Muslimedianews.com, Rembang~ Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTM-NU) Cabang Rembang, menduga ada sebagian masjid di Kabupaten Rembang, yang menjadi tempat pengembangan Islam garis keras. Hal itu dikatakan ketua LTM-NU Cabang Rembang Atho'illah Muslim. Senin (14/4). Untuk itu, para tokoh agama harus semakin mendekati dan meningkatkan perhatian pada umat.
Sejauh ini, pihaknya masih melakukan pengamatan bagi sejumlah masjid yang disinyalir menjadi pusat aliran garis keras. Sejauh ini aktifitas mereka dinilai belum mengganggu kondusifitas masyarakat setempat.
Dalam segi jumlah masjid yang menurutnya terkontaminasi Islam aliran garis keras, pihaknya menyebut tidak terlalu banyak, tetapi ia berharap para ustadz dan para tokoh agama setempat mulai memperhatikan masyarakatnya.
Jika kondisi masyarakat, dibiarkan terlalu lama, bukan tidak mungkin mereka akan mengubah pola fikir masyarakat untuk bertindak radikal, sebagaimana yang terjadi di kota-kota lain.
Mengenai penyebab ketertarikan masyarakat untuk mengikuti aliran seperti itu, menurut Atho' disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya, kurangnya perhatian dari kalangan tokoh agama setempat sehingga wilayah itu menjadi lahan dakwah kelompok radikal, serta pondasi agama yang kurang dan membuat pengetahuan masyarakat kurang dalam memahami agama, dan lemahnya kalangan ekonomi masyarakat yang membuat mereka ikut-ikutan karena mendapatkan sesuatu (materi).
Kondisi seperti itu, seharusnya bisa diminimalisir oleh para tokoh agama setempat, dengan rutin mengadakan pengajian, sebagai pondasi dan pembekalan masyarakat yang minim pengetahuan keagamaan.
Atho' jiga menyebut, kebanyakan kalangan mahasiswa yang studi di luar kota, yang paling rentan tercemar pola fikirnya. Pasalnya menurut dia, pendidikan agama sekolah formal, dinilai belum mampu memberikan pembekalan sebagai pondasi untuk membentengi mereka. Jika tidak ditambah dengan sekolah non formal seperti madrasah diniyah dan pesantren.
Pihaknya menghimbau, agar pengelola masjid sering menghidupkan kegiatan di dalam masjid, serta menata manajemen masjid agar berfungsi secara optimal, dan penataan kondisi masjid agar tetap nyaman bagi para umat yang hendak beribadah. (ahmad asmu'i/mukafi niam)
Sumber : nu.ro.id
Sejauh ini, pihaknya masih melakukan pengamatan bagi sejumlah masjid yang disinyalir menjadi pusat aliran garis keras. Sejauh ini aktifitas mereka dinilai belum mengganggu kondusifitas masyarakat setempat.
Dalam segi jumlah masjid yang menurutnya terkontaminasi Islam aliran garis keras, pihaknya menyebut tidak terlalu banyak, tetapi ia berharap para ustadz dan para tokoh agama setempat mulai memperhatikan masyarakatnya.
Jika kondisi masyarakat, dibiarkan terlalu lama, bukan tidak mungkin mereka akan mengubah pola fikir masyarakat untuk bertindak radikal, sebagaimana yang terjadi di kota-kota lain.
Mengenai penyebab ketertarikan masyarakat untuk mengikuti aliran seperti itu, menurut Atho' disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya, kurangnya perhatian dari kalangan tokoh agama setempat sehingga wilayah itu menjadi lahan dakwah kelompok radikal, serta pondasi agama yang kurang dan membuat pengetahuan masyarakat kurang dalam memahami agama, dan lemahnya kalangan ekonomi masyarakat yang membuat mereka ikut-ikutan karena mendapatkan sesuatu (materi).
Kondisi seperti itu, seharusnya bisa diminimalisir oleh para tokoh agama setempat, dengan rutin mengadakan pengajian, sebagai pondasi dan pembekalan masyarakat yang minim pengetahuan keagamaan.
Atho' jiga menyebut, kebanyakan kalangan mahasiswa yang studi di luar kota, yang paling rentan tercemar pola fikirnya. Pasalnya menurut dia, pendidikan agama sekolah formal, dinilai belum mampu memberikan pembekalan sebagai pondasi untuk membentengi mereka. Jika tidak ditambah dengan sekolah non formal seperti madrasah diniyah dan pesantren.
Pihaknya menghimbau, agar pengelola masjid sering menghidupkan kegiatan di dalam masjid, serta menata manajemen masjid agar berfungsi secara optimal, dan penataan kondisi masjid agar tetap nyaman bagi para umat yang hendak beribadah. (ahmad asmu'i/mukafi niam)
Sumber : nu.ro.id