Quantcast
Channel: Muslimedia News - Media Islam | Voice of Muslim
Viewing all 6981 articles
Browse latest View live

Salurkan Bantuan Anda Untuk PHBI Muharram 1437H LPI MUDI Mesra Samalanga Aceh

$
0
0


Aceh, Muslimedianews ~ Saudaraku yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan dicintai Baginda Sayyidina Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam.

Panitia Hari Besar Islam (PHBI) LPI MUDI Mesjid Raya Samalanga sangat membutuhkan kedermawanan Anda untuk berinfaq dan bershadaqah dalam rangka pelaksanaan "Gebyar Muharram 1437H" tahun ini yang akan berlangsung mulai tanggal 17 s/d 23 Oktober 2015 M, insya Allah.

Kebutuhan utama yang diperlukan berupa kain sarung sebanyak 16 kodi (320 lbr) yang terdiri dari ;
  1. kain sarung merk Wadimor Motif Bali (6 kodi),
  2. kain sarung merk Mangga Gold Motif Kembang (5 kodi), dan
  3. kain sarung merk Wadimor Motif Hitam-Putih (5 kodi).
Kain sarung tersebut akan dibagikan kepada para santri berprestasi dan pemenang musabaqah dalam rangka memperingati dan merayakan Tahun Baru Islam 1437 H.

Uluran tangan Anda sebagai sesama saudara Muslim dapat disalurkan dalam bentuk kain sarung seperti yang dimaksudkan ataupun berupa dana yang dibutuhkan.

"Tidak akan terjadi hari kiamat hingga banyaklah harta yang ada pada kalian maka berlimpah ruahlah harta tersebut sehingga pemilik harta merasa sedih tentang tidak ada seorangpun yang bersedia menerima sedekahnya. Dan orang yang dimintanya untuk menerima sedekahnya menjawab, Aku tak membutuhkan sedekah yang terdapat pada harta Anda" (Hadits Riwayat Imam Muslim).

Selagi masih diberikan kemampuan dan kesempatan untuk beramal sosial, niatkanlah infaq dan shadaqah tersebut untuk diri kita, Bapak-Ibu kita dan sanak keluarga kita lainnya. Semoga kita dapat merasakan manfaat di alam kubur nantinya.

Bagi yang ingin menyalurkan bantuannya dalam bentuk dana, bisa disalurkan ke Nomor Rekening Bank BRI 3921-01-012303-53-2 atas nama Ketua PHBI LPI MUDI Mesjid Raya Samalanga Tgk. Martunis A. Jalil An-Nisamie.

Informasi dan kontak:
  1. Tgk. Martunis A. Jalil An-Nisamie selaku Ketua PHBI LPI MUDI Mesjid Raya Samalanga Aceh. Nomor HP/ WA: 0852 0668 1989, PIN BBM: 584E3E24, Facebook: https://m.facebook.com/mudi.nastamin
  2. Tgk. Muhajir Zainuddin (Qaabil Nii Ana) selaku Bendahara PHBI LPI MUDI Mesra Samalanga Aceh. Nomor HP/ WA: 0853 6194 0375, PIN BBM: 5783EA17, Facebook: https://m.facebook.com/qabbilnii.ana.
  3. Tgk. Hanafiah Junaid, Facebook: https://m.facebook.com/aneukmudiatjeh.lsmbp.
Terima kasih atas perhatian, simpati dan bantuan Anda.

Salam hormat.

Keterangan Foto: Prosesi Mahallul-Qiyam pada saat pembacaan Maulid al-Diba' oleh para santri LPI MUDI Mesjid Raya Samalanga Aceh.

Sumber: Ngaji Yuk!

Buletin Aswaja Gratis!

$
0
0
Muslimedianews.com ~
 Buletin Jum'at ini dinamai dengan "Al-Ittihadiyah", yang artinya persatuan. Menyajikan informasi seputar Agama, Sosial, Pendidikan dan Budaya Ke-Aswaja-an serta mengulas sejumlah problematika kekinian. Di terbitan perdana (edisi 01) kali ini, Buletin Jum'at Al-Ittihadiyah berisi 4 konten utama; Tema Utama, Mutiara Hikmah Kalam Ulama, Kisah Teladan, dan Bahtsul Masail (Tanya-Jawab). Konten ini secara berkala akan semakin dilengkapi dengan konten lainnya dan diatur sedemikian rupa demi tidak bosan dalam membacanya.

Disajikan dengan bahasa ringan, mudah dicerna, enak dibaca dan mengalir. Buletin ini diharapkan mampu memberikan gambaran pemikiran Islam yang rahmatan lil alamin, toleran, moderat dan memiliki ciri khas ke-NKRI-an. Untuk memenuhi harapan tersebut, Buletin Jum'at Al-Ittihadiyah hadir sebagai media dakwah Islam berhaluan Aswaja (Ahlusunnah wal Jama'ah) an-Nahdliyah.

Dewan Penasehat buletin ini adalah: KH. Amrin Sholihin (Pengasuh MT Al-Ittihadiyah Bekasi), KH. Nurul Huda/Ust. Enha (Pengasuh Pesantren Motivasi Indonesia Nurul Mukhlisin Setu Bekasi) dan Habib Seif Alwi Ba'alawy (Pimpinan MT Ahbabur Rasul Indonesia).

Catatan Penting:

Buletin Jum'at Al-Ittihadiyah ini dibagikan secara "GRATIS". Bagi Anda yang berminat mendistribusikannya di majelis dan masjid masing-masing, silakan datang ke alamat Sekretariat kami di Majelis Ta'lim Al-Ittihadiyah komplek Mushalla Assyuhada Jl. Pintu Kawasan Ejip 2 Sukaresmi, Cikarang Selatan, Kab. Bekasi. Atau Anda bisa hubungi nomer kontak berikut ini:

1. Ahmad Akbar Rohmaniy, Koord. Serang Baru (0858 8525 1644)
2. Miftah Farid, Koord. Cikarang Selatan (0877 7927 5836)
3. Imam Ghozalie, Koord. Cibarusah (0819 4705 4541)
4. Ali Wahyudi, Koord. Cikarang Utara (0857 1166 9081)
5. Ahmad Fauzan, Koord. Lippo (0857 1808 9850)
6. Usuf Alkhaff, Koord. Cibitung (0878 8091 6603)

Motto utama kami adalah: "Mari bersama menjalin ukhuwah, bersatu dalam dakwah, membangun kemandirian ekonomi ummah, menuju ridha Allah."

Bagi para pengusaha yang ingin mempromosikan jenis usahanya di buletin ini, silakan hubungi ke nomer sekretariat: 0877 7927 5836

Harapan kami ke depannya adalah, buletin ini bisa didownload oleh siapapun dan dimanapun. Cukup diganti headernya dengan logo majelis atau masjid masing-masing, lalu dicetak dan didistribusikan di daerah masing-masing seluruh Indonesia bahkan luar negeri. Semoga langkah ini dimudahkan dan diridhai Allah Swt. Aamiin. (Sya'roni As-Samfuriy)

Sejarah Tercipta, Bendera Palestina Kini Berkibar di Markas PBB

$
0
0
Muslimedianews.com~
Sejarah tercipta bagi Palestina, saat bendera kebangsaannya berkibar di Markas PBB untuk pertama kalinya, Rabu (30/9/2015). Pengibaran bendera ini dilakukan tak lama setelah Presiden Palestina Mahmoud Abbas berpidato dalam Majelis Umum PBB, yang menyerukan solusi bagi dua negara, yaitu Palestina dan Israel.

Mahmoud Abbas bersama Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon memimpin seremoni pengibaran bendera negara Palestina di Rose Garden. Dengan demikian, PBB secara resmi mengakui Palestina sebagai negara pemantau non-anggota yang benderanya berkibar di Markas PBB. Selain Palestina, negara pemantau non-anggota lain yang benderanya dapat dikibarkan di Markas PBB adalah Vatikan.

"Dalam momen bersejarah ini, saya menyerukan kepada rakyat kami di manapun, kibarkan bendera milik rakyat Palestina tinggi-tinggi karena ini merupakan simbol dari identitas kami,"kata Abbas dalam seremoni itu."Ini merupakan hari yang membanggakan," ucapnya.

Israel dan Amerika Serikat sebelumnya sempat menentang pengibaran bendera Palestina di Markas PBB. Alasannya, pengibaran bendera tidak berdampak langsung terhadap perdamaian. Meski begitu, Ban Ki-moon menyebut pengibaran bendera itu hal penting yang bisa memicu aksi untuk perdamaian.

"Sekarang saatnya untuk menghadirkan kepercayaan bagi rakyat Israel dan Palestina untuk penyelesaian perdamaian, dan pada akhirnya, realisasi dua negara untuk dua rakyat,"ucap Sekjen PBB asal Korea Selatan itu.

Momen pengibaran bendera itu juga dirayakan oleh masyarakat Palestina yang berada di kota Ramallah, Tepi Barat, yang menyaksikan melalui televisi. Saat Abbas terlihat memberikan pidato di televisi, masyarakat Palestina pun terdiam untuk mendengarkan pidato Abbas.

Palestina bisa mengibarkan benderanya di Markas PBB setelah proses pemungutan suara dalam Sidang Majelis Umum PBB. Proses pemungutan suara itu disetujui 119 suara, dengan Israel dan AS berada di antara delapan negara yang tidak setuju dengan langkah tersebut. Israel menentang keras langkah tersebut dan mendesak negara-negara anggota agar memilih tidak setuju dengan pengibaran bendera Palestina. (Sumber: Kompas.com)

Gus Dur Bingung

$
0
0
Muslimedianews.com ~
Pernah seorang bapak bersama anaknya sowan menghadap Gus Dur. Orang itu pun ditanya: "Nama Bapak siapa?"

"Mad Ruslan, Gus."

"Orang Jawa itu biasanya dalam mengucapkan kalimat Arab merasa berat/kesulitan," kata Gus Dur.

"Nanti nama Bapak dirubah menjadi Muhammad Ruslan, ya?!"Saran Gus Dur."Karena Mad itu aslinya Muhammad!" Tegasnya.

"Baik, Gus," jawab orang tersebut.

Gus Dur kembali bertanya, "Kalau nama anak Bapak?"

"Mad Yunus, Gus."

"Itu juga nanti diganti menjadi Muhammad Yunus!"tegas Gus Dur lagi.

Orang itu pun mengangguk. Lalu Gus Dur bertanya lagi,"Rumah Bapak di mana?"

"Dekat dari sini kok, Gus. Dari sini jalan lurus, lalu di pertigaan ada Muhammad Rasah. Nah di sampingnya Muhammad Rasah itulah rumah saya, Gus."Jawab orang tersebut.

Gus Dur pun diam sejenak, menghela nafas sembari berfikir karena merasa kebingungan. Sejenak kemudian Gus Dur pun berkata sambil terkekeh, "Oalaaah, Mad-Rasah toooh..."

(Dikisahkan oleh Gus Humam PP Al-Kahfi Somalangu, yang beliau dengar dari Bunyai Hj. Lily Wahid).

Maklumat Pengasuh Pesantren Mantenan Blitar Terkait Fitnah yangMenyudutkan NU

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Terkait banyaknya media non NU yang menyudutkan bahkan memfitnah kepengurusan baru PBNU kali ini, Pengasuh PP Mambaul Hikam Mantenan Blitar KH. M. Dliya'uddin Azzamzamie berpesan kepada Seluruh Alumni se-Nusantara Pondok Pesantren Mamba'ul Hikam Mantenan Udanawu Blitar:

1. Mendukung kepengurusan Nahdlatul Ulama pimpinan KH. Ma'ruf amin (Rais Aam PBNU) dan KH. Said Aqil Siraj (Ketua Umum PBNU) selama berjalan di garis prinsip Nahdlatul Ulama.

2. Menghargai pondok pesantren yangmelakukan mufaraqah sebagai hak pribadi kepesantrenan.

3. Selanjutnya bagi alumni di seluruh Nusantara untuk tidak terpengaruh hasutan dan propaganda media/yang lain yang berusaha menyudutkan, memperlemah serta memecah belah NU.

4. Para alumni sangat diharapkan tetap istiqamah berkhidmat di NU serta menjaga nilai-nilai para sesepuh.

Selamat berjuang semoga diberi kemudahan serta istiqamah. (Sumber: muslimoderat.com).

Perkenalkan Islam Nusantara di Paris, Yenny Wahid Lantunkan Tombo Ati

$
0
0
Muslimedianews.com ~
Putri presiden ketiga RI KH. Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid, diundang untuk menghadiri konferensi internasional bertema "Spiritual Islam dan Tantangan Terkini" di Paris, Perancis. Dalam acara itu, Yenny Wahid berkesempatan untuk memperkenalkan mengenai konsep "Islam Nusantara", yang juga digagas Nahdlatul Ulama. "Islam Nusantara sebagai contoh nyata ajaran Islam yang damai dan toleran. Dan saya kaitkan budaya kita yang sejuk tersebut dengan pengaruh para sufi sebagai salah satu pembawa Islam masuk ke bumi Nusantara pada abad 14 silam," ujar Yenny, dalam keterangan tertulis yang diterima Kamis (1/10/2015).

Tidak hanya itu, dalam acara yang diselenggarakan UNESCO bersama Association Internationale Soufie Alawiyya itu, Yenny bahkan melantunkan lagu "Tombo Ati". Lagu itu merupakan salah satu karya peninggalan Sunan Bonang, seorang wali yang menjadi tokoh penyebaran Islam di Indonesia, ratusan tahun silam.

Dalam balutan busana jalabaya putih dan kerudung putih, putri kedua Gus Dur itu dengan khusyuk melantunkan lagu yang dipopulerkan penyanyi Opick. Yenny pun menjelaskan alasan memilih lagu "Tombo Ati". "Tembang 'Tombo Ati' adalah simbol dari Islam di Indonesia. Berisi ajakan kepada manusia untuk berkontemplasi, mendekat kepada Tuhannya," tutur Yenny.

Lagu itu kemudian diterjemahkan ke bahasa Perancis setelah selesai dilantunkan Yenny. Sontak, sejumlah tamu dan tamu kehormatan merasa tersentuh dengan lirik lagu itu dan berterimakasih kepada Yenny. Diantara tamu undangan, juga terdapat Grand Mufti Bosnia, Guru Besar Mesir, sejumlah imam masjid besar di Eropa, serta sejumlah akademisi Islam. (Sumber: kompas.com)

7 Tanda Akhir Zaman dan Kisah Pohon Soekarno di Padang Arafah

$
0
0
Muslimedianews.com ~
Kiamat sesuai prediksi Rasulullah Saw. akan terjadi tidak lama lagi. Melalui sabdanya Rasulullah Saw. menyebutkan tanda-tandanya, ada yang dengan sebab (ulah manusia) dan yang tanpa sebab (fenomena alam). Setidaknya dengan mengetahui tanda-tanda ini kita bisa melakukan tindakan preventif, pencegahan atau memundurkan terjadinya hari kiamat. Diantara tujuh tanda-tanda Akhir Zaman yang sudah nampak dan banyak kita saksikan adalah:

1. Dari Abu Hurairah Ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَعُودَ أَرْضُ الْعَرَبِ مُرُوجًا وَأَنْهَارًا

“Tidak akan terjadi hari kiamat, sehingga tanah Arab menjadi lahan yang subur dan dialiri sungai-sungai.” (HR. Muslim).

2. Dari Ibnu Umar Ra. ia berkata: “Pada satu ketika dibawa ke hadapan Rasulullah Saw. sepotong emas. Emas itu adalah emas zakat yang pertama sekali dibawa oleh Bani Sulaim dari pertambangan mereka. Maka sahabat berkata: “Hai Rasulullah! Emas ini adalah hasil dari tambang kita”. Lalu Nabi Saw. menjawab, “Nanti kamu akan dapati banyak tambang-tambang, dan yang akan menguasainya adalah orang-orang jahat." (HR. al-Baihaqi).

3. Diceritakan dari Qutaibah bin Sa’id dari Ya’qub bin Abdurrahman al-Qari dari Suhail dari bapaknya dari Abu Hurairah Ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Tidak akan terjadi hari kiamat sebelum harta kekayaan telah tertumpuk dan melimpah ruah, hingga seorang laki-laki pergi ke mana-mana sambil membawa harta zakatnya tetapi dia tidak mendapatkan seorang pun yang bersedia menerima zakatnya itu. Dan sehingga tanah Arab menjadi subur makmur kembali dengan padang-padang rumput dan sungai-sungai.” (HR. Muslim no. 1681).

4. Diceritakan dari Yahya bin Bukair dari al-Laits dari ‘Uqail dari Ibnu Syihab dari ‘Urwah bin az-Zubair bahwa Zainab binti Abu Salamah bercerita kepadanya dari Ummu Habibah binti Abu Sufyan dari Zainab binti Jahsy Ra., bahwa Nabi Saw. datang kepadanya dengan gemetar sambil bersabda:"Laa ilaaha illallah, celakalah bangsa Arab karena keburukan yang telah dekat. Hari ini telah dibuka benteng Ya’juj dan Ma’juj seperti ini." Beliau Saw. memberi isyarat dengan mendekatkan telunjuknya dengan jari sebelahnya. Zainab binti Jahsy bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah kita akan binasa sedangkan di tengah-tengah kita banyak orang-orang yang shalih?" Beliau Saw. menjawab:"Ya, benar, jika keburukan telah merajalela." (HR. Bukhari no. 3097, 3331, 6535, 6602 dan Muslim no. 128, 5129).

5. Dari Sahl bin Saad as-Sa‘idi Ra. berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Ya Allah! Jangan Engkau pertemukan aku dan mudah-mudahan kamu (sahabat) tidak bertemu dengan suatu zaman dikala para ulama sudah tidak diikuti lagi, dan para penyantun sudah tidak dihiraukan lagi. Hati mereka seperti hati orang Ajam (dalam kefasiqannya), lidah mereka seperti lidah orang Arab (dalam kefasihannya).” (HR. Ahmad).

6. Dari Ali bin Abi Thalib Ra. berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Sudah hampir tiba suatu zaman, kala itu tidak ada lagi dari Islam kecuali namanya, dan tidak ada dari al-Quran kecuali tulisannya. Masjid-masjid mereka indah, tetapi kosong dari hidayah. Ulama mereka adalah sejahat-jahat makhluk yang ada di bawah kolong langit. Dari merekalah keluar fitnah, dan kepada mereka fitnah itu akan kembali.” (HR. al-Baihaqi).

7. Diceritakan dari Isma’il bin Abu Uwais daei Malik dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya dari Abdullah bin ‘Amru bin al-‘Ash Ra. yang berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan." (HR. Bukhari no. 98).

***
Profesor Korner ketika ditanya “apakah informasi yang dikabarkan Nabi Muhammad Saw. 1400 tahun yang lalu bahwa sekali lagi dataran Arab itu akan menjadi daerah yang subur dipenuhi kebun-kebun dan sungai-sungai benar-benar akan terjadi?” Ia menjawab tegas: ”Ya!"

