Quantcast
Channel: Muslimedia News - Media Islam | Voice of Muslim
Viewing all 6981 articles
Browse latest View live

Definisi Qurban dan Hukum-Hukum yang Berkaitan

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Definisi hewan Qurban atau Udlhiyah adalah hewan ternak yang disembelih untuk mendekatkan diri kepada Allah di hari raya idul Adha hingga akhir hari Tasyriq (Syaikh Khatib asy-Syirbini, Mughni al-Muhtaj 6/122)

Qurban adalah ibadah yang selalu dilaksanakan oleh Rasulullah Saw dalam setiap tahunnya. Dan ketika Rasulullah Saw menyembelih Qurban beliau berdoa: "Bismillah. Allahumma taqabbal min Muhammad wa ali Muhammad wa min ummati Muhammad". Artinya: "Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah terimalah Qurban ini dari Muhammad, keluarga Muhammad, dan dari umat Muhammad" (HR Muslim)

Hukum Ibadah Qurban

Imam an-Nawawi mengutip di dalam kitabnya (al-Majmu' 8/385) tentang perbedaan pendapat mengenai hukum Qurban ini. Namun mayoritas ulama yang didukung oleh Sayidina Abu Bakar dan Sayidina Umar serta beberapa ulama madzhab adalah sunah. Hal ini berdasarkan hadis: "Tsalatsun Hiya 'alayya faraidl wa lakum tathawwu'n an-nahru wa al-witru wa rak'ata ad-dluha", Artinya: "Ada 3 hal yang wajib bagi saya dan sunah bagi kalian; Qurban, witir, dan 2 rakaat salat Dluha" (HR Ahmad dan al-Baihaqi dari Ibnu Abbas)


Tokoh imam Madzhab terbesar, Imam Syafii berkata: "Telah sampai kepada kami bahwa Abu Bakar dan Umar (pernah) tidak menyembelih Qurban karena khawatir akan dianggap wajib"(Mukhtashar al-Muzani 8/283)

Sementara Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa Qurban hukumnya wajib bagi orang kaya yang tidak dalam kondisi perjalanan. Dalil yang beliau sampaikan adalah: "Man wajada sa'atan fa lam yudlahhi fa la yaqrubanna mushallana". Artinya: "Barangsiapa yang memiliki kelebihan rezeki namun tidak menyembelih Qurban, maka janganlah mendakat ke tempat salat kami" (HR Ahmad, Ibnu Majah, ad-Daruquthni, al-Baihaqi dan al-Hakim, ia menilainya sahih dan al-Hafidz adz-Dzahabi menyetujuinya)

Waktu Menyembelih Qurban

Waktu penyembelihan hewan Qurban adalah setelah selesainya salat Idul Adlha hingga terbenam matahari pada hari terakhir hari Tasyriq. Hal ini berdasarkan beberapa hadis:

Pertama; Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya yang kami kerjakan terlebih dahulu di hari ini (Idul adlha) adalah salat, lalu kami pulang, lalu kami menyembelih. Barangsiapa yang melakukan seperti telah sesuai dengan sunah kami. Dan barangsiapa menyembelih (sebelum salat Id) maka itu adalah sekedar daging yang dihidangkan untuk keluarganya, dan bukan bagian dari ibadah Qurban" (HR al-Bukhari dan Muslim dari Barra' bin 'Azib)

Kedua; Rasulullah Saw bersabda: "Barangsiapa menyembelih sebelum salat maka ia hanya menyembelih untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang menyembelih seteah salat maka telah sempurna ibadah Qurbannya dan sesuai dengan sunat umat Islam" (HR al-Bukhari dari Anas)

Ketiga; Rasulullah Saw bersabda: "Ayyamu at-tasyriqi ayyamu aklin wa syurbin wa dzikrillah". Artinya: "Hari-hari Tasyriq adalah hari-hari untuk makan, minum dan berdzikir kepada Allah" (HR Ahmad dan Nasai dari Nabisyah)

Keutamaan Menyembelih Qurban
Ibadah Qurban telah disyariatkan oleh Allah kepada umat Rasulullah Saw. Allah berfirman yang artinya: "Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (Qurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)" (QS al-Hajj: 34)

Keutamaan dari Ibadah Qurban ini sangat besar, terbukti Rasulullah Saw tidak pernah meninggalkannya. Namun beberapa hadis tentang fadlilah Qurban memang banyak yang dlaif, akan tetapi diantara hadis yang dapat dibuat pegangan dalam masalah ini adalah sabda Rasulullah Saw: "Ma min amalin fi hadza al-yaumi afdlalu min damin yuhraqu illa an yakuna rahiman tushalu". Artinya: "Tidak ada amal manusia yang lebih utama di hari ini (Qurban) daripada menyembelih hewan kecuali menyambung silaturrahim" (HR Thabrani, dalam sandanya terdapat Yahya bin Hasan al-Khusyani, ia dlaif tapi dinilai terpercaya oleh banyak ulama)

Iuran / Arisan Qurban

Fenomena yang berkembang saat ini dalam masyakat untuk kemudahan dalam berqurban adalah menggunakan system iuran ataupun arisan. Ternyata di masa Rasulullah Saw hal semacam ini sudah terjadi, bahkan Rasulullah Saw pernah melakukannya.

Dalam sebuah riwayat, Abu Asad as-Sulami berkata: "Saya adalah orang ketujuh bersama Rasulullah Saw, kemudian Beliau memerintahkan agar kami mengumpulkan uang Dirham, kemudian kami membeli hewan Qurban dengan 7 Dirham tadi. Kami berkata: "Ya Rasulallah, kami membeli hewan Qurban termahal". Kemudian Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya hewan Qurban yang terbaik adalah yang paling mahal dan gemuk" (HR Ahmad no 15533, al-Hafidz al-Haitsami tidak mengomentari status hadis tersebut dan ia memperbolehkan hal tersebut)

Niat Qurban dan Aqiqah

Bolehkah jika seseorang saat menyembelih memiliki 2 tujuan niat, yaitu Qurban dan Aqiqah? Inilah permasalahan yang sering ditanyakan berulang-ulang dalam kesempatan yang berbeda. Dalam masalah ini para ulama memiliki dua pendapat.

Pertama, bisa mencukupi. Artinya dua niat tersebut diperbolehkan. Pendapat ini dikemukakan oleh Hasan al-Basri, Muhammad bin Sirin, Qatadah dan Hisyam (kesemuanya dari kalangan Tabi'in), begitu pula Madzhab Hanafiyah (Fathil Bari 12/13)

Kedua, tidak mencukupi. Hal ini adalah pendapat Madzhab Malikiyah dan Syafiiyah. Namun dikalangan Syafiiyah sendiri ada dua pendapat, menurut Ibnu Hajar tidak dapat mencukupi, sementara menurut Imam Ramli diperbolehkan (Itsmid al-Ainain fi ikhtilaf Syaikhain 77)

1 Kambing Untuk 1 Keluarga

Seorang Tabiin Atha' bin Yasar bertanya kepada seorang Sahabat Nabi, Abu Ayyu al-Anshari: "Bagaimanakah Qurban kalian di masa Nabi Saw?". Abu Ayyub menjawab: "Seseorang di masa Nabi Saw menyembelih 1 kambing untuk dirinya dan keluarganya. Mereka makan dari daging kambing tersebut, dan mereka juga bersedekah dari daging tersebut. Kemudian ini menjadi kebanggaan bagi mereka sebagaimana kau lihat" (Riwayat Thabrani dalam al-Kabir No 3920 dan Ibnu Majah No 3138)

Bahkan secara khusus Turmudzi mencantumkan sebuah Bab "Kambing cukup untuk sekeluarga" (meskipun keluarganya banyak), dan hal ini diamalkan oleh sebagian ulama. Dan ini adalah pendapat Ahmad, yang diperbolehkan oleh Malik, Auzai, Syafii. Dan dinilai makruh oleh Abu Hanifah dan ats-Tsauri (Aun al-Ma'bud Syarah Sunan Abu Dawud 8/4)

Menjual Kulit Qurban
Problematika lainnya yang sulit dihindari adalah menjual kulit korban atau menjadikannya sebagai upah bagi pemotong hewan (Jawa: Jagal). Bagaimana sebenarnya hukum tersebut menurut madzhab Ahlisunnah?

Syaikh al-Mubarakfuri mengulasnya dengan rinci dalam Syarah Misykat 5/121: Imam Ahmad berkata: "Tidak boleh menjual sesuatu pun dari hewan Qurban, baik yang wajib maupun sunah". Imam Syafii juga sependapat dengan Imam Ahmad. Abu Hanifah berkata: "Boleh menjual bagian apapun dari Qurban tersebut dan uang hasil penjualannya disedekahkan. Diriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa beliau menjual kulit hewan kurban kemudian uangnya disedekahkan". Namun pendapat yang kuat adalah Madzhab Syafi'i dan Ahmad berdasarkan sabda Nabi Muhammad Saw: "Man ba'a jilda udlhiyatihi fa la udlhiyata lahu". Artinya: "Barangsiapa menjual kulit hewan kurbannya, maka tidak ada kurban baginya" (HR al-Hakim dan al-Baihaqi)
Ust. Muhammad Ma'ruf Khozin

Gus Mus: Mengajak Orang agar Rukun, tapi Dia Sendiri Provokator

$
0
0
Muslimedianews.com ~ KH A Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus menjelaskan, dalam berdakwah Rasulullah menggunakan teladan pribadi sebagai cara untuk menyebarluaskan ajaran Islam. Nabi Muhammad adalah orang yang pertama kali mendapatkan wahyu dari Allah SWT, dan beliau yang pertama kali pula melaksanakan perintah Allah.

Demikian disampaikan di Pondok Pesantren Rohmatul Umam dalam acara Halal Bihalal "Tafakur Zaman Akhir bersama Gus Mus, Cak Nun, dan Kiai Kanjeng”, Jumat (4/9) malam, di Yogyakarta.

“Jadi kalau Allah subhanahu wata’ala  memerintahkan ‘aqimis shalah’, shalatlah, maka yang pertama kali melaksanakan shalat adalah Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam. Di suruh haji, maka Rasulullah yang pertama kali melaksanakan haji. Di suruh menghormati orang tua, maka Rasulullah lah yang pertama kali menghormati orang tua. Di suruh menghargai tetangga, maka Rasulullah yang pertama kali menghargai tetangga,” lanjut Gus Mus.

Menurutnya, inilah yang kadang membedakan cara dakwah Nabi dengan orang-orang zaman sekarang. Ajakan sering kali mengalami kesenjangan dengan perilaku dari si pengajak.

“Kalau Kanjeng Nabi mengajak mendidik orang metodenya melalui diri sendiri. Tapi kalau sekarang tidak begitu, ada mungkin satu atau dua tapi kebanyakan tidak. Menganjurkan rukun, ia sendiri provokator. Menganjurkan untuk lomo (dermawan), ia sendiri medit (kikir). Kalau ia menganjurkan ke barat tapi ia tenguk-tenguk (diam) itu sudah lumayan.

“Tapi dilalah yang menggunakan metodenya Rasulullah itu salah satunya Pak Harto. Pak Harto kalau mengajak, mendidik, itu di-contohi dirinya sendiri. Bangsa Indonesia diajak kaya, di-contoni (diberi contoh),” canda Gus Mus. “Akibatnya semua orang Indonesia seneng sugih kabeh (senang kaya semua).”

“Jadi akar masalahnya kita jangan berlebih-lebihan. Yang sederhana saja lah,” kata Gus Mus.

Selain Gus Mus, hadir pula Emha Ainun Najib (Cak Nun) berserta grup musik Kiai Kanjeng, juga jama’ah Maiyah yang datang dari kawasan Yogyakarta dan berbagai wilayah seperti Magelang dan sekitarnya. (Muhlisin/Mahbib)

sumber nu.or.id

Hukum Mencukur Jenggot dan Memelihara Kumis

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Sering kita temukan saat ini para pengikut ulama Saudi Arabia menfatwakan haramnya mencukur jenggot dan wajibnya merawat jenggot hingga panjang secara alami. Mereka pada umumnya secara keras mengatakan haram, sementara masalah ini termasuk dalam ranah khilaf para ulama sejak dahulu.

Berikut ini kita tampilkan hadis dan atsar dalam masalah ini:

جَزُّوْا الشَّوَارِبَ وَأَرْخُوْا اللُّحَى خَالِفُوْا الْمَجُوْسَ (أخرجه مسلم رقم 260 عن أبى هريرة)
“Cukurlah kumis kalian dan biarkan jenggot kalian. Berbedalah dengan Majusi” (HR Muslim No 26o dari Abu Hurairah)

أَعْفُوْا اللُّحَى وَجَزُّوْا الشَّوَارِبَ وَغَيِّرُوْا شَيْبَكُمْ وَلاَ تَشَبَّهُوْا بِالْيَهُوْدِ وَالنَّصَارَى (أخرجه أحمد رقم 8657 والبيهقى رقم 673 عن أبى هريرة ، قال المناوى : بإسناد جيد)
“Biarkan jenggot kalian, potong kumis kalian, rubahlah uban kalian dan janganlah kalian menyamai dengan Yahudi dan Nashrani” (HR Ahmad No 8657 dan Baihaqi No 673 dari Abu Hurairah, sanadnya jayid)

عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ وَفِّرُوا اللِّحَى وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ (رواه البخاري رقم 5892  ومسلم رقم 259)
“Berbedalah kalian semua dengan Musyrikin. rawatlah jenggot kalian dan cukurlah kumis kalian” (HR Bukhari No 5892 dan Muslim No 259 dari Ibnu Umar)

Dalam riwayat ini perawi hadisnya adalah Abdullah bin Umar. Dalam riwayat Bukhari terdapat redaksi kelanjutan hadis diatas:

وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ إِذَا حَجَّ أَوِ اعْتَمَرَ قَبَضَ عَلَى لِحْيَتِهِ ، فَمَا فَضَلَ أَخَذَهُ (رواه البخاري رقم 5892)
“Ibnu Umar ketika haji atau umrah memegang jenggotnya, maka apa yang melebihi (genggamannya) ia memotongnya” (HR Bukhari No 5892)

al-Hafidz Ibnu Hajar menyampaikan riwayat yang lain:

وَقَدْ أَخْرَجَهُ مَالِك فِي الْمُوَطَّأ "عَنْ نَافِع بِلَفْظِ كَانَ اِبْن عُمَر إِذَا حَلَقَ رَأْسه فِي حَجّ أَوْ عَمْرَة أَخَذَ مِنْ لِحْيَته وَشَارِبه " (فتح الباري لابن حجر - ج 16 / ص 483)
“Dan telah diriwayatkan oleh Malik dalam al-Muwatha’ dari Nafi’ dengan redaksi: Ibnu Umar jika mencukur rambutnya saat haji atau umrah, ia juga memotong jenggot dan kumisnya” (Fath al-Baarii 16/483)

Dalam riwayat berbeda dinyatakan:

عَنْ جَابِرٍ قَالَ كُنَّا نُعْفِي السِّبَالَ إِلاَّ فِى حَجٍّ أَوْ عُمْرَةٍ (ابو داود . إسناده حسن اهـ فتح الباري 350/10)
Dari Jabir bin Abdillah “Kami (Para Sahabat) memanjangkan jenggot kami kecuali saat haji dan umrah” (HR Abu Dawud, dinilai hasan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar)

Ahli hadis Abdul Haq al-‘Adzim berkata:

وَفِي الْحَدِيث أَنَّ الصَّحَابَة رَضِيَ اللَّه عَنْهُمْ كَانُوا يُقَصِّرُونَ مِنْ اللِّحْيَة فِي النُّسُك (عون المعبود ج 9 / ص 246)
“Di dalam riwayat tersebut para sahabat memotong dari jenggot mereka saat ibadah haji atau umrah” (Aun al-Ma’bud Syarah Sunan Abi Dawud 9/246)

Dari dua atsar ini menunjukkan bahwa mencukur jenggot tidak haram, karena Abdullah bin Umar dan Sahabat yang lain mencukurnya saat ibadah haji atau umrah. Kalaulah mencukur jenggot haram, maka tidak akan dilakukan oleh para sahabat, terlebih Abdullah bin Umar adalah sahabat yang dikenal paling tekun dalam meneladani Rasulullah Saw hingga ke tempat-tempat dimana Rasulullah pernah melakukan salat.

