Quantcast
Channel: Muslimedia News - Media Islam | Voice of Muslim
Viewing all 6981 articles
Browse latest View live

Kaderisasi untuk Pelajar, PAC IPNU-IPPNU Kota Kendal Gelar Makesta

$
0
0

Kendal, Muslimedianews.com ~ Sebagai sarana pembentukan karakter kader yang mengarah pada perubahan jiwa, sikap, mental serta menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya suatu organisasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, pengurus Pimpinan Anak Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kecamatan Kota Kendal, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah mengadakan MAKESTA (Masa Kesetiaan Anggota) di SMK NU 01 Kendal, Sabtu - Ahad (24-25/1/2015).

Masa Kesetiaan Anggota ini diikuti oleh puluhan peserta berasal dari perwakilan masing-masing Pimpinan Komisariat seperti SMK NU 01 Kendal, SMA NU 01 Alhidayah Kendal, SMP NU 02 Alhidayah Kendal, MTS NU 03 Alhidayah Kendal, serta perwakilan dari masing-masing kelurahan yang ada di kecamatan kota Kendal dengan dibuka upacara pembukaannya oleh Bapak Sukhamdan S.Pd. ,dan dihadiri juga tamu undangan dari Badan Otonom Nahdlatul Ulama yang ada kecamatan Kota Kendal.

Ada empat materi yang disampaikan pada hari sabtu 24 Januari 2015 dalam makesta ini, meliputi Ke-Nu-an, Aswaja, IPNU-IPPNU, serta keorganisasian yang dikemas dalam dua kelas dalam penyampaian materinya,  Ketua MWC NU Kecamatan Kota Kendal sekaligus Kepala Sekolah SMK NU 01 Kendal Bapak Mokh. Izudin S.Pd, M.Pd juga berpartisipasi dalam mengisi materi ke-Nu-an. Tidak hanya melibatkan pihak MWC dalam mengisi acara MAKESTA PAC. IPNU-IPPNU Kec.Kota Kendal, MAKESTA ini juga ikut melibatkan dari LP Maarif Kabupaten Kendal yaitu Bapak Ibnu Darmawan S.Pd, M.Pd,. PAC Fatayat Kec.Kota Kendal yaitu ibu Markamah Abdul Kholiq, S.Pd.I , Alumni IPNU-IPPNU, Pimpinan Cabang IPNU-IPPNU Kabupaten Kendal, CBP-KKP Kabupaten Kendal, PAC IPNU-IPPNU yang ada di Kabupaten Kendal, serta Peserta SKB Kawedanan Kendal (Ngampel, Patebon, Pegandon, Kendal) 2014-2015.

Dan sebanyak 57 peserta MAKESTA kemudian dilantik menjadi anggota IPNU-IPPNU Kecamtan Kota Kendal pada Ahad, 25 januri 2015 pukul 04.00 WIB. Anggota baru IPNU-IPPNU Kecamtan Kota Kendal ini diharapkan dapat termotivasi jiwanya untuk mau berorganisasi dan menjadi anggota IPNU-IPPNU aktif, mempunyai sikap dan mental sebagai anggota IPNU-IPPNU dan mampu menumbuhkan rasa cinta terhadap organisasi IPNU-IPPNU, mampu menempatkan dirinya sebagai anggota masyarakat yang baik, serta menumbuhkan rasa bahwa berorganisasi/ bermasyarakat adalah merupakan sebuah kebutuhan, dan IPNU-IPPNU adalah organisasi pilihan yang tepat untuk pelajar NU.



Ulama NU: 'Indonesia Itu Khilafah Secara Definisi'

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Negara Islam atau khilafah Islamiyah akhir-akhir ini banyak diperbincangkan banyak orang lantaran ada sebagian umat Islam yang mempropagandakannya sebagai konsep pemerintahan ideal bagi umat Islam. Di Indonesia kelompok yang paling getol menyuarakan khilafah Islamiyah adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Nahdlatul Ulama (NU) sebagai ormas keagamaan terbesar di Indonesia yang ikut serta mewujudkan kemerdekaan negara ini dan menyatakan final terhadap NKRI tentu memiliki tanggungjawab besar dalam meluruskan pendapat tentang khilafah Islamiyah demi menjaga keutuhan NKRI. Berikut wawancara Ceprudin, redaktur nujateng.com dengan Rois Syuriah PWNU Jawa Tengah, KH. Ubaidullah Shodaqoh atau akrab disapa Gus Ubed, tentang khilafah Islamiyah hasil keputusan Musyawarah Nasional dan Konferensi Besar (Munas-Konbes) NU 2014.