Profesor Alfred Kroner adalah seorang ahli geologi terkemuka dunia, dari Department Ilmu Bumi, Institut Geosciences, Johannes Gutenburg University, Mainz, Germany, berdasarkan penelitiannnya dia mengatakan bahwa Era Salju Baru (New Snow Age) saat ini telah dimulai, sekarang salju di kutub Utara sedang merangkak/bergeser perlahan-lahan ke arah Semenanjung Arab, pada saat itu iklim dataran Arab berubah dan menjadi salah satu daerah yang paling subur dan hijau di muka bumi. Ini merupakan fakta sains yang tidak bisa dibantah.

Pohon Soekarno di Padang Arafah

Padang Arafah, Arab Saudi, luasnya sekitar 5,5 x 3,5 km, yang dikelilingi bukit-bukit. Salah satunya adalah Jabal Rahmah, yaitu bukit yang diyakini sebagai tempat bertemunya Nabi Adam dan Siti Hawa setelah dipisahkan kembali selama 300 tahun dari surga.

Di tengah teriknya sinar mentari yang menyengat dan padang pasir yang luas terdapat pohon unik, pohon Soekarno. Jamaah haji suka berlindung di pohon Soekarno untuk menghindari sinar matahari yang panas. Dinamakan pohon Soekarno karena sebagai penghargaan bangsa Arab kepada Presiden Republik Indonesia yang pertama itu. Soekarno lah yang menggagas penghijauan di Padang Arafah. Soekarno pula yang memilihkan jenis tanaman, hingga menyiapkan sebuah tim penghijauan di Arafah. Gagasan Soekarno berhasil. Padang tandus dengan permukaan batu cadas nan gersang, berhasil dihijaukan.

Raja Fahd, ketika itu sangat berterimakasih dan mengabadikan nama “pohon soekarno" untuk pohon-pohon yang sekarang menghijaukan areal di Arafah tersebut. Di Indonesia, jenis pohon yang ditanam di Arafah itu dinamakan pohon mimba. Selain daunnya berkhasiat untuk mengobati diare, pohon ini juga sangat tahan hidup di daerah tandus, bahkan dalam suhu udara yang panasnya ekstrem. Ada yang menyebut nama pohon soekarno itu berjenis mindi. Maklum, pohon mindi dan mimba memang berasal dari rumpun yang sejenis. 

Dulu ada 2 gagasan besar Presiden Soekarno di Arab Saudi waktu itu; yaitu penanaman pohon di Arafah dan pembuatan 3 jalur tempat sa’i. Gagasan itu pun direspons Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Karenanya, kini tempat sa’i antara Bukit Safa dan Marwa terbagi menjadi 3 jalur. Jalur pertama adalah dari Bukit Safa ke Bukit Marwa. Jalur kedua adalah dari Bukit Marwa ke bukit Safa. Jalur ketiga berada di tengah-tengah antara jalur pertama dan kedua yang diperuntukkan bagi orang-orang yang sudah udzur atau cacat fisik dengan menggunakan kursi roda.

Pada musim haji, di bawah pohon-pohon Soekarno itulah dipasang tenda-tenda untuk penginapan sementara para jamaah. Tenda-tenda itu dipersiapkan menjelang acara wukuf yang dimulai pada 9 Dzulhijjah setelah shalat Dzuhur. Puncak acara wukuf dipusatkan di Masjid Namirah yang terletak tepat di tengah-tengah Padang Arafah.

Gus Ishom, Cucu Pendiri NU yang Alim nan Tawadhu'

$
0
0
Muslimedianews.com ~
Pernah suatu ketika saat Gus Ishom masih seorang pelajar, ketika ujian madrasah beliau ditempatkan paling ujung kanan depan. Sehingga beliau orang pertama yang menerima soal dan lembar jawaban. Seketika itu beliau pun mengerjakannya.

Ajaibnya, Gus Ishom telah selesai mengerjakan jawabannya ketika guru masih membagikan soal dan lembar jawaban pada murid-murid lainnya. Alhasil betapa cerdasnya beliau dalam menjawab soal ujian yang diberikan.

Di lain waktu, ketika beliau sedang mengendarai mobil, di tengah perjalanan bertemu dengan seorang kakek-kakek yang sedang mengendarai sepeda. Gus Ishom tidak berani mendahuluinya meskipun dirinya sedang mengendarai mobil. Sampai akhirnya seorang kakek itu berhenti, ia pun ikut berhenti.

Lalu Gus Ishom turun dari mobil dan menghampiri kakek-kakek tersebut. Langsung saja Gus Ishom mencium tangan si kakek dan mengucapkan:"Dulu Panjenengan adalah guru ngaji al-Quran saya sewaktu saya masih kecil." (Diceritakan saat Haul KH. Ishomuddin Hadziq yang ke 13 di Tebuireng).

Mengenal Lebih Dekat Sosok Gus Ishom

Gus Ishom lahir pada 18 Juli 1965 dari pasangan Hj. Khodijah binti Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dan Kiai Hadziq. Beliau merupakan putra pertama dari tiga bersaudara tunggal ayah-ibu (Fahmi Amrullah dan Zaki). Beliau dilahirkan di Kediri Jawa Timur.

Pada saat kelahirannya, ibunya Hj. Khodijah mengalami kesulitan. Secepatnya Kiai Hadziq sowan KH. Mahrus Ali Lirboyo meminta minuman dan doa. Kiai Mahrus Ali langsung datang sendiri saat proses kelahirannya dan berdoa agar Allah memberikan kemudahan dan kelancaran. Alhamdulillah bayi lahir dengan selamat dan lancar.

Kiai Mahrus Ali langsung berkata: “Bayi ini akan menjadi anak yang shalih”, seraya memberi nama bayi itu dengan “Ishomuddin” yang artinya orang yang mampu menjaga agama. Kiai Mahrus Ali yakin bahwa bayi ini kelak akan menjadi orang besar yang mampu menyebarkan dakwah Islam dan mampu meneruskan estafet kepemimpinan kakeknya, Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari.

Semasa kecilnya, kelebihan Gus Ishom sudah kelihatan. Rajin, disiplin, sopan santun dan menunjukkan minat yang besar pada ilmu pengetahuan. Pada usia sekitar 4 tahun, Gus Ishom sudah membaca berita di Koran Duta Masyarakat, sebuah tradisi yang tidak lazim bagi anak seusia 4 tahun.

Gus Ishom kecil sangat disayang Kiai Idris Kamali (menantu Mbah Hasyim Asy’ari) yang terkenal alim dan wara’. Gus Ishom selalu mengerjakan shalat Maghrib tepat waktu dan persis di belakang Kiai Idris. Menurut banyak orang, itulah salah satu faktor yang membuat Gus Ishom dikaruniai otak cerdas dan daya ingat yang luar biasa. Gus Ishom mampu menangkap pelajaran dengan cepat dan mengingatnya dengan baik. Konon, Syaikh Ihsan Jampes (kiai pengarang kitab Sirajut Thalibin) selalu datang ke Tebuireng untuk menemui Gus Ishom dan memberinya uang seratus rupiah.

Sejak berusia sekitar 7 tahun, ketika duduk di kelas 2 SD, pada waktu Ramadlan Gus Ishom selalu mengerjakan shalat Tarawih dengan tuntas dari awal sampai selesai. Uniknya, beliau selalu berpindah-pindah dari satu imam ke imam yang lain. Ternyata hal ini mempunyai tujuan, yakni mencari orang yang paling fasih bacaan al-Qurannya.

Seusai Ramadlan, Gus Ishom minta izin kepada ibunya: “Bu, aku ingin ngaji al-Quran sama kiai ini."

"Kenapa harus ke kiai ini?" tanya ibunya.

“Saya sudah mendengarkan semua bacaan imam shalat saat Tarawih, dan yang paling fasih bacaannya adalah kiai ini," jawab Gus Ishom.

Mendengar jawaban anaknya, Hj. Khodijah kaget, dan dengan legowo memberikan ijin.

Ini menunjukan Gus Ishom sejak kecil sudah lihai dan cerdas memilih guru yang betul-betul mendalam ilmunya dan tinggi moralitasnya, tidak sembarangan memilih guru. Karena pengaruh guru sangat besar dalam menyukseskan pendidikan murid-muridnya.

Pendidikan

Pendidikan Gus Ishom mulai tingkat Ibtidaiyah, Tsanawiyah sampai Aliyah diselesaikan di Tebuireng. Beliau selalu naik kelas dengan nilai yang tinggi. Setelah selesai pada tahun 1981, beliau melanjutkan studi di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur sampai tahun 1991 (sekitar 10 tahun). Lirboyo adalah pesantren yang sangat terkenal sebagai ‘gudang kitab kuning’, dimana kedalaman dan ketajaman memahami kitab kuning dikaji dan dikembangkan secara serius di pesantren ini.

Di Lirboyo inilah, cerita besar tentang Gus Ishom terukir indah. Sejak bersinar di Pondok ini, figur Gus Ishom digadang-gadang mampu menjadi pemimpin masa depan NU dan mampu mengembalikan kejayaan Pondok Pesantren Tebuireng seperti masa kakeknya dulu yang mampu menelurkan kiai-kiai alim hampir di seluruh pelosok Nusantara. Ekspose media terhadap figur Gus Ishom sangat besar. Ekspektasi besar media dan masyarakat bukan berakhir dengan kekecewaan. Gus Ishom benar-benar menempa diri dengan sungguh-sungguh di Pondok ini.

Gus Ishom mendapat perhatian khusus dari KH. Mahrus Ali. Beliau digembleng sendirian. Ada jadwal khusus mengaji antara Gus Ishom dan KH. Mahrus Ali. Hal ini didorong agar salah satu ‘putra mahkota Tebuireng’ ini mampu meneruskan estafet kepemimpinan Pondok Pesantren Tebuireng yang sarat dengan prestasi besar sebagai salah satu cikal bakal pondok pesantren di Indonesia.

Gaung bersambut. Harapan besar KH. Mahrus Ali tidak disia-siakan Gus Ishom. Beliau serius belajar untuk menguasai semua pelajaran dari guru-gurunya. Beliau menunjukkan minat yang besar pada seluruh bidang, fiqh, ushul fiqh, tafsir, hadits, balaghoh, nahwu, dan lain-lain. Gus Ishom mengaji hampir ke semua kiai di Lirboyo.

Ketika di Lirboyo ini, Gus Ishom langsung masuk kelas 1 Aliyah karena lulus tes seleksi, sebuah prestasi awal yang sangat membanggakan. Pada saat awal-awal di Lirboyo ini, kelebihan Gus Ishom belum kelihatan. Namun, menjelang tamat kelas 3 Aliyah, hampir semua orang angkat topi padanya. Kecerdasan yang digabungkan dengan kekuatan daya ingat yang luar biasa menjadikannya sebagai sosok yang unik, prestisius dan sulit tertandingi. Dari prestasi inilah, Gus Ishom sering menjadi delegasi Pondok Pesantren Lirboyo di berbagai acara Bahtsul Masail di berbagai pondok pesantren sebagai wahana 'uji kemampuan dalam mengkaji dan mengasah analisa dalam menjawab sebuah problematika'.

Di Lirboyo ini, Gus Ishom mendapat julukan “Mbah Wali”, karena beliau tidak pernah hadats, selalu dalam keadaan suci, selalu menjaga wudhu kapanpun dan dimanapun. Hebatnya lagi, Gus Ishom selalu membaca shalawat, bahkan saat mengaji sekalipun. Dus, saat mengaji, tangan menulis makna yang diberikan kiai sebagaimana tradisi di pesantren, pikiran mencerna dan memahami keterangan dan ulasan kiai, sedangkan mulutnya membaca shalawat.

Ketika datang bulan Ramadhan, Gus Ishom pergi ke pondok-pondok lain untuk 'pasanan' atau ‘pasaran’ seperti di Pesantren Kewagean Kediri Jatim dan Pesantren Kaliwungu Kendal Jateng. Pernah juga beliau pasanan bersama Gus Kafabih (putra KH. Mahrus Ali) mengaji kitab Fathul Wahhab.

Melihat kelebihan dan kecermelangan Gus Ishom ini, beliau pun diamanati menjadi pengajar (ustadz) di Pondok Lirboyo. Menurut penuturan murid sekaligus sahabatnya Gus Umar Shahib, saat mengajar, Gus Ishom jarang membawa kitab. Beliau sudah hafal pelajaran yang akan diajarkannya. Keterangannya enak dicerna, mudah dipahami, bisa mempermudah hal-hal sulit dan mempunyai muatan sastra yang tinggi. Selain itu, beliau juga dipercaya sebagai mustahiq (semacam wali kelas), bahkan yang termuda.

Prestasi demi prestasi mengantarkan Gus Ishom menduduki posisi Rais Aam M3HM (Majlis Musyawarah Madrasah Hidayatul Mubtadi’in), sebuah lembaga yang membawahi seluruh kegiatan Bahtsul Masail di Pesantren Lirboyo. Jabatan sebagai Rais Am ini sebagai lambang supremasi dan otoritas bidang kitab kuning, disamping menunjukkan kemampuan di bidang kepemimpinan dan management. Waktu itu, Gus Ishom sering menjadi moderator kegiatan tersebut. Dengan cerdas, tangkas dan efektif, Gus Ishom mampu memimpin jalannya Bahtsul Masail dengan enak dan segar. Setelah lama menjadi moderator, posisinya naik sebagai tim perumus yang menyimpulkan permasalahan yang ada dan merumuskan jawaban peserta.

Kuliah

Seakan tidak puas dengan ilmu yang didapat, di sela padatnya aktivitas yang harus dijalaninya Gus Ishom menyempatkan diri menimba dan mencari wacana baru di Perguruan Tinggi. Gus Ishom melanjutkan studi di Universitas Islam Kediri (UNIK) yang sekarang berubah menjadi UNIKA. Uniknya, ketika kuliah di UNIK ini, Gus Ishom juga mendaftarkan diri di Universitas Tribakti (Perguruan Tinggi di bawah naungan Pondok Pesantren Lirboyo) dan di IKAHA (Institut Keislaman Hasyim Asy’ari). Namun karena padatnya kegiatan, Gus Ishom hanya mampu menamatkan studinya di UNIK saja.

Saat kuliah, Gus Ishom selalu mendapat nilai A. Menurut dosennya, referensi yang digunakan Gus Ishom tergolong unik. Buku-bukunya rata-rata kuno (ejaan lama, sehingga sulit dibaca) yang luput dari perhatian orang. Menurut adiknya, Gus Zaki, hal ini karena Gus Ishom rajin datang di pasar Loak untuk mencari buku-buku lama yang tidak ada di pasaran. Buku-buku langka yang ditemukannya sangat membantu untuk menemukan ide dan inspirasi baru, seperti dalam penyusunan skripsi. Inilah yang menjadi salah satu alasan Gus Ishom mendapat tempat sendiri di kalangan para dosen.

Setelah selesai kuliah, Gus Ishom mendapat tawaran menjadi dosen dari pihak universitas, namun Gus Ishom tidak berminat. Saat lulus dari UNIK ini secara bersamaan Gus Ishom juga selesai menjalankan tugasnya sebagai seorang mustahiq selama kurang lebih 6 tahun.

Kepribadian

Kepribadian yang terpancar dari Gus Ishom sangat beragam dan penuh pesona. Beliau adalah orang yang tidak elitis, selalu akrab dengan murid-muridnya. Beliau tidak merasa ada jarak dengan murid-muridnya. Bahkan, ketika berbicara dengan murid-muridnya, Gus Ishom menggunakan bahasa Kromo Inggil (bahasa Jawa yang sangat halus) atau memakai bahasa Indonesia. Beliau senang menolong murid-muridnya yang sedang menghadapi kesulitan. Ketika ada muridnya yang kurang memahami pelajaran di kelas, beliau menerangkan lagi di kamar, tidak ada kesan ‘jual mahal’.

Gus Ishom adalah seorang low profile. Penampilannya apa adanya, tidak terlalu mencolok, sangat sederhana. Walaupun mampu membeli barang-barang mahal, namun beliau lebih menyukai kesederhanaan. Beliau terbiasa memakai sepeda mini jelek, vespa buntut, dan hal-hal yang menurut kebanyakan orang sangat remeh dan tidak pantas dipakai oleh seorang kiai atau gus. Gus Ishom cuek, tidak pusing dengan gunjingan orang. Beliau selalu percaya diri dan sangat yakin dengan apa yang dilakukannya.

Seringkali ketika diundang pada acara pengajian, sandal yang dibawa tidak pas (sisihan; istilah orang Jawa), satu merah dan satunya lagi hijau. Bahkan pernah ketika memberikan pengajian, sandalnya diambil orang. Akhirnya beliau pulang sambil nyeker (tanpa alas kaki).

Kedalaman ilmu dan kematangan dirinya membuat Gus Ishom menjadi sosok yang enak dan menawan, tidak senang menjadi beban orang lain dan sebisa mungkin membantu dan membahagiakannya. Dalam keluarga, ketika Gus Ishom marah, tidak pernah berbuntut panjang sehingga cepat selesai. Ketika ada masalah dan beliau tidak setuju, lebih memilih tidak berkomentar dan tidak ikut cawe-cawe.

Beliau fleksibel, tidak terlalu fanatik, moderat dan terbuka. Namun, dalam memegang prinsip hidup pada sesuatu yang diyakini kebenarannya beliau perjuangkan semaksimal mungkin, seperti tidak ada yang mampu menahannya. Misalnya ketika beliau sedang sakit, ada undangan pengajian di Cilacap. Kiai Yusuf Hasyim, pamannya, telah melarangnya untuk menghadiri acara pengajian atau diskusi. Namun karena sudah janji, beliau tetap pergi walau dalam keadaan sakit. Ini tidak lepas dari tanggungjawab besarnya pada umat. Gus Ishom lebih mementingkan kepentingan umat daripada kepentingannya sendiri.

Dalam menyampaikan ilmu, beliau menghindari kesan menggurui. Obyektivitas, kerendahdirian, dan kejujuran ilmiah sangat dijunjung tinggi. Beliau bukan sosok yang obsesif, ambisius dan meledak-ledak. Penyampaiannya datar, suaranya enak dan mudah dicerna, dan joke-jokenya mengalir dengan segar.

Hal lain yang menarik untuk digarisbawahi dari Gus Ishom adalah, beliau tidak suka menggunjingkan aib orang lain. Kalau ada orang yang menggunjing aib orang lain, beliau lebih memilih diam atau menghindar. Kalau beliau ikut, hanya dalam batas yang sangat proporsional, tidak berlebih-lebihan dan di sana ada unsur ta’dib (mendidik).

Dalam melangkah, Gus Ishom tidak tergesa-gesa, santai. Beliau mempunyai perhitungan dan pertimbangan yang matang dan tepat. Kesabaran, kedewasaan, kearifan dan kebijaksanaan Gus Ishom selalu terpancar dalam sikap perilakunya.

Penghormatannya kepada guru sangat besar. Ketika salah satu gurunya, KH. Idris Marzuki, menyuruhnya maka tidak ada kata tidak, pasti dilaksanakan. Hal ini tidak hanya ketika menjadi santri, tapi juga sesuah menjadi orang terkenal, penghormatan terhadap gurunya tidak berubah.

Setelah lama menempa diri di Lirboyo, akhirnya Gus Ishom boyong, kembali ke daerah asalnya, Tebuireng Jombang pada tahun 1991 dengan segenap ekspektasi yang tinggi dari masyarakat dan dengan segenap tanggungjawab besar yang menunggunya di Tebuireng.

