Muslimedianews.com, Jombang ~ Aswaja NU Center Jombang bekerja sama dengan Lakpesdam NU Jombang dan MWCNU Jogoroto menyelenggarakan Pendidikan Kader Ahlussunnah wal Jama’ah , Ahad (8/6/2014), di kantor MWCNU Jogoroto, Jombang, Jawa Timur.
Kegiatan bulanan ini menampilkan tiga materi. Materi pertama tentang istilah, akidah, dan tokoh Ahlussunnah, yang disampaikan Ustadz Abdul Majid, divisi kajian Aswaja NU Center Jombang. Materi kedua, tentang perencanaan kegiatan kepengurusan tingkat ranting yang disampaikan Hasbiyallah D. Darajat, ketua Lakpesdam NU Jombang. Dan materi ketiga, tentang ke-NU-an, yang disampaikan Ustadz Syamsul Rijal, wakil sekretaris PCNU Jombang.
“Mencintai NU itu tidak hanya senang melaksanakan amaliyah aswaja, tetapi juga mencintai organisasinya, lahir batin, menjadi NU yang sungguhan,” ujar Syamsul Rijal di hadapan peserta pendidikan kader. Mereka adalah perwakilan IPNU, IPPNU, GP Ansor, Fatayat NU, Muslimat NU dari seluruh ranting di wilayah MWCNU Jogoroto.
Pria asal Banyuwangi ini mengaku sangat berharap proses kaderisasi berjalan baik. Syamsul mengatakan, PCNU Jombang saat ini sedang mengagendakan pendampingan dan penguatan MWCNU dan Pengurus Ranting. Hal ini dimaksudkan agar terjadi sinergi kelembagaan. “Kita harus bangga dengan NU, dan jangan ada saling menafikan peran yang lain, kita bersama-sama,” katanya.
Sementara itu, Ustadz Abdul Majid pada kesempatan tersebut menyampaikan bahwa menurut Abd al-Qahir al-Baghdadi dalam kitabnya al-Farq Bayn al-Firaq, Ahlussunnah wal Jama’ah terdiri atas delapan kelompok: mutakallimun, atau ahli ilmu tawhid, ahli fiqh aliran al-ra’y dan al-hadis, ahli hadis, ahli ilmu bahasa, ahli qira’at dan tafsir, ahli tasawwuf, para mujahidin, dan masyarakat awam yang mengikut pegangan Ahlussunnah wal Jama’ah.
Lebih lanjut, ustadz yang telah menghafal 14 kitab ini mengemukakan bahwa para imam madzhab empat, seluruhnya masuk pada tiga abad pertama, atau dikenal sebagai kurun ulama salaf yang dikatakan nabi sebagai kurun terbaik.
“Khoirul quruni qorni, tsummalladzina yalunahum, tsummalladzina yalunahum, sebaik –baik abad atau kurun itu adalah kurunku (masa nabi dan para sahabat), kemudian abad berikutnya (masa tabiin), kemudian abad berikutnya (tabiit tabiin)”
“Jadi, para ulama anutan kita itu sudah jelas sebagai ulama dalam kurun terbaik, jadi jangan ragu,” jelasnya.
Hasbiyallah, ketua Lakpesdam, menekankan tentang pentingnya para kader dan pengurus ranting yang terdiri dari IPNU IPPNU, Fatayat NU, Muslimat NU, agar punya analisis tentang potensi wilayah masing-masing sehingga bisa dirumuskan kegiatannya.
Acara yang dimoderatori Agus Sulaimin, aktivis IPNU Jombang ini berlangsung hingga pukul 13.00 WIB ini, dibuka oleh Ketua Tanfidziyah MWCNU Jogoroto Kiai Sholihun, dan ditutup Ketua Tanfidziyah PCNU Jombang Dr KH Isrofil Amar. Tampak hadir Katib Syuriyah MWCNU Jogoroto Kiai Muhsin Jaelani, Ketua Aswaja NU Center Jombang Yusuf Suharto, dan Syamsul Maarif, pengurus Aswaja NU Center.
Kiai Isrofil dalam penutupan mengharapkan agar kegiatan di NU berjalan disiplin waktu, sebagaimana ajaran shalat berjamaah. Dikatakan juga bahwa tujuan NU itu berislam ala Ahlussunah wal Jamaah dan kegiatan di NU itu terbilang ibadah.