Ceprudin: Dalam Munas-Konbes NU 4 November salah satunya membahas konsep khilafah. Kemudian dihasilkan khilafah sebagai sistem dan khilafah sebagai definisi. Maksudnya bagaimana Kyai?

Gus Ubed: Pembahasan khilafah dalam bahtsul masail Munas-Konbes itu menghasilkan kesimpulan bahwa khilafah ada dua macam; khilafah sebagai sistem dan khilafah sebagai definisi. Khilafah sebagai sistem artinya khilafah sebagai sistem pemerintahan. Dalam literatur pesantren (baca: kitab kuning), kebanyakan mengatakan bahwa satu dunia adalah satu khilafah. Tapi juga ada yang mengatakan tidak.

Sementara khilafah sebagai defisinisi artinya khilafah an-nubuwwah (pengganti kenabian). Jadi, khilafah itu fusngsinya adalah mengganti peran nabi. Peran nabi itu apa? peran nabi itu ri’ayatu ad-din wa siyasatu ad-dunya (menjaga agama dan mengatur dunia-red). Menjaga agama dan mensiasati dunia supaya makmur, supaya bermanfaat bagi manusia itu bagaimana caranya? Nah itu siyasatu ad-dunya. Kalau khilafah sebagai definisi yang artinya sebagai ri’ayatu ad-din wa siyasatu ad-dunya itu merupakan kewajiban. Kalau sebagai sistem di mana satu dunia itu satu khilafah, itu bukan merupakan suatu kewajiban. Di samping itu pada praktiknya, sejak dulu sampai sekarang tidak pernah terjadi sistem negara satu dunia atau khilafah. Hal seperti itu dalam sejarah tidak pernah terjadi. Hanya saja yang mewarnai pemikiran kita itu kan karya fikihnya al-Mawardi.

Pembahasan masalah khilafah dalam kitab-kitab itu larinya ke imamah. Imamatu ad-Daulah. Nah, padahal mendirikan satu imamah untuk satu dunia ini secara faktual sangat sulit sekali. Karena apa, kok sulit diwujudkan? karena perbedaan geografis, kultur, madzhab dan lain sebagainya. Jadi keberagaman hukum juga diakui, hukum Islam (fikih) maupun hukum nasional-internasional itu berbeda-beda.

Nah, oleh karena itu ulama memperbolehkan mendirikan dua imamah yang berbeda-beda. Apabaila disatukan itu sulit koordinasinya, sehigga tidak bisa. Bi asy-syaukah (baca: kekuasaan) jika disatukan oleh seorang imam itu tidak bisa sampai ke bawah, tidak bisa menyeluruh, dan koordinasi urusan dunia juga sulit.
Maka dalam hal ini dua daerah mempunyai dua imamah itu diperbolehkan. Nah, jika ada dua imamah dalam dua daerah itu artinya juga khilafah. Namun khilafah dalam arti secara defisini itu tadi. Jadi kalau mendirikan khilafah sebagai sebuah defisini itu merupakan sebuah kewajiban.

Di mana ada pemerintahan yang menjaga urusan dunia, itu berarti menjalankan suatu kewajiban. Tapi tidak harus satu dunia satu khilafah. Berbeda-beda juga boleh. Di Indonesia itu khilafah umpanya, di Thailand khilafah, itu tidak menjadi masalah.

Ceprudin: Kalau dalam konteks Indonesia sendiri bagaimana Kyai?

Gus Ubed: Yah sekarang Indonesia ini sudah khilafah atau belum? Kalau khilafah secara definisi sudah. Di mana di Indonesia agama sudah diurusi dalam Kementerian Agama. Bagarangkali di sana-sana juga ada yang mengurusi masalah agama. Apalagi kita mempunyai KHI (Kompilasi Hukum Islam) dan lain sebagainya.

Terlepas dari itu semua sudah sempurna dan ideal atau belum, yang jelas di sini agama sudah diurusi. Di Indonesia urusan-urusan keagamaan ini tidak bisa lepas dari pemerintahan. Kita tahulah acara-acara resmi, acara-acara hari besar Islam itu diurusi oleh negara. Kemudian masalah siyasatu ad-dunya (mengatur dunia), itu juga sangat jelas diurusi oleh negara. Jadi Indonesia ini sudah khilafah semestinya, ya khilafah dalam arti definisi tadi, atau imamah. Nah, khilafah seperti ini merupakan suatu kewajiban. Inilah yang dimaksud dalam doktrin Aswaja kita itu, wajaba nasbu al-imami al-adil (kita wajib membangun imamah atau kepemimpinan yang adil). Tentunya asumsi kita adalah adil. Kita memilih orang (untuk jadi pemimpin) ini tentunya asumsi kita itu akan adil. Jika dalam perjalanan pemimpin itu menyimpang, itu sudah persoalan lain.

