Muslimedianews.com ~ Sejumlah analis senior di media-media Mesir seakan sepakat bahwa yang menghancurkan Ikhwanul Muslimin (IM) adalah para kadernya sendiri. Tawaran rekonsiliasi nasional yang digagas oleh Al-Azhar, bahkan Salafi yang merupakan kolega terdekatnya, ditolak oleh kader-kader IM.
Penolakan ini lebih merupakan hasil dari provokasi para pembesarnya daripada hasil olah logika. Namun, tidak semua kader bersikap seperti itu, sebagian kecil kader yang menyempal dan membentuk kubu sendiri dengan nama 'al-Ikhwan bila 'Unf' (Ikhwan Anti Anarkisme) justru menyetujui ide rekonsiliasi tersebut.
Menurut mereka, hal itu demi eksistensi IM di kancah politik Mesir di masa depan. Dengan rekonsiliasi itu, IM hanya akan mengorbankan segelintir petingginya yang memang terjerat kasus hukum pidana, tapi kader-kader muda terbaik itu bisa jadi tidak akan menjadi korban bentrok IM vs Militer.
Bagaimana dengan PKS?.... Kapasitas kader-kadernya tidak jauh berbeda dari yang dimiliki IM. Mayoritas di dalamnya adalah orang-orang yang berlatar-belakang pendidikan umum yang semangat beragama, tapi bukan ahli agama.
Saya teringat data yang pernah diungkap oleh al-Marhumah Bu Yoyo Yusro salah seorang petinggi PKS dan anggota DPR RI, saat berkunjung ke Mesir beberapa tahun lalu. Menurut data DPP PKS, kader yang memiliki kapasitas ilmu agama hanya 4%. Wow, jumlah yang mengerikan bagi kelompok yang meneriakkan 'khilafah'--meski secara sembunyi-sembunyi-- berdiri di bumi ini. Dari 4% belum tentu semuanya semangat untuk mengkaji ilmu-ilmu agama.
Data itu hanya dihasilkan dari data lahiriyah dimana kader-kader mengenyam pendidikan. Saya sempat mengatakan kepada salah seorang'ustad'PKS di Mesir ini, "Sebaiknya kader-kader PKS di Mesir ini sibuk datang ke pengajian-pengajian para ulama, daripada sibuk mengatur siasat untuk menguasai PPMI, kekeluargaan, LSM, dan lain sebagainya. Karena Anda ini mengklaim sebagai partai dakwah, maka harus berbeda kualitas ilmu keagamaannya dari yang lain."
Kader-kader IM yang ngotot berdemo akhirnya mengakibatkan IM dihabisi oleh militer yang mendapatkan mandat dari rakyat. Eksistensi IM terancam hilang dari peredaran.
Sementara itu, kader-kader PKS yang gemar mengomentari kelompok-kelompok lain, menyebarkan hal-hal buruk tentang partai lain, melakukan serangan verbal secara masif kepada kubu lain, dan menyebarkan berita-berita hoax, secara tidak langsung akan memunculkan kubu tandingan yang tanpa komando dan koordinasi akan menyerang balik PKS.
Para ruhut sitompul --begitu saya membahasakan kader-kader PKS yang banyak bermanuver-- harus diredam dalam tubuh PKS, jika tidak ingin mengalami nasib politik seperti IM. Mungkin PKS akan bisa besar, tapi dengan sikap seperti saat ini, mereka akan mudah untuk dihabisi oleh pihak keamanan.
Semuanya belum terlambat, harapan itu masih ada.
Penolakan ini lebih merupakan hasil dari provokasi para pembesarnya daripada hasil olah logika. Namun, tidak semua kader bersikap seperti itu, sebagian kecil kader yang menyempal dan membentuk kubu sendiri dengan nama 'al-Ikhwan bila 'Unf' (Ikhwan Anti Anarkisme) justru menyetujui ide rekonsiliasi tersebut.
Menurut mereka, hal itu demi eksistensi IM di kancah politik Mesir di masa depan. Dengan rekonsiliasi itu, IM hanya akan mengorbankan segelintir petingginya yang memang terjerat kasus hukum pidana, tapi kader-kader muda terbaik itu bisa jadi tidak akan menjadi korban bentrok IM vs Militer.
Bagaimana dengan PKS?.... Kapasitas kader-kadernya tidak jauh berbeda dari yang dimiliki IM. Mayoritas di dalamnya adalah orang-orang yang berlatar-belakang pendidikan umum yang semangat beragama, tapi bukan ahli agama.
Saya teringat data yang pernah diungkap oleh al-Marhumah Bu Yoyo Yusro salah seorang petinggi PKS dan anggota DPR RI, saat berkunjung ke Mesir beberapa tahun lalu. Menurut data DPP PKS, kader yang memiliki kapasitas ilmu agama hanya 4%. Wow, jumlah yang mengerikan bagi kelompok yang meneriakkan 'khilafah'--meski secara sembunyi-sembunyi-- berdiri di bumi ini. Dari 4% belum tentu semuanya semangat untuk mengkaji ilmu-ilmu agama.
Data itu hanya dihasilkan dari data lahiriyah dimana kader-kader mengenyam pendidikan. Saya sempat mengatakan kepada salah seorang'ustad'PKS di Mesir ini, "Sebaiknya kader-kader PKS di Mesir ini sibuk datang ke pengajian-pengajian para ulama, daripada sibuk mengatur siasat untuk menguasai PPMI, kekeluargaan, LSM, dan lain sebagainya. Karena Anda ini mengklaim sebagai partai dakwah, maka harus berbeda kualitas ilmu keagamaannya dari yang lain."
Kader-kader IM yang ngotot berdemo akhirnya mengakibatkan IM dihabisi oleh militer yang mendapatkan mandat dari rakyat. Eksistensi IM terancam hilang dari peredaran.
Sementara itu, kader-kader PKS yang gemar mengomentari kelompok-kelompok lain, menyebarkan hal-hal buruk tentang partai lain, melakukan serangan verbal secara masif kepada kubu lain, dan menyebarkan berita-berita hoax, secara tidak langsung akan memunculkan kubu tandingan yang tanpa komando dan koordinasi akan menyerang balik PKS.
Para ruhut sitompul --begitu saya membahasakan kader-kader PKS yang banyak bermanuver-- harus diredam dalam tubuh PKS, jika tidak ingin mengalami nasib politik seperti IM. Mungkin PKS akan bisa besar, tapi dengan sikap seperti saat ini, mereka akan mudah untuk dihabisi oleh pihak keamanan.
Semuanya belum terlambat, harapan itu masih ada.
Oleh : Ust Muhammad Hidayatullah