Muslimedianews.com ~
Penulis : Imam Abdullah El-Rashied*
Bismillahirrahmanirrahim...Sehubungan dengan adanya wacana pembentukan kantor berita Aswaja Nasional maupun wacana pendirian kantor berita Islam Nusantara, apapun namanya tak terlalu penting untuk dibahas akan tetapi yang terpenting adalah bagaimana Management dan pengelolaan ke depannya.
Sebagian ada yang mengusulkan agar kantor berita Aswaja ini berada di bawah otoritas NU, namun menurut saya NU sendiri sudah mempunyai kantor berita yaitu NU Online yang berlokasi di Lantai 5 Gedung PBNU Pusat di Jakarta sebagaimana saya kunjungi 2 tahun silam. Di sisi lain kalau kita menginduk pada NU tentunya ruang gerak kita akan terbatas, sedangkan NU sebagaimana kita ketahui adalah Ormas Aswaja yang memiliki AD/ART serta kebijakan-kebijakan yang paten terhadap Badan Otonom di bawahnya. Sedangkan Aswaja sendiri lingkupnya lebih luas dari pada sekedar NU, karena tak semua Aswaja itu NU dan tak semua Aswaja satu pemikiran/pemahaman dengan NU dalam beberapa ranah permasalahan dan cara dakwahnya meskipun tujuannya tetap sama.
Lebih jauh dari itu, saya sendiri sangat bangga dengan trobosan-trobosan yang dibuat NU sendiri khususnya di bidang Mass Media dan Multi Media, sebagaimana kita ketahui bahwasannya NU Online sendiri sempat meraih Award, kalu tidak salah pada tahun 2003 sebagai Website Ormas Islam terbaik dan terbanyak dikunjungi, terlebih oendirian Aswaja TV dan TV 9 yang kesemuanya merupakan hal yang sangat luar biasa menurut saya. Hanya saja pada saat ini, di mana kemajuan yang digapai oleh NU maupun Aswaja secara umum dalam Multimedia itu sangat jauh tertinggal jika dibandingkan dengan apa yang dicapai oleh Saudara kita dari Luar Aswaja, sebut saja Rodja TV, Insan TV, Ahsan TV, Wesal TV, MTA, Siaran Khazanah, Berita Islam dan Khalifah di Trans TV, belum lagi TV Parabola, Radio AM, FM & Streaming serta dunia jurnalistik baik cetak maupun Online tentunya kita hanya bisa melongok dan berkata "WOW".
Kebanyakan kita ketika dihadapkan pada kenyataan ini hanya mampu mengomentari: "Dana mereka kan besar, semuanya dari timur tengah, mau itu wahhabi ataupun syiah", it's rigth & OK!. Akan tetapi, perlu kita ketahui bahwasannya untuk dana di bawah 1 mikyar mereka menggunakam Donatur Lokal dan menggunakan Donatur Timur Tengah untuk di atas 1 Milyar sebagaimana saya ketahui. (Untuk satu slot jam tayang di Trans TV saja katanya bayar 80 jt). Satu sisi memang ada program Wahabisasi yang didanai dengan jumlah yang sangat besar dari Tim Teng.
Setidaknya untuk Admin Web Wahhabi saja ada yang digaji 2 jt/bln, apalagi yang bergerak di bidang Multimedia, kata salah seorang teman saya yang merupakan Trainer Multimedia di Pertelevisian Nasional, salah seorang mantan muridnya masuk Rodja TV yang berpusat di Bogor baru masuk saja langsung dikasih Motor, pantas saja giat berjuang untuk mereka.
Akan tetapi sebenarnya kalau kita mau melihat dan menggali Potensi yang ada pada Aswaja itu sangat besar sekali sebesar nama dan pengikut Aswaja itu sendiri. Baiklah, sedikit saya ambil contoh apa yang saya alami selama hampir 5 tahun di LPD. AL-BAHJAH Cirebon di bawah Pimpinan Buya Yahya, di mana saya turut merasakan susah gampang mengembangkan Media.