Ceprudin: Jadi dalam hal ini berarti negara perlu mengambil peran dalam mengurus soal agama?

Gus Ubed: Ya, negara mengambil peran dalam soal agama bukan berarti negara menjadi otoritas keagamaan, tidak. Namun dalam hal ini, hanya mengatur. Sebab mengingat bahwa Islam dalam perkembangannya memiliki banyak madzhab hukum. Dan semua madzhab hukum ini diakui semuanya, dan itu boleh dilaksanakan.

Kalau salah itu, umpanya madzhab hukum itu salah, ya walahum ajrun, ya itu tidak menjadi masalah. Jadi umpanya ijtihadnya salah, satu imam itu salah, misalnya ada yang menyatakan, “lha itu kan salah ko diakui”. Ya salah, ya ndak masalah. Artinya kalau sudah dalam bingkai ijtihad, kita sebagai orang umum itu tidak bisa menilai.

Dan monggo itu kalau mau dilaksanakan dan itu banyak perbedaan. Artinya negara itu harus melindungi semuanya, bukan berarti menetapkan satu dan lain sebagainya. Menetapkan itu kalau ada perselisihan dua pendapat, nah baru ditetapkan satu. Barangkali umpanya masalah nikah, ada madzhab yang tidak perlu wali, terus ada madzhab yang harus ada wali. Nah ini kan timbul perselisihan, di sini baru negara memutuskan. Negara menyatakan, pakai wali saja soalnya pasti keberadaannya pakai wali. Toh madzhab yang ini menjadi sah, dan madzhab yang satunya juga menjadi sah, itu misalnya. Jadi ya negara itu campur tangan, ya dalam mengatur jalannya madzhab-madzhab itu supaya bagaimana tidak terjadi berbenturan.
Sumber NU Jateng

Tidak Paham Dlomir, Spanduk HTI ini Jadi Lelucon di Sosmed

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Bencana yang terjadi di Banjarnegara beberapa waktu lalu (2014) mengundang simpati di berbagai lapiran masyarakat, baik individu maupun kelompok, seperti partai, ormas, dan sebagainya. Termasuk dari salah satu gerakan Islam transnasional yang anti-NKRI turut ambil bagian untuk menarik simpati, yaitu Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Spanduk berwarna hitam putih dan garis jingga pun dibentangkan oleh pihak HTI. Spanduk itu bertuliskan "HIZBUT TAHRIR INDONESIA" pada bagian atas, "Allahummagh Firlahum warhamhum Wa'afihi Wa'fu'anhum" pada bagian tengah, dan "DPD-II HTI BANJARNEGARA ... CP. 081334670290" pada bagian bawah.

Spanduk DPD-II HTI Banjarnegara itu ternyata menjadi bahan lelucon di sosial media dan mendapatkan sindiran di sebuah group facebook "Thariqah Sarkubiyah". Pasalnya seolah HTI mendoakan 'via Spaduk'.

"Mendoakan mayit via tahlil tidak sampai dan bid'ah, tp kalo via spanduk bisa sampai dan tidak bid'ah. Inilah cara HTI. ", tulis Dafid yang mengupload spanduk tersebut.

"Sampai tidaknya silakan hub Contact Person qiqiqi...", tulis Idham Kholid mengomentari.

"enek ae pencitraane"
, tulis akun Aziz Irsyad.

Nitizen juga menyindir soal penulisan do'a tersebut yang ternyata Dewan Perwakilan Daerah (DPD)-II HTI Banjarnegara perlu belajar tentang penggunaan dlomir. Sebab, mereka menulis'wa'afihi' dengan dlomir mufrod, sedangkan yang lainnya menggunakan dlomir jama'.

"Tulisane ae salah....", komentar akun Bocah Angon.

"Itu aja nulisnya salah dasar HTI. Yg lain zhomirnya jama' (HUM) kok yg WA'AFIHI zhomirnya mufrod weqeqeqeqe. .....", sindir akun Ibnu Ma'sud.

" Wa'afihi? Padahal sek sakdurunge marje'e jama' kabeh... Hahahaha", tulis Wajih Harun.

" Nulis aja salah apa lagi suruh baca , makanya HTI membet'ah kan tahlil dll itu.", tulis akun Zainal Arifin.