“Di NU itu tujuannya itu ibadah. Dengan niat yang lurus. Semoga kita diparingi ikhlas lan seneng NU. Ajaran kiai itu tidak ngawur, semua ada dalilnya,” pungkasnya. (Fajar Ardana/Mahbib)
Sumber : nu.or.id
Kegiatan bulanan ini menampilkan tiga materi. Materi pertama tentang istilah, akidah, dan tokoh Ahlussunnah, yang disampaikan Ustadz Abdul Majid, divisi kajian Aswaja NU Center Jombang. Materi kedua, tentang perencanaan kegiatan kepengurusan tingkat ranting yang disampaikan Hasbiyallah D. Darajat, ketua Lakpesdam NU Jombang. Dan materi ketiga, tentang ke-NU-an, yang disampaikan Ustadz Syamsul Rijal, wakil sekretaris PCNU Jombang.
“Mencintai NU itu tidak hanya senang melaksanakan amaliyah aswaja, tetapi juga mencintai organisasinya, lahir batin, menjadi NU yang sungguhan,” ujar Syamsul Rijal di hadapan peserta pendidikan kader. Mereka adalah perwakilan IPNU, IPPNU, GP Ansor, Fatayat NU, Muslimat NU dari seluruh ranting di wilayah MWCNU Jogoroto.
Pria asal Banyuwangi ini mengaku sangat berharap proses kaderisasi berjalan baik. Syamsul mengatakan, PCNU Jombang saat ini sedang mengagendakan pendampingan dan penguatan MWCNU dan Pengurus Ranting. Hal ini dimaksudkan agar terjadi sinergi kelembagaan. “Kita harus bangga dengan NU, dan jangan ada saling menafikan peran yang lain, kita bersama-sama,” katanya.
Sementara itu, Ustadz Abdul Majid pada kesempatan tersebut menyampaikan bahwa menurut Abd al-Qahir al-Baghdadi dalam kitabnya al-Farq Bayn al-Firaq, Ahlussunnah wal Jama’ah terdiri atas delapan kelompok: mutakallimun, atau ahli ilmu tawhid, ahli fiqh aliran al-ra’y dan al-hadis, ahli hadis, ahli ilmu bahasa, ahli qira’at dan tafsir, ahli tasawwuf, para mujahidin, dan masyarakat awam yang mengikut pegangan Ahlussunnah wal Jama’ah.
Lebih lanjut, ustadz yang telah menghafal 14 kitab ini mengemukakan bahwa para imam madzhab empat, seluruhnya masuk pada tiga abad pertama, atau dikenal sebagai kurun ulama salaf yang dikatakan nabi sebagai kurun terbaik.
“Khoirul quruni qorni, tsummalladzina yalunahum, tsummalladzina yalunahum, sebaik –baik abad atau kurun itu adalah kurunku (masa nabi dan para sahabat), kemudian abad berikutnya (masa tabiin), kemudian abad berikutnya (tabiit tabiin)”
“Jadi, para ulama anutan kita itu sudah jelas sebagai ulama dalam kurun terbaik, jadi jangan ragu,” jelasnya.
Hasbiyallah, ketua Lakpesdam, menekankan tentang pentingnya para kader dan pengurus ranting yang terdiri dari IPNU IPPNU, Fatayat NU, Muslimat NU, agar punya analisis tentang potensi wilayah masing-masing sehingga bisa dirumuskan kegiatannya.
Acara yang dimoderatori Agus Sulaimin, aktivis IPNU Jombang ini berlangsung hingga pukul 13.00 WIB ini, dibuka oleh Ketua Tanfidziyah MWCNU Jogoroto Kiai Sholihun, dan ditutup Ketua Tanfidziyah PCNU Jombang Dr KH Isrofil Amar. Tampak hadir Katib Syuriyah MWCNU Jogoroto Kiai Muhsin Jaelani, Ketua Aswaja NU Center Jombang Yusuf Suharto, dan Syamsul Maarif, pengurus Aswaja NU Center.
Kiai Isrofil dalam penutupan mengharapkan agar kegiatan di NU berjalan disiplin waktu, sebagaimana ajaran shalat berjamaah. Dikatakan juga bahwa tujuan NU itu berislam ala Ahlussunah wal Jamaah dan kegiatan di NU itu terbilang ibadah.
“Di NU itu tujuannya itu ibadah. Dengan niat yang lurus. Semoga kita diparingi ikhlas lan seneng NU. Ajaran kiai itu tidak ngawur, semua ada dalilnya,” pungkasnya. (Fajar Ardana/Mahbib)
Sumber : nu.or.id