Quantcast
Channel: Muslimedia News - Media Islam | Voice of Muslim
Viewing all 6981 articles
Browse latest View live

IM dan Hizbut Tahrir, Islam Modernis Radikal

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Diantara varian Ideologi Islamisme adalah Islam Modernis yang terdiri daripada Islam Modernis Liberal dan Islam Modernis Radikal.

Modernis Radikal diantaranya adalah kelompok Islam Transnasional seperti Ikhwanul Muslimin (IM) dan Hizbut Tahrir (HT). Dua kelompok tersebut banyak masuk dalam dunia mahasiswa atau pelajar.

IKHWANUL MUSLIMIN
  • Mulai tumbuh sejak awal dekade 90-an, embrionya adalah kelompok Fikrah Harakah
  • Tokoh pentinf fase awal IM adalah sejumlah mantan aktifis Darul Islam yang menyebar melalui kampus-kampus dengan membentuk kelompok Usroh
  • Selain akademisi, rekruitmen kader IM melalui pelajar pelajar Indonesia yang belajar di Arab Saudi dan Mesir juga alumni LIPIA/LPBA\Setelah menguasai jalur akademik (kampus) jalur berikutnya adalah Tarbiyah/Jamaah dan Siyasah/Kepartaian
Lembaga dalam IM
  • Pengendali IM dalam menggerakan organisasinya adalah MRA (Maktab Riqobah Al Ammah)
  • MRA ditopang oleh struktur lain seperti: Mas’ul Maktab, Tanfidzi, Aminul Aam, Amin Maktab dan seterusnya
  • MRA juga mengendalikan institusi polit biro Majelis Dewan Syuro dimana semua anggota MRA adalah anggota Majelis Dewan Syuro
Sistem Kader dalam IM
- Menurut MRA, kesempurnaan kader tidak hanya diukur dari kualitas spiritual tapi harus teraktualisasi dalam kehidupan nyata
- Aktualisasi dakwah gerakan IM :
  • Tarbiyah umum/halaqah,
  • Tarbiyah siyasah/partai, 
  • Tarbiyah amaliah/bisnis dan 
  • Tarbiyah dalam bidang profesional/perkantoran  
  • Tarbiyah asykariyah/paramiliter
HIZBUT TAHRIR
  • Awal mula masuk ke Indonesia lewat Kyai Mama Abdullah bin Nuh pemilik pesantrean Al-Ghozali Bogor yang mengajak aktifis HT Abdullah Albaghdadi dari australia (1982-1983)
  • Menyebar lewat aktifis masjid Al-Ghifari IPB Bogor yang mulai mengkaji pemikiran Taqiyudin dan buku-buku HT : Syaksiyah Islamiyah, Fikrul Islam, Nizhom Islam
  • Lalu menyebar melalui Lembaga Dakwah Kampus diluar IPB antara lain: Unpad, IKIP Malang, Unair juga Unhas

HT era Reformasi
  • Ide dakwah mulai disebarkan kepada masyarakat umum dengan cara door to door, mulai dari mahasiswa, orang tua mahasiswa, perkantoran, pabrik dan perumahan
  • Konferensi Internasional Khilafah Islamiyah digelar di Istora Senayan tahun 2002
  • Konferensi itu menjadi penanda lahirnya organisai HTI

Dirangkum dari Buku Ideologi Gerakan Pasca Reformasi karya Dr. As'ad Said Ali. oleh, Mukhlisin

Sambangi PBNU, Laurent Booth Ceritakan Potensi Radikalisme di Dunia

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Laurent Booth, aktivis perdamaian yang juga adik ipar mantan Perdana Menteri Inggris, Toni Blair menyambangi kantor PBNU Jakarta, Jumat (16/10). Dalam kunjungannya tersebut, dia menceritakan berbagai potensi paham radikal di kalangan anak-anak, terutama di kawasan Timur Tengah.

Booth yang didampingi suaminya dan seorang guidance, Ibrahim Conway diterima langsung oleh Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj dan Sekjen PBNU, H Helmy Faishal Zaini.

Wanita yang saat ini aktif mengampanyekan Islam damai ini mengatakan, sebagian besar kelompok orang yang mempunyai paham radikal merupakan kelompok yang kurang teredukasi bagaimana Islam yang sesungguhnya.

“Dari berbagai edukasi yang saya jalani, mayoritas anak muda gampang sekali dipengaruhi paham-paham Islam keras. Mereka adalah generasi yang kurang terdidik,” ujar Booth.

Kita semua bisa melihat, kata Booth, tindak terorisme banyak dilakukan oleh anak-anak yang realtif muda. Para penyebar paham radikal sering memanas-manasi mereka dalam sebuah pidato yang berapi-api.

“Tekanan kelompok radikal kepada anak-anak muda sangat keras sehingga masa depan mereka pun menjadi sangat mengkhawatirkan,” tuturnya dalam bahasa Inggris.

Terkait dengan pandangannya mengenai Nahdlatul Ulama, wanita yang telah menjadi mualaf sejak 5 tahun lalu ini mengatakan, bahwa dia sangat terkesan dengan dakwah NU yang senantiasa menyuarakan perdamaian di seluruh penjuru dunia.

“Secara umum, saya senang sekali bisa berkunjung ke Indonesia, masyarakatnya ramah meski kondisi jalanannya tidak nyaman karena macet,” jelas wanita yang sudah menyambangi sedikitnya 33 negara ini terkekeh.

Ketika baru pertama kali memeluk Islam, mantan wartawan BBC ini memang terkucil di negaranya. Namun demikian, keluarga Toni Blair sendiri menghargai pilihan Booth untuk menjadi seorang Islam.

“Saya tidak pernah memanfaatkan kekuasaan kakak ipar saya sebagai Perdana Menteri Inggris, saya hanya ingin berbagi kebaikan dengan anak-anak dan masyarakat di dunia tentang Islam yang sesungguhnya. Hal ini juga terinspirasi oleh berbagai pengalaman saya ketika dulu aktif menulis liputan di negara-negara konflik,” tandasnya. (Fathoni)

sumber nu.or.id

Aktivis IPNU Minta Haedar Nashir Baca Kembali Sejarah

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Dasar penolakan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dengan adanya penetapan hari santri tanggal 22 Oktober dinilai beberapa aktivis Ikatan Pelajar NU kurang tepat. Salahsatunya datang darai Ahmad Naufa, Wakil Ketua PW IPNU Jawa Tengah.

Menurut Naufa, tidak logis alasan Haedar Nashir yang mengatakan, adanya hari santri justru akan mengukuhkan pengkotak-kotakan umat Islam. Ia mengaku heran dengan sikap Muhammadiyah tersebut.

“Kenapa justru hari santri yang dipertanyakan? Bukankan pendiri Muhammadiyah sendiri KH Ahmad Dahlan adalah juga sorang santri dari KH Sholeh Darat Semarang, seperguruan dengan Kartini?” ungkapnya kepada NU Online di Kantor PW IPNU di Semarang, Sabtu (17/10).

Masih menurut Naufa, jika banyak kejadian sejarah, tokoh dan bahkan institusi diperingati sebagai hari nasional, sangat mengherankan jika santri yang merepresentasikan umat Islam Indonesia ditentang. Ia menyarankan kepada Haedar Nashir untuk kembali mempelajari sejarah.

“Mengapa santri yang memiliki banyak kontribusi bagi agama dan bangsa ditentang? Kalau mereka terjebak kategorisasi yang dibuat Cliffort Geertz, tentu merekalah yang terjebak dalam simbol, karena pada faktanya memang ada upaya penghapusan sejarah dan pemarginalan santri, seperti ijazah formal warisan barat. Banyak pesantren yang sebenarnya bermutu tinggi tapi karena tak berijazah dikebiri lewat perundang-undangan,” imbuh Naufa.

Ditanya soal cibiran dari situs VOA-Islam pada 16 Oktober 2015 yang mengatakan, bahwa Hari Santri Nasional adalah upah dari pRESIDEN Jokowi atas dukungan warga Nahdliyyin kepadanya, Naufa menanggapi dengan santai.

“Itu sudah ditegaskan oleh Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siroj. Ditetapkan ataupun tidaknya hari santri, NU dan pesantren-pesantren tetap akan mengadakan peringatan. Buktinya, tahun lalu sudah ada kirab dan berbagai bentuk peringatan yang digelar oleh kalangan santri,” pungkasnya. (Anis Makhrus/Fathoni)

sumber nu.or.id

Tim Hadrah Terbaik KMNU Perguruan Tinggi Berkompetisi di NU-santara 2015

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Lomba Hadrah menjadi salah satu cabang lomba yang dikompetisikan di Nahdlatul Ulama Science and Cultural Art Olympiad (NU-santara) 2015 yang digelar di Institut Pertanian Bogor. Lomba Hadrah ini diikuti oleh mahasiswa-mahasiswa NU dari berbagai PTN/PTS di nusantara.