"harusnya " WA'AFIHIM" bukan WA'AFIHI seperti tertulis di spanduk ... gitu mas ... karena dhomir sebelumnya juga pake jama' ... itu baru bab "dhomir" gimana kalo ngaji bab "KULLU" wuah pasti rameee ... nih ...", tulis akun Masih Dadang Sukendr.

"Allahummaghfirlahum warhamhum Wa'afiihim wa'fu'anhum... dhomir "hum" mbalik ke HTI, ben tobat...", tulis akun Fahmi Ali.

"Sinau nahwu shorofe karo mbah google..... dadi salah kaprah", tulis akun Yaya Suraya.

"Memajang distorsi dan kejahilan di tengah jalan..", tulis akun Kang Aldi.

Penulisan yang benar semestinya menggunakan dlomir jama' semuanya :
اللهم اغفر لهم وارحمهم , وعافهم واعف عنهم
Allahummagh-fir Lahum warhamhum wa'afihim wa'fu 'anhum

Muslimat NU dan Muslimah HTI

Selain diatas, ada "lelucon" lain yang menarik untuk diketahui. Bila di NU ada Muslimat NU, maka HTI pun membuat perkumpulan perempuan-perempuan Islam dengan nama "Muslimah HTI".

Sama-sama ada bagian perempuan-perempuan Islam-nya. Bedanya, NU juga memiliki Fatayat (pemudi-pemudi), dan memberikan nama dengan pengetahuan sehingga menggunakan kata "Muslimat" dalam bentuknya jama', sedangkan HTI memberikan nama "Muslimah" tunggal. .


Penulis : Ibnu Manshur
photo.php?fbid=920629781288506&set=gm.990798137614327&type=1

Wali Songo Bukan Dari Hadlramaut, Kritik Untuk Habib Rizieq

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Didalam pernyataannya dalam acara Haul di Jambi, Habib Muhammad Rizieq Syihab (FPI) menyampaikan kisah hidup (manaqib) Habid Idrus. Habib Rizieq mengajak jamaah agar berhati-hati, karena -menurutnya- saat ini ada upaya menghilangkan jejak Islam di Indonesia.

Habib Rizieq mengatakan, saat ini sejumlah tokoh di Indonesia mau mengubah asal Islam di Indonesia. Sejumlah tokoh, kata Habib Rizieq, mulai mengatakan Islam di Indonesia bukan berasal dari Yaman atau Hadramaut, melainkan dari Iran atau Persia.

"Islam kita ini dibawa para Habib dari Yaman atau Hadramaut. Kalau dari Iran sudah Syiah semuanya kita," tegas Habib Rizieq saat memberikan tausiyah pada haul Habib Idrus bin Hasan Aljufri yang bergelar Pangeran Wiro Kusumo, di Masjid Al-Ihsaniyah Kelurahan Olak Kemang, Kecamatan Danau Teluk, Kota Jambi.

Selain itu, kata dia, ada juga yang mengatakan Islam di Indonesia dari India dan China. "Ini merupakan upaya penghilangan sejarah," pungkasnya.

Pernyataan Habib Rizieq yang tidak didukung oleh data dan bukti arkelogis tersebut mengundang tanggapan dari Nitizen. Salah seorang pengguna facebook, Aqil Fikri (Sarkub) memberikan sanggahan bahwa Wali songo tidak ada yang brgelar Habib dan tidak ada yang langsung dari Hadramaut.

Ia mengatakan, yang datang dari Hadramaut baru terjad pada era VOC. Wali songo memakai gelar lokal dan datangnya dari Samarkand dan China. Memang Wali songo masih keturunan Muhammad al-Muqoddam, namun Abdul Malik sudah pindah ke India dan ratusan tahun tinggal disana serta anak cucunya pergi ke kawasan China, Champa dan Nusantara.

Jikalau dikatakan bahwa Wali Songo datang dari Hadramaut, ini merupakan bentuk perampasan sejarah. Sebab, menurutnya, bukti arkeologis dan catatan lokal selalu menyebut Gujarat India, Champa, Samarkand dan kawasan Asia Tengah (bangsa Turkistan dan Moghol).

Gelombang 'Hadramaut' datang ke Nusantara pada abad 18 M, sementara Islam di Indonesia sudah besar, bahkan sudah ada pemerintahan sejak abad 15 M. Jadi "gelombang Hadlramaut" terlambat 300 tahun, sementara Wali Songo datangnya dari Champa, China, Samarkand, yang asalnya dari Malibar Gujarat India.

Secara umum masyarakat Islam Indonesia kental dengan nuansa tasawuf melalui berbagai tarekat, seperti Naqsyabandi, Qodiiriyyah, Syadziliyyah dan Syattariyah yang berkembang di daerah Turkistan/ Asia Tengah/ Samarkand/ India.