Imam an-Nawawi berkata:

 ( وَفِّرُوا اللِّحَى ) فَحَصَلَ خَمْس رِوَايَات : أَعْفُوا وَأَوْفُوا وَأَرْخُوا وَأَرْجُوا وَوَفِّرُوا ، وَمَعْنَاهَا كُلّهَا : تَرْكُهَا عَلَى حَالهَا . هَذَا هُوَ الظَّاهِر مِنْ الْحَدِيث الَّذِي تَقْتَضِيه أَلْفَاظه ، وَهُوَ الَّذِي قَالَهُ جَمَاعَة مِنْ أَصْحَابنَا وَغَيْرهمْ مِنْ الْعُلَمَاء . وَقَالَ الْقَاضِي عِيَاض - رَحِمَهُ اللَّه تَعَالَى - يُكْرَه حَلْقهَا وَقَصّهَا وَتَحْرِيقهَا ، وَأَمَّا الْأَخْذ مِنْ طُولهَا وَعَرْضهَا فَحَسَن (شرح النووي على مسلم - ج 1 / ص 418)
“Dari 5 redaksi riwayat, makna kesemuanya adalah membiarkan jenggot tumbuh sesuai keadaannya. Ini berdasarkan teks hadisnya. Inilah pendapat sekelompok ulama Syafiiyah dan lainnya. Qadli Iyadl berkata: Makruh untuk memotong dan mencukur jenggot. Adapun memotong jenggot dari arah panjang dan lebarnya, maka bagus” (Syarah Muslim 1/418)

Dengan demikian, dapat disimpulkan:

«حَلْقُ اللِّحْيَةِ» ذَهَبَ جُمْهُوْرُ الْفُقَهَاءِ : الْحَنَفِيَّةِ وَالْمَالِكِيَّةِ وَالْحَنَابِلَةِ وَهُوَ قَوْلٌ عِنْدَ الشَّافِعِيَّةِ إِلَى أَنَّهُ يَحْرُمُ حَلْقُ اللِّحْيَةِ لأَنَّهُ مُنَاقِضٌ لِلأَمْرِ النَّبَوِيِّ بِإِعْفَائِهَا وَتَوْفِيْرِهَا   ...... وَاْلأَصَحُّ عِنْدَ الشَّافِعِيَّةِ : أَنَّ حَلْقَ اللِّحْيَةِ مَكْرُوْهٌ (الموسوعة الفقهية ج 2 / ص 12894)
“Bab tentang mencukur jenggot. Mayoritas ulama fikih, yaitu Hanafiyyah, Malikiyah, Hababilah dan satu pendapat dalam madzhab Syafiiyah menyatakan bahwa mencukur jenggot hukumnya haram, karena bertentangan dengan perintah Nabi untuk membiarkan jenggot hingga sempurna. Dan pendapa yang lebih unggul dalam madzhab Syafiiyah bahwa mencukur jenggot adalah makruh” (Mausu’ah al-Fiqhiyyah 2/12894)

Sayidina Umar Berkumis

عَنْ عَامِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ الزُّبَيْرِ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ كَانَ إِذَا غَضَبَ فَتَلَ شَارِبَهُ وَنَفَخَ. (رواه الطبراني ورجاله رجال الصحيح خلا عبد الله بن أحمد وهو ثقة مأمون إلا أن عامر بن عبد الله بن الزبير لم يدرك عمر اهـ مجمع الزوائد ومنبع الفوائد . محقق – ج 5 / ص 200)
“Diriwayatkan dari Amir bin Abdillah bin Zubair bahwa jika Umar bin Khattab marah, maka ia memintal kumisnya dan meniup” (Riwayat Thabrani, para perawinya sahih, selain Abdullah bin Ahmad, ia terpercaya dan dipercaya. Hanya saja Amin bin Abdullah bin Zubair tidak menjumpai Umar)

al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:

وَقَدْ رَوَى مَالِك عَنْ زَيْد بْن أَسْلَمَ "أَنَّ عُمَر كَانَ إِذَا غَضِبَ فَتَلَ شَارِبه "فَدَلَّ عَلَى أَنَّهُ كَانَ يُوَفِّرهُ . وَحَكَى اِبْن دَقِيق الْعِيد عَنْ بَعْض الْحَنَفِيَّة أَنَّهُ قَالَ : لَا بَأْس بِإِبْقَاءِ الشَّوَارِب فِي الْحَرْب إِرْهَابًا لِلْعَدُوِّ وَزَيَّفَهُ  (فتح الباري لابن حجر - ج 16 / ص 479)
“Malik benar-benar telah meriwayatkan dari Zaid bin Aslam bahwa jika Umar bin Khattab marah, maka ia memintal kumisnya. Ini menunjukkan bahwa Umar memanjangkan kumisnya. Ibnu Daqiq al-Iid mengutip dari sebagian ulama Hanafiyah, bahwa: Tidak apa-apa merawat kumis saat perang, untuk menakuti musuh” (Fath al-Baarii 16/479)
 Ust. Muhammad Ma'ruf Khozin

Ini Bukti Keabsahan Shalat Aswaja sesuai dengan Tuntunan Rasulullah

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Membaca Niat

عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى (رواه البخاري)
Rasulullah Saw bersabda: "(Keabsahan) amal adalah dengan niat. Seseorang hanya mendapatkan apa yang ia niatkan" (HR al-Bukhari No 1)

mengucapkan niat dalam salat bukanlah bid'ah, sebab Rasulullah dalam sebagian ibadahnya juga melafadzkan niat, diantaranya:

قَالَ أَنَسٌ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَبَّيْكَ بِعُمْرَةٍ وَحَجٍّ (رواه مسلم 2195)
Anas berkata: Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda (dalam niat haji dan umrah): "Saya penuhi panggilan-Mu dengan Umrah dan Haji" (HR Muslim No 2195)
عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ هَلْ عِنْدَكُمْ شَيْءٌ فَقُلْنَا لاَ قَالَ فَإِنِّي إِذَنْ صَائِمٌ (رواه مسلم 1951)
Aisyah berkata: Rasulullah Saw datang kepada saya lalu bertanya: "Apa ada makanan? Kami menjawab "Tidak ada". Rasulullah berkata: Kalau begitu saya berpuasa" (HR Muslim No 1951)

Membaca Takbir

عن أَبي هُرَيْرَةَ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ يُكَبِّرُ حِينَ يَقُومُ ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْكَعُ ثُمَّ يَقُولُ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ حِينَ يَرْفَعُ صُلْبَهُ مِنْ الرُّكُوعِ ثُمَّ يَقُولُ وَهُوَ قَائِمٌ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَهْوِي سَاجِدًا ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَسْجُدُ ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ ثُمَّ يَفْعَلُ مِثْلَ ذَلِكَ فِي الصَّلاَةِ كُلِّهَا حَتَّى يَقْضِيَهَا وَيُكَبِّرُ حِينَ يَقُومُ مِنْ الْمَثْنَى بَعْدَ الْجُلُوسِ ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ إِنِّي َلأَشْبَهُكُمْ صَلاَةً بِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (صحيح البخاري 747 ومسلم 591)
Abu Hurairah berkata: Jika Rasulullah mau melaksanakan salat beliau bertakbir ketika berdiri, kemudian bertakbir ketika rukuk, kemudian membaca 'Sami'allahu liman hamidahu' ketika bangun dari rukuk, kemudian dalam posisi berdiri beliau membaca 'Rabbana wa laka al-hamdu', kemudian bertakbir ketika turun ke posisi sujud, kemudian bertakbir ketika bangun dari sujud, kemudian bertakbir ketika hendak sujud (kedua), kemudian bertakbir ketika bangun dari sujud, dan beliau lakukan seperti itu di semua salat hingga selesai. Dan Rasulullah bertakbir ketika berdiri dari dua rakaat setelah duduk. Abu Hurairah berkata: "Sungguh saya yang paling sesuai diantara kalian dengan salat Rasulullah Saw" (HR Bukhari dan Muslim)

Mengangkat Kedua Tangan

عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ إِذَا كَبَّرَ لِلصَّلاَةِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوْعِ وَإِذَا قَامَ مِنَ الرَّكْعَتَيْنِ فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ (رفع اليدين للبخاري)
"Dari Ali bin Abi Thalib: Sesungguhnya Rasulullah Saw mengangkat kedua tangannya ketika takbir salat kea rah dua pundaknya, juga ketika hendak rukuk, bangun dari rukuk dan ketika bangun dari rakaat kedua" (HR Bukhari dalam kitab Raf'u al-Yadain)

Tangan Bersedekap

عَنْ قَبِيصَةَ بْنِ هُلْبٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَؤُمُّنَا فَيَأْخُذُ شِمَالَهُ بِيَمِينِهِ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ هُلْبٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ (رواه الترمذى 234) وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالتَّابِعِينَ وَمَنْ بَعْدَهُمْ يَرَوْنَ أَنْ يَضَعَ الرَّجُلُ يَمِينَهُ عَلَى شِمَالِهِ فِي الصَّلَاةِ وَرَأَى بَعْضُهُمْ أَنْ يَضَعَهُمَا فَوْقَ السُّرَّةِ وَرَأَى بَعْضُهُمْ أَنْ يَضَعَهُمَا تَحْتَ السُّرَّةِ وَكُلُّ ذَلِكَ وَاسِعٌ عِنْدَهُمْ
"Rasulullah Saw menjadi imam kami kemudian beliau memegang tangan kiri dengan tangan kanan beliau" (HR Turmudzi No 234). Turmudzi berkata: "Para ulama mengamalkan seperti ini, baik para sahabat Nabi, Tabiin dan generasi setelahnya, mereka meletakkan tangan kanannya diatas tangan kiri dalam salat. Mereka melatakkan tangannya diatas pusar, dan sebagian ulama yang lain meletakkan di bawah pusar. Menurut mereka ini ditolerir"

بَاب وَضْعِ يَدِهِ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى بَعْدَ تَكْبِيرَةِ الْإِحْرَامِ تَحْتَ صَدْرِهِ فَوْقَ سُرَّتِهِ وَوَضْعُهُمَا فِي السُّجُودِ عَلَى الْأَرْضِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ (صحيح مسلم 2/ 365)
(Bab dalam Sahih Muslim: "Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri setelah takbiratul ihram, dibawah dada dan di atas pusar")

Dua riwayat tentang meletakkan tangan di dada saat salat adalah dlaif

1-   حدثنا أبو توبة حدثنا الهيثم عن ثور عن سليمان بن موسى (قال البخاري عنده مناكير) عن طاووس قال كان رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يضع يده اليمنى على يده اليسرى ثم يشد بهما على صدره وهو في الصلاة اهـ المراسيل لأبي داود (1/ 26)

2-   وَرَوَاهُ ابْن خُزَيْمَة أَيْضا فِي «صَحِيحه» عَن وَائِل قَالَ : «صليت مَعَ رَسُول الله - صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسلم - فَوضع يَده الْيُمْنَى عَلَى (يَده) الْيُسْرَى عَلَى صَدره» . قال الألباني : إسناده ضعيف لأن مؤملا وهو ابن اسماعيل سيئ الحفظ لكن الحديث صحيح جاء من طرق أخرى بمعناه وفي الوضع على الصدر أحاديث تشهد له (صحيح ابن خزيمة 1/ 243)

Permulaan Iftitah

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ نُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ قَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ الْقَائِلُ كَلِمَةَ كَذَا وَكَذَا قَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ عَجِبْتُ لَهَا فُتِحَتْ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ. قَالَ ابْنُ عُمَرَ فَمَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ذَلِكَ (رواه مسلم 943)

Doa Iftitah

عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ قَالَ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ (رواه مسلم 1290)

Membaca Basmalah Dengan Keras

 ( قال الشَّافِعِيُّ ) وَبَلَغَنِي أَنَّ ابن عَبَّاسٍ رضي اللَّهُ عنهما كان يقول إنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى اللَّهُ عليه وسلم كان يَفْتَتِحُ الْقِرَاءَةَ ببسم اللَّهِ الرحمن الرَّحِيمِ (الأم 1/ 107)
Imam Syafii meriwayatkan hadis dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Saw mengawali bacaan dengan Bismillah (al-Umm)

وَعَن أبي هُرَيْرَة رَضِيَ اللَّهُ عَنْه قَالَ قَالَ رَسُول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ إِذا قَرَأْتُمْ الْحَمد فأقرؤا بِسم الله الرَّحْمَن الرَّحِيم إِنَّهَا أم الْقُرْآن وَأم الْكتاب والسبع المثاني وبسم الله الرَّحْمَن الرَّحِيم إِحْدَى آياتها رَوَاهُ الدَّار قطني بِإِسْنَاد كل رِجَاله ثِقَات لَا جرم ذكره ابْن السكن فِي سنَنه الصِّحَاح (تحفة المحتاج إلى أدلة المنهاج لابن الملقن 1/ 292)

Doa I'tidal

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَالَ الْإِمَامُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه البخاري 754)

عَنْ الْحَكَمِ قَالَ غَلَبَ عَلَى الْكُوفَةِ رَجُلٌ قَدْ سَمَّاهُ زَمَنَ ابْنِ الْأَشْعَثِ فَأَمَرَ أَبَا عُبَيْدَةَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ أَنْ يُصَلِّيَ بِالنَّاسِ فَكَانَ يُصَلِّي فَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ قَامَ قَدْرَ مَا أَقُولُ اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ (رواه مسلم 725)

Doa dalam Rukuk dan Sujud

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ { فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ } قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اجْعَلُوهَا فِي رُكُوعِكُمْ فَلَمَّا نَزَلَتْة { سَبِّحْ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى } قَالَ اجْعَلُوهَا فِي سُجُودِكُمْ . زَادَ قَالَ فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَكَعَ قَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ ثَلَاثًا وَإِذَا سَجَدَ قَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ ثَلَاثًا (رواه أبو داود 736) قَالَ أَبُو دَاوُد وَهَذِهِ الزِّيَادَةُ نَخَافُ أَنْ لَا تَكُونَ مَحْفُوظَةً قَالَ أَبُو دَاوُد انْفَرَدَ أَهْلُ مِصْرَ بِإِسْنَادِ هَذَيْنِ الْحَدِيثَيْنِ حَدِيثِ الرَّبِيعِ وَحَدِيثِ أَحْمَدَ بْنِ يُونُسَ

وأما زيادة وبحمده فهي عند أبي داود من حديث عقبة الآتي وعند الدارقطني من حديث ابن مسعود الآتي أيضا . وعنده أيضا من حديث حذيفة . وعند أحمد والطبراني من حديث أبي مالك الأشعري وعند الحاكم من حديث أبي جحيفة [ ص 273 ] ولكنه قال أبو داود بعد إخراجه لها من حديث عقبة أنه يخاف أن لا تكون محفوظة . وفي حديث ابن مسعود السري بن إسماعيل وهو ضعيف . وفي حديث حذيفة محمد بن عبد الرحمن بن أبي ليلى وهو ضعيف . وفي حديث أبي مالك شهر بن حوشب وقد رواه أحمد والطبراني أيضا من طريق ابن السعدي عن أبيه بدونها . وحديث أبي جحيفة قال الحافظ : إسناده ضعيف وقد أنكر هذه الزيادة ابن الصلاح وغيره ولكن هذه الطرق تتعاضد فيرد بها هذا الإنكار (نيل الأوطار 2/ 271)

Adapun tambahan 'wa bi hamdihi' terdapat dalam riwayat Abu Dawud dari Uqbah, juga dalam riwayat Daruquthni dari Ibnu Mas'ud dan Hudzaifah, dalam riwayat Ahmad dan Thabrani dari Abu Malik al Asy'ari, dalam riwayat al-Hakim dari Abu Juhaifah. Dalam riwayat-riwayat tersebut ada beberapa perawi dlaif, al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: Ibnu Shalah mengingkari tambahan tersebut, tetapi banyaknya riwayat tersebut saling menguatkan. Dengan demikian pengingkaran tersebut dapat ditolak dengan anyaknya riwayat-riwayat di atas (Nailul Authar, al-Hafidz Asy-Syaukani, 2/271)

Doa Qunut

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ مَا زَالَ رَسُولُ اللهِ r يَقْنُتُ فِي الْفَجْرِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا.(رواه أحمد والدارقطني).
“Diriwayatkan dari Anas Ibn Malik t. Beliau berkata, “Rasulullah  r senantiasa membaca qunut ketika shalat subuh sehingga beliau wafat.” (Musnad Ahmad bin Hanbal, juz III, hal. 162 [12679], Sunan al-Daraquthni, juz II, hal. 39 [9]).