Tercatat pada 10 Januari 2010 sebagai langkah awal pengembangan media dakwah Al-Bahjah dengan diresmikannya RadioQu sebagai corong penyiaran Dakwah yang pada saat itu hanya mengantongu izin siar komunitas yang cangkupannya hanya satu kecamatan, bila melanggar bisa saja izinnya dicabut bahkan alatnya disita sama KPID (Komisi Penyiaran Tingkat Daerah). Hingga masa berlalu dengan penuh perjuangan dan kini Al-Bahjah mempunyai 5 Channel Radio yang mengantongi izin komersil yang bahkan ada yang menjangkau sampai 9 kota seperti RadioQu 104,8 FM Kuningan, RadioQu 104,7 FM Batam yang menjangkau Singapore dan Johor Malaysia. Di sisi lain Al-Bahjah juga menjalin kerjasama penyiaran dan pemutaran mp3 pengajian dengan puluhan Radio yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Selain berkutat di dunia Penyiaran Radio, Al-Bahjah juga berkonsentari di penyiaran pertelevisian baik itu Lokal maupun Nasional. Saat ini, walaupun belum mempunyai Channel TV (baru mengurus izinnya), Al-Bahjah menjalin kerjasama dengan MNC TV, Metro TV Lokal (Jatim), BBS TV Jatim, TV 9 Jatim, Cirebon TV, Radar Cirebon TV, Parahyangan TV Tasikmalaya, MQTV Bandung dll.
Kalau dilihat dari segi perekonomian, Al-Bahjah termasuk Lembaga yang terbilang lemah dalam keuangan, hanya saja dengan jumlah jamaah yang cukup banyak dimanfaatkan untuk turut memangku beban dakwah di media. Di antara mereka ada yang menanggung pembiayaan Alih kepemilikan Radio senilai 600 jt ada pula yang 2 M (Radio Metropolitan seperti Jakarta dan Batam).
Nah, sebagaimana Al-Bahjah merupakan bagian kecil dari Aswaja, tentunya Aswaja sendiri memiliki peluang yang lebih besar untuk menguasai Permediaan Nasional baik itu TV, Radio maupun internet. Tinggal bagaimana nanti pembentukan Badan Independen yang akan menaungi media-media tersebut besera managementnya.
Itu hanya sekelumit unek-unek saya tentang media penyiaran dan internet.
Untuk Portal Berita dan Dunia Jurnalistik, ada beberapa poin yang ingun saya sampaikan, yang selama ini unek-unek tersebut selalu mengganggu pikiran saya yang saat ini sedang dirundung rindu oleh Nusantara di tengah gersangnya Gurun Pasir Jazirah Arab.
Baiklah, langsung saja ke Poin utama :
1. Potensi Penulis Aswaja
Sebenarnya, jika mau kita gali lebih dalam lagi maka kita akan menemukan Potensi yang Super Luar Biasa dalam Aswaja untuk pengembangan Dunia Jurnalistik. Sebagaiman kita ketahui begitu juga kita banggakan bahwa jumlah Penganut Aswaja Nusantara itu mencapai seratus juta lebih yang tersebar di Nusantara dan sebagiannya merantau ke berbagai penjuru dunia.
Karena menurut saya usia yang paling produktif untuk menulis adalah usia Mahasiswa, maka sedikit saya akan bahas pada sisi kemahasiswaan di mana saya sendiri adalah seorang Mahasiswa.
Secara Matematika, jika di setiap Universitas di Indonesia mau itu Islam maupun umum kita mempunyai satu orang saja dari keluarga Aswaja yang aktif menulis setidaknya sebulan 1-3 artikel/bulan, entah itu karya tulis ilmiah maupun warta, maka dalam satu bulan Aswaja akan menerima ribuan artikel asli karya anak Aswaja sendiri, belum lagi jika dijumlah dengan Mahasiswa Indonesia yang belajar di Eropa, Amerika, Timur Tengah, Asia Timur dan Australia.