Sejarah juga mencatat para Habaib Hadramaut baru datang di medio (pertengahan) 1700-1800 -an, itupun masih di pesisir Jawa. Khusus Jawa, mereka baru datang ke Kauman Wonosobo dari fam Ba'abud tahun 1700 dikala Mataram sudah perang saudara dan melawan VOC.

Secara sistematis Wali Songo datang di awal 1400 dikala Majapahit mulai pudar dan datang dari Champa China, Samarkand Asia Tengah, yang keduanya berasal dari Gujarat India dengan bukti arkeologis dan catatan lokal.

Kritikan diatas terhadap Habib Rizieq membuat tertarik Ustadz Muhammad Idrus Ramli untuk berkomentar. Ust. Idrus Ramli mengatakan bahwa apa yang disampaikan Habib Rizieq mengandung keterputusan sejarah.

"Saya kira catatan ini melengkapi dan menyempurnakan ceramah Ustd Rizieq syihab, yang kurang dan mengandung keterputusan histori", tanggapnya.


Oleh : Ibnu Manshur
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=881283925225017&set=a.101687583184659.3663.100000302542236&type=1

Pendukung FPI Akui Wali Songo Bukan Berasal Dari Hadlramaut

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Pendukung Front Pembela Islam (FPI) melalui fanpage facebook yang dikelola mereka"Dukungan untuk FPI "indonesia tanpa JIL" (Jaringan Iblis La'natullah)" mengakui kebenaran sejarah bahwa Wali Songo tidak berasal dari Hadlramaut (Yaman).

Hal itu tercantum secara jelas dalam tulisan singkat yang dimaksudkan sebagai tanggapan terhadap artikel berjudul "Wali Songo Bukan Dari Hadlramaut, Kritik Untuk Habib Rizieq" yang dimuat dalam media Islam Sunni MMN. Dalam tanggapannya, pendukung FPI mengatakan bahwa datuk ketiga Wali Songo adalah (sayyid) Abdul Malik yang lahir di Hadlramaut tetapi pindah ke India.  

"Datuk ketiga sembilan orang waliyullah tersebut adalah Sayid Abdulmalik bin ‘Alawi, lahir dikota Qasam, sebuah kota di Hadramaut/Yaman Selatan, sekitar tahun 574 H. Beliau meninggalkan Hadramautpergi ke India bersama rombongan para Sayid dari kaum ‘Alawiyyin (julukan keturunan Nabi saw yang dari Hadramaut/yaman selatan). Di India beliau bermukim di Nashr Abad.", tulisnya.

Apa yang ditulis pendukung FPI pada dasarnya senada dengan yang disampaikan oleh Aqil Fikri (Sarkub) bahwa memang silsilahnya dari Muhammad Al-Muqaddam (Hadlramaut) tetapi sudah pindah ke India dan ratusan tahun di India.

"Memang Wali songo masih keturunan Muhammad al-Muqoddam, namun Abdul Malik sudahpindah ke Indiadan ratusan tahun tinggal disana serta anak cucunya pergi ke kawasan China, Champa dan Nusantara.", tulis Aqil.

Pada dasarnya apa yang ditulis pendukung FPI dan Aqil Fikri (Sarkub) adalah sama sehingga dapat dikatakan bahwa Wali Songo memang bukan berasal dari Hadlramaut (secara langsung). Darimana asal Wali Songo? J

1. ...Hadlramaut > Nusantara [TIDAK TEPAT]
2. ...Hadlramaut > India > China, Champa, Nusantara [BENAR]

Pendukung FPI mungkin akan mengatakan "Iya dari India, tetapi asalnya dari Hadlramaut". Jika demikian, maka yang benar tentunya berasal dari India, sedangkan bila mau di urut tentunya asal muasalnya dari Bashrah (sebelum ke Hadlramaut), lebih jauh lagi dari Makkah.

Kesimpulannya, tuduhan fitnah terhadap media Islam MMN ternyata hanya ketidak pahaman pendukung fanatik [buta] FPI semata. Sebaliknya, mereka dalam tanggapannya justru melancarkan fitnah dengan tuduhan menyudutkan Islam [baca: pendukung FPI MERASA tersudutkan, bukan Islam yang tersudutkan]. Mungkin saja yang demikian berasal dari otak benci [pinjam bahasa santun ala FPI] terhadap pihak lainnya.