Sanad hadits ini shahih sehingga dapat dijadikan pedoman. Imam Nawawi di dalam kitab al-Majmu’ menegaskan:

حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ رَوَاهُ جَمَاعَةٌ مِنَ الْحُفَّاظِ وَصَحَّحُوْهُ وَمِمَّنْ نَصَّ عَلَى صِحَّتِهِ اْلحَافِظُ أَبُوْ عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيٍ الْبَلْخِي، وَالْحَاكِمُ أَبُوْ عَبْدِ اللهِ فِي مَوَاضِعَ مِنْ كُتُبِ الْبَيْهَقِي وَرَوَاهُ الدَّارَقُطْنِي مِنْ طُرُقٍ بِأَسَانِيْدَ صَحِيْحَةٍ (المجموع ج 3 ص 504).
“Hadits tersebut adalah shahih. Diriwayatkan oleh banyak ahli hadits dan mereka kemudian menyatakan kesahihannya. Di antara orang yang menshahihkannya adalah al-Hafizh Abu Abdillah Muhammad bin Ali al-Balkhi serta al-Hakim Abu Abdillah di dalam beberapa tempat di dalam kitab al-Baihaqi. Al-Daraquthni juga meriwayatkannya dari berbagai jalur sanad yang shahih.” (Al-Majmu’, juz III, hal. 504).  

Doa Antara Dua Sujud

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي (رواه الترمذي 284)

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ بِتُّ عِنْدَ خَالَتِي مَيْمُونَةَ قَالَ فَانْتَبَهَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ اللَّيْلِ فَذَكَرَ الْحَدِيثَ قَالَ ثُمَّ رَكَعَ قَالَ فَرَأَيْتُهُ قَالَ فِي رُكُوعِهِ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَحَمِدَ اللَّهَ مَا شَاءَ أَنْ يَحْمَدَهُ قَالَ ثُمَّ سَجَدَ قَالَ فَكَانَ يَقُولُ فِي سُجُودِهِ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى قَالَ ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ قَالَ فَكَانَ يَقُولُ فِيمَا بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِنِي (رواه أحمد 5/ 460)

جامع الأحاديث (36/ 281)

39305- عن نافع : أن ابن عمر كان يقوم إذا رفع رأسه من السجدة معتمدا على يديه قبل أن يرفعهما (عبد الرازق)

أخرجه عبد الرزاق (2/178 ، رقم 2964) .

Bacaan Tasyahhud

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا التَّشَهُّدَ كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ فَكَانَ يَقُولُ التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ للهِ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ (رواه مسلم 610)

Sayyidina Muhammad

Dalam bacaan salawat Rasulullah memang tidak menyebutkan lafadz 'Sayidina'. Namun penambahan tersebut bukan berarti bid'ah terlarang. Sebab dalam beberapa hadis disebutkan kata 'Sayid' kepada Nabi, seperti Sahal bin Hunaif yang memanggil Rasulullah dengan 'Ya Sayidi', dan Rasulullah tidak menyalahkannya:

عَنْ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ فَقُلْتُ (لِرَسُوْلِ اللهِ) : يَا سَيِّدِي وَالرُّقَى صَالِحَةٌ (رواه الحاكم 8270 وقال هذا حديث صحيح الإسناد ولم يخرجاه . تعليق الذهبي قي التلخيص : صحيح)

Sahabat Abdullah bin Mas'ud mengajarkan membaca doa dengan tambahan kata 'Sayid':

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ إِذَا صَلَّيْتُمْ عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَحْسِنُوا الصَّلاَةَ عَلَيْهِ فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْرُونَ لَعَلَّ ذَلِكَ يُعْرَضُ عَلَيْهِ قَالَ فَقَالُوا لَهُ فَعَلِّمْنَا قَالَ قُولُوا اللَّهُمَّ اجْعَلْ صَلاَتَكَ وَرَحْمَتَكَ وَبَرَكَاتِكَ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ وَإِمَامِ الْمُتَّقِينَ وَخَاتَمِ النَّبِيِّينَ مُحَمَّدٍ ... (رواه ابن ماجه 896) وأخرجه ابن ماجه من وجه اخر قوى لكنه موقوف على ابن مسعود (فتح الباري لابن حجر 11/ 158)

Oleh karenya banyak para ulama yang menganjurkan menyebut kata 'Sayidina' dalam salat:

وَقَوْلُهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ اْلأَوْلَى ذِكْرُ السِّيَادَةِ ِلأَنَّ اْلأَفْضَلَ سُلُوْكُ اْلأَدَبِ وَحَدِيْثُ لاَ تُسَوِّدُوْنِي فِي صَلاَتِكُمْ بَاطِلٌ (إعانة الطالبين 1/ 169)
Hal yang utama adalah menyebut kata 'Sayid', sebab yang utama adalah menjaga etika. Sedangkan hadis yang artinya: "Jangan menyebut Sayid kepada saya di dalam salat" adalah hadis yang salah (I'anatut Thalibin 1/169)

Menambah Bacaan Dzikir dalam Salat

عَنْ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعٍ الزُّرَقِيِّ قَالَ كُنَّا يَوْمًا نُصَلِّي وَرَاءَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرَّكْعَةِ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ قَالَ رَجُلٌ وَرَاءَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ مَنْ الْمُتَكَلِّمُ قَالَ أَنَا قَالَ رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلَاثِينَ مَلَكًا يَبْتَدِرُونَهَا أَيُّهُمْ يَكْتُبُهَا أَوَّلُ (رواه البخاري 757)
"Seorang sahabat di dalam salat menambah bacaan Rabbana wa laka al-hamdu… Selesai salat Nabi bertanya: "Siapa yang mengucapkan kalimat tadi?" Orang itu menjawab: "Saya". Nabi bersabda: "Saya melihat ada 30 malaikat lebih yang bergegas mencatatnya" (HR Bukari)

Dari hadis ini Amirul Mu'minin fil hadis al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:

وَاسْتُدِلَّ بِهِ عَلَى جَوَازِ إِحْدَاثِ ذِكْرٍ فِي الصَّلاَةِ غَيْرِ مَأْثُوْرٍ إِذَا كَانَ غَيْرَ مُخَالِفٍ لِلْمَأْثُوْرِ (فتح الباري لابن حجر 2/ 287)
"Hadis ini dijadikan dalil diperbolehkannya memperbaharui dzikir di dalam salat yang tidak diajarkan oleh Rasulullah selama dzikir tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Rasulullah" (Fathul Bari 2/287)

Bahkan hal ini dilakukan oleh sahabat yang lain:

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ قَالَ ابْنُ عُمَرَ زِدْتُ فِيهَا وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ (رواه أبو داود 826)
"Dalam kalimat Syahadat salat, Ibnu Umar berkata: Saya tambahkan bacaan Wahdahu la syarika lahu…" (Abu Dawud 826)

Mengusap Wajah Setelah Salam

وعن أنس بن مالك أن النبي صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا صَلَّى وَفَرَغَ مِنْ صَلاَتِهِ مَسَحَ بِيَمِيْنِهِ عَلَى رَأْسِهِ وَقَالَ بِسْمِ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ اللَّهُمَّ أذْهِبْ عَنِّي الْهَمَّ وَالْحَزَنَ، وفي رواية مَسَحَ جَبْهَتَهُ بِيَدِهِ الْيُمْنَى وَقَالَ فِيْهَا اللَّهُمَّ أذْهِبْ عَنِّي الْغَمَّ وَالْحَزَنَ. (رواه الطبراني في الأوسط والبزار بنحوه بأسانيد وفيه زيد العمي وقد وثقه غير واحد وضعفه الجمهور، وبقية رجال أحد إسنادي الطبراني ثقات وفي بعضهم خلاف)
Selesai Salat Rasulullah mengusap kepala / keningnya dengan tangan kanan dan berdoa…. (HR Thabrani)

Salam Setelah Salat

عَنْ أَبِيْ جُحَيْفَةَ قَالَ صَلَّى رَسُولُ اللهِ r الظُّهْرَ رَكْعَتَيْنِ وَالْعَصْرَ رَكْعَتَيْنِ وَبَيْنَ يَدَيْهِ عَنَزَةٌ. كَانَ يَمُرُّ مِنْ وَرَائِهَا الْمَرْأَةُ وَقَامَ النَّاسُ فَجَعَلُوا يَأْخُذُونَ يَدَيْهِ فَيَمْسَحُونَ بِهَا وُجُوهَهُمْ، فَأَخَذْتُ بِيَدِهِ فَوَضَعْتُهَا عَلَى وَجْهِي فَإِذَا هِيَ أَبْرَدُ مِنْ الثَّلْجِ وَأَطْيَبُ رَائِحَةً مِنْ الْمِسْكِ (صحيح البخاري، 3289).
“Dari Abi Juhaifah ia berkata, “Pada sebuah perjalanan, Rasulullah r melaksanakan shalat Dhuhur dan Ashar dua rakaat, sedangkan di depannya terdapat tongkat dan ada seorang perempuan yang berjalan di belakangnya. (setelah shalat) orang-orang berdiri memegang tangan Rasulullah r dan menyentuhkannya ke wajah mereka. Akupun berdiri dan memegang tangan beliau dan menyentuhkannya ke wajahku. Maka aku merasakan tangan beliau lebih sejuk dari salju dan lebih harum dibandingkan minyak misik.” (Shahih al-Bukhari, [3289]).
Dzikir Keras Setelah Salat

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas:

اِنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِيْنَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ الْمَكْتُوْبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوْا بِذَلِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ (رواه البخاري)
”Sesungguhnya mengeraskan (bacaan) dzikir setelah para sahabat selesai melakukan salat wajib sudah ada sejak masa Nabi Muhammad Saw.” Ibnu Abbas berkata: “Saya mengetahui yang demikian setelah mereka melakukan salat wajib dan saya mendengarnya” (Bukhari)

    Ust. Muhammad Ma'ruf Khozin

Inilah Dalil Membaca al-Quran di Kuburan

$
0
0
Muslimedianews.com ~ عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمْ فَلاَ تَحْبِسُوْهُ وَأَسْرِعُوْا بِهِ إِلَى قَبْرِهِ وَلْيُقْرَأْ عِنْدَ رَأْسِهِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَعِنْدَ رِجْلَيْهِ بِخَاتِمَةِ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ فِي قَبْرِهِ (رواه الطبراني في الكبير رقم 13613 والبيهقي في الشعب رقم 9294 وتاريخ يحي بن معين 4 / 449)
"Diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: Jika diantara kalian ada yang meninggal, maka janganlah diakhirkan, segeralah dimakamkan. Dan hendaklah di dekat kepalanya dibacakan pembukaan al-Quran (Surat al-Fatihah) dan dekat kakinya dengan penutup surat al-Baqarah di kuburnya" (HR al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir No 13613, al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman No 9294, dan Tarikh Yahya bin Maid 4/449)

Al-Hafidz Ibnu Hajar memberi penilaian pada hadis tersebut:

فَلاَ تَحْبِسُوْهُ وَأَسْرِعُوْا بِهِ إِلَى قَبْرِهِ أَخْرَجَهُ الطَّبْرَانِي بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ (فتح الباري لابن حجر 3 / 184)
"HR al-Thabrani dengan sanad yang hasan" (Fath al-Bari III/184)

Membaca al-Quran di kuburan sudah diamalkan sejak masa sahabat:

عَنْ عُمَرَ قَالَ : اُحْضُرُوْا أَمْوَاتَكُمْ فَأَلْزِمُوْهُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَغْمِضُوْا أَعْيُنَهُمْ إِذَا مَاتُوْا وَاقْرَؤُوْا عِنْدَهُمُ الْقُرْآنَ (أخرجه عبد الرزاق رقم 6043 وابن أبى شيبة رقم 10882)
“Diriwayatkan dari Umar: Datangilah orang yang akan meninggal, bacakan mereka Lailaha illallah, pejamkan matanya jika mereka meninggal, dan bacakan al-Quran di dekatnya” (Abdurrazzaq No 6043 dan Ibnu Abi Syaibah No 10882)

وَذَكَرَ الْخَلاَّلُ عَنِ الشُّعْبِي قَالَ كَانَتِ اْلأَنْصَارُ إِذَا مَاتَ لَهُمُ الْمَيِّتُ اِخْتَلَفُوْا إِلَى قَبْرِهِ يَقْرَءُوْنَ عِنْدَهُ الْقُرْآنَ (الروح : 11)
“al-Khallal menyebutkan dari Syu’bi bahwa sahabat Anshar jika diantara mereka ada yang meninggal, maka mereka bergantian ke kuburnya membaca al-Quran” (Ibnu Qayyim, al-Ruh: 11)

Imam al-Nawawi mengutip kesepakatan ulama Syafi'iyah tentang membaca al-Quran di kuburan:

وَيُسْتَحَبُّ (لِلزَّائِرِ) اَنْ يَقْرَأَ مِنَ الْقُرْآنِ مَا تَيَسَّرَ وَيَدْعُوَ لَهُمْ عَقِبَهَا نَصَّ عَلَيْهِ الشَّافِعِيُّ وَاتَّفَقَ عَلَيْهِ اْلاَصْحَابُ (المجموع شرح المهذب للشيخ النووي 5 / 311)
"Dan dianjurkan bagi peziarah untuk membaca al-Quran sesuai kemampuannya dan mendoakan ahli kubur setelah membaca al-Quran. Hal ini dijelaskan oleh al-Syafi'i dan disepakati oleh ulama Syafi'iyah" (al-Nawawi, al-Majmu' Syarh al-Muhadzdzab V/311)

Di bagian lagi Imam Nawawi juga berkata:

قَالَ الشَّافِعِي وَاْلأَصْحَابُ يُسْتَحَبُّ أَنْ يَقْرَؤُوْا عِنْدَهُ شَيْئًا مِنَ اْلقُرْآنِ قَالُوْا فَإِنْ خَتَمُوْا الْقُرْآنَ كُلَّهُ كَانَ حَسَنًا (الأذكار النووية 1 / 162 والمجموع للشيخ النووي 5 / 294)
"Imam Syafii dan ulama Syafi'iyah berkata: Disunahkan membaca sebagian dari al-Quran di dekat kuburnya. Mereka berkata: Jika mereka mengkhatamkan al-Quran keseluruhan, maka hal itu dinilai bagus" (al-Adzkar I/162 dan al-Majmu' V/294)

Murid Imam Syafi'i yang juga kodifikator Qaul Qadim, al-Za'farani, berkata:

وَقَالَ الْحَسَنُ بْنُ الصَّبَّاحُ الزَّعْفَرَانِي سَأَلْتُ الشَّافِعِيَّ عَنِ اْلقِرَاءَةِ عِنْدَ الْقَبْرِ فَقَالَ لاَ بَأْسَ بِهَا (الروح لابن القيم 1 / 11)
"Al-Za'farani (perawi Imam Syafii dalam Qaul Qadim) bertanya kepada Imam Syafii tentang membaca al-Quran di kuburan. Beliau menjawab: Tidak apa-apa" (al-Ruh, Ibnu Qoyyim, I/11)

Al-Hafidz Ibnu Hajar mengomentari riwayat al-Za'farani dari Imam Syafi'i ini:

وَهَذَا نَصٌّ غَرِيْبٌ عَنِ الشَّافِعِي وَالزَّعْفَرَانِي مِنْ رُوَاةِ الْقَدِيْمِ وَهُوَ ثِقَةٌ وَإِذَا لَمْ يَرِدْ فِي الْجَدِيْدِ مَا يُخَالِفُ مَنْصُوْصَ الْقَدِيْمِ فَهُوَ مَعْمُوْلٌ بِهِ (الإمتاع بالأربعين المتباينة السماع للحافظ أحمد بن علي بن محمد بن علي بن حجر العسقلاني 1 / 85)
"Ini penjelasan yang asing dari al-Syafi'i. Al-Za'farani adalah perawi Qaul Qadim, ia orang terpercaya. Dan jika dalam Qaul Jadid tidak ada yang bertentangan dengan penjelasan Qaul Qadim, maka Qaul Qadim inilah yang diamalkan (yaitu boleh membaca al-Quran di kuburan)" (al-Imta', Ibnu Hajar, I/11)

صيد الخاطر للحافظ ابن الجوزي (ص: 96، بترقيم الشاملة آليا)
فَهَذَا مَعْرُوْفٌ، كَانَ مُنْفَرِداً بِرَبِّهِ طَيِّبَ الْعَيْشِ مَعَهُ لَذِيْذَ الْخَلْوَةِ بِهِ. ثُمَّ قَدْ مَاتَ مُنْذُ نَحْوِ أَرْبَعِمِائَةِ سَنَةٍ فَمَا يَخْلُوْ أَنْ يُهْدَي إِلَيْهِ كُلَّ يَوْمٍ مَا تَقْدِيْرُ مَجْمُوْعِهِ أَجْزَاءٌ مِنَ الْقُرْآنِ. وَأَقَلُّهُ مَنْ يَقِلُّ عَلَى قَبْرِهِ فَيَقْرَأُ: "قُلْ هُوَ اللّهُ أَحَدٌ "، وَيَهْدِيْهَا لَهُ. وَالسَّلاَطِيْنُ تَقِفُ بَيْنَ يَدَيْ قَبْرِهِ ذَلِيْلَةً. هَذَا بَعْدَ الْمَوْتِ، ويوم الحشر تنشر الكرامات التي لا توصف، وكذلك قبور العلماء المحققين.
Al-Hafidz Ibnu al-Jauzi al-Hanbali: “Sejak Ma’ruf al-Karakhi wafat tahun 200 H, tiap hari, mendapat kiriman hadiah pahala bacaan berjuz-juz al-Qur’an, minimal orang berdiri di pinggir makamnya dan membacakan surat al-Ikhlash untuknya.”