Karir

Status darah biru yang diimbangi dengan kecermelangan dan kematangan menempatkan Gus Ishom sebagai 'the rising star' bak roket yang meluncur cepat ke angkasa. Tidak lama setelah kembali ke Tebuireng, berbagai aktivitas internal dan eksternal dijalani dengan intensitas yang tinggi. Mobilitas Gus Ishom semakin padat, selain harus mengajar di pesantren dan madrasah, ceramah di berbagai tempat, mengisi acara diskusi, seminar dan sejenisnya di berbagai forum ilmiah, juga aktivitasnya di bidang keorganisasian yang menyita banyak waktu.

Akhirnya, dalam usia yang relatif muda, jabatan-jabatan strategis disandangnya, antara lain:
1. Salah satu Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.
2. Pengasuh Pondok Pesantren al-Masruriyah (khusus putri) Tebuireng Jombang.
3. Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur.
4. Wakil Ketua RMI Pusat (Rabithah Ma’ahid Islamiyah, asosiasi pondok pesantren
seluruh Indonesia).
5. Politisi PPP meneruskan karir ibunya, bahkan pernah menjadi anggota DPRD Jombang.
6. Dan lain-lain.

Karya

Tidak seperti seorang kiai di Indonesia yang miskin karya, Gus Ishom sangat kelihatan dan menonjol di bidang ini. Beliau adalah seorang penulis handal di berbagai media masa, Nasional maupun lokal. Tulisan dalam bentuk opini, essai, cerpen, dan lain sebagainya tidak terhitung. Khusus dalam bidang sastra, Gus Ishom mempunyai keunikan sendiri. Bahasanya yang khas, dan sentuhan spiritualitasnya yang tinggi membuat sastra Gus Ishom bernilai tinggi. Kemampuan sastra Gus Ishom ini dilatarbelakangi oleh kesenangannya dalam bidang balaghoh, terutama bab badi’ yang bermuatan sastra tinggi.

Penulis ketika menghadiri bedah buku “Kun Fayakun” di Aula Pondok pesantren Tebuireng, dimana Gus Ishom menjadi salah satu narasumbernya, beliau tampil memukai dengan data-data yang segar dan ilmiah. Waktu diskusi itu, Gus Ishom menceritakan Kiai Hasyim ketika menjenguk Hj. Khodijah, ibu Gus Ishom, di RS Sumobito Jombang. Saat Kiai Hasyim melilhat ada sebuah gereja di sebelah rumah sakit yang ada kentongannya. Selepas Hj. Khodijah pulang dari rumah sakit, Kiai Hasyim memberikan fatwa haramnya menggunakan kentongan di Masjid atau tempat ibadah lainnya, seperti Mushalla. Yang dibolehkan hanya beduk.

Namun, Kiai Anwar Paculgowang Jombang tidak sepakat dengan pendapat Kiai Hasyim. Mereka kemudian berdiskusi, beradu argumentasi dan berpolemik lewat lisan maupun tulisan. Kiai Hasyim mengarang kitab “al-Jasus fi Ahkam an-Nuqush”, yang membahas haramnya kentongan karena ada unsur tasyabbuh (menyerupai) orang Kristen. Sedangkan Kiai Anwar konsisten dengan pandangan bolehnya kentongan karena sudah menjadi tradisi (adat) dan tidak ada pengaruhnya terhadap agama dan kepercayaan seseorang. Ia murni ikhbar (pemberitahuan) kepada masyarakat. Cerita-cerita unik semacam inilah yang mengasah kemampuan Gus Ishom membuat karya sastra semacam cerpen dan sejenisnya.

Ketika diundang dalam forum diskusi, beliau juga membuat makalah ilmiah yang argumentatif. Sayang, tulisan Gus Ishom di berbagai media massa dan makalah di berbagai forum tidak terdokumentasi dengan baik. Hanya naskah buku dan kitab yang dapat dinikmati hingga sekarang. Diantara karya-karya Gus Ishom yaitu:
1. Irsyad al-Mu'mimin
2. Audhah al-Bayan fi Ma Yata’allaq bi Wadzaif Ramadhan
3. Miftah al-Falah fi Ahadits an-Nikah
4. Biografi Kiai Hasyim Asy’ari
5. Tulisan di berbagai media massa dan makalah di berbagai forum diskusi.

Menemukan Karya Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari

Salah satu prestasi penting yang ditelurkan Gus Ishom adalah keberhasilannya menemukan karya-karya orisinil kakeknya, guru besar umat Islam Indonesia Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Bahkan sejak di Lirboyo menurut Gus Umar Shohib, Gus Ishom sudah rajin mencari, mengumpulkan dan mensistematisir karya-karya Mbah Hasyim Asy’ari untuk dijadikan dokumen yang bisa disebarluaskan. Namun saat di Lirboyo Gus Ishom belum sempat menerbitkannya. Baru ketika kembali ke Tebuireng, karya-karya Mbah Hasyim Asy’ari yang sangat berharga bagi komunitas NU khususnya dan umat Islam umumnya dapat diterbitkan untuk umum.

Gus Ishom mendapatkan karya Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dengan perjuangan berat yang berliku-liku. Adakalanya beliau mencari kepada murid-murid Mbah Hasyim Asy’ari atau diberi naskah seseorang. Gus Ishom tidak menerima begitu saja naskah yang ada. Terlebih dahulu beliau memohon kepada ulama yang alim dan mempunyai kedekatan dengan Mbah Hasyim Asy’ari untuk mentashih dan mentahqiq (meneliti secara mendalam). Setelah itu, baru kitab tersebut diterbitkan.

Banyak karya Kiai Hasyim yang diterbitkan Gus Ishom, antara lain:
1. Adab al-'Alim wa al-Muta’llim
2. Ziyadah at-Ta’liqat, berisi jawaban argumentasi untuk Syaikh Abdullah bin Yasin Pasuruan dalam kitab nadzamnya yang tidak sepakat dengan pengikut organisasi Nahdlatul Ulama
3. At-Tanbihat al-Wajibat li Man Yashna’ al-Maulid bi al-Munkarat
4. Arl-Risalah al-Jami’ah
5. An-Nur al-Mubin fi Mahabbat Sayyid al-Mursalin
6. Hasyiyah 'ala Fath ar-Rahman bi Syarh Risalah al-Wali Ruslan li Syaikh Islam
Zakariyya al-Anshari
7. Ad-Durar al-Muntasirah fi al-Masail at-Tis’a ‘Asyarah
8. At-Tibyan fi an-Nahyi an Muqatha’at al-Ikhwan
9. Ar-Risalah at-Tauhidiyyah
10. Al-Qalaid fi Bayan Ma Yajibu min al-Aqaid

Secara global semua karya Kiai Hasyim Asy’ari sekarang dijadikan satu jilid dengan nama “Irsyad as-Sari” oleh adik Gus Ishom, Gus Zakki. Kitab ini sudah beredar luas di berbagai tempat di Indonesia. Sehingga sangat penting dibaca dan dipahami, khususnya kalangan NU.

Keluarga

Gus Ishom menikah dengan seorang santri dari Pondok Pesantren Seblak asal Pacitan Jawa Timur, namanya Nia Daniati binti KH. Abdul Mu'id Anwar. Dari pernikahan ini lahirlah satu orang putra bernama Muhammad Hasyim Anta Maulana dan satu orang putri bernama La Tahzani Innallaha Ma’ana.

Menurut pengakuan mertuanya, KH. Abdul Mu'id Anwar yang merupakan alumni Pondok Pesantren Tebuireng, Gus Ishom adalah orang yang mampu membina mahligai rumah tangga secara harmonis. Ketika sedang di rumah mertua di Pacitan, Gus Ishom tidak mau makan kalau tidak bersama istri. Beliau siap menunggu kadatangan Sang istri walau harus menunggu lama.

Walaupun sebagai menantunya, KH. Abdul Mu'id Anwar menganggap Gus Ishom adalah sebagai gurunya. Karena sejak di Tebuireng, ia selalu melihat Kiai Idris Kamali mencium kening Gus Ishom selepas shalat. Dan tidak sembarang orang yang keningnya bisa dicium Kiai Idris.

Wafatnya

Di tengah padatnya kegiatan yang dijalaninya, tidak terasa Gus Ishom kurang perhatian terhadap kondisi kesehatan tubuhnya. Akhirnya beliau jatuh sakit. Salah satu penyakitnya adalah asam urat. Ketika sudah kelihatan sembuh, beliau kembali beraktivitas lagi yang memerlukan kesehatan fisik prima. Beberapa saat kemudian beliau jatuh sakit lagi.

Ternyata Allah berkehendak mengambil ruh suci dari raga kiai muda, sang penerus estafet keilmuan sang kakek pada hari sabtu 26 Juli 2003 sekitar pukul 06.30 WIB. di Rumah Sakit William Booth Surabaya pada usia yang masih sangat muda 37 tahun. Kewafatan Gus Ishom sontak menggemparkan Jawa Timur. Halaman Pondok Pesantren Tebuireng sesak dengan para pelayat dan pentakziah dari berbagai penjuru, mulai para kiai, santri, murid, birokrasi, politisi dan masyarakat umum.

Saat pemakaman ini, Allah menurunkan hujan pertanda bahwa Gus Ishom adalah hambaNya yang dicintai dan disayangiNya. Semoga ruh Gus Ishom diterima di sisi Allah, ditinggikan derajatnya, diampuni dosanya, dan mendapatkan balasan yang berlipat-lipat dari amal perbuatan yang dilakukannya di dunia, berupa benih-benih kebaikan di masyarakat. (Disarikan dari tulisan Jamal Ma’mur Asmani, murid Gus Ishom Hadziq).

Mengawal Islam NUsantara, Tanggapan Positif untuk Tulisan KH Muhammad Najih Maimoen

$
0
0
Muslimedianews ~ KH Muhammad Najih Maimoen – biasa pula disapa Gus Najih – dikenal sebagai ulama istiqamah dan memiliki ghirah tinggi untuk menjaga akidah umat. Hal itu tercermin pula dalam tulisan beliau tentang Islam Nusantara yang dirilis baru-baru ini. Tulisan itu diberi tajuk “Makalah Islam Nusantara KH Muhammad Najih Maimoen: Setuju Tidak Setuju.”

Saat pertama kali membaca judul makalah tersebut, saya menduga akan ada alinea-alinea yang menampilkan alasan setuju dan tidak setuju. Namun dengan kegigihan melawan pemikiran kaum liberal, beliau mendominasikan tulisan tersebut dengan kritikan-kritikan tajam terhadap mereka. Pasalnya, merebak indikasi, Islam Nusantara telah dan akan dijadikan jargon untuk memuluskan agenda liberalisasi agama. Maka, ada potensi yang dimaksud dengan kalimat “setuju tidak setuju” itu adalah bahwa beliau setuju untuk tidak menyetujui gagasan Islam Nusantara.

Sisi “setuju” Gus Najih pada Islam Nusantara dalam tulisan tersebut memang sulit saya temukan secara langsung. Saya perlu hati-hati pula untuk tak segera menyimpulkan bahwa pada sisi tertentu beliau setuju. Hingga akhirnya, saya menemukan “sesuatu” di dua alinea terakhir makalah Gus Najih. Dua alinea tersebut tidak dengan gegabah saya artikan sebagai kesetujuan Gus Najih pada Islam Nusantara. Namun, rangkaian kalimat itu – yang sekaligus menjadi bagian penutup – saya nilai sebagai pandangan seorang guru yang harus di-follow up oleh santri. Kedua alinea itu menjadi pemantik bagi saya untuk menulis dan memberikan tanggapan ini. Dua alinea terakhir itu pula yang membuat saya memberi judul tanggapan ini dengan kata kunci “mengawal”.

Dua alinea terakhir makalah Gus Najih tersebut secara lengkap adalah sebagai berikut:

“Islam Nusantara sebenarnya gambaran Islam yang tidak perlu dipermasalahkan. Islam tahlilan, yasinan, ziarah kubur, tawassul, muludan dan lain sebagainya, inilah Islam Nusantara, sebuah tatanan yang sudah baku dan mengakar di tengah-tengah umat. Sebuah syari’at dan ajaran Islam yang dibawa para Walisongo untuk meng-Islamkan Nusantara. Masalahnya, kalau tiba-tiba istilah tersebut sekarang dimunculkan lagi, diobok-diobok dan digembar-gemborkan oleh beberapa tokoh dan orang-orang yang mempunyai rekam sepak terjang yang menyimpang dari Syari’at dan mempunyai raport merah dalam berakidah, ini perlu dicurigai dan diwaspadai. Kalau mereka mengatakan bahwa Islam Nusantara hadir untuk melestarikan dan menjaga budaya dan tradisi nahdliyin, sebagaimana yang dipahami dan dipublikasikan kepada para kiai dan tokoh masyarakat, itu merupakan pengelabuhan dan sebuah kebohongan besar. Namun bukan hanya itu, Islam Nusantara sebenarnya “wajah baru” dari proyek Liberalisasi Islam di Indonesia.

“Jika yang mengawal Islam Nusantara adalah para ulama pesantren yang istiqamah mengajar kitab salaf, membela-memperjuangkan ajaran dan membentengi akidahnya, maka kita dapat husnudhan, konsep Islam Nusantara ala ulama salaf dapat mempertahankan estafet ajaran Islam yang benar dan lurus serta dakwah Islam yang tegas namun tetap santun dan merakyat sesuai warisan ulama-ulama Nusantara pendahulu. Akan tetapi, jika Islam Nusantara ini diusung dan didakwahkan oleh tokoh-tokoh nyleneh yang sering menggembar-gemborkan ide Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme, maka hal ini akan menjadi pintu gerbang potensial untuk merusak tatanan aqidah dan syari’at Islam.”

Secara eksplisit Gus Najih menasihatkan, Islam Nusantara semestinya dikawal oleh para ulama pesantren yang istiqamah mengajar kitab salaf, membela-memperjuangkan ajaran dan membentengi akidahnya. Bila itu yang terjadi, kita dapat husnudzan, konsep Islam Nusantara ala ulama salaf dapat mempertahankan estafet ajaran Islam yang benar dan lurus, serta dakwah Islam yang tegas, namun tetap santun dan merakyat sesuai warisan-warisan ulama-ulama Nusantara pendahulu.

Pernyataan Gus Najih tersebut meniscayakan keharusan munculnya anti tesa-anti tesa yang banyak. Usaha ini berguna untuk mengkonter gagasan liberalisme, pluralisme, sinkritisme, melokalisasi Islam, anti Arab, dengan dalih dan jargon Islam Nusantara. Simpelnya, harus ada usaha untuk “membersihkan” Islam Nusantara dari kepentingan-kepentingan yang tidak baik.

Pengawalan terhadap Islam Nusantara sesungguhnya disebabkan oleh berbagai kekhawatiran atas adanya agenda dan tujuan tidak baik itu. Seperti tercermin dalam makalah tersebut, kekhawatiran Gus Najih terhadap Islam Nusantara dapat disimpulkan dalam beberapa hal. Pertama, Islam Nusantara menjadi agenda penyebaran liberalisme dan pluralisme. Kedua, Islam Nusantara mengajak umat untuk mengakui dan menerima berbagai budaya sekalipun budaya tersebut kufur dan khas abangan. Ketiga, Islam Nusantara akan melokalisasi dan mengkotak-kotakkan Islam. Keempat, Islam Nusantara menjadi agenda anti-Arab, selanjutnya seseorang tidak lagi fanatik pada keislamannya, bahkan luntur ghirah keislamannya.

Diakui atau tidak, Islam Nusantara selama ini memang “multitafsir”, atau sering saya sebut menjadi “bola liar” yang menggelinding ke sana ke mari tanpa arah. Kondisi ini berpotensi menjadikan Islam Nusantara dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu.

Pihak yang berusaha mengawal dan membersihkan Islam Nusantara dari kepentingan liberalisme, sinkretisme, bahkan pemanfaatan oleh aliran Syi’ah, memiliki satu modal. Bekal itu berupa keyakinan bahwa gagasan ini bagaimana pun keluar dari rahim NU. Sementara di satu sisi, semua produk NU itu terikat oleh Qanun Asasi, AD-ART, Fikrah Nahdliyah, dan prinsip-prinsip Ahlussunnah Wal-Jama’ah secara umum. Maka bila dalam wacana dan pengamalan Islam Nusantara melanggar prinsip-prinsip tersebut, secara otomatis gagasan itu akan batal secara organisasi. Mengawal Islam Nusantara agar tidak melanggar prinsip NU inilah yang harus diikhtiarkan.

Islam Nusantara dan Kepentingan Liberalisme

Islam Nusantara tidak boleh menjadi gerbong liberalisme, atau usaha untuk mereduksi syariat. Dalam mabda’ atau konsepnya, Islam Nusantara harus mengakui bahwa secara umum, ajaran-ajaran Islam itu terbagi menjadi dua, yaitu ajaran statis (syaqqun tsabit, atau qath’iy) dan ajaran dinamis (syaqqun mutaghayyir, atau ijtihadiy). Ajaran statis (tsabit) adalah ajaran yang tidak boleh diubah dan tidak boleh dikondisikan dengan waktu atau tempat, meliputi pokok-pokok aspek teologi (ahkam ‘aqaidiyah), pokok-pokok aspek ibadah (ahkam ‘amaliyah), dan pokok-pokok aspek budi pekerti (ahkam tahdzibiyah).

Rukun Iman, Rukun Islam, serta mengingkari apa dan siapapun yang disembah selain Allah adalah ajaran yang tidak dapat diubah dan dikondisikan (lihat QS an-Nahl: 36, QS al-Anbiya: 25, dan al-Syura: 13). Dakwah para Nabi, sejak Nabi Adam ‘alaihissalam hingga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, pada wilayah tsabit ini tidak berbeda dan tidak berubah (lihat QS al-Baqarah: 136, QS al-Baqarah: 285, dan QS Ali Imran: 84).

Demikian pula, pokok-pokok aturan ibadah berupa shalat, puasa, zakat, dan haji, tidak dapat diubah dan dikondisikan, kecuali dalam hal-hal parsial (juz-iyyat). Tentang akhlak, hal-hal pokoknya juga tidak berubah, seperti standar perilaku baik dan buruk, yang dikembalikan kepada konsep apakah suatu perbuatan tersebut bertentangan dengan kaidah-kaidah syariat (qawa’id syari’ah) atau tidak bertentangan.

Sementara tentang mu’amalah dan siyasah syar’iyah dalam berbagai aspeknya, terdapat bagian statis (tsabit) meskipun sedikit, dan terdapat bagian dinamis (mutaghayyir) yang bersitaf fleksibel serta dapat disesuaikan dengan waktu dan tempat.

Standar umum dalam praktik mu’amalah dan siyasah syar’iyah itu adalah pokok dan kaidah syariat, serta maqashid syari’ah, yaitu tujuan-tujuan syari’at untuk: Menghilangkan dan menghentikan sesuatu yang membahayakan (dharar); Memelihara lima hal (kulliyat khams), yaitu memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta; Senantiasa memperhatikan alasan-alasan hukum (‘illah) fikih dalam penetapan hukum; dan memperhatikan maslahat secara umum, baik kemaslahatan untuk mendapatkan sesuatu yang positif atau untuk menghindari sesuatu yang negatif.