Oleh : Ibnu Manshur
https://www.facebook.com/189344087838616/photos/a.189364361169922.32569.189344087838616/630738917032462/?type=1&fref=nf

Tulisan Pendukung FPI yang mengakui Abdul Malik pindah ke India. Abdul Malik menetap di India selama ratusan tahun. Dari India kemudian menyebar ke China Champa hingga Nusantara

Tujuan Melepas 'Tali Pocong' Pada Jenazah

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Betul kalau orang wafat melepaskan segalanya. Memang bukan ia sendiri yang menanggalkannya. Tetapi pihak keluarga perlu mencopot segala yang melekat pada tubuh jenazah mulai dari pakaian luar-dalam, sepatu, dasi, juga ikatan gesper, bermerk atau tidak, belanja di pasar swalayan atau loakan. Pokoknya dicopot. Pertama, memudahkannya untuk mandi jenazah.

Kedua, moga-moga saja calon ahli kubur ini dilonggarkan dari segala kesulitan. Selain pakaian, perlu juga melepas apa saja yang menggantung, tersemat, atau melingkar seperti kalung, cincin, gelang, atau anting termasuk tali ikat kain kafan.

Bolehlah kita amati keterangan Syekh Romli dalam Nihayatul Muhtaj.

فإذا وضع الميت في قبره نزع الشداد عنه تفاؤلا تحل الشدائد عنه، ولأنه يكره أن يكون معه في القبر شيء معقود وسواء في جميع ذلك الصغير والكبير
"Bila mayit sudah diletakkan di kubur, maka dilepaslah segenap ikatan dari tubuhnya berharap nasib baik yang membebaskannya dari kesulitan di alam Barzakh. Karenanya, makruh hukumnya bila mana ada sesuatu yang mengikat bagian tubuh jenazah baik jenazah anak-anak maupun jenazah dewasa."

Terus buat apa melepas ikat tali kafan jenazah anak kecil. Dia kan belum punya dosa? Syekh Ali Syibromalisi dalam Hasyiyah atas Nihayah menyebutkan, mencopot segala ikatan dari tubuh memang tidak mesti bertujuan melonggarkannya dari siksaan dosanya. Tetapi juga untuk perlu untuk menambah kesejahteraannya di kubur.

لايقال: العلة منتفية في حق الصغير لأنا نقول التفاؤل بزيادة الراحة له بعد فنزل ما انتفى عنه من عدم الراحة منزلة رفع الشدة
"Kendati demikian, kita tidak bisa mengatakan bahwa illat melepas tali pengikat jenazah sudah tidak berlaku pada jenazah anak kecil mengingat ia belum punya dosa yang menyusahkannya di alam kubur. Pasalnya, kita bisa berkata bahwa “berharap nasib baik” dimaknai sebagai tambahan kebahagiaan bagi jenazah si kecil, satu tingkat di atas pembebasan dari kesulitan kubur. Karena, illat tiada kebahagiaan yang hilang dari jenazah itu, menempati pembebasannya dari kesulitan."

Artinya, ini juga berlaku untuk orang-orang suci tanpa dosa untuk menambah hiburan-hiburan yang membahagiakan dan meramaikan kuburnya yang sepi.

Sementara perihal roh jenazah yang bergentayangan mengganggu orang-orang hidup untuk meminta dilepaskan tali kafannya? Wallahu a’lam.

Oleh : Ustadz Alhafiz K (nu.or.id)

Ketua Riset Universitas King Abdul Aziz Ikut Muludan di Jatim

$
0
0
Surabaya, Muslimedianews.com~ Masjid Al-Akbar Surabaya menghadirkan DR Syaikh Muhammad bin Ismail, Senin (26/1/2015) siang. Ketua Riset dan Kajian Islam Universitas King Abdul Aziz dari Makkah ini sengaja didatangkan dalam rangkaian daurah ma'ahid dan maulid Nabi Muhamammad SAW. Ia menyampaikan hikmah maulid dalam rangka memperkuat ukhuwah Islamiyah.

Syaikh Muhammad menyampaikan, materi esensi persatuan umat Islam dari masa ke masa. Ia menegaskan, kelahiran Nabi Muhammad SAW membawa kegembiraan. "Demikian juga Nabi Muhammad mampu membawa kebanggaan sekaligus menjadikan Islam sebagai jawaban yang benar," katanya di hadapan ribuan peserta.

Momentum peringatan maulid merupakan sarana untuk saling mengingatkan kepada umat Islam akan tantangan di depan mata, khususnya di era globalisasi. Di antara sikap yang harus dipegang teguh khususnya sebagai refleksi maulid adalah sabar, introspeksi diri, memuliakan ulama serta membaca al-Qur'an dan hadits.