Saya sering berandai-andai, andai saja setiap PCNU dan PCINU menekuni dari anggota 1-2 penulis saja, betapa besar potensinya. Apalagi jika para Cendikiawan dan Ulama Aswaja ditingkatkan potensi menulisnya, sungguh sumber daya yang tak terkalahkan.
Hanya saja kita dihadapkan pada minat Anak Aswaja untuk menulis yang masih terbilang masih minim jika kita bandingkan dengan anak-anak dari luar Aswaja mau itu Wahhabi, HTI, Syiah dll.
Kakau potensi ini benar-benar diberdayakan secara optimal dengan penglolaan tepat guna, insya Allah kedepannya Aswaja akan menjadi yang paling maju dalam bidang Jurnalistik. Untuk masalah minat menulis sendiri akan saya kupas pada poin kedua.
2. Minat Menulis
Sebenarnya minat menulis itu ada pada kebanyakan orang yang senang membaca, hanya saja mereka tidak menemukan pendorong untuk mewujudkannya. Tentunya di sini banyak faktor yang meningkatkan minat dan keinginan seseorang untuk menulis dan berkarya.
Terkadang memang diperlukan apa yang namanya Seminar, Sosialiasasi dan Motivasi untuk meningkatkan minat menulis. Saat ini saja minat menulis itu luar biasa ada pada banya pengguna sosmed, di mana hampir setiap hari bahkan setiap jam seseorang menulis sebuah status, hanya saja minat ini harusnya diarahkan kepada hal yang lebih manfaat.
Selain memberikan Sosialisasi Pentingnya Menulis serta manfaat yang ia sumbangkan untuk Aswaja, ada faktor lain yang turut mendongkrak minat menulis, dan inilah yang membuat media cetak sampai saat inu terus dibanjiri ribuan artikel tiap bulannya, yah Honor. Sebut saja untuk satu puisi bisa dibandrol antara 100-200 ribu, untuk Resensi dan Opini bisa sampe 400-600 rb, tergantung kebijakan koran masing-masing.
Apa salahnya jika suatu saat PPM ASWAJA mernghargai setiap tulisan yang dialamatkan kepada Redaksi PPM sebagai upah ongkos ketik saja, sebab jika dihargai srbagi Karya Tulis yang merupakan Hak Karya Intelektual tentunya tak kan pwrnah sebanding. Yah syukur-syukur nanti PPM juga bergerak di dunia Jurnal Nasional via Cetak entah Tabloid, Buletin atau Majalah.
Sejak 5 bulan terakhir, sejak awal pecahnya konflik Perang Negara Teluk di mana kami sempat dievakuasi ke Tarim, kami bersama beberapa teman Mahasiswa Univ. Imam Syafii membentuk Tim Jurnalis untuk memanfaatkan masa senggang saat diperkenankan memegang HP untuk menulis, baik dalam bentuk liputan maupun opini dan karya tulis ilmiah tentang Syariat. Walaupun kami Mahasiswa namun kami belum diizinkan pake Laptop, hanya boleh pake HP itupun di hari libur saja. Tak lain karena kami juga santri di Ribath Imam Syafii yang masih satu Kompleks dan satu Yayasan. Nah, dalam segala keterbatasan media, kami berupaya menulis menggunakan HP, ada di antara kami menulis 6-11 halaman A4 melalui Aplikasi MS. Wors pada HP Android. Ditambah lagi waktu yang sangat terbatas, saat tertentu pun kami gunakan untuk meliput Kegiatan dan Kebudayaan Lokal. Saat ini pula kami sedang berusaha untuk menerjemahkan Kitab Syeikh kami yaitu Syeikh Muhammad Baatiyah yang akhir-akhir ini sering berkunjung ke Indonesia.
Sekian dari saya, salam hormat dan mohon tanggapannya.
Tertulis di Hadramaut, 5 Okt 2015.*Imam Abdullah El-Rashied
Mahasiswa Fakultas Syariah, Imam Shafie College Hadramaut - Yaman.