Menurut Mujib, salah satu panitia penanggung jawab Lomba Hadrah, perlombaan ini cukup menarik minat peserta.”Sebagian peserta membawa sendiri alat hadrah dari kampus masing-masing,” ujar Mujib di sela-sela perlombaan. Pesan salah satu juri, Kyai Nasir, hadrah juga harus memperhatikan adab. “Perlombaan hadrah bukan semata-mata mengenai siapa yang paling hebat dan bagus, tapi harus selalu diingat bahwa hadrah ini tujuan utamanya adalah sholawat pada Nabi Muhammad,” terang beliau setelah perlombaan selesai.

Dewan juri Lomba Hadrah NU-santara 2015 adalah Kyai Nasir dan Ahmad Mushofa. Setelah perlombaan usai, beberapa delegasi dari masing-masing tim membawakan sholawat bersama dengan dewan juri. Juara lomba hadrah NU-santara 2015 akan diumumkan pada acara puncak NU-santara 2015 dalam Seminar Kebangsaan dan Kontempelasi Budaya NU-santara 2015. (KMNU)

Mahasiswa NU Berlomba Membaca Kitab Kuning di NU-santara 2015

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Musabaqah Qiroatil Kutub menjadi salah satu cabang lomba yang dilombakan di Nahdlatul Ulama Science and Cultural Art Olympiad (NU-santara) 2015 yang digelar di Institut Pertanian Bogor. Lomba Baca Kitab Kuning ini diikuti oleh mahasiswa-mahasiswa NU dari berbagai PTN/PTS di nusantara.

Menurut Syaroful Umam, ketua panitia NU-santara 2015, lomba ini bertujuan untuk menjaga ciri khas kita sebagai NU “Kitab kuning adalah  identitas kita”, ujar Umam. Harapan baik pun disampaiakan oleh Presidium 5 Nasional Abdul Rahman Sidiq, “Tahun depan, semoga perlombaan MQK lebih berkualitas lagi,”. Abdul Habib Luthfi, salah satu peserta MQK mengatakan perlunya diadakannya lomba MQK tahun depan, “Lomba MQK tahun depan harus tetap ada, lomba ini melatih kita untuk memahami kitab kuning sekaligus melatih mental,” terangnya setelah perlombaan berakhir.

Dewan juri MQK NU-santara 2015 adalah Al-Fadhil Al-Ustadz Ahmad Said Al-Hadrami Al-Yamani (Pimpinan MT. Darul Futuh dan Pembina KMNU IPB), KH. Iskandar Nasjieb, S.Ag, M.PdI dan Dr. KH. Ali Khosim, M.Ag dari Raithah Ma’ahid Islamiyah. Juara lomba baca kitab kuning NU-santara 2015 akan diumumkan pada acara puncak NU-santara 2015 dalam Seminar Kebangsaan dan Kontempelasi Budaya NU-santara 2015. (KMNU)

PBNU Setuju Hari Santri Nasional Tanpa Libur

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendukung penetapan Hari Santri Nasional tanpa libur. Pengurus harian PBNU menilai peringatan Hari Santri Nasional lebih pada semangatnya, bukan tuntutan untuk diistimewakan dalam bentuk tanggal merah.

“Kita tidak setuju dengan peliburan Hari Santri Nasional. Yang penting itu semangatnya. Kita tidak mau mengurangi aktivitas hari kerja masyarakat,” kata Sekjend PBNU H Helmy Faishal Zaini di Jakarta, Kamis (15/10) sore.

Menurut Helmy, Keputusan Presiden (Keppres) nomor 22 tahun 2015 terkait penetapan Hari Santri Nasional sudah tepat. Hari Santri yang jatuh pada 22 Oktober, tidak diliburkan. “Karena memang bukan pada libur itu substansinya.”

Peringatan Hari Santri Nasional, kata Helmy, lebih kepada semangat peran kebangsaan kalangan santri dalam pergerakan kemerdekaan RI. Sementara dalam konteks kekinian, hari itu menyemangati kalangan santri dalam menjaga NKRI dari ancaman radikalisme.

Pada prinsipnya santri adalah muharrik (penggerak) kebangsaan. “Bayangkan, fatwa Resolusi Jihad Mbah Hasyim mendudukan jihad mengusir penjajah setingkat dengan ibadah lainnya, fardhu 'ain,” tandas Helmy. (Alhafiz K)

sumber nu.or.id

'Memanfaatkan, Mengoptimalkan Dan Mendongkrak Potensi Media Dan Penulis Aswaja'

$
0
0
Muslimedianews.com ~

Penulis : Imam Abdullah El-Rashied*

Bismillahirrahmanirrahim...
Sehubungan dengan adanya wacana pembentukan kantor berita Aswaja Nasional maupun wacana pendirian kantor berita Islam Nusantara, apapun namanya tak terlalu penting untuk dibahas akan tetapi yang terpenting adalah bagaimana Management dan pengelolaan ke depannya.

Sebagian ada yang mengusulkan agar kantor berita Aswaja ini berada di bawah otoritas NU, namun menurut saya NU sendiri sudah mempunyai kantor berita yaitu NU Online yang berlokasi di Lantai 5 Gedung PBNU Pusat di Jakarta sebagaimana saya kunjungi 2 tahun silam. Di sisi lain kalau kita menginduk pada NU tentunya ruang gerak kita akan terbatas, sedangkan NU sebagaimana kita ketahui adalah Ormas Aswaja yang memiliki AD/ART serta kebijakan-kebijakan yang paten terhadap Badan Otonom di bawahnya. Sedangkan Aswaja sendiri lingkupnya lebih luas dari pada sekedar NU, karena tak semua Aswaja itu NU dan tak semua Aswaja satu pemikiran/pemahaman dengan NU dalam beberapa ranah permasalahan dan cara dakwahnya meskipun tujuannya tetap sama.

Lebih jauh dari itu, saya sendiri sangat bangga dengan trobosan-trobosan yang dibuat NU sendiri khususnya di bidang Mass Media dan Multi Media, sebagaimana kita ketahui bahwasannya NU Online sendiri sempat meraih Award, kalu tidak salah pada tahun 2003 sebagai Website Ormas Islam terbaik dan terbanyak dikunjungi, terlebih oendirian Aswaja TV dan TV 9 yang kesemuanya merupakan hal yang sangat luar biasa menurut saya. Hanya saja pada saat ini, di mana kemajuan yang digapai oleh NU maupun Aswaja secara umum dalam Multimedia itu sangat jauh tertinggal jika dibandingkan dengan apa yang dicapai oleh Saudara kita dari Luar Aswaja, sebut saja Rodja TV, Insan TV, Ahsan TV, Wesal TV, MTA, Siaran Khazanah, Berita Islam dan Khalifah di Trans TV, belum lagi TV Parabola, Radio AM, FM & Streaming serta dunia jurnalistik baik cetak maupun Online tentunya kita hanya bisa melongok dan berkata "WOW".

Kebanyakan kita ketika dihadapkan pada kenyataan ini hanya mampu mengomentari: "Dana mereka kan besar, semuanya dari timur tengah, mau itu wahhabi ataupun syiah", it's rigth & OK!. Akan tetapi, perlu kita ketahui bahwasannya untuk dana di bawah 1 mikyar mereka menggunakam Donatur Lokal dan menggunakan Donatur Timur Tengah untuk di atas 1 Milyar sebagaimana saya ketahui. (Untuk satu slot jam tayang di Trans TV saja katanya bayar 80 jt). Satu sisi memang ada program Wahabisasi yang didanai dengan jumlah yang sangat besar dari Tim Teng.

Setidaknya untuk Admin Web Wahhabi saja ada yang digaji 2 jt/bln, apalagi yang bergerak di bidang Multimedia, kata salah seorang teman saya yang merupakan Trainer Multimedia di Pertelevisian Nasional, salah seorang mantan muridnya masuk Rodja TV yang berpusat di Bogor baru masuk saja langsung dikasih Motor, pantas saja giat berjuang untuk mereka.

Akan tetapi sebenarnya kalau kita mau melihat dan menggali Potensi yang ada pada Aswaja itu sangat besar sekali sebesar nama dan pengikut Aswaja itu sendiri. Baiklah, sedikit saya ambil contoh apa yang saya alami selama hampir 5 tahun di LPD. AL-BAHJAH Cirebon di bawah Pimpinan Buya Yahya, di mana saya turut merasakan susah gampang mengembangkan Media.