"Berusahalah untuk sabar," kata Syaikh Muhammad. Baginya, kesabaran adalah kunci kebahagian dan juga sebagai jawaban atas berbagai kesulitan hidup yang dihadapi umat.

Pesan berikutnya adalah melakukan koreksi dan perbaikan khususnya bagi diri sendiri. Karena dalam ceramah yang menggunakan bahasa Arab sebagai pengantar ini, perbaikan sejati hanya dapat dilakukan dengan mengawali dari diri sendiri. "Tanpa itu jangan berharap ada perubahan di keluarga, masyarakat serta bangsa dan negara," tegasnya.

Cinta kepada ulama dan santri adalah di antara hal yang disampaikan. Baginya, memuliakan para ulama dan santri termasuk di dalamnya kitab-kitab ulama terdahulu adalah wujud dari penghargaan kepada para pewaris nabi.

Dalam kesempatan tersebut, Syaikh Muhammad juga mengingatkan hadirin untuk berhati-hati terhadap sejumlah kalangan yang gemar berfatwa masalah keagamaan namun yang bersangkutan tidak memiliki pengetahuan yang cukup.

"Orang seperti ini malah membanggakan dirinya sendiri dan cenderung menganggap pendapat orang lain salah," katanya. Padahal dengan berfatwa, akan banyak masyarakat yang mengikuti pendapat yang disampaikan. Akibatnya, kian banyak orang yang sesat akibat pandangan tersebut, lanjutnya.

Daurah ma'ahid dan maulid diikuti alumni kampus di Saudi Arabia, utusan pondok pesantren dan takmir masjid se Jawa Timur, juga masyarakat umum.

Tampil sebagai moderator adalah Kasi Haji Kemenag Srabaya Drs H Farmadi Hasyim, dan Ustadz Saiful Islam dari pesantren Al-Khoziny Sidoarjo sebagai penerjemah. (Syaifullah/Alhafiz K)

sumber nu.or.id

Menag RI : Semoga NU Terus Menjadi Motor Penggerak

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin menyampaikan pesan khusus kepada ormas Nahdlatul Ulama (NU) yang merayakan Harlah ke-89. NU Sebagai organisasi terbesar tentu menjadi tumpuan dan harapan pemerintah untuk menjaga kerukunan antar agama di Indonesia.

“Semoga NU terus menjadi motor utama dalam menjadikan Indonesia sebagai kiblat bangsa dunia dalam melihat implementasi ajaran Islam yang menebarkan kedamaian di tengah kemajemukan,” ujar Lukman, seperti dilansir, dalam situs resmi, Republika, Kamis (29/1).

Ia berharap, NU terus menjadi organisasi pelopor, yang terus menebarkan benih kedamaian di tengah budaya masyarakat yang beraneka ragam. Politisi PPP ini turut mendoakan agar NU terus menjadi organisasi motor penggerak yang mengimplementasikan ajaran kedamaian.

Menurut dia, kiprah ormas bentukan KH Hasyim Asy’ari ini menunjukkan kualitasnya sebagai perawat nilai-nilai keindonesiaan. (Agus Baha’udin Anwar).

Sumber Republika via Lakpesdam


Alasan Dilarang Shalat Ba'da Shubuh dan 'Asar

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Ibadah Salat, baik yang wajib maupun sunah, dilakukan secara tasyri’ (hal-hal yang disyariatkan oleh Allah melalui Nabi Muhammad Saw). Salat juga sudah ditentukan waktu pelaksanaannya, kecuali salat sunah mutlak (seperti salat Hajat, salat Istikharah, salat Tahiyat al-Masjid dll), maka boleh dilakukan kapan saja.

Namun khusus salat Ratibah (salat yang mengiringi salat wajib, baik sebelum atau sesudahnya) yang setelah Ashar atau Shubuh tidaklah diperbolehkan. Diriwayatkan:

عَنْعُمَرَ أَنَّ النَّبِىَّ نَهَى عَنِ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَشْرُقَالشَّمْسُ،وَبَعْدَالْعَصْرِحَتَّى تَغْرُب (رواه أحمد والبخارى ومسلم وابن ماجه والترمذى والنسائى وأبو داود وابن خزيمة)
“Ada seorang sahabat Nabi Saw yang setelah Ashar melakukan salat sunah Ba’diyah, maka dimarahi oleh Sayidina Umar, beliau berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Saw melarang salat sunah setelah Ashar” (Riwayat Ahmad No 28445)
Larangan tersebut berdasarkan hadis:

