Muslimedianews.com ~ Moderat, secara mudah (maknanya) adalah sikap tengah-tengah, tidak terlalu miring ke kanan, dan tidak terlalu miring kekiri; diantara dua kutub, kutub ekstrim kanan dan kutub ektrim kiri. Dalam bahasa arab, sikapnya disebut dengan tawasuth, sedangkan sifatnya disebut al-wasathi atau al-wasathiyah.
Ahlussunnah wal Jama'ah sebagai ajaran Islam murni yang dibawa oleh Nabi Saw senantiasa dikawal dengan moderasi ini. Memang, kalau merujuk kepada al-Qur'an dan al-Hadits, tidak ditemukan istilah "al-Islam al-Wasathi / Islam yang moderat", tetapi bila diramu dari berbagai dalil, baik al-Qur'an maupun Hadits, dapat diambil kesimpulan bahwa semua aspek dalam agama Islam berkarakter moderat (tawasuth).
Dalil yang sering digunakan adalah surah al-Baqarah ayat 143 : وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً bila diartikan secara leterleks "Dan demikianlah kami jadikan kalian (wahai umat Muhammad) umat yang wasath", yang diposisikan tengah-tengah, kalau ditafsirnya memang diartikan sebagai umat yang adil, karena memang adil itu identik dengan poros tengah yang tidak memihak kekanan dan tidak memihak kekiri.
Wasath, bila dimaknai dari tataran yang tidak ilmiah, ternyata tempat kelahiran Nabi Muhammad Saw pun secara geografis posisinya berada ditengah, Makkah pun dibuktikan oleh ilmuan sebagai pusat bumi. Dari segi budaya, saat kemunculan Islam jaziarah arab berada diantara poros materialistik dan dengan timur yang mistis. Bahkan yang lebih menakjubkan lagi, ayat yang membicarakan tentang umat Islam sebagai "ummatan wasathan" itu ada diayat 143, berada ditengah-tengah dari ayat surah al Baqarah yang berjumlah 286 ayat.
Aswaja Berada Diposisi Moderat
Yang harus dipahami, bahwa Ahlussunnah wal Jama'aha adalah islam murni yang dibawa oleh Rasulullah Saw., makanya tidak ada pendiri Ahlussunnah wal Jama'ah tapi yang dikenal adalah perumus kembali yang dikenal sebagai Imam Ahlussunnah waljama'ah ; Imam Abul Hasan Al Asy'ari. Ia dikenal sebagai perumus kembali Ahlussunnah wal Jama'ah, bukan pendiri.
Bila melihat kronologis bagaimana istilah Ahlussunnah wal Jama'ah ini muncul dan dirumuskan kembali, Imam al-Asy'ari adalah jalan keluar antara rasionalis esktrim Muktazilah (sangat mengandalkan aqal) sebagai ekstrim kiri dan ekstrim kanan seperti Imam Ahmad bin Hanbal, seorang ahli hadits yang sangat literalis tekstualis. Maka keduanya ini dipadukan oleh Imam Abul Hasan Al Asy'ari sehingga muncullah istilah Ahlussunnah wal Jama'ah, namun saat itu belum menjelma menjadi suatu madzhab.
Imam Abul Hasan Al Asy'ari menggunakan rasio tetapi ketika rasio sudah tidak mampu memaknai teks, maka tunduk pada teks (dalil naqli). Rasionalitas digunakan untuk menterjemahkan/menafsirkan teks, bukan untuk mempertanyakan. Ini bedanya dengan rasionalis ekstrim dari kalangan Muktazilah.
Sikap Ahlussunnah Waljama'ah yang moderat inilah yang merupakan Islam murni. Sehingga Islam murni yang dibawa oleh Rasulullah Saw ini bisa hidup disegala zaman dan disegala tempat.
Ahlussunnah wal Jama'ah sebagai ajaran Islam murni yang dibawa oleh Nabi Saw senantiasa dikawal dengan moderasi ini. Memang, kalau merujuk kepada al-Qur'an dan al-Hadits, tidak ditemukan istilah "al-Islam al-Wasathi / Islam yang moderat", tetapi bila diramu dari berbagai dalil, baik al-Qur'an maupun Hadits, dapat diambil kesimpulan bahwa semua aspek dalam agama Islam berkarakter moderat (tawasuth).
Dalil yang sering digunakan adalah surah al-Baqarah ayat 143 : وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً bila diartikan secara leterleks "Dan demikianlah kami jadikan kalian (wahai umat Muhammad) umat yang wasath", yang diposisikan tengah-tengah, kalau ditafsirnya memang diartikan sebagai umat yang adil, karena memang adil itu identik dengan poros tengah yang tidak memihak kekanan dan tidak memihak kekiri.
Wasath, bila dimaknai dari tataran yang tidak ilmiah, ternyata tempat kelahiran Nabi Muhammad Saw pun secara geografis posisinya berada ditengah, Makkah pun dibuktikan oleh ilmuan sebagai pusat bumi. Dari segi budaya, saat kemunculan Islam jaziarah arab berada diantara poros materialistik dan dengan timur yang mistis. Bahkan yang lebih menakjubkan lagi, ayat yang membicarakan tentang umat Islam sebagai "ummatan wasathan" itu ada diayat 143, berada ditengah-tengah dari ayat surah al Baqarah yang berjumlah 286 ayat.
Aswaja Berada Diposisi Moderat
Yang harus dipahami, bahwa Ahlussunnah wal Jama'aha adalah islam murni yang dibawa oleh Rasulullah Saw., makanya tidak ada pendiri Ahlussunnah wal Jama'ah tapi yang dikenal adalah perumus kembali yang dikenal sebagai Imam Ahlussunnah waljama'ah ; Imam Abul Hasan Al Asy'ari. Ia dikenal sebagai perumus kembali Ahlussunnah wal Jama'ah, bukan pendiri.
Bila melihat kronologis bagaimana istilah Ahlussunnah wal Jama'ah ini muncul dan dirumuskan kembali, Imam al-Asy'ari adalah jalan keluar antara rasionalis esktrim Muktazilah (sangat mengandalkan aqal) sebagai ekstrim kiri dan ekstrim kanan seperti Imam Ahmad bin Hanbal, seorang ahli hadits yang sangat literalis tekstualis. Maka keduanya ini dipadukan oleh Imam Abul Hasan Al Asy'ari sehingga muncullah istilah Ahlussunnah wal Jama'ah, namun saat itu belum menjelma menjadi suatu madzhab.
Imam Abul Hasan Al Asy'ari menggunakan rasio tetapi ketika rasio sudah tidak mampu memaknai teks, maka tunduk pada teks (dalil naqli). Rasionalitas digunakan untuk menterjemahkan/menafsirkan teks, bukan untuk mempertanyakan. Ini bedanya dengan rasionalis ekstrim dari kalangan Muktazilah.
Sikap Ahlussunnah Waljama'ah yang moderat inilah yang merupakan Islam murni. Sehingga Islam murni yang dibawa oleh Rasulullah Saw ini bisa hidup disegala zaman dan disegala tempat.
Oleh : Ibnu EL Rabassa
Disarikan dari pemaparan Ust. Faris Khoirul Anam di program Hujjah Aswaja TV9 (2/5/2014)