Membaca al-Quran di kuburan juga diamalkan sejak generasi ulama salaf:

تاريخ بغداد للحافظ الخطيب البغداجي (1/ 122)
أخبرني أبو إسحاق إبراهيم بن عمر البرمكي قال نبأنا أبو الفضل عبيد الله بن عبد الرحمن بن محمد الزهري قال سمعت أبي يقول قَبْرُ مَعْرُوْفٍ اْلكَرَخِي مُجَرَّبٌ لِقَضَاءِ الْحَوَائِجِ وَيُقَالُ إِنَّهُ مَنْ قَرَأَ عِنْدَهُ مِائَةَ مَرَّةٍ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ وَسَأَلَ اللهَ تَعَالَى مَا يُرِيْدُ قَضَى اللهُ لَهُ حَاجَتَهُ
Tradisi membaca surat al-Ikhlash 100 kali, di makam Ma’ruf al-Karakhi (wafat th 200 H) berlangsung sejak generasi salaf untuk terkabulnya hajat (al-Hafidz Khatib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad)

سير أعلام النبلاء للحافظ الذهبي (18/ 546)
276 - أبو جعفر الهاشمي * الامام، شيخ الحنبلية، .... فَمَاتَ هُنَاكَ، وَكَانَتْ جَنَازَتُهُ مَشْهُوْدَةً، وَدُفِنَ إِلَى جَانِبِ قَبْرِ اْلاِمَامِ أَحْمَدَ، وَلَزِمَ النَّاسُ قَبْرَهُ مُدَّةً حَتَّى قِيْلَ: خُتِمَ عَلَى قَبْرِهِ عَشْرَةُ آلاَفٍ خَتْمَةً ( المنتظم " 8 / 316 - 317، و "ذيل طبقات الحنابلة " 1 / 17 و 22 و 23، و "البداية والنهاية " 12 / 129)
Ketika al-Imam Abu Ja’far al-Hasyimi, guru besar madzhab Hanbali, wafat tahun 470 H, kaum Hanabilah membaca al-Qur’an di makamnya sampai hatam 10.000 kali (al-Hafidz adz-Dzahabi, al-Hafidz Ibnu Katsir Dll)

Begitu pula ketika Ibnu Taimiyah wafat, di kuburnya dibacakan al-Quran

البداية والنهاية (14/ 156) ابن كثير القرشي (700 - 774هـ).
وختمت له ختمات كثيرة بالصالحية وبالبلد، وتردد الناس إلى قبره أياما كثيرة ليلا ونهارا يبيتون عنده ويصبحون، ورئيت له منامات صالحة كثيرة، ورثاه جماعة بقصائد جمة.
“Ibnu Taimiyah dikhatamkan bacaan al-Quran berkali-kali baik di makamnya atau di kota. Orang-orang mondar-mandir ke kuburnya berkali-kali selama beberapa hari yang lama, malam atau siang. Mereka menginap di dekat kuburnya sampai Subuh. Mereka menjumpai mimpi-mimpi yang baik tentang Ibnu Taimiyah, dan para jamaah melantunkan kasidah yang beraneka ragam"


Dari Dalil-Dalil diatas dan amaliyah Ulama, Khususnya ahli hadis, adakah yang menyatakan membaca al-Quran di Kuburan Sebagai Kesyirikan? Atau adakah larangannya dari dalil agama?


Ust. Muhammad Ma'ruf Khozin

Fitnah Wahabi, Kiai Said Tidak Mau Rapatkan Shaf dan Pilih Shalat Bersama Iblis? Ini Transkip Ceramah Kiai Said

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Mengapa Wahabi bisa dianggap sebagai pengikut Iblis ? Salah satu buktinya baru-baru ini fitnah dilancarkan oleh pengikut wahhabi terhadap Kiai Said Aqil Siraj. Fitnah tersebut bermuara pada dua hal : Pertama, mensalah pahami perkataan Kiai Said. Kedua, kegagalan (kebodohan) memahami hadits Nabi Saw.


Rekaman ceramah Kiai Said dipotong kemudian diupload ulang di Youtube dengan judul yang mengandung fitnah. Akun pengload adalah https://www.youtube.com/user/imam1238 . Potongan ceramah Kiai Said diberi judul "Tidak Mau Merapatkan Shalat Seperti Wahabi, Said Aqil Lebih Memilih Shalat Bersama Iblis ".

Dari judul tersebut seolah-olah Kiai Said enggan merapatkan shaf, padahal yang dikritik Kiai Said adalah kaki yang ditempel-tempelkan oleh pengikut Wahhabi sebagaimana banyak didapati kalau kita shalat bersama Wahhabi, bahkan kadang kaki di injak.

"terus kakinya harus ketemu satu sama lain, gak boleh ada ruang antara kaki, kenapa? nanti iblis disitu tempatnya, kalau saya Alhamdulillah iblis bisa ikut shalat... jadi kaki harus ketemu, antara satu dengan yang lain kakinya harus rapat, jangan sampai ada ruangan sedikit (antara kaki), kenapa? iblis nanti situ (cela antara kaki). ..",
jelas Kiai Said dalam ceramahnya yang disertai guyonan itu.

Berikut Transkip Lengkap Ceramah Kiai Said Terkait dengan Kritikan Disertai Guyonan Tersebut:
Qur'an berulang kali perintah shalat, aqimush shalah, aqimush shalah, tapi Qur'an tidak menjelaskan berapa kali shalat yang wajib sehari-semalam, tidak ada di Qur'an. Namanya shalat itu, apa namanya, tidak ada di Qur'an.

Jadi, kalau ada orang pidato, ceramah khutbah, mari kita kembal ke Qur'an, semua ada di Qur'an, ... goblok (Wahhabi), semua ada di Qur'a gimana?! nah, dihadits ada.. hadits wonten, furidlot alaikum khomsu maktuban, kata Rasulullah "diwajibkan kepadamu sekalian shalat sehari semalam 5 kali". (ini dalam) hadits, bukan (dalam) Qur'an, namanya Ad-Dhuhr, wal Ashr wal maghrib wal isya' wal fajr, (ini dalam) hadits bukan (dalam) Qur'an.

Nah, hadits pun, Rasulullah pun tidak menjelaskan syarat-syarat sahnya shalat, harus Islam baligh aqil suci dari hadats shaghir hadast kabir suci dari najis, gak ada didalam hadits se-urut itu. Rukunnya shalat 14: takbiratul Ihram niat berdiri bagi yang mampu, baca Fatihah.., gak ada didalam hadits (se-urut) itu.

Terus darimana kita tahu, syaratnya shalat ada 6, rukunnya shalat (ada) 14, darimana itu? dari Ijm'ul Ulama. darimana Bu..?!! itu baru shalat, baru satu itu contohnya.

Kalau ada orang belum pernah shalat, ada orang belum bisa shalat, belajar shalat, hanya baca Qur'an dan hadits, potong leher saya kalau (orang itu) bisa shalat, sembelehi aku le' iso nek ono wong dari Qur'an dan Hadits, potong leher saya kalau bisa, itu baru contoh shalat, belum haji, belum masalah lain-lain, tidak bisa kalau tanpa mengikuti ijmaul ulama. Hanya beda-beda dikit, kalau Imam Hanafi takbir santai, "Allahu Akbar.. (posisi tangan santai)", kalau Imam Malik malah tidak sedekap (membiarkan tangannya kebawah), kalau Imam Syafi'i tengah-tengah, kalau Imam Hanbali rodo nyekek, kayak wahabi-wahabi itu.. yang kalau shalat takbire ngene (mempraktekkan) terus kakinya harus ketemu satu sama lain, gak boleh ada ruang antara kaki, kenapa? nanti iblis disitu tempatnya, kalau saya Alhamdulillah iblis bisa ikut shalat... jadi kaki harus ketemu, antara satu dengan yang lain kakinya harus rapat, jangan sampai ada ruangan sedikit (antara kaki), kenapa? iblis nanti situ (cela antara kaki). Saya Alhamdulillah kalau iblis mau jama'ah....."
Berikut Video yang lengkap :
Potongan video yang disabotase oleh pengikut wahhabi (kumpulan munafiqin) aslinya adalah video berdurasi lebih dari 2 jam. Video tersebut merupakan ceramah Kiai Said pada Harlah NU ke 92. Berikut lengkapnya :




Website Wahhabi Penebar Fitnah :
Diantara situs wahhabi yang menebarkan fitnah adalah situsjurnalmuslim alias jurnal Wahhabi.

http://www.jurnalmuslim.com/2015/09/tidak-mau-merapatkan-shalat-seperti-wahabi-said-aqil-lebih-memilih-shalat-bersama-iblis-video.html

Fitnah tersebut dikutip dari situs Wahhabi yang menggunakan nama Syi'ah yaitu syiahindonesia.com. Situs ini dikelola oleh wahhabi tetapi menggunakan nama Syi'ah. Dalam hal ini, pengelola situs Wahhabi tersebut bertaqiyyah.

Facebooker Penebar Fitnah yang Perlu Diwaspadai :
Fitnah dalam situs wahhabi (syiahindonesia dot com) dan jurnal muslim disebarkna di jejaring sosial faceboo oleh pengikut-pengikut fitnah, diantaranya :

https://www.facebook.com/azzam.asadulloh



https://www.facebook.com/alisamanlc

 Wahhabi seperti dua orang diatas cukup banyak bertebaran difacebook sehingga umat Islam perlu mewaspadai hal tersebut. Fenomena tersebut disebabakan adanya umat Islam yang terjangkiti virus Wahhabi sehingga dilanda kebodohan beragama tetapi hebat dan bersemangat menebarkan fitnah.

HARUSKAH BERADU KAKI ?
Berangkat dari pertanyaan awal, apakah mata kaki ”harus” menempel dalam shaf shalat?

Ada dua pendapat; pertama yang mengatakan harus menempel. Ini adalah pendapat Nashiruddin al-Albani (w. 1420 H). Bahkan beliau mengatakan bahwa yang mengatakan tidak menempel secara hakiki itu lebih jelek dari faham ta’thil sifat Allah.

Pendapat kedua, yang mengatakan bahwa menempelkan mata kaki itu bukan tujuan utama dan tidak harus. Tujuan intinya adalah meluruskan shaf. Jikapun menempelkan mata kaki, hal itu dilakukan sebelum shalat, tidak terus menerus dalam shalat. Ini adalah pendapat Utsaimin. Dikuatkan dengan pendapat Bakr Abu Zaid.

Sampai saat ini, penulis belum menemukan pendapat ulama madzhab empat yang mengharuskan menempelkan mata kaki dalam shaf shalat.

Merapatkan dan meluruskan shaf tentu anjuran Nabi. Tapi jika dengan menempelkan mata kaki, malah shalat tidak khusyu’ dan mengganggu tetangga shaf juga tidak baik.

http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1420891824&=haruskah-mata-kaki-jamaah-saling-menempel-sepanjang-shalat.htm
Kesimpulannya adalah Kiai Said tidak pernah mengatakan tidak mau merapatkan shaf. Pernyataan fitnah bahwa kiai Said tidak mau merapat shaf berasal dari Wahhabi, bahkan pengikut Wahhabi salah paham terhadap hadits merapatkan shaf. Sebab dalam hadits yang dibawakan oleh wahhabi dalam situs syiahindonesia dan jurnal muslim tidak ada menyebut tentang menempelkan kaki, tetapi perintah merapatkan shaf.

red. Ibnu Manshur

Organisasi Akatsuki Afkar Berkostum ala Anime Ini Menyita Perhatian Netizen

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Bagi penggemar atau yang pernah menonton serial manga dan anime Naruto, maka nama Akatsuki tidak terdengar asing. Akatsuki adalah nama sebuah kelompok antagonis dalam film kartun tersebut.

Akatsuki yang berarti "Fajar" dalam film tersebut beranggotakan 10 orang kriminal kelas S yang ditakuti. Mereka memiliki jurus yang mengerikan.

Kelompok Akatsuki dalam serial tersebut cukup banyak menginspirasi penggemar anime sehingga ada yang berusaha berpenampilan layaknya kelompok tersebut. Biasa diistilah dengan Cosplay (Contum, Play).


Cosplay berarti hobi mengenakan pakaian beserta aksesori dan rias wajah seperti yang dikenakan tokoh-tokoh dalam anime, manga, dongeng, permainan video, penyanyi dan musisi idola, dan film kartun.

Namun, bagaimana bila seragam Akatsuki itu dikenakan dalam sebuah kegiatan Thariqat Naqsyabandiyah. Inilah yang menyita perhatian netizen di sosial media. Pasalnya orang-orang berpakaian / berkostum alat Akatsuki hadir dalam kegiatan sebuah thariqat, bahkan ada proses pelantikan.

Tidak hanya itu, mereka juga menamakan diri sebagai organisasi Akatsuki Afkar. Dalam beberapa foto yang disebarkan di sosial media, nampak mereka berbaur dengan masyarakat.

Berikut foto-fotonya :

Menyanyikan Lagu indonesia raya pada acara SITQON (Silaturahim ikhwan akhowat Thoriqoh An-Naqsyabandiyah) cabang Lumajang Di Rumah Bpk. Muslikh Desa Kedungmoro









mengikuti ritual Thoriqot An-Naqsyabandiyah Di rumah Bpk. Muslikh Desa Kedungmoro


PANSER "AKATSUKI AFKAR" menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dalam Pengajian Haul Umum & Halal bi Halal di PonPes Baiturrohman Labruk Kidul.
PANSER (Pasukan Nahdliyin Serba Guna) Akatsuki Afkar kawal Gus Bahrurrozi dari Kediri dalam Pengajian Haul Umum & Halal bi Halal di PonPes Baiturrohman Labruk Kidul


red. Ibnu Manshur
https://www.facebook.com/Team.Garda.Akatsuki


KMNU Nasional akan Selenggarakan NU-santara 2015 Di Bogor

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Visi KMNU sebagai pusat kajian keislaman yang berlandaskan ASWAJA di  Perguruan Tinggi merupakan sarana menuju terbentuknya kader mahasiswa Nahdlatul Ulama  yang memiliki keunggulan spiritualitas Islam, intelektualitas, humanitas,  dan profesionalitas. Untuk mendorong terwujudnya Visi KMNU maka Pengurus KMNU Nasional melalui Presisium Nasional (Presnas) 5 akan mengadakan Nahdlatul Ulama Science and Cultural Art Olympiad (NU-santara) 2015 yang akan diselenggarakan pada tanggal 16-18 Oktober 2015 di Bogor.