Tercatat pada 10 Januari 2010 sebagai langkah awal pengembangan media dakwah Al-Bahjah dengan diresmikannya RadioQu sebagai corong penyiaran Dakwah yang pada saat itu hanya mengantongu izin siar komunitas yang cangkupannya hanya satu kecamatan, bila melanggar bisa saja izinnya dicabut bahkan alatnya disita sama KPID (Komisi Penyiaran Tingkat Daerah). Hingga masa berlalu dengan penuh perjuangan dan kini Al-Bahjah mempunyai 5 Channel Radio yang mengantongi izin komersil yang bahkan ada yang menjangkau sampai 9 kota seperti RadioQu 104,8 FM Kuningan, RadioQu 104,7 FM Batam yang menjangkau Singapore dan Johor Malaysia. Di sisi lain Al-Bahjah juga menjalin kerjasama penyiaran dan pemutaran mp3 pengajian dengan puluhan Radio yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Selain berkutat di dunia Penyiaran Radio, Al-Bahjah juga berkonsentari di penyiaran pertelevisian baik itu Lokal maupun Nasional. Saat ini, walaupun belum mempunyai Channel TV (baru mengurus izinnya), Al-Bahjah menjalin kerjasama dengan MNC TV, Metro TV Lokal (Jatim), BBS TV Jatim, TV 9 Jatim, Cirebon TV, Radar Cirebon TV, Parahyangan TV Tasikmalaya, MQTV Bandung dll.

Kalau dilihat dari segi perekonomian, Al-Bahjah termasuk Lembaga yang terbilang lemah dalam keuangan, hanya saja dengan jumlah jamaah yang cukup banyak dimanfaatkan untuk turut memangku beban dakwah di media. Di antara mereka ada yang menanggung pembiayaan Alih kepemilikan Radio senilai 600 jt ada pula yang 2 M (Radio Metropolitan seperti Jakarta dan Batam).

Nah, sebagaimana Al-Bahjah merupakan bagian kecil dari Aswaja, tentunya Aswaja sendiri memiliki peluang yang lebih besar untuk menguasai Permediaan Nasional baik itu TV, Radio maupun internet. Tinggal bagaimana nanti pembentukan Badan Independen yang akan menaungi media-media tersebut besera managementnya.

Itu hanya sekelumit unek-unek saya tentang media penyiaran dan internet.

Untuk Portal Berita dan Dunia Jurnalistik, ada beberapa poin yang ingun saya sampaikan, yang selama ini unek-unek tersebut selalu mengganggu pikiran saya yang saat ini sedang dirundung rindu oleh Nusantara di tengah gersangnya Gurun Pasir Jazirah Arab.

Baiklah, langsung saja ke Poin utama :

1. Potensi Penulis Aswaja

Sebenarnya, jika mau kita gali lebih dalam lagi maka kita akan menemukan Potensi yang Super Luar Biasa dalam Aswaja untuk pengembangan Dunia Jurnalistik. Sebagaiman kita ketahui begitu juga kita banggakan bahwa jumlah Penganut Aswaja Nusantara itu mencapai seratus juta lebih yang tersebar di Nusantara dan sebagiannya merantau ke berbagai penjuru dunia.

Karena menurut saya usia yang paling produktif untuk menulis adalah usia Mahasiswa, maka sedikit saya akan bahas pada sisi kemahasiswaan di mana saya sendiri adalah seorang Mahasiswa.

Secara Matematika, jika di setiap Universitas di Indonesia mau itu Islam maupun umum kita mempunyai satu orang saja dari keluarga Aswaja yang aktif menulis setidaknya sebulan 1-3 artikel/bulan, entah itu karya tulis ilmiah maupun warta, maka dalam satu bulan Aswaja akan menerima ribuan artikel asli karya anak Aswaja sendiri, belum lagi jika dijumlah dengan Mahasiswa Indonesia yang belajar di Eropa, Amerika, Timur Tengah, Asia Timur dan Australia.

Saya sering berandai-andai, andai saja setiap PCNU dan PCINU menekuni dari anggota 1-2 penulis saja, betapa besar potensinya. Apalagi jika para Cendikiawan dan Ulama Aswaja ditingkatkan potensi menulisnya, sungguh sumber daya yang tak terkalahkan.

Hanya saja kita dihadapkan pada minat Anak Aswaja untuk menulis yang masih terbilang masih minim jika kita bandingkan dengan anak-anak dari luar Aswaja mau itu Wahhabi, HTI, Syiah dll.

Kakau potensi ini benar-benar diberdayakan secara optimal dengan penglolaan tepat guna, insya Allah kedepannya Aswaja akan menjadi yang paling maju dalam bidang Jurnalistik. Untuk masalah minat menulis sendiri akan saya kupas pada poin kedua.

2. Minat Menulis

Sebenarnya minat menulis itu ada pada kebanyakan orang yang senang membaca, hanya saja mereka tidak menemukan pendorong untuk mewujudkannya. Tentunya di sini banyak faktor yang meningkatkan minat dan keinginan seseorang untuk menulis dan berkarya.

Terkadang memang diperlukan apa yang namanya Seminar, Sosialiasasi dan Motivasi untuk meningkatkan minat menulis. Saat ini saja minat menulis itu luar biasa ada pada banya pengguna sosmed, di mana hampir setiap hari bahkan setiap jam seseorang menulis sebuah status, hanya saja minat ini harusnya diarahkan kepada hal yang lebih manfaat.

Selain memberikan Sosialisasi Pentingnya Menulis serta manfaat yang ia sumbangkan untuk Aswaja, ada faktor lain yang turut mendongkrak minat menulis, dan inilah yang membuat media cetak sampai saat inu terus dibanjiri ribuan artikel tiap bulannya, yah Honor. Sebut saja untuk satu puisi bisa dibandrol antara 100-200 ribu, untuk Resensi dan Opini bisa sampe 400-600 rb, tergantung kebijakan koran masing-masing.

Apa salahnya jika suatu saat PPM ASWAJA mernghargai setiap tulisan yang dialamatkan kepada Redaksi PPM sebagai upah ongkos ketik saja, sebab jika dihargai srbagi Karya Tulis yang merupakan Hak Karya Intelektual tentunya tak kan pwrnah sebanding. Yah syukur-syukur nanti PPM juga bergerak di dunia Jurnal Nasional via Cetak entah Tabloid, Buletin atau Majalah.

Sejak 5 bulan terakhir, sejak awal pecahnya konflik Perang Negara Teluk di mana kami sempat dievakuasi ke Tarim, kami bersama beberapa teman Mahasiswa Univ. Imam Syafii membentuk Tim Jurnalis untuk memanfaatkan masa senggang saat diperkenankan memegang HP untuk menulis, baik dalam bentuk liputan maupun opini dan karya tulis ilmiah tentang Syariat. Walaupun kami Mahasiswa namun kami belum diizinkan pake Laptop, hanya boleh pake HP itupun di hari libur saja. Tak lain karena kami juga santri di Ribath Imam Syafii yang masih satu Kompleks dan satu Yayasan. Nah, dalam segala keterbatasan media, kami berupaya menulis menggunakan HP, ada di antara kami menulis 6-11 halaman A4 melalui Aplikasi MS. Wors pada HP Android. Ditambah lagi waktu yang sangat terbatas, saat tertentu pun kami gunakan untuk meliput Kegiatan dan Kebudayaan Lokal. Saat ini pula kami sedang berusaha untuk menerjemahkan Kitab Syeikh kami yaitu Syeikh Muhammad Baatiyah yang akhir-akhir ini sering berkunjung ke Indonesia.

Sekian dari saya, salam hormat dan mohon tanggapannya.
Tertulis di Hadramaut, 5 Okt 2015.

*Imam Abdullah El-Rashied
Mahasiswa Fakultas Syariah, Imam Shafie College Hadramaut - Yaman.

Bagaimana Hukum Mengucapkan Selamat Tahun Baru ?

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Mengucapkan selamat tahun baru kepada keluarga, sahabat, ataupun orang terdekat lainnya sudah membumi dalam masyarakat. Kalimat ini keluar secara spontan ketika menjelang tahun baru, baik hijriyah maupun masehi. Biasanya kalimat ini diiringi dengan doa dan harapan agar karir ataupun amal di tahun berikutnya lebih baik daripada tahun lalu.

Ucapan ini seakan-akan sudah menjadi rutinitas di saat tahun baru. Kurang afdhal rasanya menyambut tahun baru tanpa ucapan selamat. Karenanya, bisa dimengerti bila begitu semangatnya netizen memberi ucapan selamat melalui media sosial atau secara langsung.

Kebiasaan semacam ini bukanlah sesuatu yang baru (bid’ah). Perihal ini sudah ada sejak dulu kala. Orang dulu juga terbiasa menyapa koleganya dengan “Selamat Tahun Baru” menjelang tahun baru datang. Meskipun tak dipungkiri, sebagian orang menafikan kebolehannya dan mengategorikannya sebagai perbuatan terlarang.

Terkait permasalahan ini, Imam As-Suyuthi dalam al-Hawi lil Fatawa menuturkan sebagai berikut.

أن الحافظ أبا الحسن المقدسي سئل عن التهنئة في أوائل الشهور ، والسنين أهو بدعة أم لا ؟ فأجاب بأن الناس لم يزالوا مختلفين في ذلك ، قال : والذي أراه أنه مباح ليس بسنة ولا بدعة
Al-Hafidz Abu Hasan al-Maqdisi ditanya tentang hukum mengucapkan “Selamat  bulan baru dan tahun baru”, apakah bid’ah atau tidak? Ia menjawab, “Banyak orang berbeda pendapat mengenai hal ini. Menurut pendapat saya, hukumnya adalah mubah, tidak termasuk sunah ataupun bid’ah.”