Sedangkan ajaran dinamis (syaqqun mutaghayyir) adalah ajaran yang bersifat fleksibel (murunah) dan berkembang (tathawwur) seiring perkembangan kehidupan. Ajaran dinamis ini meliputi hal-hal cabang-parsial (furu’iyat juz’iyat), rincian-rincian dalam pelaksanaan mu’amalah dan siyasah syar’iyah, yang berada pada wilayah adillah zhanniyah, wilayah ijtihad, dan silent syari’ah (hal-hal yang secara rinci tidak dijelaskan oleh syari’at). Bagian ajaran dinamis atau syaqqun mutaghayyir ini merupakan ruang luas untuk berijtihad yang berarti pengerahan segenap kemampuan akal seorang mujtahid untuk menerapkan hukum Allah di situ. Bagian dinamis bukan diartikan sebagai gejala liberalisasi syari’at, karena Islam bukan seperti prinsip apapun di luar Islam. Dia memiliki karakteristisk tersendiri yang dibatasi oleh al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ para ulama, serta kaidah-kaidah dalam ber-istinbath dan ber-istidlal.

Termasuk dalam ajaran dinamis ini adalah fatwa yang bersifat berubah sesuai waktu, tempat, dan suatu kondisi, berdasarkan standar syariat dalam berfatwa. Ibnu Hajar menukil pendapat Imam Malik:

يُحْدَثُ لِلنَّاسِ فَتَاوى بِقَدْرِ مَا أَحْدَثُوْا مِنَ الفُجُوْرِ

“Fatwa yang disampaikan pada manusia harus diperbarui sesuai kadar perbuatan dosa model baru yang mereka lakukan.” (Fatawa Ibn Hajar, Vol 1, 200)

Dengan demikian, untuk menghindarkan Islam Nusantara dari proyek liberalisasi agama, harus ditegaskan bahwa penyesuaian khazanah Islam dengan Nusantara berada pada bagian ajarannya yang dinamis (syaqqun mutaghayyir, atau ijtihadiy), bukan pada bagian ajaran yang statis (syaqqun tsabit, atau qath’iy).

Islam Nusantara dan Budaya Kufur

Islam Nusantara tidak boleh melegitimasi tradisi-tradisi yang menyimpang dari Islam, dengan dalih itu adalah khazanah budaya Nusantara. Islam membagi tradisi yang berlaku di tengah masyarakat menjadi dua bagian, yaitu tradisi baik (‘urfun shahih) dan tradisi jelek (‘urfun fasid). Tradisi Baik adalah sesuatu yang telah dikenal oleh kebanyakan masyarakat, berupa ucapan dan perbuatan, yang dilegitimasi oleh syari’at (tidak menghalalkan yang haram dan tidak membatalkan yang wajib), atau syari’at tidak membahasnya, yang sifatnya adalah berubah dan berganti. Pengertian ini disebutkan oleh Sa’ad al-‘Utaibi, dalam Usus al-Siyasah al-Syar’iyyah:

وَالمُرَادُ بِهِ العُرْفُ الصَّحِيْحُ، وَهُوَ: مَا تَعَارَفَهُ أَكْثَرُ النَّاسُ (وَهَذَا قَيِّدٌ يُخْرِجُ العَادَاتِ الخَّاصَّةَ) مِنْ قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ اعْتَبَرَهُ الشَّرْعُ؛ أَوْ أَرْسَلَهُ، مِمَّا شَأْنُهُ التَّغَيُّر وَالتَّبَدّل) سعد العتيبي, أسس السياسة الشرعية, ص 90)

Sementara tradisi jelek adalah sesuatu yang telah dikenal oleh masyarakat, namun bertentangan dengan syari’at. Menurut al-‘Utaibi, ulama hampir sepakat (syibh al-ittifaq) tentang kehujjahan pengamalan tradisi baik, berdasarkan al-Qur’an, Sunnah, kaidah Ushul, dan Kaidah Fikih.

Kehujjahan tradisi menurut al-Qur’an, adalah firman Allah dalam Surat al-A’raf ayat 199:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ. (الأعراف:199)

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS. Al-A’raf: 199)

Kehujjahan tradisi menurut Sunnah, ditunjukkan melalui hadits marfu’ dari Abdullah bin Mas’ud, sebagai berikut:

فَمَا رَأَى الْمُسْلِمُونَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ حَسَنٌ وَمَا رَأَوْا سَيِّئًا فَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ سَيِّئا. رواه أحمد

“Sesuatu yang dipandang baik oleh umat Islam maka hal itu baik di sisi Allah dan sesuatu yang dipandang jelek oleh mereka maka hal itu jelek di sisi Allah.” (HR. Ahmad)

Kehujjahan tradisi menurut Kaidah Ushul, dijelaskan oleh al-Bairi dalam Syarh al-Asybah, sebagai berikut:

الثَّابِتُ بِالعُرْفِ ثَابِتٌ بِدَلِيْلٍ شَرْعِيّ

“Sesuatu yang tetap melalui tradisi adalah tetap melalui dalil syar’i.”

Kaidah ini senada dengan kaidah yang disampaikan al-Sarkhasi dalam al-Mabsuth:

الثَّابِتُ بِالعُرْفِ كَالثَّابِتِ بِالنَّصِّ.

“Sesuatu yang tetap melalui tradisi seperti sesuatu yang tetap melalui nash.”

Kehujjahan tradisi menurut Kaidah Fikih, disebutkan dalam beberapa kaidah sebagai berikut:

العَادَةُ مُحَكَّمَةٌ

“Kebiasaan itu dapat menjadi hukum.”

الحَقِيْقَةُ تُتْرَكُ بِدَلاَلَةِ العَادَةِ

“Hakikat ditinggal karena dalil adat.”

اسْتِعْمَالُ النَّاسِ حُجَّةً يَجِبُ العَمَلُ بِهَا

“Hujjah yang dipakai banyak orang wajib diamalkan.”

المَعْرُوْفِ عُرْفاً كَالمَشْرُوْطِ شَرْطًا

“Yang dikenal sebagai kebiasaan sama dengan syarat.”

Selain kaidah-kaidah ini, masih terdapat kaidah-kaidah lain yang disebutkan oleh para ulama. Hal ini menunjukkan legalitas pengamalan tradisi baik.

Sementara tradisi tidak baik, Islam memiliki cara atau metodologi dalam menyikapinya, yang dikenal sebagai metodologi dakwah dengan cara amputasi, asimilasi, dan minimalisasi.

Islam Nusantara dan Pengotakan Islam

Islam Nusantara tidak boleh menjadi dalih, atau diartikan sebagai pengotakan Islam. Syari’at Islam itu bersifat universal (syumuli) untuk setiap lini kehidupan, dalam lintas waktu dan tempat. Islam berpaham Ahlussunnah Wal-Jama’ah meyakini kewajiban yang jumlahnya lima yang disebut Rukun Islam, dan meyakini keenam rukun lain yang disebut dengan Rukun Iman, yaitu Iman kepada Allah, para malaikat Allah, kitab-kitab Allah, para utusan Allah, kepada hari akhir, dan kepada qadha dan qadar.

Ajaran Islam disebut dengan syari’at Islam, yaitu kumpulan hukum yang bersumber dari al-Qur’an, hadits Nabi, ucapan generasi salaf shalih, ijtihad ulama yang memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk itu. Syari’at ini menjelaskan hubungan manusia dengan Allah, dengan sesama manusia, dengan masyarakat atau bangsa, dengan alam dan lingkungannya. Syariat membatasi hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Kandungan ajarannya terbagi menjadi tiga hal pokok: Pertama, aspek-aspek teologi (ahkam ‘aqaidiyah), mencakup setiap hukum yang terkait dengan Dzat, Sifat, dan keimanan kepada Allah (disebut dengan istilah ilahiyat); yang terkait dengan para utusan dan keimaman kepada mereka dan kitab-kitab yang diturunkan pada mereka (disebut dengan istilah nubuwat); dan yang terkait dengan hal-hal ghaib (disebut dengan istilah sam’iyat). Aspek-aspek teologi ini dalam disiplin keislaman disebut dengan Ilmu Tauhid atau Ilmu Kalam.

Kedua, aspek-aspek praktik ibadah (ahkam ‘amaliyah), yaitu hukum-hukum yang terkait dengan amal perilaku atau perbuatan manusia. Aspek-aspek hukum ini disebut dengan Ilmu Fikih. Selanjutnya, Fikih terbagi menjadi beberapa bagian dan para ulama berbeda pendapat mengenai hal itu. Namun pada intinya, fikih terbagi menjadi empat bagian pokok: (1) Fikih Ibadah, mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, seperti shalat, zakat, puasa, haji, dan sebagainya, (2) Fikih Mu’amalat, mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, seperti akad jual beli, sewa menyewa, hutang piutang, hibah, pinjam meminjam, penitipan, dan sebagainya, (3) Siyasah Syar’iyah, mengatur hubungan negara dengan rakyat, atau satu negara dengan negara lainnya, seperti hukum tentang Baitul Mal, anggaran belanja negara (masharif), hukum-hukum pengadilan, baik pidana, perdata, dan sebagainya, (4) Ahkam al-Usrah atau Ahwal Syakhshiyah, mengatur hukum privat di dalam keluarga, misalnya pernikahan, perceraian, hak-hak anak, warits, washiat, dan sebagainya.

Ketiga, aspek-aspek budi pekerti (ahkam tahdzibiyah), yang menyerukan manusia untuk menghiasi perilakunya dengan sifat-sifat yang baik (akhlaq karimah) dan menghilangkan sifat-sifat yang buruk. Sifat-sifat baik itu di antaranya jujur, amanah, bertanggung jawab, berani karena benar, menepati janji, sabar, menjaga kelestarian alam, dan sebagainya. Sedangkan sifat-sifat yang buruk itu antara lain adalah berbohong, berkhianat, tidak menepati janji, menipu, merusak lingkungan, dan sebagainya. Aspek-aspek budi pekerti ini disebut dengan Ilmu Akhlak, atau Ilmu Tashawwuf.

Islam Nusantara dan Agenda Anti Arab

Arus Islam Nusantara memerlukan batasan agar tidak menjadi gerakan anti Arab. Kata “Nusantara” bukan untuk mengatakan sesuatu yang “bukan Arab”. Oleh karena itu perlu ditegaskan bahwa istilah Islam Nusantara tidak menafikan keberadaan Islam di negara atau wilayah lain. Perbedaan antara Islam Nusantara sebagai metodologi dakwah dengan metode yang dikembangkan di wilayah lain, baik di Afrika, Eropa, atau di wilayah Arab adalah ikhtilaf tanawwu’ (perbedaan yang tidak saling menafikan), bukan ikhtilaf tadhadh (perbedaan yang saling menafikan), karena tiap daerah memiliki karakteristiknya sendiri. Sebagai ikhtilaf tanawwu’, keberadaan Islam Nusantara memperkaya khazanah dan metode dakwah keislaman sesuai dengan karakter wilayah ini, serta tidak menafikan universalitas (syumuliyah) Islam.

Kekerasan dan peperangan yang terjadi di beberapa negara Arab tidak boleh dikaitkan karena mereka berislam ala Arab, bukan ala Nusantara. Kita tidak laik mengatakan, “Islam kita (baca: Nusantara) lebih baik daripada Islam mereka (baca: Arab).” Apa yang terjadi di negara Arab, atau dilakukan oleh orang Arab, sungguh tak dapat langsung dikaitkan dengan cara berislam mereka. Ada domain kultur, karakter personal, sikap, bahkan – yang lebih dominan dan terselubung – ada politik dan kepentingan yang melatarbelakangi setiap konflik yang terjadi.

Memang terdapat indikasi, Islam Nusantara digunakan untuk membedakan khazanah keislaman ala Arab dan Nusantara. Ini tentu naïf sekali, dan – sekaligus – amat rumit untuk dipraktikkan. Dalam bahasa Gus Najih, kegiatan keagamaan masyarakat Indonesia yang sepenuhnya berasal dari Islam seperti tahlilan, yasinan, maulidan, manaqiban, thariqahan, dan sebagainya, pada dasarnya di negara-negara Arab juga dilaksanakan, seperti di Syria, Yaman, dan lainnya. “Lalu mengapa para pendukung Islam Nusantara menolak Islam Arab, padahal amaliah mereka sama?” tanya beliau.

Saya mengamini pernyataan beliau tersebut. Pasalnya, sejarah dan realita hingga saat ini menafikan keinginan tidak baik untuk membeda-bedakan amaliyah “ala Arab” dan “ala Nusantara” itu. Satu contoh, seorang tokoh pernah mengeluarkan statemen yang intinya, “tidak perlu membaca Ratib, karena sudah ada istighatsah, tidak perlu membaca Simthud Durar, karena sudah ada Shalawat Badar.”

Statemen itu pernah saya komentari dalam artikel berjudul “Tidak Perlu Membenturkan Istighatsah dan Ratib, Shalawat Badar Dan Simthud Durar“. Intinya, pernyataan tokoh itu dapat saja dinilai sederhana. Namun bila terus dikembangkan akan memicu pada pengotakan umat Islam di Indonesia: antara “produk asli Nusantara” dengan “produk Arab”, atau antara para pengamal Ratib dengan pengamal istighatsah, atau bahkan, antara habaib sebagai keturunan Rasulullah yang banyak mengamalkan Ratib, dengan para kiai yang beristighatsah.

Istilah Ratib dan Simthud Durar memang secara tendensius merujuk pada amaliah para habaib dan muhibbin (pecinta habaib). Sementara istilah istighatsah dan shalawat badar merujuk pada amaliah yang selama ini dipraktikkan warga Nahdlatul Ulama (nahdliyyin). Kedua kalangan ini merupakan khazanah berharga bagi Ahlussunnah Wal-Jama’ah di bumi Nusantara.

Membeda-bedakan berbagai amaliah tersebut, akan sulit dibenarkan oleh sejarah dan realita. Pasalnya, bila ditelusuri sejarah dan motifnya, amaliah-amaliah tersebut bersatu padu di Nusantara, tanpa harus dipertentangkan satu sama lain. Apalagi sampai disinyalir bahwa mengamalkan salah satu dan meninggalkan yang lain dapat menyebabkan kehancuran.

Bahkan, sejarah penyusunan Shalawat Badar, sangat kental diwarnai nuansa “kerjasama” kalangan habaib dengan kiai. Yaitu antara Ketua NU Banyuwangi di era 60-an, Kyai Ali Mansur sebagai penyusun, Habib Hadi al-Haddar Banyuwangi sebagai konsultan, dan Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi, Kwitang Jakarta sebagai perestu, bahkan penyebar Shalawat Badar (lihat: Antologi NU : Sejarah – Istilah – Amaliah – Uswah, karya H. Soeleiman Fadeli dan Mohammad Subhan)

Bagaimana dengan posisi Ratib di tengah nahdliyyin? Kumpulan doa dan dzikir ini juga telah lama diamalkan warga NU. Bahkan, ulama kharismatik Nahdlatul Ulama, KHR As’ad Syamsul Arifin, Sukorejo, beberapa kali menasihati para santrinya untuk membaca Ratibul Haddad.

Dalam buku “Rangkuman Sebagian Dawuh-Dawuh Almaghfurlah KHR As’ad Syamsul Arifin Kepada Santri, Pengurus, dan Umum”, halaman pertama, disebutkan dawuh beliau tertanggal 27 Januari 1983:

– “Rawatibul Haddad (Ratibul Haddad) adalah doa sapujagat, karena di dalamnya semua permohonan.”
– “Santri sampai sekarang ini barakahnya Rawatibul Haddad.”
– “Baca Haddad (Ratibul Haddad, pen) akan mempengaruhi ilmu dan rizqinya.”
Pada tanggal 6 Agustus 1984, menjelang HUT kemerdekaan RI, KHR As’ad Syamsul Arifin mengulang pesan agar Ratibul Haddad dibaca, bahkan dihapalkan:

– “Tanggal 17 Agustus tidak prei (santri tidak libur, pen), berkumpul baca tahlil, Haddad (Ratibul Haddad) dan munjiyat, doakan pahlawan yang gugur, dan agar pelaksana pemerintah baik.”
– “Santri harus hafal Haddad, barakahnya nampak.”
Menariknya, di halaman terakhir buku yang dikeluarkan PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo itu, KHR As’ad Syamsul Arifin menasihati umat untuk istiqamah membaca Ratibul Hadad, dan istighatsah sekaligus.

Beliau Dawuh, “Istiqamah baca Ratibul Haddad: (1) Jadi pagar, (2) terhindar dari asah. Kalau tani, taninya tidak asah. Dagang, dagangannya tidak asah. Punya santri, santrinya tidak asah. Istiqamah baca Istighatsah: jadi pagar, pasti kaya, terutama kaya hati.”

Bila dicermati, kegiatan bertabligh di Nusantara sejak dulu hingga saat ini, tetap berada di tangan para kiyai dan alawiyin (habaib). Mereka tersebar di pelosok-pelosok kepulauan Indonesia. Perpaduan dan kerjasama itu tentu akan makin menguatkan Islam, berdasarkan akidah dan amaliah Ahlussunnah Wal-Jama’ah.

Menarik Pengertian Islam Nusantara pada Metodologi Dakwah

Menurut hemat kami, untuk menyelamatkan Islam Nusantara dari kepentingan dan tujuan tidak baik, istilah ini harus diberi batasan dan kriteria. Motif inilah yang membuat saya menulis buku kecil berjudul “Mabadi ‘Asyrah Islam Nusantara”. Buku kecil tersebut saya tulis, setelah sekitar 4 (empat) bulan “mauquf” tentang Islam Nusantara. Terdapat kekhawatiran, ada apa di balik Islam Nusantara. Namun arus di NU sangatlah kuat, yang meniscayakan Islam Nusantara menjadi istilah kunci pada tema Muktamar ke-33 di Jombang.

Kami melihat, bila Islam Nusantara dimaknai dan diwarnai dengan bagus, maka dia akan menjadi materi operasional dakwah ala Aswaja, atau Aswaja Terapan bagi NU, sesuatu yang selama ini saya “dambakan”. Mengenai Aswaja Terapan, kami pernah menulisnya di tahun 2014 (lihat: Nusron Wahid, Aswaja Terapan dan Tongkat Nabi Musa)

Namun, bila dimaknai secara salah, bahkan ditunggangi kepentingan liberal dan Syi’ah, maka gagasan Islam Nusantara akan sangat mudarat. Maka mengawal Islam Nusantara yang telah menjadi tema muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama adalah menjadi suatu keniscayaan.

Mabadi ‘Asyrah atau Sepuluh Prinsip Dasar Islam Nusantara tersebut berisi deskripsi umum tema keilmuan ini. Ia berfungsi sebagai peta, outline, term of reference (TOR), sketsa kasar, serta informasi awal mengenai kajian Islam Nusantara, serta bahan operasionalisasinya. Harapannya, Islam Nusantara tidak berlawanan dengan diktum-diktum syari’ah, atau menafikan universalitas ajaran Islam.

