara NU dengan Islam Nusantara-nya, dianggap sebagai dua sisi yang berbeda dari mata uang yang sama. Kedua organisasi ini hanya menggunakan alat ukur yang berbeda namun tujuannya searah. Muhammadiyah untuk kemajuan, sementara NU untuk kemaslahatan (kesejahteraan) umat.
"Islam nusantara merupakan kontekstualisasi perubahan tempat. Sedangkan Islam berkemajuan menggunakan kontekstualisasi perubahan waktu. Islam nusantara dan Islam berkemajuan adalah respon yang sama," kata Akhmad Sahal dalam diskusi di CSIS, Jl Tanah Abang III, Jakarta Pusat, Jumat (21/8/2015).
"Justru Islam Nusantara dan berkemajuan adalah menerapkan Islam secara menyeluruh," imbuhnya.
Senada dengan Sahal, Hajriyanto menyebut bahwa Muhammadiyah juga menanamkan nilai-nilai nasionalisme yang kuat. Dalam Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar kemarin, bukan Islam berkemajuan yang ditanamkan kepada para kader, melainkan Indonesia berkemajuan.
"Bagi Muhammadiyah, Indonesia berkemajuan memiliki basis ideologi dan basis konstitusi yang kuat. Dan bagi Muhammadiyah, itu sesuatu yang sungguh-sungguh mewujudkan," ujar Hajriyanto.
Hajri kemudian bercerita tentang tokoh-tokoh kemerdekaan yang berasal dari kalangan Muhammadiyah. Kemudian tentang kepeloporan pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan dalam menyadarkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang terjajah untuk bergerak.
"Dalam pandangan Muhammadiyah, Indonesia berkemajuan memiliki akar. Islam berkemajuan merupakan aktualisasi dari cita-cita proklamasi," tuturnya.
sumber detik
Hal itu terlihat dalam diskusi bertajuk 'Islam, Modernitas dan Keindonesiaan' yang digelar oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS). Sebagai pembicara dalam acara ini adalah Hajriyanto Tohari dari kalangan Muhammadiyah dan Akhmad Sahal dari kalangan NU. Sementara Hanif Dhakiri yang kini menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan berasal dari kalangan NU, didapuk sebagai moderator.
Muhammadiyah yang menggaungkan slogan Islam berkemajuan, sementara NU dengan Islam Nusantara-nya, dianggap sebagai dua sisi yang berbeda dari mata uang yang sama. Kedua organisasi ini hanya menggunakan alat ukur yang berbeda namun tujuannya searah. Muhammadiyah untuk kemajuan, sementara NU untuk kemaslahatan (kesejahteraan) umat.
"Islam nusantara merupakan kontekstualisasi perubahan tempat. Sedangkan Islam berkemajuan menggunakan kontekstualisasi perubahan waktu. Islam nusantara dan Islam berkemajuan adalah respon yang sama," kata Akhmad Sahal dalam diskusi di CSIS, Jl Tanah Abang III, Jakarta Pusat, Jumat (21/8/2015).
"Justru Islam Nusantara dan berkemajuan adalah menerapkan Islam secara menyeluruh," imbuhnya.
Senada dengan Sahal, Hajriyanto menyebut bahwa Muhammadiyah juga menanamkan nilai-nilai nasionalisme yang kuat. Dalam Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar kemarin, bukan Islam berkemajuan yang ditanamkan kepada para kader, melainkan Indonesia berkemajuan.
"Bagi Muhammadiyah, Indonesia berkemajuan memiliki basis ideologi dan basis konstitusi yang kuat. Dan bagi Muhammadiyah, itu sesuatu yang sungguh-sungguh mewujudkan," ujar Hajriyanto.
Hajri kemudian bercerita tentang tokoh-tokoh kemerdekaan yang berasal dari kalangan Muhammadiyah. Kemudian tentang kepeloporan pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan dalam menyadarkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang terjajah untuk bergerak.
"Dalam pandangan Muhammadiyah, Indonesia berkemajuan memiliki akar. Islam berkemajuan merupakan aktualisasi dari cita-cita proklamasi," tuturnya.
sumber detik