Memberi ucapan selamat tahun baru terbilang masalah khilafiyah. Hukumnya masih diperdebatkan oleh para ulama. Karenanya, dibutuhkan kearifan dalam menyikapinya. Menurut Abu Hasan al-Maqdisi, seperti yang dinukil as-Suyuthi, hukumnya ialah mubah. Ia tidak termasuk perbuatan yang disunahkan dan tidak pula bid’ah.

Siapapun diperbolehkan mengucapakan kalimat ini. Terlebih lagi, bila ucapan tersebut dapat menambah keakraban di antara masyarakat. Orang yang sudah sekian lama tidak bertegur sapa, bisa jadi dengan adanya momen tahun baru, ucapan selamat bisa menjadi media baginya untuk berkomunikasi kembali. Wallahu a’lam. (Hengki Ferdiansyah)

sumber nu.or.id


Tinjauan Fiqih tentang Larangan Pembakaran Hutan

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Kebakaran hutan yang melanda Riau, Jambi, Kalimantan belakangan ini, setidaknya bisa memberikan penyadaran kepada khalayak akan arti penting melindungi hutan. Karena efek negatif pembakaran hutan tersebut tidak hanya dipikul oleh beberapa orang, tetapi sebagian besar masyarakat Sumatera dan Kalimantan pun merasakan imbasnya.

Hingga saat ini, warga Sumatera masih menghirup asap kotor dan tidak bisa melakukan aktivitas harian secara maksimal. Anak-anak sekolah diliburkan dan beberapa warga memilih migrasi ke wilayah lain. Bahkan di antara mereka ada yang terjakit penyakit kronis dan meninggal dunia.

Sulaiman bin Khalaf Al-Baji Al-Maliki, penulis kitab Al-Muntaqa Syarah al-Muwatta`, menjelaskan sebagai berikut.

أَنَّ ضَرَرَ الْفُرْنِ وَالْحَمَّامِ بِالْجِيرَانِ بِالدُّخَانِ الَّذِي يَدْخُلُ فِي دُورِهِمْ وَيَضُرُّ بِهِمْ وَهُوَ مِنْ الضَّرَرِ الْكَثِيرِ الْمُسْتَدَامِ وَمَا كَانَ بِهَذِهِ الصِّفَةِ مُنِعَ إحْدَاثُهُ عَلَى مَنْ يَسْتَضِرُّ بِهِ
“Dilarang menyalakan tungku dan membuat kamar mandi yang asap (dan baunya) bisa menganggu dan membahayakan tetangga secara permanen. Melakukan aktivitas pembakaran, yang mana asapnya bisa menganggu dan membahayakan para tetangga, merupakan aktivitas terlarang meskipun membawa maslahat untuk segelintir orang.
Sebab menolak mudharat yang mengancam kehidupan banyak orang lebih diutamakan ketimbang mengambil manfaatnya.

Pada prinsipnya segala aktivitas ‘ugal-ugalan’ yang karenanya mengakibatkan gangguan atau mudharat bagi masyarakat luas, tidak diperkenankan agama.

Larangan ini tentu sangat relevan untuk kasus pembakaran hutan. Kalau membakar kayu di tungku saja termasuk perbuatan yang dikecam, apalagi membakar hutan yang bisa membahayakan kehidupan orang banyak. Karena bahaya asap yang ditimbulkannya jauh lebih besar ketimbang hanya menyalakan api di tungku. Wallahu A’lam. (Hengki Ferdiansyah)

sumber nu.or.id

Rumah Tangga yang Romantis

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Suatu ketika Rasulullah SAW mengajak istrinya Aisyah RA berlomba pacuan kuda. Aisyah mengatakan: “Rasulullah beradu kecepatan denganku, dan aku berhasil unggul dalam hal kecepatan.” Sebagai pemimpin perang yang tangguh semestinya Rasulullah menang atas Aisyah. Kenyataannya tidak. Aisyah yang menang.

Aisyah melanjutkan kisahnya:“Namun saat badanku berbobot (bertambah gemuk, red) kami kembali beradu kecepatan, dan beliau mengungguliku.” Rasulullah menyindir: “Ini sebanding dengan keunggulan sebelumnya (point sekarang 1-1, red).” (HR Ahmad dan Abu Daud)

Kewajiban pertama seorang suami terhadap istrinya adalah mempergaulinya dengan baik. Allah SWT berfirman: “Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka karena suatu hal, (ingatlah) bahwa dalam segala hal Allah menjadikan kebaikan yang banyak.” (QS An-Nisa: 19).

Salah satu cara mempergauli istri dengan baik, seperti dipraktikkan oleh Rasulullah dalam hadits di atas, adalah menciptakan suasana romantis dalam rumah tangga. Salah satu kiatnya adalah dengan mengadakan permainan-permainan. Imam Ahmad dalam Sunan-nya mengatakan, Rasul bersabda, ada tiga permainan yang tidak sia-sia. Salah satunya adalah permainan yang dilakukan bersama istri untuk menciptakan suasana yang romantis.

Rasulullah tidak ingin romantis sendiri. Beliau juga ‘memanas-manasi’ para sahabatnya untuk menciptakan suasana yang sama. “Yang terbaik diantara kalian adalah yang terbaik dari kalian terhadap istri. Dan aku yang terbaik di antara kalian terhadap istriku..” (HR at-Thabrani).

Jika pun Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlaq, maka akhlaq yang paling perlu ditata terlebih dahulu adalah akhlak dalam berumah-tangga. Rasulullah SAW bersabda: “Yang paling sempurna imannya di antara kalian adalah yang paling baik akhlaqnya, dan yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya."(HR Abu Daud)

Ust. A. Khoirul Anam

Menguasai Ilmu Jawa Melalui Carakan Jawa

$
0
0
Muslimedianews.com ~
Dalam tulisan saya yang lain, bahwa Ilmu Jawa itu pada intinya adalah menjaga jiwa, menjaga hidup agar hidup dari diri kita juga mampu menghidupkan yang lainnya. Untuk jauh lebih memahaminya, salah satunya adalah memahami aksara (Caraka) Jawa.

Aksara Jawa jumlahnya ada 20, ini adalah aksara dasarnya, yang terdiri dari:
Ha, Na, Ca, Ra, Ka
Da, Ta, Sa, Wa, La
Pa, Dha, Ja, Ya, Nya
Ma, Ga, Ba, Tha, Nga

Dari sekian huruf-huruf tersebut untuk memegang kuncinya adalah memfokuskan pada aksara Ha dan Nga. Dua huruf ini adalah awal dan akhir. Ha dan Nga kemudian dijabarkan menjadi:
Ha = Hana (Ada)
Nga = pergi (luNga)
HaNga = Angen-angen (Angan-Angan)
HaNga = Angin, Nafas
Ha Nga = Hawa Sanga

Kehadiran manusia di dunia ini disebut Ada (Ha), pada mulanya, namun akhirnya akan pergi (Nga) juga. Itu adalah kodrat manusia yang tak bisa dihindari. Kepergiannya ditandai jika sudah tak ada nafasnya (Angin). Sementara kehidupan di dunia menjadi begitu berarti dan bergairah ketika manusia punya angan-angan, cita-cita, ide, inovasi dan sebagainya dalam mengisi kehidupannya.

Namun, manusia tak seperti hewan, dari lahir kemudian mati tak ada jasanya. Oleh karena itu, perlu dipelajari mengenai ilmu Lobang Sembilan (Hawa Sanga), baik yang lahir dan batin. Menguasai Ilmu Jawa, maka hendaknya mampu menguasai 9 lobang dalam diri manusia. 9 Lobang lahir tersebut adalah: Mata (2), Telinga (2), Hidung (2), Wadi (1) Dubur (1), dan Mulut. Itu adalah 9 lobang lahir. Artinya, kita sebagai manusia harus mampu menguasai (“menutup”) lobang-lobang tersebut dari pengaruh yang negatif, tidak baik sehingga akan berdampak pada ketidakbaikan jiwa kita sendiri. Kesembilan lobang lahir ini dapat dilambangkan oleh Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sa, Wa, La.

Demikian pula, kita juga harus mampu menguasi lobang 9 batin, pintu-pintu batin yang dapat menjermuskan jiwa manusia, yaitu: Gemedhe (takabur), menghina (merendahkan lainnya),tamak (berlebih pada dunia), serakah (menguasai bukan haknya), iri, dengki, hasut, benci dan dendam. Mengenai lobang batin ini anda boleh berbeda pendapat. Pada intinya, bahwa dalam batin manusia itu juga ada pintu-pintu yang dimasuki untuk mengganggu jiwa manusia, merusak akhlak manusia. Kesemuanya disimbolkan oleh Pa, Dha, Ja, Ya, Nya, Ma, Ga, Ba, Tha.