Setelah melakukan kajian dan observasi, langkah terbaik untuk memaknai Islam Nusantara adalah dengan menjadikannya sebatas metodologi dakwah Islam di Nusantara. Oleh karena itu, pada pirnsip (mabda’) pertama, di antara sepuluh prinsip (mabadi’ asyrah) yang ada, yaitu tentang Batasan Definitif (al-Hadd), pada buku tersebut saya perlu memunculkan penjelasan awal tentang pengertian Islam; universalitas ajaran Islam; ajaran Islam yang statis dan dinamis; sikap Islam terhadap tradisi; dan kewajiban mendakwahkan Islam. Setelah memberikan penjelasan mengenai ruang lingkup Islam dan Nusantara, kami sampai pada kesimpulan, bahwa definisi “aman” untuk Islam Nusantara adalah:

“Metodologi dakwah untuk memahamkan dan menerapkan universalitas (syumuliyah) ajaran Islam sesuai prinsip-prinsip Ahlussunnah Wal-Jama’ah, dalam suatu model yang telah mengalami proses persentuhan dengan tradisi baik (‘urfun shahih) di Nusantara, dalam hal ini wilayah Indonesia, atau merupakan tradisi tidak baik (‘urfun fasid) namun sedang dan atau telah mengalami proses dakwah amputasi, asimilasi, atau minimalisasi, sehingga tidak bertentangan dengan diktum-diktum syari’ah. Sementara penyesuaian khazanah Islam dengan Nusantara berada pada bagian ajarannya yang dinamis (syaqqun mutaghayyir, atau ijtihadiy), bukan pada bagian ajaran yang statis (syaqqun tsabit, atau qath’iy).”

إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ

“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (QS. Hud: 88)

Wallahu a’lam.

Oleh: Ustadz Faris Khoirul Anam, Lc., M.H.I. (Aswaja NU Center Jawa Timur) dalam website pribadinya di http://www.fariskhoirulanam.com/.

Di Akhir Zaman Manusia Akan Dimudahkan 3 Hal; Haji, Ilmu dan Kewalian

$
0
0
Muslimedianews.com ~
 Syaikh Muhyiddin Ibnu Arabi (560-638 H) berkata: "Sekarang kita berada di zaman akhir. Sebab, apa yang dikabarkan oleh Baginda Nabi Saw. mengenai tanda akhir zaman sudah ada. Tanda itu adalah dimudahkannya manusia dalam 3 hal; haji, ilmu dan kewalian."

Penjelasan Syaikh Ali Jum'ah:

1. Haji. Kita telah merasakan kemudahan dalam ibadah haji. Apabila kita bandingkan zaman sekarang dengan dahulu, kemudahan yang diberikan Allah kepada kita saat ini akan kita rasakan, baik dalam sarana transportasi, jalan, kebutuhan selama di tanah Arab, dan masih banyak lagi.

2. Ilmu. Pada zaman dahulu, manusia menulis di atas kulit kayu, tulang dan batu, sampai pada akhirnya menemukan kertas. Perjalanan waktu dari tahun ke tahun membuat peradaban manusia semakin maju hingga menghasilkan mesin ketik. Belum berhenti sampai di sini, akal manusia masih terus berfikir dan meneliti hingga dapat menemukan komputer. Mereka menciptakan teknologi internet yang mampu mengirim dan menyebarkan informasi ke seluruh penjuru dunia dengan mudah dan cepat. Inilah zaman kita, zaman akhir yang dimudahkan ilmu dan pengetahuannya.

3. Kewalian. Syaikh Muhyiddin Ibnu Arabi mengatakan satu kaidah: "Mempercayai kita adalah kewalian." Maksudnya, membenarkan perkataan dan perbuatan para sufi adalah kewalian itu sendiri. Dengan mempercayai dan meyakini apa yang dikatakan dan dilakukan oleh para wali, kita dapat menjadi wali. Inilah karuia Allah yang mudah sekali kita dapatkan. (Ath-Thariq Ilallah halaman 76-79, karya Syaikh Ali Jum'ah al-Azhar).

Bersurban, Tapi Bahasa Keseharian Tetap 'Sampean'

$
0
0
Muslimedianews.com ~
Dulu surban, gamis, jubah dan peci putih di Nusantara ditempatkan sangat mulia. Sebab itu adalah pakaianya Rasulullah Saw. dan para sahabatnya, meskipun tidak menafikan Abu Lahab dan Abu Jahal juga memakainya. Hingga kuli dan supir, bahkan non-Muslim pun di sana (Arab) juga memakainya, sebab itu busana adat mereka.

Tetapi karena Rasulullah juga memakai, di sini pakaian itu dijadikan pakaian 'kehormatan dan ciri khas' Ulama. Jadi tempo dulu kalau di masjid kita ketemu orang bersurban, gamis dan jubah, tak perlu ragu itu pasti Ulama/Kyai. Begitu juga 'peci putih', itu pasti 'Haji'. Demikian cara Ulama Nusantara memperlakukan 'busana Rasulullah' di bumi pertiwi ini.

Begitu juga dengan bahasa Arab, tidak hanya Akhi, Ukhti, Ana dan Antum. Tetapi nahwu-sharaf diajarkan sejak kanak-kanak plus kitab-kitab yang dipelajari langsung berbahasa Arab, bukan sekedar terjemahan. Namun dalam bahasa sehari-hari tetap menggunakan 'Sampean, Njenengan, dst'. Jadi bagaimana bisa ISLAM NUSANTARA dituduh anti Arab? (Gus Zimam Hanif)

Hadirilah Kajian Islam Bersama Buya Yahya di Masjid Jami' Assegaf Solo

$
0
0

Hadirilah, Ikutilah dan Syiarkanlah Kajian Islam Ahlussunnah wal Jama’ah dengan tema:

“LEBIH DALAM TENTANG AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH (ASWAJA)”

Insya Allah bersama KH YAHYA ZAINUL MA'ARIF atau yang akrab disapa BUYA YAHYA (Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah Al Bahjah Cirebon Jawa Barat)

Yang insya Allah akan diadakan pada:

- Hari, Tanggal: Jum'at, 23 Oktober 2015
- Waktu: 18:00 WIB (Ba'da Maghrib)
- Bertempat di: Masjid Jami' Assegaf, Jl. Kapten Mulyadi No. 190 Pasar Kliwon Surakarta.

ACARA TERBUKA UNTUK UMUM

Insya Allah akan disiarkan langsung melalui MJA TV Solo dan Live Streaming Video di Website MJA TV Solo di http://www.mjatv.com/stream/. Bagi pengguna hape android, silahkan instal aplikasi MJA TV di Plastore: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.mjatv.www.

Sebarkan dan ajak keluarga, saudara, dan teman tercinta untuk hadir dan raih pahala mengajak kebaikan. Semoga bermanfaat dan matur NUwun.


Sumber: Ngaji Yuk!

Bismillah, Santri Aswaja Berdakwah Goes to Papua

$
0
0
Jakarta, Muslimedianews ~ Panas Jakarta menyentuh titik puncaknya, ketika Abdul Wahab menerima telepon dari kami, Selasa Siang 6 Oktober 2015 kemarin.

Abdul Wahab, mengaku sedang menyiapkan kebutuhan untuk persiapan keberangkatannya ke Papua, sekaligus mengusahakan ke beberapa lembaga untuk berkenan membantu para pengajar dan pendidik ke beberapa madrasah di Papua Beberapa Al-Qur’an, Kitab, sarung dan mukenah sudah didapatkan dari hasil sumbangan dari beberapa warga Nahdlatul Ulama (NU) .

Sebelumnya aktivis NU melalui Sarkub peduli Papua yang di kordinatori Abdul Wahab telah melakukan berbagai kegiatan di provinsi Papua seperti menyalurkan sumbangan ratusan buku agama, busana Muslim, perlengkapan shalat, dan membantu pembangunan Masjid di Tolikara dan PonPes Al-Mutaqin Waena, Papua. Selain itu juga telah membangun tempat wudhu di daerah Malakabu dan menyelenggarakan berbagai acara Pengajian di beberapa daerah di Papua.

Abdul Wahab dikenal sebagai Koordinator SARKUB Papua yang sudah berdakwah kurang lebih 1 tahun di provinsi Cenderawasih itu. Pada tahun ini SARKUB dan PPM Aswaja akan mengirim beberapa aktivis NU, rata rata masih berumur di bawah 30 tahun dan berlatar belakang pendidikan formal dari beberapa kampus dan sekaligus santri dari pondok pesantren di Jawa Tengah. Para pemuda ini tergerak hatinya untuk melaksanakan kewajiban sebagai anak bangsa guna memberikan manfaat bagi saudaranya yang ada di pulau Papua. Mereka adalah Agus Setiabudi, Taufiqurrahman dan tentu saja koordinator Abdul Wahab.

Lokasi tujuan mereka adalah beberapa pedalaman Papua. Dengan niat yang kuat mereka akan menjadi pengajar dan pendidik di madrasah yang baru yang akan didirikan di desa-desa pedalaman Papua.

Abdul Wahab membenarkan bahwa para pemuda ini sudah minta ijin dan berkoordinasi dengan Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (PP LDNU), dan nantinya akan berkoordinasi dengan organisasi Islam yang ada Papua, dalam hal ini adalah PWNU Papua.

Selama di Papua, Abdul Wahab mengaku berkecukupan untuk kehidupan sehari0hari, “Kami terbiasa hidup di pondok pesantren”, ujar Gus Wahab, panggilan akrab Abdul Waha).

Ini adalah rejeki dari Allah, “Jadi kami sangat yakin atas rejeki yang sudah ditetapkan Allah buat kami” tambah Gus Wahab, dengan bibir yang tersenyum penuh keyakinan.

“Kami punya mimpi, akan banyak santri yang berkenan menjadi pengajar di Papua pada tahun-tahun berikutnya, namun begitu kami juga harus memastikan bahwa mereka tidak perlu sampai benar-benar kesusahan untuk kebutuhannya sehari-hari”, ucap Gus Wahab.

Gus Wahab mengungkapkan akan membuka usaha di Papua yang nantinya akan bisa diteruskan secara estafet kepada para santri. Bantuan dari para donatur sangat dibutuhkan untuk melaksanakan usaha yang akan dirintisnya.

“Kami berniat merintis usaha kecil-kecillan, sehingga akan bisa kami teruskan secara estafet kepada para santri dari pondok pesantren di luar Papua selanjutnya. Untuk itu kami membuka diri, jika ada yang berkenan mempercayakan amalnya dalam bentuk Rupiah, selain sebagai modal usaha kami, juga sebagai penyambung biaya hidup kami selama di Papua”, lanjut Gus Wahab.

“Dalam bentuk barang, juga silahkan, Al Qur’an, Mukenah, Sarung, baju muslim, kopiah, buku tulis, alat tulis, kitab kuning, monggo dikirim ke kami. Insya Allah kami menerima serta menjaga Amanah para dermawan sekalian, dan InsyaAllah akan sangat bermanfaat buat modal belajar mengajar kami serta santri santri kami di Papua”, imbuh Gus Wahab.

Abdul Wahab juga mengaku sangat menghormati keberadaan warga asli Papua, sebagaimana Warga asli Papua juga sangat menerima dia selama ini.

“Iya Mas, warga Papua sangat menerima kami, pendekatan kami pun sehari-hari melebur dengan warga Asli Papua. Alhamdulillah, mereka mulai mengatahui dan juga menghargai hal-hal yang tidak boleh seorang muslim lakukan” seru Gus Wahab.

Dalam waktu dekat mereka bertiga akan berangkat ke Papua, dukungan baik dalam bentuk barang maupun finansial sangat diharapkan.

“Kami berdo’a semoga amal para pembaca sekalian, di terima sebagai amal yg baik, yg sholeh dan di Ridloi Allah Ta’ala, Amin Ya Rabbal Alamin”, tutup Gus Wahab.

Bagi anda yang ingin membantu dakwah di Papua dalam bentuk barang dapat mengirimkannya ke alamat berikut:

Abdul Wahab,
Jl. STM YPK Kota Raja Dalam No. 137, Jayapura, Jayapura, Indonesia
(Samping Gedung LPTQ (Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an) Komplek Gedung MUI Provinsi Papua)

Atau sumbangan dalam bentuk dana melalui Rekening PPM Aswaja atas nama: Yayasan Dakwah Islam Aswaja Bank Mandiri No.Rek. 070.00.0664.8054. Mohon menambahkan 99 di belakang nominal untuk memudahkan pemilahan sumbangan, misalnya Rp. 500.099. Selanjutnya setelah melakukan transfer harap konfirmasi ke Pengurus PPM Aswaja di nomor 081526090074.

Terimakasih banyak sebelumnya dan Semoga Amal Ibadah kita semua mendapatkan Ridho dari Allah Ta’ala. Allahuma Amin.

(Sarkub/ PPM Aswaja)

Meluruskan Kesalahan DR. Azhari Akmal Tarigan, M.Ag (Vol. I)

$
0
0

Medan, Muslimedianews ~ "Ibrahim As yang disebut bapak monotheisme juga melakukan proses pencarian tuhan. Ketika ia menolak berhala yang dibuat bapaknya sebagai tuhan, ia menjadi atheis. Dan ketika ia mengakui bintang, lalu bulan, kemudian matahari, walaupun selanjutnya ia mengingkari nya, menurut penulis ia telah menjadi politheis (syirik). Yang menarik proses tauhid ini direkam dengan baik oleh Al-Quran sebagai penghargaan terhadap orang-orang yang selalu berusaha menemukan Tuhan. Lihat Q.S. Al-An'am/6: 76-78" (Inilah pernyataan miring Akmal Tarigan, dekan difak. Ekonomi UIN SU disalah satu buku yang ia tulis) 

Pemikiran yang ditawarkan di atas sebenarnya bukan pemikiran baru yg sering diobral oleh orang-orang "LIBERAL", untuk mengobrak-abrik agama Islam yang suci ini.

Kendatipun masalah ini sudah biasa dikalangan LIBERAL namun kita merasa pantas menanggapi masalah ini. Terlebih, yang menyatakannya ini ialah seorang dosen yang aktif mengajar di UIN SU.
Ada beberapa hal yg perlu disoroti dari "fitnah keji" Akmal Tarigan (selanjutnya akan kami tulis dengan AT) di atas yang ia tuduhkan kepada Nabi Ibrahim 'alaihissalam.

Pertama, AT berkeyakinan bahwa ayah Nabi Ibrahim adalah seorang penyembah dan pembuat patung. 

Jawab: Mungkin yang dimaksud oleh AT ialah Azar, jelas pendapat ini sangat keliru dan tidak mendasar, pernyataan bahwa ayah Nabi Ibrahim ini ialah penyembah patung hanyalah dikutip dari kisah-kisah Israiliyyat, yang tidak bisa diterima kebenarannya.

Adapun Azar yang secara jelas mati kafir, ulama’ menyatakan ia bukanlah bapak Nabi Ibrahim yang sebenarnya tetapi dia adalah bapak asuhNya dan juga pamanNya.
Dalam hal ini Rasulullah bersabda :

قال رسول الله (( لم ازل انقل من اصلاب الطاهرين الى ارحام الطاهرات ))

“ Aku (Muhammad shallallahu 'alaihi wasallama) selalu berpindah dari sulbi-sulbi laki-laki yang suci menuju rahim-rahim perempuan yang suci pula”

Dari hadits di atas maka sangat jelas Rasulullah menyatakan, kakek dan nenek moyang Beliau adalah orang-orang yang suci bukan orang-orang musyrik karena mereka dinyatakan najis dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis”.

Maka pernyataan bahwa ayah Nabi Ibrahim ialah penyembah patung jelas keliru dan tidak mendasar.

Kedua, AT menyatakan bahwa Nabi Ibrahim pernah mengalami masa atheis (tidak bertuhan) bahkan menurutnya Nabi Ibrahim pernah syirik kepada Allah, na'udzubillah.

Jawab: Pernyataan di atas sungguh lah merupakan fitnah yang sangat keji yang disematkannya kepada seorang utusan Allah subhanahu wata'ala, seorang Nabi yang terpilih untuk menyampaikan risalah-risalah Tauhid yang benar.

Sesungguhnya kisah Nabi Ibrahim bukanlah seperti asumsi yang beredar selama ini bahwa Nabi Ibrahim adalah Bapak Monoteisme karena petualangannya mencari Tuhan, ini hanyalah cerita dongeng yang sengaja dibuat oleh orang-orang yang ingin merusak Islam. Oleh karenanya, layaklah untuk dicermati arti dari QS. Al-An’am ayat 76-78 sebagai berikut:

"Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata,“Inilah Tuhanku”. Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam”.(76) 

Lalu ketika dia melihat bulan terbit dia berkata,“inilah Tuhanku”. Tetapi ketika bulan itu terbenam dia berkata, “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”. (77) 

Kemudian ketika dia melihat matahari terbit dia berkata, “Inilah Tuhanku, ini lebih besar”. Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata, ” Wahai kaumku! Sungguh aku berlepas diri apa yang kamu persekutukan”. (78)

Yaang perlu dicermati dari terjemahan ayat Alquran di atas adalah kalimat “Inilah Tuhanku (Hadza Rabbi)“. 

Dari kalimat itulah bersumber kesalapahaman yang diobral oleh orang-orang LIBERAL. Padahal, makna hadza rabbi (inilah tuhanku) bukanlah bermakna ikhbar (pernyataan) tetapi bermakna Istifham Ingkari/Istifham Taubikhi (pertanyaan untuk mengingkari/mencela pola pikir kaumnya yang menyembah bintang). 

Jadi makna kalimat “inilah Tuhanku” seharusnya diartikan dan ditulis dengan “inikah Tuhanku?”. 
Sebagaimana dinyatakan oleh Imam Abu Hayyan al-Andalusi (W. 745 H/ 1345 M), ia berkata dalam tafsirnya An-Nahrul Mad: 

"Perkataan Nabi Ibrahim hadza rabbi bukanlah pernyataan keyakinan bahwa bintang (Yupiter atau Venus), bulan dan matahari adalah tuhannya. Hal ini diibaratkan seperti ketika kamu melihat orang lemah yang tak mampu berdiri, lalu kamu mengatakan hadza nashiri (inikah penolongku?)”.

Demikian juga pernyataan Imam Fakhruddin Ar-Razi (W. 606 H/ 1210 M) dalam kitabnya Ishmatul Anbiya’:

“Kalimat hadza rabbi datang ala wajhi al-I’tibar wa al-istidlal La ‘ala wajhi al-ikhbar(datang untuk memberi ibrah [pelajaran] dan mencari dalil [bahwa bintang, bulan dan matahari yang disembah kaumnya Nabi Ibrahim adalah tidak benar], bukan sebagai statement/ pernyataan apalagi keyakinan.”
Hal kedua yang perlu dtekankan, semua Nabi termasuk Ibrahim terpelihara atau dijaga oleh Allah dari kekufuran, syirik, melakukan dosa besar dan dosa kecil yang menghinakan mereka. Maka mustahil bagi seorang penyampai dakwah rabbaniyah (ketuhanan) dan pembawa misi ilahiyah tidak mengenal Tuhan yang ia sembah, padahal ialah yang menjadi utusan tersebut.

Imam al-Qadli ‘Iyadl (W. 544 H/ 1149 M) mengatakan dalam Asy-Syifa: “Sesungguhnya para Nabi itu ma’shum (terpelihara) baik sebelum maupun sesudah menjadi Nabi dari kebodohan, keraguan (walau sedikit saja) dan ketidakmengenalan mereka terhadap Tuhan dan sifat-sifatNya”.