Abdul Rahman (Presnas 5) di Bandung mengemukakan Nu-santara 2015 diselenggarakan dengan tujuan menggali potensi, minat bakat serta ajang mengapresiasi prestasi para mahasiswa Nahdlatul Ulama yang memiliki kemampuan IPTEK dan IMTAQ yang mumpuni.

Umam selaku Ketua Panitia NU-santara 2015 menambahkan bahwa kegiatan ini terdiri dari 4 rangkaian acara, yaitu: Lomba Tingkat Nasional, Pelatihan Nasional, Forum Pembina KMNU Se-Indonesia, Seminar Kebangsaan dan Kontemplasi Budaya.

Lomba Tingkat Nasional meliputi Lomba Essay, Lomba Cipta Mars KMNU, Lomba Hadrah, dan Lomba Musabaqoh Qira’atul Kutub dengan kategori peserta yaitu mahasiwa D3/S1. Selain itu, Pelatihan Nasional terdiri dari Pelatihan Administrasi dan Keuangan, Pelatihan Jurnalistik dan IT, Pelatihan Nu-Training, Pelatihan Kajian dan Dakwah ASWAJA, serta Pelatihan Ke-NU-an dan Ke-KMNU-an yang dikhusukan bagi delegasi dari 12 KMNU Perguruan Tinggi.  Adapun Seminar Kebangsaan dan Kontemplasi Budaya di buka untuk umum dan info selengkapnya dapat mengunjungi web resmi kami http://nu-santara.kmnu.or.id/

NU-santara 2015 kedepan mudah-mudahan menjadi ajang yang bergengsi untuk mahasiswa NU untuk menjadi sarana untuk mengembangkan potensi dan prestasi baik IPTEK maupun IMTAQ. Mohon doanya kepada semua pihak semoga NU-santara 2015 dapat berjalan dengan sukses dan berkah. Amiin. Tutup Puguh selaku SC NU-santara 2015.'

KMNU Pusat

Presidium Nasional Sahkan Sistem Akuntansi KMNU

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Terhitung tanggal 3 September 2015 lalu KMNU secara resmi telah mengesahkan Sistem Akuntansi KMNU Nasional.  Sistem Akuntansi yang dikerjakan mulai awal April 2015 ini merupakan salah satu realisasi dari Program Kerja Presidium Nasional 3 dengan Diana Susilowati dari IMAN STAN sebagai koordinator.

Proses pembuatannya dimulai dari pengidentifikasian kegiatan masing masing depnas, pengelompokan jenis-jenis kegiatan ke dalam suatu kelompok akun, penentuan nama akun standard, pemberian definisi pada masing masing akun, pengelompokan ke dalam siklus akuntansi, penentuan kebijakan akuntansi yang dibutuhkan, pembuatan jurnal standard, sampai pembuatan SOP, dan format Laporan Keuangan.

Setelah semua proses tersebut dilalui, tim penyusun, yang berasal dari Departemen Nasional Keuangan,  mulai melakukan review serta perbaikan. Saat perbaikan selesai, tahap akhir berupa kompilasi dari perbaikan semua tahapan serta finalisasi penyusunan sistem akuntansi KMNU pun dilaksanakan.

Dalam Standard Akuntansi KMNU ini dimuat poin-poin utama sebagai berikut:

1). 7 hal penting perihal Kebijakan Akuntansi secara umum;
7 hal penting tersebut antara lain memuat basis akuntansi, sistem pencatatan, periode akuntansi, serta sistem evaluasi.

2). siklus serta tahapan dari siklus akuntansi;
Siklus utama KMNU meliputi 2 siklus yakni siklus penerimaan dana dan siklus pengeluaran dana. Adapun tahapan dari siklus tersebut tersusun atas 3 tahap penting yakni, tahap pencatatan, tahap pengikhtisaran, dan tahap pembuatan Laporan Keuangan.

3). daftar kode dan nama akun standard, yang dikelompokkan berdasarkan penggunanya;
Daftar kode dan nama akun dikelompokkan berdasarkan pengguna dari akun-akun tersebut, yaitu untuk bendahara pencatatan dan bendahara pengelola kegiatan.

4). definisi dari masing – masing nama akun standard;
Setelah mengetahui kode serta nama akun akun standard, maka masing-masing akan dideskripsikan di dalam poin ini.

5). jurnal standard pencatatan transaksi;
Jurnal yang dibutuhkan dalam rangka mencatat transaksi telah ditentukan dan dijelaskan di dalam poin ini.

6). penjelasan dari 6 Standard Operational Procedure;
6 SOP yang dimaksud di atas adalah 1. SOP Penganggaran, 2. SOP Penerimaan Iuran Anggota, 3. SOP Penerimaan Umum, 4. SOP Penyaluran Dana Internal, 5. SOP Pengeluaran Dana Kegiatan, dan 5. SOP Pelaporan Keuangan.

7). format dari 4 jenis Laporan Keuangan standard.
5 Laporan Keuangan yang dimaksud di atas adalah 1. Laporan Aktivitas, 2. Laporan Posisi Keuangan, 3. Laporan Realisasi Anggaran, dan 4. Catatan Atas Laporan Keuangan.

Selaku pembuat kebijakan, Departemen Nasional Keuangan  KMNU senantiasa berharap, Sistem Akuntansi KMNU ini dapat diaplikasikan dengan baik. "Pembuatan Sistem Akuntansi ini merupakan starting point yang baik untuk organisasi selevel KMNU yang baru mendeklarasikan diri. Semoga sistem yang telah disusun ini dapat dijalankan dengan baik dan dapat dievaluasi ke depannya," tutur Diana Susilowati. Departemen Nasional Keuangan KMNU juga akan terus melakukan peninjauan terkait efektivitas dari pengaplikasian sistem akuntansi ini. (Arum Ritma Ristanti)

Ini 8 Alasan Bangga Menjadi Pelajar Al-Azhar

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Para pelajar/santri baru Al-Azhar mulai berdatangan dari seluruh penjuru dunia Islam, baik yang menempuh pendidikan jenjang menengah pertama, menengah atas, S-1, S-2 maupun S-3. Mereka semua adalah delegasi-delegasi pilihan dari negara mereka masing-masing yang setelah merampungkan jenjang pendidikan di Al-Azhar mereka akan menjadi delegasi-delegasi Al-Azhar ke negara masing-masing guna menyebarkan dakwah Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Siapapun  yang sedang menempuh pendidikan di Al-Azhar, ia harus sadar bahwa ia adalah orang pilihan dari sekian ribu bahkan juta warga di negaranya. Oleh karenanya, niat awal untuk belajar dan menimbah keberkahan dari institusi Islam tertua di dunia harus tetap terpelihara hingga ia kembali lagi ke negaranya.

Berikut 8 alasan mengapa Anda harus bangga menjadi pelajar Al-Azhar.

1- Al-Azhar adalah satu-satunya institusi Islam tertua di dunia yang masih sangat eksis di dunia pendidikan lebih dari 1000 tahun, usia yang sangat matang bagi sebuah lembaga pendidikan.

2- Al-Azhar telah terbukti berhasil melahirkan ulama-ulama besar dunia, semisal Syaikh Mutawalli Sya’rawi, Syaikh Abdul Halim Mahmud, Syaikh Muhammad Ghazali, Syaikh Muhammad Said Ramadhan al-Bauthi, Syaikh Hasan Hitu, Syaikh Wahbah Zuhaili, Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki, Syaikh Ali Gomaa, Syaikh Yusuf al-Qardhawi, dan lainnya.

3- Al-Azhar adalah lembaga pendidikan bertarap internasional yang terbuka dan dapat diakses oleh seluruh kalangan masyarakat, dari anak menteri hingga petani.

4- Al-Azhar merupakan lembaga Islam terbesar yang senantiasa berkomitmen menjaga mazhab Ahlussunnah Wal Jamaah; Asy’ari dan Maturidi (akidah), Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali (Fikih), dan al-Junaid/al-Ghazali (tasawuf).

5- Al-Azhar secara lengkap mengajarkan ilmu-ilmu wasail (sarana/alat) dan maqashid (sasaran/tujuan).

6- Al-Azhar senantiasa mengajarkan materi muqaranah al-madzahib (perbandingan mazhab) sehingga melahirkan generasi-generasi yang toleran dan mau menerima perbedaan.

7- Al-Azhar mengajarkan tasawuf (al-ihsan) baik secara verbal (perkataan/tulisan) maupun keteladanan dari para masyayihknya, sehingga generasi yang lahir selalu amanah dan takut kepada Allah SWT. dalam menyebarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.

8- Al-Azhar adalah institusi Islam terdepan yang membela kepentingan umat Islam di tengah berbagai problematika yang terjadi dewasa ini.

Demikianlah 8 alasan mengapa Anda harus bangga menjadi pelajar Al-Azhar, karena Anda benar-benar orang pilihan untuk menyebarkan risalah Islam yang suci ke berbagai penjuru dengan pemahaman yang benar. Delapan alasan yang kami tulis sesuai jumlah pintu surga ini semoga menjadi penyemangat kita bersama selama belajar di Al-Azhar hingga kelak kita berkumpul bersama di surga Allah Ta’ala.

Ahmad Dzulfikar Fawzi
Direktur Ruwaq Azhar Center

Pemprov Jawa Timur Akan Gaji Hafidz Qur’an per-Bulan

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyiapkan gaji untuk penghafal Al-Qur’an per bulannya sebagai bentuk apresiasi karena ikut andil besar dalam mendidik masyarakat memiliki akhlak yang baik.

"Nanti yang dapat bantuan bukan untuk semua penghafal Al-Qur’an, tapi khusus untuk yang mengajar," ujar Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf kepada wartawan di Surabaya, Selasa.

Bantuan dana tersebut diupayakan turun tahun ini, namun jika tidak maka mulai dilaksanakan pada pos Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2016.

Gus Ipul, sapaan akrabnya, mengaku program tersebut sampai saat ini masih dikaji secara matang karena merupakan kali pertama di Jawa Timur, bahkan di Indonesia.

Menurut mantan ketua umum Gerakan Pemuda Ansor itu, para guru penghafal Al-Qur’an sangat membantu masyarakat berakhlak dan sangat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian saat ini.

"Sebab pesatnya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan tanpa dibarengi dengan akhlak yang mulia akan sia-sia dan tidak memberikan dampak yang bagus untuk masyarakat," ucapnya.

Mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal itu menjelaskan, ide penggajian guru penghafal Al-Qur’an muncul dari hasil diskusinya dengan Gubernur Jatim Soekarwo, termasuk siapa saja yang berhak mendapat bantuan.

"Nah dari hasil diskusi itulah muncul ide memberikan bantuan kepada mereka karena ikut membina akhlak masyarakat Jatim," kata mantan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.

Terkait siapa yang berhak menerima bantuan ini, kata dia, akan melalui proses ketat agar tidak salah sasaran, antara lain menelusuri apakah betul orang tersebut hafal Al-Qur’an, di mana tempatnya menghafal Al-Qur’an, hingga dilakukan tes hafal Al-Qur’an.

"Nanti ada tim khususnya sendiri. Sekarang masih dalam proses dan terus dipelajari. Yang jelas, bantuan untuk pengajar, bukan yang tidak mengajar," kata Gus Ipul. (Antara/Mukafi Niam)

sumber via nu.or.id

Kisah 'Santri NU' Menjadi Ketua Umum Muhammadiyah

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Pada suatu hari di awal abad ke-20, salah seorang santri datang ke Tebuireng untuk mengadu. Santri itu Basyir namanya, berasal dari kampung Kauman, Yogyakarta. Kepada kyai panutan mutlaknya itu, santri Basyir mengadu tentang seorang tetangganya yang baru pulang dari mukim di Makkah, yang kemudian membuat odo-odo “aneh” sehingga memancing kontroversi diantara masyarakat kampungnya.

“Siapa namanya?” tanya Hadlratusy Syaikh.

“Ahmad Dahlan”

“Bagaimana ciri-cirinya?”

Santri Basyir menggambarkannya.

“Oh! Itu Kang Darwis!” Hadlratusy Syaikh berseru gembira.

Orang itu, beliau sudah mengenalnya. Nama kecilnya Darwis. Teman semajlis dalam pengajian-pengajian Syaikh Khatib Al Minangkabawi di Makkah sana. Mengikuti tradisi ganti nama bagi orang yang pulang dari Tanah Suci, beliau pun kemudian menggunakan nama Ahmad Dahlan.

“Tidak apa-apa”, kata Hadlratusy Syaikh.

“Yang dia lakukan itu ndalan (ada dasarnya). Kamu jangan ikut-ikutan memusuhinya. Malah sebaiknya kamu bantu dia,” tambahnya

Santri Basyir patuh. Maka ketika kemudian Kyai Ahmad Dahlan medirikan Muhammadiyah, Kyai Basyir adalah salah seorang tangan kanan utamanya.

 Apakah Kyai Basyir “tak pernah NU”? Belum tentu. Puteranya, Azhar bin Basyir, beliau titipkan kepada Kyai Abdul Qodir Munawwir (Kakak ipar Kyai Ali Ma’shum) di Krapyak, Yogyakarta, untuk memperoleh pendidikan Al Quran dan ilmu-ilmu agama lainnya. Pengajian-pengajian Kyai Ali Ma’shum pun tak ditinggalkannya. Demikianlah yang dikisahkan Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin Rembang, Kyai Yahya Cholil dalam websitenya teronggosong.com.

Belakangan, santri didikan ‘Krapyak’ ini pun terpilih sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah menggantikan AR Fahruddin , pada tahun 1990-1995. Namanya populer dengan KH. Ahmad Azhar Basyir, MA.

Mantan Menteri Agama Republik Indonesia H. Munawir Sadzali terkenal mengucapkan, bahwa di Muhammadiyah ada orang NU bernama Ahmad Azhar Basyir, seorang santri lulusan pesantren nahdhiyin sekaligus putra dari murid KH. Hasyim Asy’ari.

sumber via pustaka madrasah

Majalah NU Sejak Tahun 1928

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Tidak banyak yang tahu bahwa Nahdlatul Ulama telah memiliki Majalah untuk mengabarkan dan mempublikasikan kegiatannya sejak Shafar 1347 H bertepatan dengan tahun 1928 M. Majalah pertama NU ini ditulis dengan bahasa Jawa dengan tulisan Arab Pegon.

Dalam buku sejarwan NU asal Surabaya, Choirul Anam, perkembangan media milik PBNU telah didirikan sejak berkantor di Surabaya. Para ulama pendiri NU, ini mengetahui betul peran media dalam penyebaran dan propaganda untuk mengembangkan organisasi dan ajaran Islam.

Dalam terbitan pertamanya, majalah dengan Nama Swara Nahddlatoel Oelama itu dengan redaktur KH Wahab Chasbullah, Direktur Kiai Mas Badul Kohar dan pengarang KH Ahmad Dahlan, KH Mas Alwi bin Abdul Azis dan KH Ridwan.

Majalah NU ini berkantor di Jalan Kawatan Gang Onderling Belang Nomor 9 Surabaya.  Isi majalah selain memberitakan internal kegiatan dan perjuangan NU, juga memuat perkembangan dunia Islam, masalah pemerintahan dan juga ilmu pengetahuan.

Soal pemasaran, para pendiri NU dan pengelola majalah ini sangat memahami pasar. Bahkan daftar harga berlangganan majalah dicantumkan. Untuk satu tahun berlangganan seharga 2,50; setengah tahun 1,40, tiga bulan 0,75. Langganan luar daerah dikenakan berbeda terkait ongkos kirim dan ditentukan "uang harus dibayar lebih doeloe."

Tidak hanya soal berlangganan, harga advetorial juga sudah tercantum, baik untuk halaman muka maupun yang di dalam.

Dalam perkembangannya, Majalah Berita Nahdlatul Oelama pada tahun ke-6 atau 1936 H, sudah mencantumkan iklan sebuah toko yang menjual jas dan piayama.

Perkembangan majalah NU ini sepertinya banyak diminati pembaca. Kemudian dibuatlah majalah "Berita Nahdlatul Oelama”, “Oetoesan Nahdlatul Ulama” dengan bahasa bahasa Indonesia.