Kunci menguasai hawa sanga, baik batin dan lahir, adalah melatih nafas, olah nafas yang sampai ke batin. Katakanlah anda sedang membenci seseorang, maka aturlah nafas anda, tahan dan resapi ke dalam jiwa anda. Inilah mengapa, dalam tradisi Ilmu Jawa, olah nafas menjadi begitu sangat penting dalam melatih diri, mempertajam batin dan sebagainya. Sebab HaNga, jika tidak dikendalikan akan menjadi angan-angan yang liar dan menjermuskan manusia pada kegelapan, pada pintu-pintu 18 yang ada dalam diri manusia.

Dalam ajaran tasawuf dikenal dengan dzikir batin, ini bertumpu pada nafas. Membaca al-Quran dengan tajwid dan makhraj yang benar juga melatih nafas. Kalimah Hu…Hu….Hu adalah bentuk melatih nafas kita dengan mengikat Dia, Allah Swt.

Maka, jangan biarkan nafas kita meNga, terbuka tanpa diisi oleh dzikir yang terarah, sebab jika terbuka demikian, setanlah yang menjadi penghuninya, dan jiwa kita dikuasai oleh mereka, kemudian jiwa kita terpenjara, tidak merdeka, karena menjadi budaknya.

Bagi anda yang juga mempelajari ajaran aksara/huruf Arab berjumlah 30, perpaduan dengan 20 aksara Jawa ini akan semakin menambah, memperkaya dan menggenapinya. Orang-orang menyebutnya ilmu 50, separoh dari kesempurnaan 100. (Oleh: Sururi Arrumbani lailatulijtima.wordpress.com).

Himbauan Habib Nabil Al-Musawa Kepada Jamaah Majelis Rasulullah SAW

$
0
0
Muslimedianews.com ~
Berikut adalah himbauan dan pernyataan resmi dari Habib Nabil bin Fuad Al-Musawa, kakak dari Almarhum Habib Mundzir Al-Musawa Pimpinan Majelis Rasulullah Saw., lewat jejaring sosial facebook miliknya terkait berita tidak diizinkannya menggelar pengajian di Monas (Monumen Nasional).

"Salam. Anak-anakku jamaah Majelis Rasulullah SAW, dan para pencinta Sayyidina Muhammad Saw. Mengawali pagi ini dengan doa: اللهم بك أصبحنا وبك أمسينا lalu kita membaca al-Quran Kalam Allah yang suci dan mulia, lalu melatih lisan kita dengan ratib dan dzikir. Sehingga hati dan lisan kita selalu bersih dan pembicaraan serta niat kita pun selalu suci dan tidak pernah terlintas untuk mencaci-maki dan berburuk sangka pada orang lain.

Guru Mulia kita Habibana Umar bin Hafidz mengajari kita kelembutan dan kesantunan budi bahasa dan cinta terhadap orang lain, dan membalas kejahatan dengan kebaikan dan doa, bukan dengan sesama kejahatan.

Saat Imam Ja’far ash-Shadiq berjalan bersama anaknya lalu dicaci-maki orang lain di depan orang banyak, beliau diam seribu bahasa, padahal orang tersebut mencaci dengan kata-kata yang kasar dan kotor. Lalu anaknya bertanya pada Imam Ja’far: “Mengapa Ayah diam saja?”

Jawab Imam Ja’far: “Ayah dan nenek moyangku tidak pernah mengajariku mencaci-maki, jadi aku tidak tahu bagaimana cara membalasnya wahai anakku."

Subhanallah. Demikianlah para Imam Ahlussunnah dan ulama habaib, ada diantara mereka yang saat dicaci-maki menjawab: “Semoga memang yang kau katakan dan engkau tuduhkan itulah yang benar, sehingga engkau selamat.”

Demikianlah pula Guru Mulia kita Habibana Umar bin Hafizdz tidak pernah membalas cacian dan makian, selain jika sudah berlebihan beliau menjawab: “Hadakallah (semoga Allah Swt. memberimu hidayah).”

Jadi kita tidak perlu terprovokasi dengan orang-orang yang bermulut kotor atau yang memanas-manasi kita. Tetaplah jawab dengan santun dan hindari berdebat. Sebab jihad terbesar kita bukan melawan orang lain tetapi melawan hawa nafsu kita, terutama mulut dan hati kita dari menyakiti orang lain. Itulah yang paling sulit dan paling berat. Mengangkat senjata itu anak kecil jika diajari bisa, tapi menahan nafsu seorang ulama atau ahli ibadah pun belum tentu mampu.

Terkait arogansi Ahok maka kita anggap wajar saja, dia non-Muslim dan dia obyek dakwah. Yang lebih parah dari diapun banyak. Yang penting jangan kita malah jadi sama dengan dia, itu yang salah besar. Kita pasti akan bersikap terhadap Ahok, tapi sikap yang elegan dan penuh pertimbangan, bukan mencaci-maki dia, "kana idzan mitsluhum" (nanti kita jadi sama dengan dia).

Lalu terhadap kritik saudara-saudara kita yang lain yang diajari oleh guru mereka biasa bermulut kotor dan mencaci-maki, mari kita katakan: “Aamiin, semoga Anda yang benar dan kami yang salah, sehingga dengan kata-kata Anda dan tuduhan Anda itu tidak akan mencelakakan Anda di hari kiamat nanti.”

Kalau mereka terus memaksa kita dan menyindir kita, katakan: “Demi Allah, kami jamaah Majelis Rasulullah tidak pernah mendengar Guru kami mencaci dan memaki orang sekalipun, dan kami akan istiqamah dengan manhaj ini sampai kami wafat!”

Tegas itu perlu, mengambil sikap juga wajib, tapi kita tidak akan pernah mencaci dan memaki orang selamanya. Jangan beralasan kita harus jihad, karena jihad qital (peperangan) syaratnya harus dipimpin oleh penguasa resmi yang Islami. Sekarang marhalah (tahapan) dakwah kita, adalah saat Nabi Saw. di Makkah, 13 tahun beliau berdakwah disiksa dan dicaci tidak pernah dibalas oleh beliau. Bahkan ada 360 patung di Ka’bah Baitullah tidak pernah satupun diusik oleh beliau Saw. padahal berhala seperti itu adalah kesyirikan terbesar. Mengapa? Karena periode itu adalah periode mendidik diri dan hawa nafsu lebih dulu.

Bagaimana mau berjihad kalau hawa nafsu saja belum bisa diperbaiki, bagaimana mau nahi munkar kalau mulut saja sering mengucapkan kata-kata kotor dan menyakiti saudaranya sesama Muslim? Bagaimana mau menegakkan syariat kalau hatimu masih dipenuhi suudzan dan menuduh tanpa tabayyun kepada saudaramu sendiri yang beriman? Bagaimana mau tegaknya Daulah atau Khilafah kalau engkau tak mampu menjadi Amir atau Khalifah bagi hawa nafsumu sendiri menjadi hamba yang benar-benar menghamba pada Allah Swt.?

Jadi jangan sedih dan jangan ragu wahai anak-anakku, manhaj kalian adalah manhaj yang memiliki sanad dari Guru kalian, dari Guru-guru kalian dan dari Gurunya lagi, demikian seterusnya sampai Nabi Muhammad Saw. Kita akan segera memusyawarahkan langkah terbaik untuk acara Guru Mulia kita, dan kita akan melakukannya dengan istikharah dan hati yang dipenuhi dzikir.

Kalau ada yang mencaci atau masih mengkritik kalian juga, katakan: “Kami mendoakan dengan benar-benar khusyu’ dan ikhlas agar Anda yang benar dan kami yang salah.” Kalau mereka masih mendesak lagi, maka katakan: “Jika Anda yang benar semoga Allah memberi pahala kepada Anda, dan jika kami yang benar semoga Allah tetap mengampuni Anda.”

Insya Allah dengan makin kerasnya ujian dan tantangan serta cemoohan orang-orang kepada Majelis Rasulullah, ini adalah bisyarah akan kemenangan yang dekat dan tegaknya bendera-bendera Majelis ini di seluruh Indonesia bahkan di dunia. Ingatlah saat Sayyidina Muhammad Saw. pemimpin kita dikepung musuh saat perang Ahzab/Khandaq. Dalam keadaan terdesak demikian, tiba-tiba terdengar kabar Yahudi Madinah berkhianat. Dalam keadaan demikian tiba-tiba orang-orang munafik melarikan diri (desersi) dari pasukan kaum Muslimin. Dalam keadaan semua sahabat tercekat luar biasa, Sayyidina Muhammad Saw. malah tersenyum dan berkata: "ABSYIR BINI’MATIN MINALLAAHI WAFATHIN QARIIB (Bergembiralah kalian dengan nikmat dari sisi Allah Swt. dan kemenangan yang sudah dekat)." (Akhukum wamuhibbukum bilkhalishil hubb, Habib Nabil bin Fuad Al-Musawa).