Dalam hal ini Allah berfirman dalam QS. Al-Anbiya’ ayat 51: “Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim Rusydahu [Petunjuk kebenaran] sebelumnya (sebelum ia mencapai umur balig [tafsir Imam Mujahid W. 104 H])”.

Ayat ini menjelaskan bahwa sebelum Nabi Ibrahim berdakwah, Nabi Ibrahim telah diberikan iman yang kokoh dan pengetahuan bahwa hanya Allah Tuhan yang layak disembah bukan bulan, bintang, matahari dan lain sebagainya. 

Sedangkan konteks surat al-An’am ayat 76-78 di atas adalah disebabkan kondisi (medan dakwah) kaum Nabi Ibrahim yakni kaum Harran yang gemar terhadap ilmu astronomi bahkan mereka sampai menyembahnya (bintang, bulan dan matahari). Sebab itulah kemudian Allah mengutus Nabi Ibrahim kepada mereka dengan membawa argumentasi yang kuat. Bahwa, Apakah layak sesuatu yang terbit lalu tenggelam, sesuatu yang berubah, dan tidak dapat memberikan manfaat dan mudarat untuk dijadikan Tuhan? Oleh karena itu Ibrahim berkata kepada kaumnya La uhibbul afilin (Saya tidak suka sesuatu yang tenggelam). 

Dalam tafsir Jalalain (karya Jalaluddin al-Mahalli W. 864 H/ 1459 M dan Jalaluddin as-Suyuthi W. 911 H/ 1505 M) dijelaskan: “Saya tidak suka sesuatu yang tenggelam untuk dijadikan tuhan, sebab tuhan itu tidak patut mempunyai sifat yang berubah-rubah, bertempat dan berpindah-pindah. Karena sifat-sifat itu hanya pantas disandang oleh makhluk”. Dari sini maka dikenal di kalangan Ulama alasan Nabi Ibrahim dijuluki dengan Hujjatullah (Nabi yang diberikan kekuatan dalil argumentasi yang kuat oleh Allah untuk mematahkan keyakinan kaumnya yang sesat).

“Dan itulah ‘Hujjah Kami’ yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya”. (QS al-An’am: 83)

Disamping Nabi Ibrahim juga pernah mematahkan pendapat konyol Raja Namrud bin Kan’an yang mengaku sebagai tuhan dengan memerintahkannya agar menerbitkan matahari dari barat, fabuhital ladzi kafar (maka terbungkamlah Raja Namrud). (QS al-Baqarah: 258)

Adapun dalil lain, menunjukkan bahwa Nabi Ibrahim tidak pernah mencari-cari Tuhan atau kebingungan dan mengeluh siapa tuhannya adalah QS. Al-An’am ayat 79: 

“Akuhadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.” 

Kemudian, QS. Ali Imran ayat 67: “Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang hanif/lurus lagi muslim (seorang yang tidak pernah mempersekutukan Allah dan jauh dari kesesatan) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang musyrik (tidak pernah musyrik sama sekali baik sebelum menjadi Nabi maupun sesudahnya).”

Sejatinya, makna surat al-An’am 76-78 berdasarkan keterangan di atas adalah sebagaimana berikut: “Ketika malam telah menjadi gelap, Nabi Ibrahim melihat sebuah bintang lalu ia menyatakan “Inikah Tuhanku?sebagaimana kalian kira?”. Maka ketika bintang itu terbenam dia menyatakan, “Aku tidak suka kepada yang terbenam” yakni layakkah sesuatu yang terbenam dijadikan tuhan sebagaimana yang kalian yakini? Maka ketika kaumnya tidak memahami maksud pernyataan Nabi Ibrahim tersebut bahkan mereka tetap menyembah bintang, maka Nabi Ibrahim menyatakan untuk kedua kalinya ketika ia melihat Bulan dengan pernyataan yang sama “Inikah Tuhanku?”. Demikian Nabi Ibrahim mengulangi kembali pernyataannya ketika melihat matahari “Inikah Tuhanku?”. Lalu ketika Nabi Ibrahim tidak dapat memberikan kesadaran/hidayah terhadap kaumnya maka ia menyatakan kepada kaumnya inni bariun mimma tusyrikun (Sungguh, aku berlepas diri [tidak bertanggungjawab dan tidak ikut menyembah bintang] dari apa yang kalian persekutukan.

Semoga kita termasuk orang-orang yang Allah jaga aqidah dan iman kita, sehingga tidak mudah kita mengarang karya fiktif yang menyudutkan keimanan kita. Amiiiin..

Wallahu waliyyuttaufiq.

Oleh: Ustadz Muzani Al Fadani (Ketua Biro Dakwah 'Asyirah ASWAJA SUMUT)/ Muhammad Aulia Lubis.


Pudarnya Sakralitas Berkah

$
0
0
Muslimedianews.com ~
Barakah atau berkah bukanlah hal yang dapat dirasionalisasi, tapi eksistensinya terbukti. Di mata ulama salaf, term tersebut merupakan sesuatu yang sangat krusial dan tidak dapat dijauhkan dari kegemilangan orientasi pendidikan.

Namun, agaknya sakralitasnya kini mulai memudar. Misalnya, ketaatan kepada guru yang merupakan salah satu indikatornya, hampir sulit dijumpai di berbagai tempat pendidikan, terlebih pendidikan formal. Jadi tidak heran, jika terlahir sebuah generasi yang tinggi intelektualitasnya tapi rendah kualitas imannya.

Dan kita mungkin hanya bisa merenungkan sebuah kata mulia, sebagaimana dikutip oleh Imam al-Ghozali dalam Ihya 'Ulumiddin juz 1 halaman 63:

مَنِ ازْداَدَ عِلْماً وَلَمْ يَزْدَدْ هُدىً، لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْداً

"Barangsiapa ilmunya bertambah namun hidayahnya tidak bertambah, maka takkan menambahi dia kecuali jauhnya dari Allah.”

Semoga Allah meramati kita semua. Aamiin. (Disampaikan oleh: Neng Nur Muthmainnah).

Kitab Fathul Izar dan Terjemahannya

$
0
0
Muslimedianews.com ~
Kitab Fathul Izar adalah karya ulama Nusantara, KH. Abdullah Fauzi Pasuruan. Menerangkan tentang perihal nikah dan yang berkaitan dengan hubungan suami-istri. 

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي جل قدره وعز جاره الذي جعل النكاح سببا لبقاء نسل الأنام، ووسيلة الى اشتباك الشعوب والأقوام، والصلاة والسلام على سيدنا محمد المصطفى صاحب العز والصدق والوفا وعلى آله وصحبه الشرف انجوم الهدى والصفا، أما بعد:

فهذه كراسة صغير حجمها لطيف شكلها جليل قدرها عظيم نفعها تشتمل على فوائد مهمة تتعلق ببعض ما للنكاح من الحرث وأسرار أوقاته وتدبيره وما لخلقة الأبكار من العجائب والأسرار جمعتها والتقطتها ونقلتها من فحول العلماء والرجال منهم الله تعالى بنيل الفوز والإفضال سميتها بفتح الإزار في كشف الأسرار لأوقات الحرث وخلقة الأبكار والله تعالى نسأل أن يجعلها نافعة لنا ولإخواننا المسلمين ويجعلها دخيرة لنا ولوالدينا يوم لاينفع مال ولابنون الا من اتى الله بقلب سليم من آفات القلب وسوء الظن. 

إعلم أن النكاح سنة مرغوبة وطريقة محبوبة لأن به بقاء التناسل ودوام التواصل فقد حرضه الشارع الحكيم فقال عز من قائل "فانكحواما طاب لكم من النساء مثنى وثلاث ورباع"الأية وقال "ومن آياته أن خلقلكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها وجعل بينكم مودة ورحمة"الأية وقال"وأنكحوا الأيامى منكم والصالحين من عبادكم وإمائكم ان يكونوا فقراء يغنيهم الله من فضله"الآية ومن إغنائه تعالى لهم ان الرجل قبل دخوله في قيد النكاح له يدان ورجلان وعينان وغيرها من الجوارح بحدتها فقط ولكن كلما دخل فيه صارت تلك الأعضاء تتضاعف ضعفين بزيادة أعضاء زوجته اليها الا ترى ان العروسة اذا قالت للعريس : لمن يداك؟ قال لك واذا قالت له: لمن أنفك؟ قال لك واذا قالت له ايضا: لمن عيناك؟ قال لها مجيبا ومؤنسا: لك وهكذا. وقال صلى الله عليه وسلم يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج الحديث والباءة النفقة الظاهرة والباطنة كما قيل وقال أيضا تزوجوا الولود الودود فإني مكاثر بكم الأمم يوم القيامة الحديث او كما قال وغيرها من الآيات والأحاديث.

بيان الحرث وأسرار اوقات
إعلم أن المقصود الأعظم من النكاح التعبد والتقرب واتباع سنة الرسول وتحصيل الولد والنسل لأن به بقاء العالم وانتظامه وبتركه وإهماله خرابه ودراسه ومعلوم أنه لايحصل الحصاد الا بنثر البذر على الأرض اولا وحرثها وزرعها بطرق وكيفيات معلومة عند الفلاح وانتظار المدد الى بدو الصلاح وكذلك لايحصل الولد والنسل الا ببث بذر الزوج على مزرعته وزرعته التي هي حليله قال تعالى نساؤكم حرث لكم فأتوا حرثكم أنى شئتم وقدموا لأنفسكم الآية. وسبب نزول هذه الآية ان المسلمين قالوا: انا نأتي النساء باركات وقائمات ومستلقيات ومن بين ايديهم ومن خلفهم بعد ان يكون المأتي واحدا فقالت اليهود ما انتم الا البهائم لكنا نأتهن على هيئة واحدة وانا لنجد في التوراة ان كل اتيان تؤتى النساء غير الإستلقاء دنس عندالله. فأكذب الله تعالى اليهود ففي هذه الآية دلالة على جواز اتيان الرجل زوجته على اي كيفية وحال شاء من قيام وقعود واستلقاء ومن اي جهة شاء من فوق ومن تحت ومن وراء ومن قدام وفي اي وقت شاء في الليل او النهار بعد ان كان في صمام واحد

لكن قال اهل العلم من جامع زوجته في ليلة الجمعة يصير الولد حافظا في كتاب الله تعالى ومن جامع في ليلة السبت يكون الولد مجنونا ومن جامع في ليلة الأحد يكون الولد سارقا لملك غيره اوظالما ومن جامع في ليلة الإثنين يكون الولد فقيرا او مسكينا او راضيا لأمر الله وقضائه ومن جامع في ليلة الثلاثاء يكون الولد بارا للوالدين ومن جامع في ليلة الأربعاء يكون الولد كثير العقل او كثير العلم او كثير الشكر ومن جامع في ليلة الخميس يكون الولد مخلصا في قلبه ومن جامع زوجته مع التكلم يكون الولد أبكم ومن جامع في ظلمة يكون الولد ساحرا ومن جامع مع السراج يكون الولد حسن الصورة  ومن جامع رائيا عورة المرأة يكون الولد أعمى او أعمى القلب ومن جامع سائل الزاد لسفر يكون الولد كاذبا ومن جامع تحت الشجرة المطعوم ثمرها يكون الولد مقتول الحديد او مقتول الغرق او مات في هدم الشجرة 

قال أهل العلم وينبغي للعروس أربعة أشياء أولها أخذ اليدين وثانيها مس صدرها وثالها تقبيل الخدين ورابعها قراءة البسملة عند إدخال الذكر في الفرج وقال صلى الله عليه وسلم من جامع زوجته عند الحيض فكأنما جامع أمه سبعين سنة الحديث او كما قال.

(نفيسة ظريفة) سئل بعض المشايخ عن النعم الدنيا كم هي؟فأجاب بأنها كثيرة لايحصى عددها قال تعالى: وإن تعدوا نعمة الله لاتحصوها ولكنأعظمها انحصر في ثلاثة أشياء: تقبيل النساء ولمسها وإدخال الذكر في الفرج. قال الشاعر في بحر الرجز:
ونعم الدنيا ثلاث تعتبر * لمس وتقبيل وإدخال الذكر
وقال أخر:
نعم الدنيا ثلاث تحصر * دميك كوليت عامبوع كارو بارع تورو

بيان تدبير الحرث
قال الامام العالم العلامة جلال الدين عبد الرحمن السيوطي في الرحمة: إعلم ان الجماع لايصلح الا عند هيجان الشهوة مع استعداد المني فينبغي أن يخرجه في الحال كما يخرج الفضلة الرديئة بالإستفراغات كالمسهلات فان في حبسهعند ذلك ضررا عظيما والمكثر من الجماع لايخفى هرمه سريعا وقلة قوته وظهور الشيبفيه وللجماع كيفية وهي ان تستلقى المرأة على ظهرها ويعلوها الرجل من أعلاها ولا خير في ما عدا ذلك من الهيئات ثم يلاعبها ملاعبة خفيفة من الضم والتقبيل ونحو ذلك حتى اذا حضرت شهوتها اولج وتحرك فاذا صب المني فلاينزع بل يصبر ساعة مع الضم الجيدلها فاذا سكن جسمه سكونا عظيما نزع ومال على يمينه حين النزع فقد ذكروا ان ذلك ممايكون به الولد ذكر ويمسحان فرجهما بحرقتين نظيفتين للرجل واحدة وللمرأة واحدةولايمسحان بحرقة واحدة فان ذلك يورث الكراهة واحسن الجماع ما يعقبه نشاط وطيب نفسوباقى سهوة وشره ما يعقبه رعدة وضيق نفس وموت أعضاء وغشيان وبغض الشخص المنكوح فان كان محبوبا فهذا القدر كاف في تدبير الأصلح من الجماع. 

واداب الجماع ثلاثة قبله وثلاثة حاله وثلاثة بعده اما الثلاثة التي قبله فتقديم الملاعبة ليطيب قلب الزوجة ويتيسر مرادها حتى اذا علا نفسا وكثر قلقها وطلبت إلتزام الرجل دنا منها والثانية مراعاة حال الجماع فلا يأتيها وهي باركة لأن ذلك يشق عليها او على جنبها لأن ذلك يورث وجع الحاصرة ولايجعلها فوقه لأن ذلك يورث الإعتقار بل مستلقية رافعة رجليها فإنه أحسن هيئات الجماع والثالثة مراعاة وقت الجماع اي وقت الإيلاج بالتعويذ والتسمية وحك الذكر بجوانب الفرج وغمز الثديين ونحو ذلك مما يحرك شهوتها وامااللاتي في حال الجماع فأولها كون الجهد برياضة في صمت وتوفق الثانية في التمهل عند بروز شهوته حتى يستوفي إنزالها فإن ذلك يورث المحبة في القلب الثالثة ان لايسرع بإخراج الذكر عند إحساسه بمائها فإنه يضعف الذكر ولايعزل عنها ماءه لأن ذلك يضر بها واما الثلاثة التي بعده فاولها أمر الزوجة بالنوم على يمينه ليكون الولد ذكرا ان شاء الله وان نامت على الأيسر يكون الولد أنثى حسب ما اقتضته التجربة الثانية ان يقول الذكر الوارد عند ذلك في نفسه وهو الحمد لله الذي خلق من الماء بشرا فجعله نسبا وصهرا وكان ربك قديرا. الثالثة الوضوء اذا اراد ان ينام وهو سنة وغسل ذكره اذا اراد ان يعود اليها. 

وذكر عن بعض الثقات ان من قدم اسم الله تعالى عند الجماع اي جماع زوجته و سورة الإخلاص الى آخرها وكبر وهلل وقال بسم الله العلي العظيم اللهم اجعلها ذرية طيبة  ان كنت قدرت ان تخرج من صلبي اللهم جنبني الشيطان وجنب الشيطان ما رزقتني ثم يأمر الزوجة بالإضطجاع على جنبها الأيمن فإن حملها يكون ذكرا بإذن الله تعالى ان قدر الله تعالى حملها من ذلك الجماع. ولازمت هذا الذكر والصفة فوجدته صحيحا لا ريب فيه و بالله التوفيق اهـ محذوفا بعضه. 

قال بعض المشايخ من اتى زوجته فقال في نفسه حين احس بالإنزال لايدركه الأبصار وهو يدرك الأبصار وهو اللطيف الخبير يكون الولد ان قدر الله تعالى من ذلك فائقا على والديه علما وشأنا وعملا ان شاء الله تعالى. قال في حاشية البجيرمي على الخطييب (فائدة) رأيت بخط الأزرق عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ان من اراد ان تلد إمرأته ذكرا فإنه يضع على بطنها في أول الحمل ويقول بسم الله الرحمن الرحيم اللهم اني أسمي مافي بطنها محمدا فاجعله لي ذكرا فإنه يولد ذكرا ان شاء الله مجرب اهـ.

بيان أدعية الحرث
قال تعالى وقدموا لأنفسكم الآية اي قدموا ما يدخر لكم من الثواب كالتسمية عند الجماع وطلب الولد، روي أن النبي صلى الله عليه وسلم قال من قال بسم الله عند الجماع فأتاه ولد فله حسنات بعدد انفاس ذلك الولد وعدد عقبه الى يوم القيامة، وقال صلى الله عليه وسلم خياركم خياركم لنسائهم الحديث او كما قال، ولبعضهم فيها ترتيب عجيب وهو أن الرجل اذا اراد ان يجامع زوجته ينبغي ان يقول اولا السلام عليكم يا باب الرحمن فتقول زوجته مجيبة له وعليكم السلام يا سيد الأمين فيأخذ يديها  ويقول رضيت بالله ربا ثم يغمز ثدييها ويقول اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد ثم يقبل ناصيتها قائلا يا لطيف الله نور على نور شهد النور على من يشاء ثم بعد ذلك يميل رأسها  الى الجانب الأيسر ويقول في سمعك الله سميع مقبلا ونافخا أذنها اليمنى نفخا يسيرا ثم يميل رأسها إمالة لطيفة الى الأيمن ويقول ما ذكر في أذنها اليسرى كذلك ثم يقبل عينيها اليمنى فاليسرى قائلا اللهم انا فتحنا لك فتحا مبينا ثم يقبل خديها اليمنى فاليسرى يقول يا كريم يا رحمن يا رحيم يا الله ثم يقبل أنفها قائلا عند ذلك فروح وريحان وجنة نعيم ثم يقبل كتفها ويقول يا رحمن الدنيا يا رحيم الآخرة ثم يقبل رقبتها ويقول الله نور السموات والأرض ثم يقبل ذقنها ويقول نور حبيب الإيمان من عبادك الصالحين ثم يقبل راحتيها اليمنى فاليسرى قائلا عند ذلك ما كذب الفؤاد ما رأى ثم يقبل مابين ثدييها ويقول وألقيت عليك محبة مني ثم يقبل صدرها اليسرى بحذاء قلبها ويقول ياحي يا قيوم ثم يجامع                        

بيان أسرار خلقة الأبكار
قال أهل الفراسة والخبر بالنساء اذا كان فم المرأة واسعا كان فرجها واسعا اذا كان صغيرا كان فرجها صغيرا ضيقا قال من بحر الطويل:
إذا ضاق فم البكر ضاقت فروجها * وكان لفمها شعار لفرجها
وان كانت شفتاها غليظتين كان شفراها غليظتين وان كانتارقيقتين كانتا رقيقتين وان كانت السفلى رقيقة كان فرجها صغيرا وان كان فم المرأة شديد الحمرة كان فرجها جافا عن الرطوبة وان كانت حدباء الأنف فهي قليلة الغرض في النكاح وان كانت طويلة الذقن فإنها فاتحة الفرج قليلة الشعر وان كانت صغيرة الحاجب فإنها غامضة الفرج وان كانت كبيرة الوجه غليظة الضفائر دل ذلك على صغيرة العجيزة وكبير الفرج وضيقه وإذا كثر شحم ظاهر قدمها وبدنها عظم فرجها وكانت مخطوبة عندزوجها واذا كانت ناتئة الساقين في الصلبة فإنها شديد الشهوة لاصبر لها عن الجماع وان كانت عينها كحيلة كبيرة فإنها يدل على ضيق الرحم وصعير العجيزة مع عظم الكتف يدلان على عظم الفرج (نفيسة) قال الحكماء من وجد في المرأة عشرة أوصاف فلا ينبغي أخذها أحدها كونها قصيرة القامة الثاني كونها قصيرة الشعر الثالث رفيعة الجسد الرابع سليط
اللسان الخامس كونها منقطعة الأولاد السادس كونها عندها عناد السابع كونها مسرفة مبذرة الثامن كونها طويلة اليد التاسع كونها تحب الزينة عند الخروج العاشر كونها مطلقة من غيره اهـ.