Perkembangan yang cukup pesat dan untuk keberlangsungan percetakan, KH Wahab Chasbullah bersama beberapa kawannya urunan membeli mesin cetak sendiri. "Begitulah totalitas KH Wahab kepada NU. Sepanjang hidupnya utuk mengembangkan NU," tulis Cak Anam yang juga mantan Ketua GP Ansor Jawa Timur ini. (Muslim Abdurrahman)

sumber nu.or.id

Menjadi Kyai Tidak Perlu Rencana; Sepenggal Kisah Perjuangan MbahUtsman Surabaya

$
0
0
Muslimedianews.com ~
Meski dirinya sudah masyhur sebagai kyai ternama, murid dari Mbah Khozin Buduran, Mbah Munir Jambu Madura, Mbah Kholil Bangkalan, Mbah Hasyim Asy'ari dan Mbah Romli Tamim, yang sejak usia mudanya sudah menjadi singa podium, hidup Kyai Utsman al-Ishaqi tidak semudah dan senyaman yang kita bayangkan. Pernah beliau bekerja di PLN di Surabaya selama 5/7 bulan tak digaji sedikitpun. Begitupun saat mengajar di Tasywirul Afkar, bentukan Mbah Wahab Hasbullah, selama beberapa bulan tak digaji. "Namanya saja baru berdiri, itung-itung dalam masa percobaan," jawab Mbah Wahab. Tidak ada keluhan sedikitpun dari Kyai Utsman.

Pada akhirnya beliau diminta oleh gurunya untuk fokus mengajar. Proses pertama mengajarnya Mbah Utsman dimulai dari mengajar anak-anak kecil dari masyarakat sekitar Jatipurwo dan menempati sebuah mushalla (mushalla Mbah Wahab) di kampung Sawahpulo yang bersebelahan dengan kampung Jatipurwo. Model pengajaran pertama beliau adalah dengan mengajak anak-anak didiknya berkeliling kampung dengan bacaan-bacaan ayat suci al-Quran, doa-doa dan bacaan shalawat (Burdah). Setelah berkeliling, barulah berkumpul di mushalla dan memulai pelajaran mengajinya.

Karena banyaknya anak-anak yang mengaji, akhirnya masyarakat sekitar bermusyawarah agar Mbah Utsman mendapatkan tempat yang lebih layak dalam menjalani praktek ajar-mengajar. Keputusan musyawarah adalah dengan memindahkan mushalla yang tidak terpakai dan berukuran agak besar di kampung Jatisrono, kampung sebelah utara dari kampung Jatipurwo.

Seiring berkembangnya waktu, ada banyak tamu dari luar kota yang sering menginap di mushalla tersebut dan disinyalir merupakan kyai-kyai sepuh termasuk diantaranya Mbah Zubeir Sarang, Mbah Hasbullah, Mbah Dimyathi Termas hingga sang gurunya sendiri yaitu Mbah Romli. Hal yang demikian mengetuk hati salah satu pengusaha keturunan Arab menyumbangkan kayu dan beberapa kebutuhan untuk membangun 4 ghota'an (kamar-kamar yang dibangun sejajar) di sebelah timur mushalla, persis di depan kediaman Mbah Utsman.

Di kemudian hari, dari 4 ghota'an inilah akhirnya menarik perhatian orang yang ingin memasrahkan anaknya untuk dididik Mbah Utsman. Terutama dari Pulau Bawean yang perjalanannya ditempuh selama 3 hari 3 malam dengan menggunakan perahu kayuh.

Di saat mengajar anak-anak kecil itu Mbah Utsman sering mendapatkan teror dari orang-orang yang tidak berkenan terhadap praktek mengajar ngaji yang dijalani beliau hingga pada ancaman pembunuhan. Beberapa kali Mbah Utsman dikalungi celurit. Maklum, karena Jatipurwo dari sejak jaman penjajahan dulunya merupakan tempat bersarangnya lokalisasi PSK, sarang pemabuk, sarang judi, dlsb.

Pernah suatu ketika para santri Jatipurwo diboyong ke Rejoso Jombang karena situasi politik Indonesia yang tidak stabil, yakni maraknya kerusuhan-kerusuhan yang didalangi partai PKI. Mbah Utsman pun turut memboyong semua anggota keluarganya ke Jombang. Konon Mbah Utsman tinggal di desa sebelah barat yang bersebelahan dengan Rejoso dan para santrinya tinggal di pesantren sang guru, di Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Jombang.

Saat di Jombang itulah, disamping mengajar para santri, rutinitas beliau dalam menafkahi keluarga dengan berjualan tembakau. Jangan dikira dari jualan tembakau itu beliau meraup untung banyak, laku pun tidak. Malah dalam situasi seperti ini yang sangat merasakan untungnya adalah santri-santri Pondok Darul Ulum (teman Mbah Utsman) karena dapat tembakau geratis. Namun sekali lagi hal itu tetap dijalani dan dihadapinya dengan sabar dan tawakkal. Sampai akhirnya kembali ke Jatipurwo Surabaya saat situasi sudah aman. 

Dari mushalla kecil dan 4 ghota'an itulah cikal-bakal berdirinya Pondok Pesantren Darul Ubudiyyah Raudhatul Muta'allimin Jatipurwo, Semampir, Surabaya. Dan sampai sekarang pesantren tersebut tetap eksis menampung dan mendidik para santri. Dengan pengasuh salah satu putra Mbah Utsman, yakni KH. Ahmad Minanurrahman bin M. Utsman al-Ishaqi. Hadhratus Syaikh KH. M. Utsman al-Ishaqi wafat pada tahun 1984 M. (Sumber cerita: KH. A. Danyalin bin KH. A. Minanurrahman bin KH. M. Utsman al-Ishaqi).

Dialog Pro-Rukyat dan Anti Rukyat Ahlussunnah Wal Jamaah

$
0
0

Dialog Rukyat Dan Hisab

Anti Rukyat: “Gimana, sekarang zaman sudah modern, pakai ilmu Hisab dong, sudah tidak perlu Rukyat, ketinggalan zaman”.

Pengamal Rukyat: “Gini, Rasulullah sudah jelas memerintahkan pakai Rukyat, tidak ada satupun hadits yang memerintahkan Hisab. Kalau soal modern atau tidak, kamu saja yang ketinggalan informasi. Ini buktinya:

الشَّافِعِيَّةُ قَالُوْا : يُعْتَبَرُ قَوْلُ الْمُنَجِّمِ فِي حَقِّ نَفْسِهِ وَحَقِّ مَنْ صَدَّقَهُ وَلَا يَجِبُ الصَّوْمُ عَلَى عُمُوْمِ النَّاسِ بِقَوْلِهِ عَلَى الرَّاجِحِ (الفقه على المذاهب الأربعة - ج 1 / ص 873) 

“Syafi'iyah berkata: Pendapat ahli Hisab dapat diterima bagi dirinya sendiri dan orang yang percaya padanya. Orang lain tidak wajib puasa, berdasarkan pendapat yang kuat” (Madzahib al-Arba’ah 1/873).

Anti Rukyat: “Wah, wah.... berarti yang memperbolehkan pakai Hisab itu madzhab Syafi'i ya, berarti kami sebenarnya bermadzhab Syafi'iyah, padahal kata pimpinan kami selalu kembali ke Quran-Hadits. Ada gak bukti lain kalau Hisab itu sudah lama diterapkan dalam madzhab Syafi'iyah?”.

Pengamal Rukyat: “Ada. Anda tentu pernah dengar Imam al-Subki yang hidup tahun 727-771 H (1327-1370 M, padahal sekarang sudah tahun 2000-an). Beliau termasuk ulama Syafi'iyah yang mempertimbangkan ilmu Hisab dalam masalah Rukyat:

إعانة الطالبين - (ج 2 / ص 243) 
(فَرْعٌ) لَوْ شَهِدَ بِرُؤْيَةِ الْهِلَالِ وَاحِدٌ أَوِ اثْنَانِ وَاقْتَضَى الْحِسَابُ عَدَمَ إِمْكَانِ رُؤْيَتِهِ. قَالَ السُّبْكِي: لَا تُقْبَلُ هَذِهِ الشَّهَادَةُ، لِاَنَّ الْحِسَابَ قَطْعِيٌّ وَالشَّهَادَةَ ظَنِّيَّةٌ، وَالظَّنُّ لَا يُعَارِضُ الْقَطْعَ. وَأَطَالَ فِي بَيَانِ رَدِّ هَذِهِ الشَّهَادَةِ، وَالْمُعْتَمَدُ قَبُوْلُهَا، إِذْ لَا عِبْرَةَ بِقَوْلِ الْحِسَابِ. اهـ.

“Jika ada satu atau dua orang mengaku telah melihat hilal, padahal secara ilmu Hisab tidak mungkin dirukyat, maka menurut Imam Subki kesaksiannya tidak dapat diterima. Sebab Hisab adalah hitungan pasti dan kesaksian adalah praduga, maka praduga tidak bisa mengalahkan yang pasti. Beliau panjang lebar dalam menolak kesaksian ini. Namun pendapat yang kuat bahwa kesaksian itu diterima. Sebab ilmu Hisab tidak diperhitungkan dalam Rukyat (I’anat al-Thalibin, 2/243)”.

Anti Rukyat: “Ya, Saya percaya sekarang. Tapi kan Rukyat itu dikarenakan dulu tidak ada ilmu canggih. Ibaratnya dulu Nabi haji pakai onta, sekarang zaman pesawat. Dulu Nabi pakai Rukyat karena tidak ada Hisab”.

Pengamal Rukyat: “Anda lagi-lagi tidak mendalam dalam belajar ilmu Falak dan Hisab. Anda tahu siapa yang pertama kali menemukan ilmu ini? Dalam Mukaddimah Kitab kecil ‘Sullam al-Nayyirain’ saja dijelaskan bahwa penemu pertama ilmu ini adalah Nabi Idris. Jadi ilmu ini sudah kuno sekali. Anda saja merasa paling sok maju. Bagi kami yang melakukan Rukyat sudah pasti semuanya ahli di bidang Hisab. Sebab bagaimana mungkin melakukan Rukyat tanpa ilmu Hisab?. Soal onta dan Rukyat jelas tidak sama. Dalam ibadah haji, para ulama ketika menafsiri ‘Bagi Yang Mampu’ adalah dengan redaksi الزَّادُ وَالرَّاحِلَةُ (mampu secara perbekalan dan transportasi). Jadi disana tidak menyebut onta secara baku, boleh jadi kapal laut, bis, pesawat atau yang lain. Berbeda dalam masalah Rukyat ini. Perintahnya jelas, obyeknya juga jelas. Gimana?”

Anti Rukyat: “Ya, Saya tambah mantab untuk tidak menyalahkan Kaum Muslimin yang memakai Rukyat”.

Oleh: Ustadz Ma'ruf Khozin, PCNU Surabaya.


Kata Ulama Yaman: Kelebihan Orang Indonesia Mirip Ahlul Madinah

$
0
0
Muslimedianews.com ~
Tulisan ini diposting atas perintah dari Ustadz Abdul Wahab. Ini adalah catatan pribadi simpanan saya dan mohon maaf jika ada kurang atau keterangan yang tidak lengkap juga jika ada kesalahan kata-kata akibat kealpaan dan keterbatasan saya.

Tegal, kota kecil ini menyimpan perbendaharaan ulama, tradisi dan akar sejarah Islam yang menakjubkan. Hampir setiap gang di desa-desa di kota ini setiap malam Jum’at tidak lepas dari rutinitas religius seperti membaca yasin, tahlil, asmaul husna dan istighatsah. Pengajian dan majelis taklim Ahlusunnah wal Jama'ah bertaburan dimana-mana bak permata yang menaburkan keindahan di setiap sudut kota yang kami cintai ini.

Kami berkesempatan mengunjungi acara Kliwonan di Cikura. Nama acara lengkapnya adalah “Pengajian Akbar dan Istighatsah Kubro Malam Jum’at Kliwon di Desa Cikura, Bojong Kab. Tegal” atau akrab dan pendeknya kami sebut “Kliwonan Cikura”. Acara besar ini merupakan acara rutin dari Pondok Pesantren Attauhhidiyyah di Tegal dan Cikura untuk masyarakat umum secara luas. Saat ini nama pondok pesantren di Giren berubah menjadi pondok Syeh Said Bin Syeh Armia dan di Cikura berubah nama menjadi pondok Syeh Armia Bin Syeh Kurdi. Susunan acara dimulai dari pembacaan yasin dan tahlil juga ziarah kubur, kajian kitab Sulam at-Taufiq dan ad-Dasuqi, pembacaan asmaul husna dan shalawat Mudhariyyah serta ditutup dengan istighatsah bersama.

Ribuan orang berbondong-bondong memadati acara dari berbagai penjuru datang ke desa ini melawan udara nan dingin menusuk. Ada yang datang dari Jakarta, Cirebon, Banjarnegara, Pemalang, Pekalongan, Batang, dan tentu dari Tegal sendiri dengan berbagai kendaraannya masing-masing menempuh jalan terjal dan berbukit. Mereka hadir dengan niat mencari ilmu, berkumpul bersama ulama dan para sholihin dan mencari keberkahan majelis dzikrullah.

Malam Jum’at Kliwon, 18 September 2015, saya tiba kira-kira sehabis Isya ketika maulid sedang dibaca. Setelah doa maulid selesai kemudian para hadirin membaca doa ta’lim dan kalamun qodimun yang dipimpin oleh pengasuh pondok pesantren, yaitu KH. Ahmad Saidi. Semoga Allah Swt. memanjangkan umur dan memberikan kesehatan senantiasa kepada beliau.

a. Pengajian KH. Ahmad Saidi

Pengajian pun dimulai dengan melanjutkan keterangan beliau perihal isi kitab Sulam at-Taufiq bab maksiat hati. Diterangkan bahwasanya, "kita perlu mewaspadai maksiat hati karena itu sifatnya samar-samar. Di dunia ini ada maksiat yang kelihatan ada yang tidak. Beberapa contoh maksiat yang tidak kelihatan seperti menganggap remeh orang lain, mengecilkan orang lain, riya dll."

"Misalnya ketika kita shalat Tahajud, tapi di hati berkata: "Wah orang-orang sedang terlelap tidur, sedang saya shalat". Atau ketika kita memakai pakaian, memakai minyak wangi, ternyata agar dipuji orang. Kita niat mengeluarkan makanan supaya dianggap murah hati, bukan niat lillahi ta'ala tapi niat karena manusia. Sesungguhnya maksiat itu secara pembagian ada yang khafi (tidak kelihatan) ada yang jalli (kelihatan). Berbagai contoh kongkrit dipaparkan dalam keterangan ini secara lengkap dan detail oleh Kyai Ahmad Saidi.

Ada contoh penting relevan dengan bulan haji ini tentang bagaimana orang yang kelihatan beribadah tapi ternyata sedang maksiat. Orangnya memakai kopyah tapi demi dipanggil haji, supaya terhormat, supaya terlihat di mata masyarakat sebagai “haji”. Ini adalah ibadah tapi aslinya sedang maksiat. “Amalnya bisa bubar semua pahalanya sebab maksiat hati”, pesan beliau.

Beliau melanjutkan dengan satu cerita, "pernah terjadi di Jaman Mbah Kholil Bangkalan. Suatu hari Mbah Kholil mengumumkan pada santri-santrinya bahwasanya beliau akan kedatangan Nabi Khidir. Santri-santripun kemudian bergegas bersiap-siap, memakai wewangian dan pakaian-pakaian terbaiknya untuk menyambut Nabi Khidir ini.

Kemudian di luar dugaan mereka, datanglah seorang tentara Belanda yang mukanya sangat bengis dan seram sehingga murid-murid Mbah Kholil pun panik dan mengambil senjata-senjata seadanya seperti bambu, parang dan lain-lainnya takut-takut gurunya akan disakiti oleh tentara itu. Tetapi Mbah Kholil menerimanya dengan lembut dan menyuruhnya masuk kemudian menutup pintu.

Di luar santri-santri menunggunya dengan khawatir. Beberapa santri juga mengintip di luar kamar dengan harap-harap cemas. Kemudian keluarlah dari ruangan itu seorang pengemis dan santri-santri pun enggan bersalaman dan orang itu pun telah pergi. Setelah itu baru santri-santri menyesal karena Mbah Kholil berkata itu yang barusan masuk dan keluar adalah Nabi Khidir."