Pelajaran dari Anak Suku Indian

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Dunia ini penuh warna. Ada beragam suku bangsa. Banyak budaya dan bahasa. Banyak hal yang bisa dipelajari bersama. Banyak ranah bisa saling berbagi dan bertukar pikiran. Banyak orang bisa saling mengenal dan bercengkrama. Sungguh, Tuhan Maha Bijaksana dengan penciptaan-Nya. Setiap suku punya kekhasan tertentu yang Tuhan anugerahkan tiada tara. Kekhasan itu bukannya hampa nilai, namun ada sisi ibrah, pesan moral, dan filosofi di balik peristiwa.

Tersebutlah kisah proses pendidikan anak di sebuah suku pedalaman. Suku dari etnis Indian ini memiliki cara unik untuk mendewasakan anak laki-laki mereka. Ketika seorang anak dianggap sudah cukup umur untuk menjadi dewasa, maka sang anak itu akan diuji. Tidak semua anak bisa langsung disebut dewasa tanpa lulus dari tes maha berat ini. Pada malam yang telah ditentukan, si anak akan dibawa pergi oleh seorang pria yang bukan keluargaya, dengan mata tertutup. Anak tersebut dibawa jauh ke tengah hutan belantara. Saat hari sudah gelap pekat, tutup akan matanya dibuka. Kemudian sang anak akan ditinggalkan sendirian.

Anak ini akan dinyatakan lulus dan diterima sebagai pria dewasa dalam komunitas jika selama malam ujian itu ia tidak berteriak atau menangis sampai pagi. Si anak harus mengikuti prosesi ini sendirian. Nyalinya benar-benar diuji. Waktu yang ditentukan itu terjadi di malam yang begitu gelap gulita, bahkan siapapun tidak dapat melihat telapak tangannya sendiri. Dengan kondisi ini, para anak-anak berusia tanggung pasti sangat ketakutan.

Si anak harus menyiapkan mental untuk menghadapi ganasnya alam. Hawa udara yang dingin. Celah-celah hutan yang mengeluarkan suara menyeramkan. Bebunyian dahan gemerisik. Tak jarang, bahkan beberapa kali terdapat suara auman serigala. Tentunya, ketakutan si anak semakin menjadi-jadi. Tetapi ia tidak punya pilihan lain, selain diam, tidak boleh berteriak, atau menangis agar lulus dalam ujian. Keringat dingin akan mengucur deras dari seluruh pori-pori tubuhnya. Jika bisa, ia akan pergunakan segala doa supaya secercah sinar mentari disegerakan muncul di ufuk timur.

Hingga akhirnya malam yang terasa paling lama dalam kehidupan si anak itu mulai berganti perlahan. Cahaya pagi mulai tampak sedikit demi sedikit. Kini, si anak merasakan kegirangan yang tiada tara. Ia begitu gembira, lalu melihat sekelilingnya. Dan betapa kagetnya, ketika tahu ternyata ayahnya berdiri tidak jauh di belakangnya. Sejak semalam suntuk sang ayah telah siap dengan berbagai senjata melindungi anaknya dari berbagai keganasan alam. Menjaga setiap jengkal lokasi anaknya sambil terus berdoa agar si anak tidak berteriak atau menangis atau bahkan keluar hutan.

Saudaraku, Andaikan kisah tersebut kita kaitkan dengan kehidupan. Dalam keseharian kita mengarungi beragam drama. Kita analogikan saja jika anak-anak suku Indian itu adalah manusia. Sementara ayahnya adalah Tuhan Sang Maha Perkasa. Maka betapa sering kita baru terkaget dan menyadari di akhir atau bahkan tak pernah kita sadari. Tak pernah tahu akan kehadiran Sang Maha Penjaga dan Maha Pelindung di setiap jengkal langkah kita. Tak pernah terbayang akan penjagaan dan kasih sayang-Nya.

Tuhan senantiasa bersama para hamba-Nya. Tak pernah sedetik pun melalaikan kita. Tak juga sejenak saja Tuhan membiarkan manusia hidup tanpa petunjuk di belantara hutan kehidupan dunia. Tuhan selalu dekat dalam bagaimana pun kondisi kita. Terlalu sering justru manusia yang melupakan Tuhan. Menyalahkan Tuhan yang Maha Baik. Menuduh Tuhan telah meninggalkannya. Mengira Tuhan telah berbuat tidak adil. Menuduh Tuhan tidak peduli. Padahal, di sebalik pengetahuan manusia yang sangat terbatas, Tuhan selalu dekat dengan segenap para hamba-Nya. Tuhan sangat penyayang dan peduli.

Dari kisah itu, kita juga bisa mengambil ibrah bahwa dalam mengarungi hidup, mutlak dibutuhkan ujian. Anak sekolah dan mahasiswa membutuhkan ujian untuk mengukur kelulusannya. Para pelamar pekerjaan juga akan diuji untuk menunjukkan kualitas mereka. Dalam dunia olahraga pun dibutuhkan tes seleksi. Ujian adalah keharusan. Ujian sebagai diferensiasi antara satu individu dengan individu lainnya. Tanpa ujian, maka di dunia akan terkesan tidak adil.

Atas beragam ujian, maka tugas kita manusia adalah menjalaninya dengan sepenuh hati. Yakini bahwa Allah tidak pernah memberi ujian diluar batas kemampuan hamba. Bahwa Tuhan tidak akan menimpakan ujian yang tidak ada hikmah dibalik itu. Bahwa ketika kita diuji, maka Tuhan sedang berada di dekat kita. Layaknya sang anak yang dalam ujiannya di malam yang pekat, ada sang ayah yang berada di dekatnya. Dialah pelindung. Bahkan sebagai imbalannya, Tuhan akan mengugurkan dosa-dosa sang hamba yang diuji, mengangkat derajat, hingga menguatkan iman dan takwanya.

Muhammad Ridha Basri,
Redaktur Majalah Kibar; mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta

Pentingnya Hari Santri Nasional

$
0
0
Muslimedianews.com ~
Sederhananya, kita katakan bahwa selama ini ketika berbicara sejarah di Indonesia banyak yang masih belum jujur apa adanya. Sejarah dituturkan dan ditulis secara tidak lengkap, atau bahkan sengaja dipotong dan ditutupi karena ada kepentingan tertentu. Yang jelas, dengan gagasan NU mengusung penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional adalah langkah awal agar kita belajar jujur dalam membicarakan sejarah.

Mengapa Hari Santri?

Kaum santri merupakan representasi bangsa pribumi dari kalangan pesantren yang sangat berjasa membawa bangsa ini menegakkan kemerdekaan melalui Resolusi Jihad 22 Oktober yang dicetuskan oleh KH. Hasyim Asy’ari, pendiri NU. Dia juga menerangkan, istilah santri memang asli dari Indonesia, berbeda dengan istilah siswa yang berasal dari Belanda.

Jika dirunut sejarahnya, awalnya Indonesia dianggap negara boneka Jepang oleh Negara sekutu karena kemerdekaannya dinilai pemberian dari Nippon ini. Hal ini bisa dijelaskan, menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia, Soekarno dan Hatta menyambangi Jepang untuk bertemu dengan Kaisar. Rapat besar di Lapangan Ikada juga dijaga ketat oleh tentara Jepang. Belum lagi naskah teks Proklamasi yang diketik oleh orang berkebangsaan Jepang, Laksamana Meida.

Setelah Jepang kalah perang dengan Tentara sekutu atau NICA, mereka berusaha kembali menjajah Indonesia dalam agresi militer kedua. Ternyata tentara NICA dikagetkan oleh perlawanan orang-orang pribumi dari kalangan santri. Dari sinilah mereka berpikir, bahwa kemerdekaan Indonesia bukan karena pemberian dari bangsa Jepang, melainkan betul-betul didukung oleh seluruh rakyat Indonesia.

Sebab itu, penetapan Hari Santri Nasional bukan hanya sebagai agenda kepentingan kelompok tertentu, tetapi untuk kepentingan seluruh bangsa Indonesia yang ketika itu digerakkan oleh Resolusi Jihad, yakni fatwa jihad KH. Hasyim Asy’ari yang menyatakan bahwa membela tanah air dari penjajah hukumnya fardhu 'ain atau wajib bagi setiap individu. (Sejarawan dan Ketua Lesbumi NU KH. Agus Sunyoto).

Tiga Alasan Dasar Mengapa Presiden Mesti Tetapkan Hari Santri

Jika Presiden pernah mengusulkan 1 Muharam, RMI berpendapat 22 Oktober lebih tepat karena alasan historis. Ribuan pesantren dan jutaan santri sudah menunggu keputusan Presiden terkait dengan Hari Santri Nasional. Kebijakan itu, menguatkan marwah negara. Langkah Presiden Jokowi sudah tepat untuk memberikan penghormatan kepada santri, karena jasa-jasa pesantren di masa lalu yang luar biasa untuk memperjuangkan kemerdekaan serta mengawal kokohnya NKRI.