هذا آخر ما يسر الله تعالى لنا جمعه فلله الحمد  والثناء على كل حال وازكى الصلاة والتسليم على سيدنا محمد ومن والاه خير صحب وآل ونسأل الله ان يوفقنا لصالح الأعمال وان يعم نفع هذه الكراسة الحقيرة لمن هي له من النساء والرجال آمين. قلت كما قال:
أموت ويبقى كل ما قد كتبته * فيا ليت من يقرأ كتابي دعا لي


FATHUL IZAR
Karya: KH. Abdullah Fauzi Pasuruan

 بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي جل قدره وعز جاره الذي جعل النكاح سببا لبقاء نسل الأنام، ووسيلة الى اشتباك الشعوب والأقوام، والصلاة والسلام على سيدنا محمد المصطفى صاحب العز والصدق والوفا وعلى آله وصحبه الشرف انجوم الهدى والصفا، أما بعد:

Kitab ini kecil dan ringkas, tapi high kualitas dan besar manfaatnya. Memuat beberapa faidah penting tentang pernikahan, meliputi senggama, rahasia di balik waktu melakukannya, tatacaranya, serta rahasia dan keunikan penciptaan seorang gadis. Saya menyusun dan mengutip kitab ini dengan mengacu pada teks kitab karanga nulama besar. Semoga Allah melimpahkan anugerah dengan mengaruniai mereka keberuntungan dan keutamaan.

Saya beri judul kitab ini dengan nama “Fathul Izar”, mengupas rahasia di balik waktu senggama serta rahasia di balik penciptaan seorang gadis. Kemudian hanya kepada Allah-lah saya memohon, semoga menjadikannya sebuah kitab yang bermanfaat bagi kami dan kaum Muslimin. Semoga Allah menjadikannya pula sebagai bekal bagi kami serta kedua orangtua kami di hari akhirat, dimana harta dan anak tak lagi berguna kecuali yang datang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (QS. asy-Syu’ara ayat 88-89).


BAB I: ARTI SEBUAH PERNIKAHAN

Ketahuilah, nikah itu suatu kesunnahan (perbuatan) yang disukai dan pola hidup yang dianjurkan. Karena dengan nikah terjagalah populasi keturunan dan lestarilah hubungan antar manusia. Allah Swt. dalam firmanNya telah menganjurkan nikah:

فَانْكِحُوْامَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاعَ

"Maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi, dua, tiga, atau empat." (QS. an-Nisa’ ayat 3).

وَمِنْ أَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزوَاجًا لِتَسْكُنُوْا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدّةً وَرَحْمَةً

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Ia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang." (QS. ar-Rum ayat 21).

وَأَنْكِحُوْا اْلأَيامَى مِنْكُم والصَّالِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُوْنُوْا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ.

"Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin maka Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya." (QS. an-Nur ayat 2).

Diantara bentuk 'kekayaan' yang dikaruniakan Allah kepada mereka ialah, sebelum seorang laki-laki memasuki jalinan pernikahan dia hanya memiliki dua tangan, dua kaki, dua mata dan sebagainya dari anggota tubuhnya yang masing-masing hanya sepasang. Namun ketika ia telah terajut dalam sebuah pernikahan, maka jadilah anggota-anggota tubuh tersebut menjadi berlipat ganda dengan sebab mendapat tambahan dari anggota tubuh isterinya.

Tahukah engkau bahwa ketika pengantin wanita bertanya kepada pengantin pria: “Untuk siapakah tanganmu?” Maka pengantin pria menjawab: “Untukmu." Dan ketika pengantin wanita bertanya kepadanya: "Untuk siapakah hidungmu?” Maka dia menjawab: "Untukmu." Begitupula ketika pengantin wanita bertanya kepadanya: "Untuk siapa matamu?” Dengan penuh kasih sayang dia menjawab: "Untukmu."

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَالْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّه أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ

Nabi Saw. telah bersabda: “Wahai para pemuda, siapa diantara kalian yang sudah mampu membiayai pernikahan, hendaklah kalian menikah. Karena sesungguhnya nikah itu lebih mampu memejamkan pandangan (dari kemaksiatan) dan lebih menjaga kehormatan."

Yang dikehendaki dengan kata “ba-ah” dalam hadits di atas adalah nafkah lahir maupun batin. Nabi Saw. juga bersabda:

تَزَوَّجُوْا الْوَلُوْدَ الْوَدُوْدَ فَإِنِّىْ مُكَاثِرٌ بِكُمُ اْلأُمَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

"Nikahilah olehmu wanita-wanita yang produktif (beranak) dan yang banyak kasih sayangnya kepada suami. Karena sesungguhnya aku akan berlomba-lomba dengan kalian memperbanyak umat di hari kiamat kelak." Serta masih banyak lagi ayat dan hadits yang lain.


BAB II: SENGGAMA DAN RAHASIA-RAHASIANYA

Ketahuilah bahwa tujuan utama dari pernikahan adalah untuk mengabdi, mendekatkan diri kepada Allah Swt., mengikuti sunnah Rasulullah Saw., dan menghasilkan keturunan. Karena melalui pernikahan kehidupan alam ini akan lestari dan teratur. Dan dengan meninggalkannya berarti sebuah kehancuran dan kemusnahan alam ini.

Hal yang maklum, takkan memanen tanpa menanam benih pada bumi, kemudian mengolah dan merawatnya melalui teori dan teknik pertanian. Dan juga perlu waktu beberapa lama hingga buahnya menjadi siap panen. Begitupula takkan terwujud seorang anak dan keturunan tanpa terlebih dulu memasukkan sperma suami di dalam indung telur isterinya. Allah Swt. berfirman:

نِسَائُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوْا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ وَقَدِّمُوْا لأَِنْفُسِكُمْ

"Wanita-wanita kamu semua adalah ladang bagimu. Maka datangilah ladangmu itu semaumu dan kerjakanlah olehmu (amal-amal yang baik) untuk dirimu sendiri." (QS. al-Baqarah ayat 223).

 Ayat ini turun ketika kaum Muslimin mengatakan bahwa mereka menggauli isteri mereka dengan posisi berlutut, berdiri, terlentang, dari arah depan dan dari arah belakang.

Menanggapi pernyataan kaum Muslimin tersebut kaum Yahudi menyatakan: “Tidaklah melakukan hubungan semacam itu selain menyerupai tindakan binatang, sedangkan kami mendatangi mereka dengan satu macam posisi. Sungguh telah kami temukan ajaran dalam Taurat bahwa setiap hubungan badan selain posisi isteri terlentang itu kotor di hadapan Allah."

Lalu turunlah ayat di atas, Allah hendak membantah pernyataan kaum Yahudi tersebut.

Jadi dalam kandungan ayat ini menunjukkan diperbolehkannya seorang suami menyetubuhi isterinya dengan cara apapun dan posisi bagaimanapun yang ia sukai. Baik dengan cara berdiri, duduk atau terlentang. Dan dari arah manapun suami berkehendak, dari arah atas, bawah, belakang ataupun dari arah depan. Dan boleh juga menyetubuhinya pada waktu kapanpun suami menghendaki, siang ataupun malam hari. Dengan catatan yang dimasuki adalah lubang vagina.

a. Pengaruh waktu senggama:

1. Barangsiapa menyetubuhi isterinya pada malam Jum’at, maka anak yang terlahir akan hafal al-Quran.
2. Barangsiapa menyetubuhi isterinya pada malam Sabtu, maka anak yang terlahir akan bodoh.
3. Barangsiapa menyetubuhi isterinya pada malam Ahad, maka anak yang terlahir akan menjadi seorang pencuri atau penganiaya.
4. Barangsiapa yang menyetubuhi isterinya pada malam Senin, maka anak yang terlahir akan menjadi fakir atau miskin atau ridha dengan keputusan (takdir) dan ketetapan (qadha) Allah.
5. Barangsiapa menyetubuhi isterinya pada malam Selasa, maka anak yang terlahir akan menjadi orang yang berbakti kepada orangtua.
6. Barangsiapa menyetubuhi isterinya pada malam Rabu, maka anak yang terlahir akan cerdas, berpengetahuan dan banyak bersyukur.
7. Barangsiapa menyetubuhi isterinya pada malam Kamis, maka anak yang terlahir akan menjadi orang yang berhati ikhlas.
8. Barangsiapa menyetubuhi isterinya pada malam Hari Raya, maka anak yang terlahir akan mempunyai enam jari.
9. Barangsiapa menyetubuhi isterinya sambil bercakap-cakap, maka anak yang terlahir akan bisu.
10. Barangsiapa menyetubuhi isterinya dalam kegelapan, maka anak yang terlahir akan menjadi seorang penyihir.
11. Barangsiapa menyetubuhi isterinya dalam terangnya lampu, maka anak yang terlahir akan berwajah tampan atau cantik.
12. Barangsiapa menyetubuhi isterinya sambil melihat auratnya (vagina), maka anak yang terlahir akan buta mata atau buta hatinya.
13. Barangsiapa menyetubuhi isterinya di bawah pohon yang biasa berbuah, maka anak yang terlahir akan terbunuh karena besi, tenggelam atau keruntuhan pohon.

b. Senggama yang ideal:

Hendaknya bagi seorang suami memperhatikan 4 hal berikut:
1. Memegang kedua tangan isteri
2. Meraba dadanya
3. Mencium kedua pipinya
4. Membaca Basmalah saat hendak memasukkan penis ke dalam vagina.

مَنْ جَامَعَ زَوْجَتَهُ عِنْدَ الْحَيْضِ فَكَأَنَّمَا جَامَعَ أُمَّهُ سَبْعِيْن مَرَّةً

Rasulullah Saw. bersabda: “Siapa yang menyetubuhi isterinya saat ia menstruasi, maka seolah-olah ia menyetubuhi ibunya sendiri sebanyak 70 kali."

c. Nikmat dunia ada di wanita

Sebagian ulama dimintai komentar tentang seberapa banyak kenikmatan dunia? Mereka menjawab: “Kenikmatan dunia itu sangat banyak hingga tak terhitung jumlahnya. Allah Swt. berfirman:

وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوْهَا

"Jika kamu hendak menghitung nikmat Allah maka kalian takkan sanggup menghitunya."

Namun kenikmatan terhebat teringkas pada 3 macam kenikmatan; yakni mencium wanita, menyentuhnya dan memasukkan penis ke dalam vagina."

وَنِعَمُ الدُّنْيَا ثَلاَثٌ تُعْتَبَر # لَمْسٌ وَ تَقْبِيْلٌ وَإِدْخَالُ الذَّ كر

Seorang penyair bersyair dalam bahar Rajaz-nya: “Kenikmatan dunia ada 3; yakni menyentuh, mencium dan memasukkan penis."

وَنِعَمُ الدُّنَْيَا ثَلاَثٌ تُحْصَرُ # دمَيْك كُوْلِيْت عَامْبُوْع كَارَوْ بَارعْ تُرُوْ

Penyair lain mengungkapkan: “Kenikmatan dunia itu teringkas dalam 3 hal; menyentuh kulit, mencium dan tidur bersama (senggama)."


BAB III: TATACARA DAN ETIKA SENGGAMA

Imam as-Suyuthi dalam kitab ar-Rahmah berkata: “Ketahuilah bahwa senggama tidak baik dilakukan kecuali bila seseorang telah bangkit syahwatnya dan bila keberadaan sperma telah siap difungsikan. Maka jika demikian, hendaknya sperma segera dikeluarkan layaknya mengeluarkan semua kotoran atau air besar yang dapat menyebabkan sakit perut. Karena menahan sperma saat birahi sedang memuncak dapat menyebabkan bahaya yang besar. Adapun efek samping terlalu sering melakukan senggama ialah dapat mempercepat penuaan, melemahkan tenaga dan menyebabkan tumbuhnya uban."

a. Tatacara senggama

Antara lain; isteri tidur terlentang dan suami berada di atasnya. Posisi ini merupakan cara yang paling baik dalam senggama. Selanjutnya suami melakukan cumbuan ringan (foreplay) berupa mendekap, mencium, dan lain sebagainya. Hingga saat sang isteri bangkit birahinya, masukanlah dzakar suami dan menggesek-gesekkannya pada liang vagina.

Ketika suami mengalami klimaks (ejakulasi), janganlah terburu mencabut dzakarnya, melainkan menahannya beberapa saat disertai mendekap isteri dengan mesra. Setelah kondisi tubuh suami sudah tenang, maka cabutlah dzakar dari vagina isteri dengan mendoyongkan tubuhnya ke samping kanan. Menurut para ulama, demikian itu upaya untuk memiliki anak laki-laki.

Selesai bersenggama hendaknya keduanya mengelap alat kelamin masing-masing dengan dua buah kain, satu untuk suami dan yang lain untuk isteri. Jangan sampai keduanya menggunakan satu kain karena hal itu dapat memicu pertengkaran.

Bersenggama yang paling baik adalah senggama yang diiringi dengan sifat agresif, kerelaan hati dan masih menyisakan syahwat. Sedangkan senggama yang jelek adalah senggama yang diiringi dengan badan gemetar, gelisah, anggota badan terasa mati, pingsan, dan istri merasa kecewa terhadap suami walaupun ia mencintainya. Demikian inilah keterangan yang sudah mencukupi terhadap tatacara senggama yang paling benar.

b. Etika senggama

Ada beberapa etika senggama yang harus diperhatikan oleh suami. Meliputi 3 macam sebelum/saat melakukannya dan 3 macam sesudahnya.

1. Etika sebelum senggama:
a). Mendahului dengan bercumbu (foreplay) agar hati isteri tidak tertekan dan mudah melampiaskan hasratnya. Sampai ketika nafasnya naik turun serta tubuhnya menggeliat dan ia minta dekapan suaminya, maka rapatkanlah tubuh (suami) ke tubuh isteri.
b). Menjaga etika saat hendak senggama. Maka janganlah menyutubuhi isteri dengan posisi berlutut, karena hal demikian sangat memberatkannya. Atau dengan posisi tidur miring karena dapat menyebabkan sakit pinggang. Dan jangan memposisikan isteri berada di atasnya, karena dapat mengakibatkan kencing batu. Akan tetapi posisi senggama yang paling bagus adalah meletakkan isteri dalam posisi terlentang dengan kepala lebih rendah daripada pantatnya. Dan pantatnya diganjal dengan bantal serta kedua pahanya diangkat dan dibuka lebar-lebar. Sementara suami mendatangi isteri dari atas dengan bertumpu pada sikunya. Posisi inilah yang dipilih oleh para fuqaha dan para dokter.
c). Beretika saat hendak memasukkan dzakar. Yaitu dengan membaca ta’awudz dan basmalah. Disamping itu gosok-gosokkan penis di sekitar vagina, meremas payudara dan hal lainnya yang dapat membangkitkan syahwat isteri.

2. Etika saat senggama:
a). Senggama dilakukan secara pelan-pelan dan tidak tergesa-gesa (ritmis).
b). Menahan keluarnya mani (ejakulasi) saat birahi bangkit, menunggu sampai isteri mengalami inzal (orgasme). Yang demikian dapat menciptakan rasa cinta di hati.
c). Tidak terburu-buru mencabut dzakar ketika ia merasa isteri akan keluar mani, karena hal itu dapat melemahkan ketegangan dzakar. Juga jangan melakukan ‘azl (mengeluarkan mani di luar vagina) karena hal itu merugikan pihak isteri.

3. Etika setelah senggama:
a). Meminta isteri tidur miring ke arah kanan agar anak yang dilahirkan kelak berjenis kelamin laki-laki, insya Allah. Bila isteri tidur miring ke arah kiri maka anak yang dilahirkan kelak berjenis kelamin perempuan. Hal ini berdasarkan hasil uji coba riset.
b). Suami membaca dzikir dalam hati sesuai yang diajarkan Nabi, yaitu:

اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصهْرًا وَكَانَ رُبُّكَ قَدِيْرًا (الفرقان : 54)

“Segala puji milik Allah yang telah menciptakan manusia dari air, untuk kemudian menjadikannya keturunan dan mushaharah. Dan adalah Tuhanmu itu Mahakuasa.” (QS. al-Furqan ayat 54).
c). Berwudhu ketika hendak tidur (dihukumi sunnah) dan membasuh dzakar bila hendak mengulangi senggama.

Dikutip dari sumber yang dapat dipercaya bahwa, barangsiapa saat menyetubuhi isterinya didahului dengan membaca basmalah, surat al-Ikhlas, takbir, tahlil dan membaca:

بِسْمِ اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ اَللّهُمَّ اجْعَلْهَا ذُرّ ِيَّةً طَيِّبَِةً إِنْ كُنْتَ قَدَّرْتَ أَنْ تُخْرِجَ مِنْ صَلْبِىْ اَللّهُمَّ جَنِّبْنِىْ الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشّيَْطَانَ مَا رَزَقْتَنِىْ

Kemudian suami menyuruh isterinya tidur miring ke arah kanan, maka jika ditakdirkan mengandung isterinya akan melahirkan anak berjenis kelamin laki-laki dengan izin Allah." Saya telah mengamalkan dzikir serta teori ini, dan saya pun menemukan kebenarannya tanpa ada keraguan. Dan hanya dari Allah-lah pertolongan itu. Demikian adalah penggalan komentar Imam as-Suyuthi.

Sebagian ulama mengatakan: “Barangsiapa menyetubuhi isterinya lalu ketika merasa akan keluar mani (ejakulasi) ia membaca dzikir:

لاَ يُدْرِكُهُ اْلأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ اْلأَبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيْفُ اْلخَبِيْرُ.

Maka jika ditakdirkan mengandung, isterinya akan melahirkan anak yang mengungguli kedua orangtuanya dalam hal ilmu, sikap dan amalnya, insya Allah.”