KH. Ahmad melanjutkan ceritanya, "Di Tanah jawa jaman dahulu kala juga ada majelis wali kemudian ada orang berpakaian seperti orang ngarit, ternyata dia adalah pemimpin wali pada masa itu. Semua yang hadir terheran-heran dan kemudian meminta bukti. Wali tersebut berdoa meminta bukti dan kemudian hujan besarlah seluruh tanah Jawa tetapi di majelis itu tidak kehujanan sedikitpun."

"Ada pula wali yang berkumpul di Lebanon untuk membahas masalah yang penting. Siapa yang paling tinggi pangkatnya di sana? Ternyata ada orang memakai kuda dan dikawal berwujud tentara. Ternyata itu adalah wali quthub," tutur Kyai Ahmad.

Poin KH. Ahmad Saidi dari kisah sejarah ini adalah, kita jangan meremehkan orang lain (jangan melihat luarnya saja) karena kita tidak tahu siapa dia dan juga itu merupakan maksiat hati. Penjelasan berlanjut, "apabila kita disuruh untuk mengaji tapi tidak mau, itu juga takabbur."

"Analoginya ketika ada orang yang melarat, orang susah sedang lapar tapi menolak diberi nasi/makanan tapi dia menolak diberi makanan itu dengan kecongkakannya. Itu berarti sombong. Nah kalau panjenengan diajak pengajian tidak mau itu juga sombong kepada Allah. Ada adzan Dzuhur tidak mau shalat, itu juga sombong. Sebab sombong bukan hanya omongan, ketinggian kata-kata dan hati tapi ketika perintah Allah diabaikan. Sebab perintah Allah merupakan perintah tertinggi. Kita membandingkan perintah antar manusia saja itu kadang wajib dipatuhi (misal tentara) apalagi antara Tuhan dan makhlukNya. Kurang ajar terhadap Tuhan adalah ketika kita mengabaikan perintahnya.

Kita minum air siapa? Siapa yang menjalankan jantung? Diundang Allah tidak mau? Kalau tangan kita tak bisa bergerak bagaimana? Telinga kita tidak bisa mendengar bagaimana? Kita begitu sering mengabaikannya, kurang ajar. Tetapi, begitu baiknya Allah karena lebih mendahulukan rahmatNya kepada kita." Papar Kyai Ahmad.

"Puncaknya kebaikan adalah husnul khatimah. Dan puncaknya kejahatan adalah mati kafir. Kuburan kita makin dekat. Kita harus menjadi makin baik selalu, dari hari ke hari. Jangan mengecilkan orang lain, kita lihat meskipun kepada Yahudi, Nabi masih hormat. Kita tidak tahu dia nanti dapat hidayah, masuk surga. Kita jangan sampai menganggap orang lain kecil. Ini maksiat yang tidak kelihatan." Kata KH. Ahmad Saidi bin KH. Said bin Syaikh Armia.

Kajian pun dilanjutkan dengan mengaji tauhid kitab ad-Dasuqi halaman 167 yang membahas tentang sifat qudrat, iradat, ilmu dan hayat. Empat sifat ini wajib (harus secara logika) ada di Sang Pencipta. Qudrat kuasa, iradat kersa/mau, ilmu itu mengerti, dan hayat itu hidup. Berbagai contoh logika dan analogi dipaparkan KH. Ahmad sebagai penjelasan untuk memudahkan audiens. Waktu bergulir dan kemudian KH. Ahmad mempersilakan adiknya, KH. Muhammad Hasani untuk melanjutkan mauidzah hasanah.

b. Pengajian KH. Muhammad Hasani

KH. Hasani mengucap salam dan kemudian mengucapkan selamat datang kepada dai-dai Allah dari yang jauh-jauh datang dari Republik Yaman. Pada kesempatan ini KH. Chasani membuka dengan kalam pesan Syaikh Muhammad Ibn Fadhal al-Balkhi (Balkh/Afganistan yang wafat sekitar tahun 319 H/931 M). Imam Ibn Fadhal ditanya perihal siapa orang yang celaka? Kemudian beliau menjawab: "Adalah orang-orang yang: 1) Diberi rizki ilmu tapi tidak diberi rizki amal. 2) Diberi ibadah yang banyak tapi tidak diberi ikhlas dalam beribadah. 3) Diberi rizki mengenal orang-orang shaleh tapi tidak mau memuliakan mereka."

KH. Hasani merinci penjelasan bab 'ilmu yang bermanfaat' di atas dengan perkataan Imam Syafi'i: “Ilmu bukan yang dihapalkan oleh lisan tapi ilmu adalah yang bermanfaat”.

Dilanjutkan dengan kutipan dari kalam Syaikh Yahya bin Muadz ar-Razi (wafat di Naishabur/Iran tahun 258 H), beliau berkata bahwa: "Barangsiapa yang mencari ilmu tujuannya hanya semata-mata ilmunya tapi bukan amalnya maka ilmu itu tidak akan bermanfaat baginya. Tetapi barangsiapa yang pergi mencari ilmu dengan tujuan amal, maka sekalipun ilmunya sedikit tetapi pasti akan manfaat baginya."

Penjelasan dilanjutkan dengan kutipan kalam al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad atau terkenal dengan Imam Haddad (meninggal di Tarim 1132 H): “Barangsiapa menempatkan dirinya di hadapan Allah seperti budak di hadapan tuannya, maka dia akan meraih semua kesempurnaan."

KH. Hasani mengajak hadirin bermuhasabah, “bila kita mengukur ketaatan kita sesama manusia pada majikan, jika diibaratkan karyawan lalu dianalogikan ketaatan kita kepada Allah maka kita itu hamba yang disenangi, dipuji, atau dicaci oleh Allah? Kita beribadah harus ikhlas."

Ada sebuah kisah yang diceritakan KH. Hasani untuk menerangkan poin ini. Suatu hari seorang kyai yang bekerja sebagai penenun, dengan sangat hati-hati menenun berharap harganya bisa mahal. Setelah tenunannya rampung, kemudian hendak dijual ke Pasar ternyata ditawar dengan harga rendah. Maka Kyai itu pun menangis, bukan karena kain hasil tenunannya ditawar dengan harga murah, tapi karena teringat pada amal-amalnya. "Bagaimana jika amalnya tidak diterima atau dihargai murah oleh Allah?"

Beliau juga menceritakan perihal kisah di dalam kitab Thabaqat al-Auliya tentang seseorang yang tidak memperoleh faedah dari Syaikh Muhammad Fadhal karena tidak takdzim dan menghormati ulama besar ini. KH. Hasani pun mengakhiri mauidzah hasanahnya.

KH. Ahmad Saidi juga mengucapkan selamat datang kepada para tamu ulama dari Yaman, seraya memperkenalkan kepada para hadirin. Datang di tengah-tengah kita adalah Habib Muhammad bin Abdullah al-Junaid, tangan kanan Habib Umar bin Hafidz. Datang pula Habib Husein bin Hamid Ba’alawi, Habib Alwi bin Ibrahim Bilfaqih (putra Munsyid Ba’alawi). Ada pula Habib Hilmi bin Khalid Alkaff dari Jakarta, murid Habib Umar bin Hafidz yang akan menerjemahkan dari bahasa Arab ke Indonesia.

c. Ceramah Habib Muhammad Al-Junaid

Habib Muhammad bin Abdullah Aljunaid pun dipersilakan untuk memberikan mauidhoh hasanahnya. Habib Muhammad mengucap salam dan membuka dengan shalawat.

"Kita wajib bersyukur bahwasanya kita hadir di tempat yang mulia ini. Beliau berkata bahwa kedatangan ini mengingatkannya pada memorinya dulu. Habib Mundzir sering meminta beliau untuk mendatangi KH. Ahmad Saidi, tapi waktu belum mempertemukannya di sini. Mungkin hikmahnya supaya kerinduan bertambah. Tetapi alhamdulillah malam hari ini bisa datang ke sini. “Tugas saya berkhidmah kepada ulama dan mematuhi perintah ulama. Itulah yang diperintahkan guru saya, Habib Umar bin Hafidz."

Baginda Rasul Saw. berpesan: "Muslim adalah satu badan, akan sakit jika satu badan yang lain sakit." Ini adalah maksud dari perkumpulan ini (Jum’at Kliwonan). Kumpulan ini menghasilkan kasih sayang yang tinggi. Inilah yang diinginkan Allah dan diperjuangkan Nabi agar kita menjaga Islam dan memenangkan agama Islam. Umat Islam harus bersatu, jangan ada sekat antara Arab-Jawa, perbedaan membuahkan perpecahan. Kita berkumpul dan bersatu di sini untuk memenangkan agama Islam. “Buahnya adalah kita menebarkan kasih sayang. Kita semua menjaga ini. Tetap menjaga kasih sayang dimana-mana. Ini akan terjaga dengan perkumpulan-perkumpulan seperti ini."

Beliau menyampaikan pujian majelis ini dari ulama-ulama Hadhramaut, "kalian di sini memiliki semua cahaya Baginda Rasul, kalian memiliki perjuangan Rasulullah dan mendapatkan bagian dari perjuangan Rasul."

"Kelebihan orang Indonesia adalah lebih mirip kepada ahlul Madinah, orang yang hatinya lapang dalam menerima agama Islam. Mereka orang Madinah begitu rindu pada Rasulullah, kalian punya sifat yang tidak jauh dari ini," kata habib Muhammad memuji pengajian Kliwonan ini dengan rasa gembira.

Beliau berpesan kita mesti mengupas dan belajar sejarah ulama terdahulu. Tapi juga perjuangan kita tidak cukup sampai di sini karena kita mesti mengajak jumlah yang lebih besar sebagai kekuatan Islam. Beliau berharap majelis Kliwonan ini istiqomah, melanjutkan yang telah dilakukan Rasulullah yang dulu juga bermajelis seperti ini. Paling penting bukan umat yang datang banyak tetapi adalah kebersamaan kita, berkumpul dengan guru dan orang-orang shalih. Kebersamaan ini penting karena bersambung dengan sanad guru-guru kita.

Dahulu ada kisah anjing yang masuk surga karena menemani ashabul kahfi, hikmahnya kita harus melihat dengan siapa kita berteman. Apabila anjing bisa masuk surga karena menemani orang shalih maka bagaimana dengan kita manusia yang khidmat ke para shalihin? Tentu akan lebih dari ini.

Habib Muhammad juga berkisah tentang pelepah pohon kurma yang tidak dipakai lagi di mimbar Rasulullah. Pelepah itu menangis dan Rasululah pun memeluknya dan membisikkan kata-kata kepadanya: “Engkau akan terus menemaniku di dunia dan akan hidup sampai kiamat, atau engkau berhentilah menangis dan selamanya akan menemaniku di surga?"

Pelepah itu memilih berhenti menangis dan menemani Nabi di Surga. “Bagaimana keadaan dekat kita dengan Rasulullah? Bagaimana hubungan kita dengan guru-guru kita?" Ajak beliau sebagai instrospeksi bersama.

Terakhir, beliau menyampaikan bahwa kedatangannya di Majelis Kliwonan ini juga tidak lepas dari sebab Habib Abdurrahman bin Syaikh Alattas. Hubungan KH. Ahmad dengan Habib Syaikh Alattas sangat baik. Beliau mengajak kita semua berdoa agar KH. Ahmad dan KH. Hasani panjang umur dan senantiasa sehat selalu.

d. Ceramah Habib Husein Ba'alawi

Kemudian Habib Husein bin Hamid Ba’alawi dipersilakan oleh KH. Ahmad untuk menyampaikan mauidzah penutup setelah Habib Muhammad. Habib Husein menyampaikan mauidzah pendek tentang keutamaan malam Jum’at yang kita semua di sini sedang memuliakannya.

"Banyak-banyaklah membaca shalawat di malam Jum'at atau di hari Jum'at, khususnya membaca Dalailul Khairat." Beliau juga bercerita bagaimana sejarah Dalailul Khairat ditulis. Acara pun dilanjutkan dengan Istighatsah dan doa bersama. (Oleh M. Budi Mulyawan via Santrijagad.org).

Banser NU Siap Bantu Amankan Shalat Idul Adha Muhammadiyah

$
0
0

Jakarta, Muslimedianews.com ~ Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama akan ikut mengamankan pelaksanaan salat Idul Adha, khususnya yang dijalankan warga Muhammadiyah di daerah yang dianggap rawan perbedaan.
Hal tersebut sudah sejalan dengan instruksi dari Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Nusron Wahid.
"Perbedaan itu rahmat dan hak warga negara dalam meyakini sebuah keyakinan agama. Kita wajib menghormati dan menjunjung tinggi," kata Nusron, Selasa (22/9/2015).
Nusron mengatakan, Banser akan bahu membahu dengan Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM) dalam rangka mensukseskan pelaksanaan Hari Raya Kurban atau Idul Adha tahun ini.
Perbedaan tanggal dalam penetapan Idul Adha antara Muhammadiyah yang telah menetapkan tanggal 23 September sebagai pelaksanaan Idul Adha di tahun 1436 Hijriah, dengan pemerintah yang menetapkan tanggal 24 September harus disikapi dengan saling menghormati dan menghargai.
"Ansor sudah memerintahkan Banser untuk bahu membahu dengan KOKAM Pemuda Muhammadiyah. Ini sikap untuk menghormati dan mengamankan salat Idul Adha warga Muhammadiyah," ungkapnya.
Nusron menjelaskan, perbedaan dalam menetapkan tanggal pelaksanaan Idul Adha, maupun Idul Fitri adalah suatu keniscayaan mengingat metode yang dipakai berbeda. Dan dari perbedaan metode itu, yakni metode Hisab yang digunakan Muhammadiyah maupun NU yang metodenya sama dengan yang digunakan dalam penetapan oleh pemerintah yakni metode Ru'yah, sama-sama diyakini kebenarannya.
Untuk itu, dalam menyikapi perbedaan itu harus saling menghormati dan menghargai. "Kalau perbedaan ini disikapi secara tenang sebagai hal yang biasa saja, tentu rakyat juga tenang menjalaninya. Makanya, kami di Ansor ingin menunjukkan bahwa perbedaan ini bukanlah masalah, kita tetap bahu-membahu dan saling menghormati," jelasnya.
Nusron pun berharap agar semua pihak, khususnya para ulama bisa melihat secara jernih perbedaan ini. Tidak perlu dibesar-besarkan, apalagi dengan saling memojokkan yang akan memancing reaksi di kalangan warga.
"Bahkan, bagi warga juga bisa mendapat hikmahnya secara langsung dari sikap saling menghormati ini. Karena para warga bisa ikut mendapatkan berkah kurban baik di hari tanggal 23 September maupun di hari tanggal 24 September," tukasnya.
Nusron mengingatkan, tuntutan dan kewajiban untuk saling menghargai dan menghormati inilah yang harus ditunjukkan oleh warga muslim. "Apalagi, jangankan perbedaan di internal umat Islam, untuk perbedaan antar umat beragama juga sesuai konstitusi dijamin dan dilindungi sehingga tiada lain dalam menyikapinya haruslah dengan sikap saling menghormati," tutup Nusron. (adk/jpnn)
Sumber: JPNN

Halaqah Membumikan Islam Nusantara Melalui Dakwah Islam yang Santun Sukses Digelar

$
0
0
Jakarta, Muslimedianews.com ~ SARKUB dan PAC IPNU Kec. Jatinegara menggelar Halaqah dengan mengangkat tema “Membumikan Islam Nusantara Melalui Dakwah Islam yang Santun", Ahad (20/9/2015) di Gedung NU Jatinegara.

Islam Nusantara yang berwatak toleran, moderat, dan mengutamakan kemaslahatan umat ini diharapkan dapat menjadi pola pikir dan pijak para kader NU didalam kehidupan bermasyarakat.

Adapun narasumber dalam halaqah ini adalah Rois Syuriah MWC NU Kec. Jatinegara, KH Ahmad Fatchuri, S.Pd.I., Koordinator SARKUB Propinsi Papua, Gus Abdul Wahab. serta Ahmad jaelani Pengurus Cabang IPNU Kab. Tegal Acara ini dimoderatori oleh Abdul Ghofar yang juga menjabat sebagai sekretaris IPNU PAC Jatinegara.