Latar belakang pentingnya Hari Santri Nasional adalah untuk menghormati sejarah perjuangan bangsa ini. Hari Santri Nasional tidak sekadar memberi dukungan terhadap kelompok santri. Justru, inilah penghormatan negara terhadap sejarahnya sendiri. Ini sesuai dengan ajaran Bung Karno, bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah, Jas Merah!

Ada 3 argumentasi utama yang menjadikan Hari Santri Nasional sebagai sesuatu yang strategis bagi negara:

1) Hari Santri Nasional pada 22 Oktober, menjadi ingatan sejarah tentang Resolusi Jihad KH. Hasyim Asy’ari. Ini peristiwa penting yang menggerakkan santri, pemuda dan masyarakat untuk bergerak bersama, berjuang melawan pasukan kolonial, yang puncaknya pada 10 Nopember 1945.

2) Jaringan santri telah terbukti konsisten menjaga perdamaian dan keseimbangan. Perjuangan para kiai jelas menjadi catatan sejarah yang strategis, bahkan sejak kesepakatan tentang darul islam (daerah Islam) pada pertemuan para kiai di Banjarmasin, 1936. Sepuluh tahun berdirinya NU dan sembilan tahun sebelum kemerdekaan, kiai-santri sudah sadar pentingnya konsep negara yang memberi ruang bagi berbagai macam kelompok agar dapat hidup bersama. Ini konsep yang luar biasa.

3) Kelompok santri dan kiai-kiai terbukti mengawal kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Para kiai dan santri selalu berada di garda depan untuk mengawal NKRI, memperjuangan Pancasila. Pada Muktamar NU di Situbondo, 1984, jelas sekali tentang rumusan Pancasila sebagai dasar negara. Bahwa NKRI sebagai bentuk final, harga mati yang tidak bisa dikompromikan.

Dengan demikian, Hari Santri bukan lagi sebagai usulan ataupun permintaan dari kelompok pesantren. Ini wujud dari hak negara dan pemimpin bangsa, memberikan penghormatan kepada sejarah pesantren, sejarah perjuangan para kiai dan santri. Kontribusi pesantren kepada negara ini, sudah tidak terhitung lagi. (Ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) KH. Abdul Ghoffar Rozien).

Informasi resmi terkait Hari Santri Nasional silakan kunjungi website nu.or.id dan harisantri.id serta situs-situs NU lainnya. Semoga bermanfaat. []

Rute Lengkap dan Tanggal Kirab Resolusi Jihad NU; Peringatan HariSantri Nasional

$
0
0
Muslimedianews.com ~
Pada 22 Oktober mendatang, PBNU akan menggelar kirab sebagai bentuk peringatan Hari Santri Nasional. Pelaksanaan kirab berlangsung pada 18-22 Oktober. Berikut adalah rute lengkap dan tanggal pelaksanaan Kirab Resolusi Jihad NU:

Kirab Resolusi Jihad NU akan dimulai dari Surabaya, tepatnya di Tugu Pahlawan pada Ahad (18/10) pukul 09.00 WIB. Sebelumnya para peserta akan longmarch dari Bubutan ke Tugu Pahlawan. Bubutan merupakan kantor tempat KH. Hasyim Asy'ari mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad. Secara seremonial di Tugu Pahlawan tersebut akan dilakukan penyerahan Pataka bendera Merah Putih dan bendera NU oleh Ketua PBNU kepada ketua rombongan kirab, Gus Ais.

Perjalanan dilanjutkan ke Gresik, Lamongan, Tuban dan Sarang. Mereka dijadwalkan akan sampai ke Tuban pada Senin (19/10). Di sana mereka juga akan menziarahi makam Sunan Bonang dan beristighasah.

Perjalanan kemudian berlanjut menuju Rembang, Kajen, Kudus, Demak, Semarang, Kaliwungu, Pekalongan dan Tegal. Di Sarang Rembang mereka berkunjung ke pesantren KH. Maemun Zubair dan pesantrennya Gus Mus untuk mendengarkan wejangan tentang Resolusi Jihad. Selanjutnya, peserta kirab menuju Lasem untuk berziarah ke makam Kyiai Maksum yang merupakan teman sejawat Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari. Di sana mereka ingin mengenang jasa beliau sebagai muassis (pendiri) NU dalam Resolusi Jihad.

Sementara itu mereka juga akan berziarah ke makam Mbah Kyai Sholeh Darat (guru dari Mbah Hasyim Asy'ari). Diperkirakan mereka akan tiba di Semarang pada Selasa (20/10) yang akan disambut oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Kemudia mereka akan menuju Kendal Kaliwungu berziarah ke makam Kyai Dimyati Rois, seorang penggerak dan salah satu panglima Laskar Hizbullah, dan Pesantren Al-Fadhlu asuhan Abah Dim.

Pada Rabu (21/10) mereka akan tiba di Cirebon dan akan singgah di Universitas NU. mereka akan berziarah ke makam panglima Laskar Hizbullah yaitu Kyai Abbas. Tidak hanya itu, mereka juga akan berkunjung ke Babakan Ciwaringin Cirebon untuk sowan ke Kyai Makhtum, yang akan menceritakan sejarah perjuangan Resolusi Jihad. Kemudian perjalanan akan dilanjutkan ke Indramayu, Pamanukan dan Karawang.

Lalu pada Kamis (22/10) mereka tiba di Cibarusah Bekasi, di Pesantren Al-Baqiyatus Sholihat yang didirikan KHR. Ma'mun Nawawi, murid Mbah Hasyim Asy'ari. Tempat tersebut merupakan tempat bersejarah karena di sana merupakan tempat penggemblengan Laskar Hizbullah pertama, digembleng oleh KH. Ma'mun Nawawi dan KH. Wahid Hasyim.

Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan ke Bintara dan juga Tugu Proklamasi Jakarta sebagai lokasi finish kirab.

Informasi resmi terkait Hari Santri Nasional silakan kunjungi website nu.or.id dan harisantri.id serta situs-situs NU lainnya. Semoga bermanfaat. []

Jadual Kirab Resolusi Jihad NU dalam Rangka Menyambut Hari SnatriNasional

$
0
0
Muslimedianews.com ~
Berikut adalah tambahan informasi dari info rute dan tanggal Resolusi Jihad NU yang telah kami publish sebelumnya. Jadual bisa bertambah dan berkurang sesuai dengan situasi dan kondisi.

MINGGU, 18 OKTOBER 2015:

1. Pemberangkatan rombongan kirab dari Bubutan, Surabaya menuju Tugu Pahlawan.
2. Pelepasan dan penyerahan Pataka NU di Tugu Pahlawan.
3. Singgah di Masjid Agung Gresik dan silaturrahim dengan PCNU Gresik.
4. Singgah di Masjid Agung Lamongan dan silaturrahim dengan PCNU Lamongan.
5. Singgah dan bermalam di Pendopo Kabupaten Tuban, ziarah maqbarah Sunan Bonang, Tahlil dan Istighasah.

SENIN, 19 OKTOBER 2015:

1. Sowan, silaturrahim, mohon doa restu dan ijazah kepada KH. Maimun Zubair.
2. Ziarah maqbarah KH. Ma'shum Lasem.
3. Sowan, silaturrahim, mohon doa restu dan ijazah kepada KH. A. Mushtofa Bisri (Gus Mus) dilanjutkan ziarah maqbarah KH. Bisri Mushtofa.
5. Sowan dan silaturrahim ke Kajen, Pati.
6. Ziarah maqbarah KH. R. Asnawi Kudus.
7. Istighasah, Tahlil dan ziarah wali di Masjid Agung Demak.
8. Bermalam di Semarang.

SELASA, 20 OKTOBER 2015:

1. Pemberangkatan rombongan kirab dari maqbarah KH. Sholeh Darat.
2. Sowan, silaturrahim, mohon doa restu dan ijazah kepada KH. Dimyati Rois Kaliwungu, Kendal.
3. Silaturrahim dengan alim ulama, PCNU, dan warga Nahdliyin Kabupaten Batang.
4. Sowan, silaturrahim, mohon doa restu dan ijazah kepada Habib Luthfi bin Yahya, Pekalongan.
5. Silaturrahim dengan alim ulama, PCNU, dan warga Nahdliyin Kabupaten Pemalang.
6. Silaturrahim dengan alim ulama, Bupati, PCNU, dan warga Nahdliyin Kabupaten dan Kota Tegal.
7. Silaturrahim dengan alim ulama, PCNU, dan warga Nahdliyin Kabupaten Brebes.
8. Sowan, silaturrahim, mohon doa restu dan ijazah kepada KH. Makhtum Hannan.
9. Sowan, silaturrahim, mohon doa restu dan ijazah kepada KH. Ayip Abdullah Abbas.
10. Sowan, silaturrahim, mohon doa restu dan ijazah kepada KH. Mushtofa Aqil.