Penulis kitab Hasyiah al-Bujairami 'ala al-Khathib, tepatnya dalam sebuah faidah, menyatakan: "Saya melihat tulisan Syaikh al-Azraqi yang diriwayatkan dari Rasulullah Saw., di sana tertulis bahwa seseorang yang menghendaki isterinya melahirkan anak laki-laki maka hendaknya ia meletakkan tangannya pada perut isterinya di awal kehamilannya sembari membaca doa:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ اَللهُمَّ إِنِّي أُسَمِّيْ مَا فِيْ بَطْنِهَا مُحَمَّدًا فَاجْعَلْهُ لِيْ ذَكَرًا.

Maka kelak anak yang dilahirkan akan berjenis kelamin laki-laki. Insya Allah mujarab.


BAB IV: DOA-DOA SENGGAMA

وَقَدِّمُوْالأَِنْفُسِكُمْ

"Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu.” (QS. al-Baqarah ayat 223).

Maksud dari ayat ini adalah, "Carilah pahala yang tersediakan untuk kamu semua sepertihalnya membaca basmalah dan berniat mendapatkan anak ketika melakukan senggama." Diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

مَنْ قَالَ بِسْمِ اللهِ عِنْدَ الْجِمَاعِ فَأَتَاهُ وَلَدٌ فَلَهُ حَسَنَاتٌ بِعَدَدِ أَنْفَاسِ ذَلِكَ الْوَلَدِ وَعَدَدِ عَقِبِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

“Siapa membaca basmalah ketika akan melakukan senggama kemudian dari senggama itu dia dikaruniai seorang anak maka dia memperoleh pahala sebanyak nafas anak tersebut dan keturunannya sampai hari kiamat."

:خِيَارُكُمْخِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ

Nabi Saw. juga bersabda: “Manusia yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik terhadap isterinya.”

Dalam masalah ini para ulama memiliki urut-urutan yang mengagumkan, yaitu:
1. Ketika suami akan menyetubuhi isteri hendaknya lebih dulu membaca salam:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ يَا بَابَ الرَّحْمنِ

Lantas isteri menjawab:
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ يَا سَيِّدَ اْلأَمِيْنِ

2. Selanjutnya suami meraih kedua tangan isterinya seraya membaca:
رَضِيْتُ بِا للهِ رَبَّا

3. Kemudian ia meremas-remas kedua payudara isterinya seraya membaca dalam hati:
أَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

4. Dilanjutkan mengecup kening isterinya seraya membaca dalam hati:
يَالَطِيْفُ اَلله نُوْرُ عَلَى نُوْرٍ شَهِدَ النُّوْرَ عَلَى مَنْ يَشَاءُ

5. Setelah itu suami memiringkan kepalai steri ke kiri sambil mencium dan meniup telinga sebelah kanan, dilanjutkan memiringkan kepala isteri ke kanan sambil mencium dan meniup telinga yang sebelah kiri, seraya membaca dalam hati:
فِىْ سَمْعِكِ الله ُسَمِيْعٌ

6. Sesudah itu kecup kedua mata isteri mulai dari mata sebelah kanan hingga mata sebelah kiri seraya membaca dalam hati:
اَللّهُمَّ إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِيْنًا

7. Selanjutnya suami mencium kedua pipi isteri dimulai pipi sebelah kanan sampai pipi sebelah kiri seraya membaca dalam hati:
يَاكَرِيْمُ يَا رَحْمنُ يَا رَحِيْمُ يَا اَللهُ

8. Kemudian mengecup hidungnya seraya membaca dalam hati:
فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَّجَنَّةُ نَعِيْمٍ

9. Sesudah itu kecup pundak isteri seraya membaca dalam hati:
يَارَحْمنَ الدُّنْيَا يَا رَحِيْمَ اْلأَخِرَةِ

10. Setelah itu kecup leher isteri seraya membaca dalam hati:
اَللهُ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ

11. Selanjutnya kecup dagu isteri seraya membaca dalam hati:
نُوْرُ حَبِيْبِ الإِيْمَانِ مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ

12. Kemudian kecup kedua telapak tangan isteri dimulai sebelah kanan hingga yang sebelah kiri seraya membaca dalam hati:
مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى

13. Berikutnya kecup bagian di antara kedua payudara isteri seraya membaca dalam hati:
وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِنِّيْ

14. Dan kemudian kecup dada isteri bagian kiri tepat pada hatinya seraya membaca dalam hati:
يَاحَيُّ يَا قَيُّوْمُ


BAB V: RAHASIA DI BALIK PENCIPTAAN KEPERAWANAN

Para ahli firasat dan ilmuwan ahli kewanitaan mengataka bahwa:
* Bila mulut seorang perawan lebar, pertanda vaginanya juga lebar.
* Bila mulutnya kecil, pertanda vaginanya juga kecil.

Seorang penyair dalam bahar Thawil-nya menyatakan:

إِذَا ضَاقَ فَمُ الْبِكْرِ ضَاقَتْ فُرُوْجُهَا وَكَانَ لِفَمِهَا شِعَارٌ لِفَرْجِهَا

“Bila seorang perawan sempit mulutnya, maka sempit pula vaginanya. Hal itu karena mulut seorang perawan menjadi pertanda dari bentuk dan keadaan vaginanya.”

* Bila kedua bibir perawan tebal, pertanda kedua bibir vaginanya tebal.
* Bila kedua bibirnya tipis, pertanda kedua bibir vaginanya juga tipis.
* Bila bibir mulut bagian bawah tipis, pertanda vaginanya kecil.
* Bila mulut/lidahnya sangat merah, pertanda vaginanya kering.
* Bila mancung hidungnya, pertanda tidak begitu berhasrat untuk senggama.
* Bila dagunya panjang, pertanda vaginanya menganga dan sedikit bulunya.
* Bila alisnya tipis, pertanda posisi vaginanya agak ke dalam.
* Bila raut wajahnya lebar dan lehernya besar, pertanda pantatnya kecil dan vaginanya besar serta sempit.
* Bila telapak kaki bagian luar serta badannya berlemak (gemuk), pertanda besar vaginanya.
* Bila kedua betisnya tebal dan keras, pertanda birahinya besar dan tidak sabaran untuk senggama.
* Bila matanya tampak bercelak dan lebar, pertanda sempit rahimnya.
* Bila pantatnya kecil serta bahunya besar, pertanda besar vaginanya.

Para ulama bijak bestari mengatakan: “Barangsiapa menjumpai 10 karakter pada diri seorang wanita, maka janganlah menikahinya. Yaitu; 1). Wanita yang sangat pendek tubuhnya. 2). Wanita yang berambut pendek. 3). Wanita yang sangat tinggi postur tubuhnya. 4). Wanita yang cerewet. 5). Wanita yang tidak produktif (mandul). 6). Wanita yang bengis (judes). 7). Wanita yang berlebihan dan boros. 8). Wanita yang bertangan panjang (Jawa: cluthak). 9). Wanita yang suka berhias ketika keluar rumah. 10). Wanita janda sebab dicerai suaminya."

Sampailah kita di penghujung, dimana Allah telah memberikan kemudahan kepada kami dalam menyusunnya. Segala puji dan sanjungan tersembahkan atasNya dalam segala kondisi. Shalawat serta salam yang teristimewa semoga tetap tercurahlimpahkan atas junjungan kita Nabi Agung Muhammad Saw. Semoga tercurah puka kepada orang yang mengikutinya, yakni para sahabat dan keluarganya. Semoga Allah meratakan kemanfaatan kitab kecil ini pada kaum pria maupun wanita. Aamin.

Akhirnya kami hanya bisa berpesan sebagaimana kata seorang penyair: "Aku kan mengalami mati, namun tulisanku kan tetap. Kuberharap kiranya orang yang membaca tulisanku ini mau mendoakanku.” (Sya'roni As-Samfuriy, Mabes Jones Cikarang Utara Jum'at 09 Oktober 2015).

Hakekat Berkah

$
0
0
Muslimedianews.com ~
Berkah atau barakah bukanlah sekedar cukup dan mencukupi saja, melainkan ketaatan yang semakin bertambah kepada Allah di segala keadaan, saat melimpah ataupun sebaliknya. Sebagaimana dituturkan oleh para ulama:

البركة تزيدكم في الطاعة

"Berkah itu menumbuh-tambahkan ketaatanmu (pada Allah)."

البركة هي زيادة الخير و دوامه أو ثبوته

"Berkah itu kian bertambah serta langgengnya suatu kebaikan."

Hidup yang berkah bukan hanya sehat, terkadang sakit itu justru berkah sebagaimana sakitnya Nabi Ayyub As. menambah taatnya kepada Allah.

Usia yang berkah itu tidak selalu panjang umur, adakalanya umur pendek tapi taatnya luar biasa layaknya Mus'ab bin Umair.

Tanah yang berkah itu bukan sekedar subur dan panoramanya indah, karena tanah yang tandus seperti Mekkah punya keutamaan tak tertandingi di hadapan Allah.

Makanan yang berkah itu bukan dilihat dari komposisi gizinya yang lengkap, tapi makanan yang mampu mendorong pemakannya semakin taat kepada Allah.

Ilmu yang berkah itu bukan yang banyak riwayat dan catatan kakinya, melainkan yang mampu menjadikan seseorang meneteskan keringat dan darahnya dalam beramal serta berjuang untuk agama Allah.

Penghasilan yang berkah bukan karena gaji besar dan bertambah, namun yang menjadikannya jalan rizki bagi lainnya dan semakin banyak orang yang terbantu dengan penghasilan tersebut.

Anak-anak yang berkah bukanlah sekedar jumlahnya banyak serta sukses meraih gelar, pekerjaan dan jabatan yang hebat, tapi ia yang senantiasa taat kepada Tuhannya dan tak henti mendoakan kedua orangtuanya.

Alhasil, jika Allah turunkan keberkahan niscaya meratai ke segala sesuatu, baik harta, anak, waktu, kerja, hasil, istri, ilmu, dakwah, binatang , rumah, akal, badan dan teman.
 
Maka, "Jangan banyak mencari banyak, carilah berkah. Banyak bisa didapat dengan hanya meminta. Tapi memberi akan mendatangkan berkah." Kata KH. A. Mustofa Bisri (Gus Mus).

Bintang Berekor (Lintang Kemukus) di Bulan Muharram

$
0
0
Muslimedianews.com ~
 Tidak lama lagi kita semua memasuki awal tahun baru hijriyah, bulan Muharram. Banyak sekali rentetan sejarah penting yang terjadi di bulan tersebut. Dan jika kita kaji, ternyata ada salah satu fenoma alam yang menyertainya yang bisa kita amati. Yakni bintang berekor atau lintang kemukus dalam istilah Jawa.

قال صاحب مرأة الزمان ان أرباب النجوم يذكرون أن كوكب الذنب لم يظهر في الدنيا الا عند قتل هابيل وعند القاء ابراهيم الخليل فى النار وعند هلاك قوم عاد وعند غرق فرعون واستمر من يومئذ لا يظهر الا عند ظهور أمر من طاعون أو قتل ملك من الملوك وقد ظهر في أول الاسلام عند غزوة بدر الكبرى وظهر عند قتل الامام عثمان بن عفان رضى الله عنه وعند قتل على بن ابي طالب كرم الله وجهه وهذا أمر قد جرب والله أعلم
 
Para ahli terawang berkata sesungguhnya para ahli nujum menjelaskan bahwa bintang berekor (lintang kemukus) tidaklah menampakkan diri di dunia kecuali saat:
1. Terbunuhnya Habil,
2. Dijatuhkannya Nabi Ibrahim ke dalam api,
3. Hancurnya kaum 'Ad,
4. Tenggelamnya Fir'aun,
5. Perang Badar Kubra,
6. Terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan,
7. Terbunuhnya Sayyidina Ali Ra.

Dan hal itu akan berlangsung (terjadi) jika akan ada bala (bencana) atau matinya para pemimpin, dan ini adalah perkara yang sudah terbukti. (Badai' az-Zuhur Imam as-Suyuthiy halaman 45).

Kalau kita telusuri, kejadian-kejadian di atas terjadi di bulan Muharram, tepatnya di hari 'Asyura (10 Muharram). Dan belakangan ini, ada kabar resmi dari NASA bahwa asteroid 86666 sudah nampak dari bumi tertanggal 10 Oktober kemarin. Apakah bintang berekor itu adalah asteroid 86666? Wallahu a'lam.

Dakwah NU di Papua, Hari Ini 3 Dai Diberangkatkan

$
0
0
Muslimedianews.com ~
Siang tadi (Senin, 12/10) 3 Aktifis NU yang dikirim oleh Sarkub dan PPM Aswaja berangkat ke Papua dari Pelabuhan Tanjung Priuk. Mereka akan menempuh perjalanan laut selama 5 hari. Rencananya beberapa hari mereka akan transit di Sorong Papua Barat sebelum melanjutkan perjalanan ke Jayapura dan Pulau Asmat.

Berikut adalah biodata singkat 3 Aktifis Muda NU yang akan dikirim ke Papua untuk membantu pendidikan dan dakwah Islam di sana:

1. Ust. Abdul Wahab, asal Tegal Jawa Tengah. Pendidikan formalnya di MI Rabithah Islami, SMPN 1 Jatinegara, dan pendidikan non-formalnya di Pondok Pesantren Attauhidiyyah Syeh Armia Tegal.

2. Ust. Agus Setyabudi, asal Rembang Jawa Tengah. Pendidikan formalnya SD, MTs. Mu'allimin, SMAN 1 Rembang, IAIN Walisongo, dan pendidikan non-formalnya di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh Rembang.

3. Ust. Taufiqurrahman al-Hafidz, asal Tegal Jawa Tengah. Pendidikan formalnya di SDN, SMP SA al-Asy'ariah, MA al-Asya'riah, UNSIQ Wonosobo, dan pendidikan non-formalnya di PPTQ Al Al-Asy'ariah Wonosobo.

Untuk membantu dakwah, pendidikan anak serta kegiatan sosial kemanusian di Papua bisa disalurkan melalui "SARKUB PEDULI". Sumbangan bisa berupa buku tulis, pensil, kitab iqra, kitab tuntunan shalat, juz 'ama , al-Quran, sarung, peci, baju koko, jilbab, dlsb.

Sumbangan bisa dikirimkan langsung ke koordinator Sarkub Papua atas nama Abdul Wahab, beralamat di Hotel Mutiara, Jl. STM YPK Kotaraja Dalam no. 137, Jayapura, Jayapura, Indonesia (Samping Gedung LPTQ/Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an, Komplek gedung MUI Provinsi Papua). Sumbangan dalam bentuk dana bisa dikirim melalui nomer Rekening resmi PPM Aswaja:

Atas nama: Yayasan Dakwah Islam Aswaja
Bank Mandiri No. Rek.: 070.00.0664.8054.

Nb. Mohon menambahkan 99 di belakang nominal untuk memudahkan pemilahan sumbangan, misalnya Rp. 500.099. Setelah transfer harap konfirmasi ke Pengurus PPM Aswaja di nomer hp 081526090074.

Mengetahui: Ketua Sarkub Nasional (KH. Thobari Syadzily), Koordinator Aktifis Dakwah Sarkub Papua (Ustadz Abdul Wahab), dan Pengurus PPM Aswaja (Ustadz Dodik Ariyanto). 

Generasi Muda NU Kota Kendal Adakan Latihan Kaderisasi

$
0
0
Kendal, Muslimedianews ~ Pimpinan Anak Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kecamatan Kota Kendal kembali melakukan kaderisasi. Setelah sukses menyelenggarakan MAKESTA (Masa Kesetiaan Anggota) di SMK NU 01 Kendal, kemudian pada tanggal 10-11 Oktober 2015 kembali melakukan kaderisasi  sebagai tindak lanjutnya dengan dilaksanakannya Latihan Kader Muda atau LAKMUD di MTs NU 03 Alhidayah Kendal.

Menurut rekanita Ais Wulandari selaku Ketua Panitia menjelaskan bahwa LAKMUD ini merupakan pengkaderan formal kedua dari IPNU-IPPNU setelah MAKESTA, yang diharapkan nantinya dari kegiatan ini muncul benih-benih baru yang berpikiran inovatif, demokratis, optimis, dan bersikap aktif, kreatif, kritis, dan solutif yang berjiwakan ahlussunnah waljama’ah. Sehingga estafet kepemimpinan dan regenerasi di tubuh Nahdlatul Ulama (NU) dan IPNU-IPPNU Kota Kendal dapat terus berjalan.

Hari Pertama Lakmud diisi dengan belajar dari perjuangan tokoh-tokoh NU melalui Film Sang Kyai dengan harapan peserta dapat mengenal tokoh-tokoh NU yang selalu memperjuangkan keutuhan Negera Kesatuan Repulik Indonesia ini.

Selain itu, peserta mendapatkan beberapa materi pada hari pertama seperti tips berwirausaha suskes yang disampaikan oleh Rozikin (Pemilik Usaha “Bandeng Rozal” Bandengan, Kendal). Dalam materi ini dijelaskan bagaimana menjadi wirausahawan sukses seperti melatih dan membangun mental kepribadian wirausawan sukses, membangun strategi memulai bisnis usaha yang hendak dilakukan, serta berdo’a dan memohon bantuan kepada Allah SWT.

Dalam materi yang berbeda Rekanita Rikha Mami menuturkan bahwa Pelajar NU juga dituntut dapat melakukan urusan administrasi yang nantinya dapat diaplikasikan baik dalam lembaga swasta maupun lembaga pemerintah. “Alhamdulillah, peserta sangat aktif dalam materi Administrasi kali ini terbukti materi yang saya berikan dikritisi peserta” kata Ketua PAC IPPNU Kota Kendal Periode 2011-2013 ini yang mengisi materi Pokok II yaitu Administrasi & Manajmen. 

Pada hari kedua LAKMUD diisi dengan kegiatan-kegiatan yang dapat membangunkan semangat peserta seperti senam dan jalan-jalan dan dilanjutkan dengan pemaparan materi Leadership/ Kepemimpinan Lanjutan. Setelah itu, peserta dibawa pada materi ke-IPNU-IPPNU-an, materi ini juga pernah dikeluarkan saat Masa Kesetian Anggota (MAKESTA) lalu, namun kali ini Tri Jamaludin (Ketua IPNU Kota Kendal Periode 2009-2011) selaku pengisi materi  menambahkan bagaimana sikap pelajar NU saat ini yang harus tetap menjaga tradisi NU meskipun dalam situasi dan keadaan apapun. 

Dari serangkaian acara LAKMUD harapannya peserta dapat bertambah pengetahuannya dan selalu melakukan aktifitas yang didasari dengan nilai-nilai Islami serta dapat mempertebal ukhuwah islamiyah dikalangan generasi pelajar NU Kota Kendal.

(Keterangan Foto: Dari kanan ke kiri, ada rekanita Emy Aminatun Nikmah selaku Ketua PAC IPPNU Kota Kendal, rekanita Ais Wulandari selaku Ketua Panitia LAKMUD, dan rekan Masyuhuri Amarudin selaku Ketua PAC IPNU Kota Kendal).

Red. S.Hidayatullah/ Fadlur.

Viewing all 6981 articles
Browse latest View live


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>