Dalam pembukaannya, Ahmad Nur Mustofa mengatakan, bahwa Islam Nusantara bukan hanya tentang sebuah pemikiran, tetapi juga agenda aksi terkait pembumian Islam yang ramah, toleran, moderat, dan maslahah.

“Islam Nusantara yang diusung oleh NU berusaha mewujudkan keharmonisan hubungan antara negara, agama, dan budaya sehingga mampu menciptakan kemaslahatan,” ujar Mustofa.

Pengurus IPNU Kabupaten Tegal Ahmad Jaelani. dalam sambutanya mengatakan Akhir-akhir ini Islam Nusantara jadi wacana publik. Tak hanya di kalangan warga Nahdlatul Ulama (Nahdliyin), tetapi seluruh masyarakat Indonesia juga ikut memperbincangkannya. Seolah-olah ada anggapan bahwa Islam Nusantara adalah hal baru. Hal ini wajar karena Nahdlatul Ulama (NU) adalah ormas terbesar bangsa ini. Jika terjadi perubahan di dalam organisasi ini, pengaruhnya segera dirasakan oleh seluruh negeri. Karena itu, bentuk apresiasi publik seperti ini sangatlah positif, baik bagi NU maupun bagi negeri ini. “Untuk itu perlu dibuat sebuah forum halaqoh sebagai wahana silaturrahmi, berdikusi bersama, saling memahami apa itu Islam Nusantara",ujarnya.

Tema yang diusung dalam halaqoh ini adalah Membumikan Islam Nusantara Melalui Dakwah Islam yang Santun. Menurut KH Ahmad Fatchuri, S.Pd.I. , Islam Nusantara bukanlah hal baru bagi kita. Islam Nusantara adalah Islam Ahlussunnah Waljamaah al-Nadliyyah. Mengapa di sini perlu penyifatan al-Nahdliyyah? Jawabnya adalah karena banyak kalangan lain di luar NU yang juga mengklaim sebagai pengikut Ahlussunnah Waljamaah (disingkat Aswaja), tetapi memiliki cara pikir, gerakan, dan amalan yang berbeda dengan NU, hal inilah yang perlu kita diskusikan bersama, Ungkapnya

Gus Abdul wahab sebagai salah satu Narasumber beliau menyampaikan ada tiga pilar lanndasan Islam Nusantara. Pertama Fiqrah, kedua Harakah dan ketiga Muamalah. Abdul Wahab yang juga menjadi pengurus IPNU Jakarta Pusat  menjelaskan satu persatu landasan Islam Nusantara. Menurut dia, dalam  berpikir, Islam Nusantara tidak tekstualis, tidak radikalis dan liberalis. Ia mejelaskan jika seeorang memaknai sebuah  ayat secara tekstualis maka dampaknya bisa menjadi radikalis. 

"Pemahaman  terhadap ayat seara tekstualis sangat berbahaya, selain bisa menjadikan seseorang radikal juga bisa  menjadikan seseorng menganut paham Mujassimah (orang yang berkeyakinan bahwa Tuhan itu mempunyai jasad/bentuk fisik)," ujar Abdul Wahab.

Islam Nusantara juga tidak liberal. Islam Nusanatara harus berada pada cara berpikir Aqidah Asy'ariyah. 

Dari sisi harakahnya (gerakan), Islam Nusantara adalah gerakan perbaikan . Karena harakatul ulama (gerakan ulama) adalah memperbaiki umat. Gerakan NU adalah agama dan kemasyarakatan, ekonomi, politik dan  budaya. dalam melakuan berbagai Harakahnya Islam Nusantara mengedepankan Akhlakul Karimah. Cara bergeraknya soft (lembut). Tidak keras, tidak kasar, kesukarelaan, tidak main paksa.

Ia bercrita bagaimana komunitas SARKUB dalam mengahadapi beredarnya buku-buku tulisan H. Mahrus Ali di berbagai tempat di wilayah Indonesia. Buku yang ditulis benar-benar sangat meresahkan ummat Islam. Setelah tim SARKUB menerima berbagai laporan, tim yang di pimpin langsung oleh KH Thobary Syadzily melakukan harakah silaturrahim ke rumah kediaman H. Mahrus Ali di Tambakwaru Sidoarjo, Surabaya  Jawa Timur, untuk  dialog dan diskusi meminta penjelasan langsung mengenai buku-buku tulisannya yang meresahkan masyarakat dan menyesatkan itu.

"Itulah Islam Nusantara walaupun dengan orang berbeda paham. dalam menghadapi perbedaan Islam Nusantara lebih mengedepankan dialog dan diskusi," ujar Abdul Wahab dihadapan peserta Halaqoh.
Keempat dari sisi amaliyahnya. Islam Nusantara mengamalkan shalawat, istighotsah, maulidan, tahlilan, slametan, memperingati maulid Nabi, memperingati Isra Mi’raj dan lain-lain. 

“Islam Nusantara  ya Islam Ahlussunah wal Jamaah," pungkasnya.

Kemudian Abdul Wahab  yang juga Alumnus Pon Pes Attauhidiyyah bercerita tentang dakwah SARKUB ala Islam Nusantara yang sangat diterima di bumi Papua. Sebelum ditutup, acara dilanjutkan dengan diskusi.

Peserta Dalam halaqah ini, IPNU-IPPNU Ranting se-Kec. Jatinegara Sekretariat IPNU-IPPNU di lembaga Pendidikan Ma’arif NU Se_Kec. Jatinegara dan para aktifis muda.



Red: Ibnu Akhis/ Tim Sarkub.


PBNU Kirim Banser untuk Pengamanan Idul Adha di Tolikara

$
0
0
Batang, Muslimedianews ~ Barisan Serbaguna Ansor (Banser) Nahdlatul Ulama dikirim ke Tolikara, Papua untuk ikut andil dalam pengamanan perayaan Idul Adha. Sebanyak 12 anggota Banser dari Batang dikirim ke Tolikara selama sepekan atau sampai Rabu (30/9/2015).

Ketua Gerakan Pemuda Ansor Jawa Tengah, Ikhwanudin mengatakan, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama meminta Jawa Tengah untuk mengirimkan anggotanya ke Tolikara.

Banser yang merupakan bagian dari Ansor, katanya, tidak hanya berpartisipasi dalam pengamanan gereja pada saat Natal, tetapi juga mengamankan masjid dan aktivitas yang terkait.

“Jawa Tengah ada 13 orang dan DKI tiga orang yang yang berpartisipasi di Tolikara dalam pengamanan saudara muslim di sana. Kami berharap di sana perdamaian tetap dijaga,” ujar Ikhwanudin, kemarin.

Anggota yang dikirim, katanya, telah digembleng secara fisik dan mental serta dengan ilmu kanuragan. Mereka juga bergabung dalam satuan Densus 99 Asmaul Husna yang dibentuk sebagai barisan terdepan terkait penanganan radikalisme. (MusliModerat)

Membongkar Propaganda Syiah dan Wahabi Dibalik Tragedi Mina 2015

$
0
0
Muslimedianews ~ Tragedi Mina terulang kembali. Dilaporkan ratusan jiwa jamaah haji meninggal dunia, sementara ratusan lainnya luka-luka dan ada juga yang hilang belum kembali ke maktabnya.
Di saat jamaah haji dilanda musibah, bukannya mendoakan dan instropeksi, kelompok Syiah dan Wahabi malah berulah. Mereka, Syiah dan Wahabi, malah saling tunjuk menuding satu sama lain sebagai biang kerok penyebab tragedi Mina 1436 H. Lihatlah berbagai media di Indonesia yang menyalahkan satu dengan lainnya.
Yang sangat disayangkan adalah umat Islam di Indonesia begitu mudahnya terprovokasi oleh media-media yang disetir kelompok sekte Syiah dan Wahabi. Pemberitaan yang muncul ditelan mentah-mentah tanpa cek klarifikasi dan mengamati sumber pemberitaan. Alhasil, tidak sedikit muslim Indonesia yang berfaham ahlussunnah wal jamaah (Aswaja) ikut-ikutan termakan media Syiah dan Wahabi. Kita tentu tidak ingin ini berlanjut, saling menyalahkan yang berujung saling menjelekan dan menghina hingga timbul fitnah. Na'udzubillah.
Mari kita cermati bersama dan jadilah umat Islam yang cerdas yang tidak mudah terpengaruh berbagai media propaganda yang sengaja ingin memasukan konflik Syiah vs Wahabi ke tanah air tercinta. Jangan jadi umat Islam kagetan, yang sedikit-sedikit heboh, dan ikut-ikutan terbawa arus media.
Yuk kita cermati bersama....
Setelah tragedi Mina, muncul spekulasi berbagai penyebabnya yang dihembuskan banyak media. Pertama, media-media di Indonesia menuding penyebab terjadinya tragedi Mina adalah akibat konvoi Putra Mahkota Arab Saudi. Akibat konvoi tersebut, jamaah haji tiba-tiba berhenti mendadak dan ini menyebabkan penumpukan jamaah, saling berdesak-desakan dan terjadilah tragedi Mina yang menelan ratusan korban jiwa. Spekulasi pertama ini muncul beberapa jam bahkan beberapa menit setelah kejadian. Darimana sumber asal muasal spekulasi pertama ini? Ternyata media-media di Indonesia itu mengambil sumber itu dari media ABNA, yang berkedudukan dan berafiliasi dengan Iran. ABNA sendiri disebutkan mengambil sumber dari media Libanon. Dan kita tahu ABNA sebagai media propaganda Iran yang menganut madzhab Syiah. Tidak heran, media ABNA ini begitu gencar mengkritik dan menyalahkan Arab Saudi atas tragedi Mina, yang merupakan lawan politiknya. Dari pemberitaan ABNA ini kemudian menyebar di Indonesia. Termasuk pemberitaan 28 petugas haji yang katanya dihukum pancung. Muslimin Aswaja berpikirlah cerdas karena media ABNA ini adalah salah satu bagian media propaganda milik Syiah. Jangan mau kita diadudomba oleh Syiah dengan menelan mentah-mentah pemberitaan mereka.
Mari kita lanjutkan ke spekulasi kedua....
Tidak mau ketinggalan dengan Syiah yang lebih dahulu menyebarkan propagandanya, media-media Wahabi di Indonesia pun ramai-ramai menebar fitnahnya. Media Wahabi menuding Syiah adalah penyebab tragedi Mina. Dikatakan media Wahabi, jamaah haji asal Iran tidak mematuhi instruksi atau aturan dalam berjalan menuju atau keluar tempat jumrah. Jamaah tidak disiplin sehingga terjadilah tragedi naas tersebut. Bahkan disebutkan ada videonya demi mendukung aksi fitnah Wahabi. Darimana sumbernya? Media wahabi di Indonesia ternyata serentak pertama kali mengambil sumber dari situs SABQ, media berbahasa Arab dengan tajuk Arab Saudi Newspaper Online. Kami pun menelusuri media Sabq tersebut. Ternyata itu media abal-abal. Media online Sabq tidak ada alamat kontak yang jelas, hanya berupa kontak Form, banyak ditemukan link yang tidak dapat di klik, bahkan banyak link-link yang kosong dengan halaman kosong, sampai link pencarian Search nya pun rusak tidak ditemukan form pencariannya. Masih percaya dengan media abal-abal ini? Media inilah yang menjadi mula-mula sumber pemberitan website Wahabi, yang berafiliasi dengan Wahabi Salafi Arab Saudi. Anda bisa lihat sendiri website-website wahabi salafi di Indonesia yang serempak ramai-ramai memberitakan kesalahan jamaah Iran. Padahal di media luar negeri ternama tidak ada satu pun pemberitaan tentang hal tersebut dan hanya ada di Indonesia. Unik bukan? Sama halnya dengan Syiah, berbagai cara pun dihalalkan oleh Wahabi. Dan kita sebagai muslim Aswaja harus cerdas, bahwa media-media wahabi di Indonesia adalah kaki tangan Arab Saudi yang menganut madzhab Salafi Wahabi. Jangan mau kita diadudomba oleh Wahabi.
Syiah dan Wahabi merupakan benalu yang ingin merusak Islam dari dalam, yang ingin meruntuhkan Islam ahlussunnah wal jamaah. Kedua sekte bentukan Yahudi ini mesti kita hindari dan jauhi. Namun, kita tetap harus mengedepankan akhlak dalam menghadapi Syiah dan Wahabi.
Kepada saudaraku, seluruh umat Islam Indonesia khususnya muslimin ahlussunnah wal jamaah (Aswaja), marilah kita jaga Islam di negeri kita. Waspadalah konflik Syiah vs Wahabi yang ingin diadopsi di Indonesia. Cukuplah konflik di negara Timur Tengah menjadi pelajaran bagi kita. Ketahuilah tujuan dibenturkannya Syiah vs Wahabi di Indonesia adalah satu, ingin menghancurkan Islam Aswaja. Kita jangan mau termakan isu propaganda yang digencarkan media Syiah maupun Wahabi. Media Syiah seperti Arrahmahnews, IslamTimes, ABNA Indonesia, IRIB Indonesia, dll begitu brutalnya menyalahkan Arab Saudi sebagai satu-satunya pihak yang bertanggungjawab. Sementara media Wahabi seperti Arrahmah, Voa-Islam, Nahimunkar, Panjimas, GemaIslam, Kiblat, Tabayyunnews, Islampos, PKS Piyungan, dll begitu ghuluwnya mendewa-dewakan "tuannya" Arab Saudi seolah negeri wahabi tersebut bersih dari kesalahan. Sampai sekarang, kedua media tersebut (yang berafiliasi dengan Syiah dan Wahabi), masih terus saling menuduh dan menyalahkan dengan membuat spekulasi-spekulasi baru, alasan baru, dan bukti pembenaran yang baru.
Saatnya kita dewasa menjadi muslim Aswaja yang cerdas, yang tidak mudah terbawa arus, tidak mudah ikut-ikutan media khususnya media Syiah dan Wahabi, dan tidak mudah menyalahkan meskipun dengan pihak yang kita benci. Cukuplah menjadi muslim Aswaja yang kuat, yang tidak sedikit-sedikit heboh dan kagetan. Stop menyebarkan berita-berita hoax, berita tidak jelas, berita fitnah, berita yang suka menuduh pihak lain dan merasa paling benar sendiri. Khususnya yang saat ini terjadi tentang tragedi Mina, stop menyebarkan berita yang menyalahkan pihak tertentu, hati-hatilah akan fitnah. Janganlah ikuti permainan iblis. Jadilah muslim Aswaja yang berakhlak seperti Sayyidina Rasulullah, bukan seperti Syiah Rafidhah dan Wahabi Salafi yang suka bermusuhan dan menebar kebencian dan fitnah.
Jaga ukhuwah umat Islam. Jaga Islam kita, jaga Islam Aswaja dan NKRI kita. Dan waspadalah terhadap kelompok yang ingin menebar konflik Syiah vs Wahabi di Nusantara. Jangan termakan yel-yel propaganda yang mengatakan "Syiah Bukan Islam" atau "Wahabi Takfiri". Bersama kita bisa menjaga Islam Aswaja.
INGATLAH INI SEMUA PERMAINAN SYIAH DAN WAHABI YANG INGIN MENGHANCURKAN ASWAJA. KITA SEBAGAI MUSLIM ASWAJA, SEBAIKNYA HINDARI MENYEBARKAN LINK WEBSITE SYIAH DAN WAHABI. DAN TIDAK PERLU KITA IKUT-IKUTAN MENCARI KESALAHAN DAN MENUDUH ORANG LAIN SEBAGAI PENYEBAB TRAGEDI MINA. ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA YANG MAHA TAHU SEGALA SESUATU.
Tetap ikuti jejak Guru-Guru kita, para Habaib kita, para Kiai kita, yang mengikuti akhlak Rasulullah. Kita doakan para jamaah haji di sana, baik yang telah wafat, yang sakit, yang luka-luka, tersesat, ataupun yang sehat wal afiyat agar selamat dunia akhirat.
Salam Ukhuwah....
SEBARKAN KEPADA SAUDARA-SAUDARA KITA MUSLIM ASWAJA
(Ngaji Yuk)

Viewing all 6981 articles
Browse latest View live


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>