RABU, 21 OKTOBER 2015:

1. Ziarah maqbarah KH. Abdul Halim Majalengka.
2. Silaturrahim dengan alim ulama, PCNU Subang, dan warga Nahdliyin Kabupaten Subang.
3. Silaturrahim dengan alim ulama, PCNU, dan warga Nahdliyin Kabupaten Karawang.
4. Silaturrahim dan ziarah maqbarah KHR. Makmun Nawawi (Mama Cibogo) di Pesantren Al-Baqiyatus Sholihat Cibarusah Bekasi.

KAMIS, 22 OKTOBER 2015:

1. Perjalanan dari Pesantren Cibarusah Bekasi ke DKI Jakarta dan berakhir di Tugu Proklamasi ditandai dengan Penyerahan Pataka NU dan Bendera Merah Putih dari Pimpinan Rombongan Kirab Resolusi Jihad NU kepada Rais Aam dan Ketua Umum PBNU.

Yang Mungkin Terlupa dari Muhammadiyah Sekarang

$
0
0
Muslimedianews.com ~
Hari Santri milik siapa? Hari Santri adalah milik Indonesia, terutama milik umat Islam Indonesia, khususnya Muhammadiyah dan NU. Tidak ada yang menolak Hari Santri, bahkan keluarga besar PKI tidak ada yang menolak Hari Santri. Keluarga besar Kompeni Belanda, keluarga serdadu Jepang, keluarga NICA, tidak ada yang menolak Hari Santri. Kabar bahwa Muhammadiyah menolak Hari Santri pastilah kabar burung. Tidak mungkin ada tokoh Muhammadiyah yang menolak Hari Santri. Sudahlah, lupakan kabar burung itu.

Yang benar adalah, KH. Mas Mansur, Ketua PP Muhammadiyah (1937-1941). Adalah pejuang pembela bangsa yang rela mundur dari PP Muhammadiyah saat Jepang menyerang, untuk memimpin PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) bersama Bung Karno, Bung Hatta dan Ki Hajar. Tapi beliau bukan seorang yang mudah tunduk, dan beliau pun mengundurkan diri.

Sejak tahun 1944 hingga 1945 beliau kembali ke Surabaya dan berjuang merebut kemerdekaan. Saat Kiai Hasyim mengeluarkan fatwa jihad 22 Oktober 1945, maka Kiai Mansur turut berjuang walau tengah sakit. Perang Surabaya 10 November 1945, tidak bisa dilepaskan dari beliau. Tahun 1946, Kiai Mansur ditangkap NICA dan dipaksa berpidato untuk menghentikan perlawanan rakyat terhadap sekutu/Inggris di Surabaya, tetapi beliau menolak hingga dijebloskan ke dalam tahanan dan akhirnya meninggal dunia dalam tahanan pada tanggal 25 April 1946.

Tolong, hentikanlah upaya-upaya untuk mengerdilkan Muhammadiyah, baik yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah sendiri, maupun oleh tokoh Nahdlatul Ulama. Tolong Muhammadiyah meningkatkan kajian sejarah dan jangan pernah lagi untuk meneruskan siasat menghapus sejarahnya sendiri. Hari Santri adalah milik Muhammadiyah dan NU. Dengan adanya Hari Santri itulah kita kenang perjuangan generasi pendahulu kita. Kita ingat sejarah Muhammadiyah yang sahamnya begitu besar bagi kemerdekaan, dan itu kita tandai dengan Hari Santri. (Ust. Mochammad Ali Shodiqin, penulis buku Muhammadiyah itu NU).

Kader Muda NU Perkuat Kemampuan Administrasi Keuangan

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Gelaran Nahdlatul Ulama Science and Cultural Art Olmpiad (Nusantara) 2015 memasukin hari ke-2. Salah satu pelatihan yang diikuti delegasi KMNU Perguruan Tinggi adalah pelatihan Administrasi dan Keuangan yang diisi oleh Presidium 2 dan 3 Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama.

Pelatihan Adminkeu ini bertujuan untuk melatih para kader muda NU khususnya Pengurus KMNU di masing-masing perguruan tinggi agar ada keseragaman dalam pengelolaan administrasi dan keuangan di kampus masing-masing.Pelatihan administrasi dan keuangan (adminkeu) ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama adalah membahas pengelolaan administrasi, dan sesi kedua tentang menejemen keuangan KMNU PT.

“Pengelolaan administrasi di masing-masing KMNU PT sudah berjalan sesuai dg aturan, Adanya pelatihan ini dimaksudkan utk menstandarkan sehingga ada keseragaman,” ujar Presidium 2 Azkiya Maisari. Pelatihan menejemen keuangan diharapkan membawa kemandirian bagi KMNU di perguruan tinggi masing-masing. “Kami berharap, setelah ini KMNU PT bisa mendapatkan sumberdana dari pemasukan dan usaha masing-masing, selain itu, pengelolaan keuangan di PT masing-masing menjadi lebih rapi lagi,” tambah Abdulloh Rifqy, Presidium 3 KMNU Nasional.

Setelah pelatihan, peserta akan diajak melalukan Focus Group Discussion untuk mengasah pemahaman terkait materi yang diberikan sekaligus mengumpulkan aspirasi dari para peserta. “Sepulangnya peserta dari Bogor, diharapkan mampu membagi ilmu yang diperoleh kepada teman-teman KMNU di perguruan tinggi masing-masing,” ujar Ian, salah satu Panitia Nusantara 2015. (KMNU-Trini)

Resolusi Djihad fi-Sabilillah 1945

$
0
0
Muslimedianews.com ~

Resolusi Djihad fi-Sabilillah
BISMILLAHIRROCHMANIR ROCHIM

R e s o l u s i :
Rapat besar Wakil-Wakil Daerah (Konsul 2) Perhimpunan NAHDLATOEL OELAMA seluruh Djawa – Madura pada tanggal 21 – 22 Oktober 1945 di SURABAJA.

Mendengar :
bahwa di tiap – tiap Daerah di seluruh Djawa – Madura ternyata betapa besarnya hasrat Umat Islam dan ‘Alim Oelama di tempatnya masing-masing untuk mempertahankan dan menegak kan AGAMA, KEDAULATAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MERDEKA .


Menimbang :
a. bahwa untuk mempertahankan dan menegakkan Negara Republik Indonesia menurut hukum Agama Islam, termasuk sebagai satu kewadjiban bagi tiap2 orang Islam.
b. bahwa di Indonesia ini warga Negaranya adalah sebagian besar terdiri dari Umat Islam.

Mengingat :
a. bahwa oleh fihak Belanda (NICA) dan Djepang jang datang dan berada disini telah banyak sekali didjalankan kedjahatan dan kekedjaman jang mengganggu ketentraman umum.
b. bahwa semua jang dilakukan oleh mereka itu dengan maksud melanggar kedaulatan Negara Republik Indonesia dan Agama, dan ingin kembali mendjadjah disini maka dibeberapa tempat telah terdjadi pertempuran jang mengorbankan beberapa banyak djiwa manusia.
c. bahwa pertempuran 2 itu sebagian besar telah dilakukan oleh Umat Islam jang merasa wadjib menurut hokum Agamanya untuk mempertahankan Kemerdekaan Negara dan Agamanya.
d. bahwa didalam menghadapi sekalian kedjadian 2 itu perlu mendapat perintah dan tuntunan jang njata dari Pemerintah Republik Indonesia jang sesuai dengan kedjadian tersebut.

Memutuskan :
1. memohon dengan sngat kepada Pemerintah Republik Indonesia supaja menentukan suatu sikap dan tindakan jang njata serta sepadan terhadap usaha-usaha jang akan membahajakan Kemerdekaan dan Agama dan Negara Indonesia terutama terhadap fihak Belanda dan kaki tangannya.
2. Supaja memerintahkan melandjutkan perdjuangan bersifat “sabilillah” untuk tegaknya Negara Republik Indonesia Merdeka dan Agama Islam.


Surabaja, 22 – 10 – 1945
HB. NAHDLATOEL OELAMA

Muchit Chusnan

Kisah Surat Bebas Api Neraka

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Pada saat Khallad bin Katsir sekarat, tahu-tahu di dekat kepalanya ditemukan secarik kertas bertuliskan, 

“ini adalah surat pembebasan dari api neraka untuk Khallad bin Katsir.” 

Orang-orang di sekelilingnya pun penasaran dan bertanya tentang amal baik apa yang pernah dilakukan Khallad dahulunya. 

Lalu istri dan keluarganya menjelaskan bahwa setiap hari Jum’at Khallad selalu bershalawat atas Kanjeng Nabi Saw. sebanyak 1000 kali, dengan bacaan “allâhumma shalli ‘alâ al-Nabȋyy al-Ummȋyy..” 

(Abu al-Syaikh al-Anshari, Thabaqat al-Muhadditsin bi Ashbahan, 2/345).
Ilustrasi
Thabaqat al-Muhadditsin bi-Ashbahan


Viewing all 6981 articles
Browse latest View live


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>