عَنْ عَلِىٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ لاَ يُصَلَّى بَعْدِ الْعَصْرِ إلاَّ أَنْ تَكُونَ الشَّمْسُ بَيْضَاءَ مُرْتَفِعَةً (رواه أحمد وأبو داود والبيهقى عن على
“Janganlah salat setelah Ashar kecuali jika kamu salat sementara matahari telah tinggi (maksudnya tenggelam / Maghrib)” (HR Ahmad No 610 dan Abu Dawud No 1274, hadis ini juga banyak memiliki jalur riwayat)

Apa alasannya? Rasulullah Saw bersabda

لاَ تُصَلُّوا عِنْدَ طُلُوعِ الشَّمْسِ فَإِنَّهَا تَطْلُعُ بَيْنَ قَرْنَىْ شَيْطَانٍ وَيَسْجُدُ لَهَا كُلُّ كَافِرٍ وَلاَ عِنْدَ غُرُوبِهَا فَإِنَّهَا تَغْرُبُ بَيْنَ قَرْنَىْ شَيْطَانٍ وَيَسْجُدُ لَهَا كُلُّ كَافِرٍ (أخرجه أحمد رقم20181 وابن خزيمة رقم 1274
“Janganlah salat ketika terbit matahari (setelah Shubuh), Sebab matahari terbit diantara dua tanduk syetan dan setiap orang kafir sujud kepadanya. Dan jangan salat ketika tenggelam matahari (setelah Ahar). Sebab matahari terbenam diantara dua tanduk syetan dan setiap orang kafir sujud kepadanya” (HR Ahmad No 20181, Ibnu Khuzaimah No 1274, dan diriwayatkan melalui banyak jalur). 
 
Wallahu A’lam.

Sumber AswajaNUJatim

Kejadian Nyata, Batang Pohon Kurma Merintih Seperti Anak Kecil

$
0
0

Muslimedianews.com ~ Kejadian yang tidak lazim bagi orang-orang dianggap sebagai kejadian aneh atau tidak masuk akal. Dan mungkin cerita berikut ini akan  dianggap cerita takhayul oleh orang-orang bodoh.

 حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الوَاحِدِ بْنُ أَيْمَنَ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَانَ يَقُومُ يَوْمَ الجُمُعَةِ إِلَى شَجَرَةٍ أَوْ نَخْلَةٍ، فَقَالَتِ امْرَأَةٌ مِنَ الأَنْصَارِ، أَوْ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَلاَ نَجْعَلُ لَكَ مِنْبَرًا؟ قَالَ: «إِنْ شِئْتُمْ» ، فَجَعَلُوا لَهُ مِنْبَرًا، فَلَمَّا كَانَ يَوْمَ الجُمُعَةِ دُفِعَ إِلَى المِنْبَرِ، فَصَاحَتِ النَّخْلَةُ صِيَاحَ الصَّبِيِّ، ثُمَّ نَزَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَضَمَّهُ إِلَيْهِ، تَئِنُّ أَنِينَ الصَّبِيِّ الَّذِي يُسَكَّنُ. قَالَ: «كَانَتْ تَبْكِي عَلَى مَا كَانَتْ تَسْمَعُ مِنَ الذِّكْرِ عِنْدَهَا»
"Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid bin Aiman. Dia berkata:”Saya mendengar dari ayahku, yang bersumber dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhuma bahwa; Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pada suatu hari Jum’at berdiri (khutbah) pada sebuah pohon atau pohon kurma, kemudian ada seorang perempuan atau lelaki dari Anshar mengatakan: "Wahai Rasulallah... perkenankanlah kiranya kami membuatkan untukmu sebuah mimbar?” Beliau Saw. menjawab: "Kalau kalian mau…(silahkan-pent)". Maka kemudian mereka membuatkannya sebuah mimbar itu untuk Nabi.

Ketika hari Jum’at tiba, nabi menaiki mimbar itu, dan tiba-tiba pohon kurma itu menjerit dan menangis seperti jeritan anak kecil, maka Nabi-pun turun dari mimbarnya kemudian memeluk erat pohon kurma itu, ia pun merintih seperti rintihan anak kecil yang ingin ditenangkan. Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhuma berkata; “Pohon kurma itu menangis atas apa yang ia dengarkan dari isi khutbah Nabi itu yang berada disisinya”.
"

Cerita diatas termaktub dalam kitab al-Jami' al-Musnad al-Shahih al-Mukhtashar min Umuri Rasulillah wa Sunanihi wa Ayyyamihi (4/173) karya Imam Abu 'Abdillah Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Bukhari al-Ju'fi.

Hadits lainnya,

3585 - حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَخِي، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ بِلاَلٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي حَفْصُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَنَسِ [ص:196] بْنِ مَالِكٍ، أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، يَقُولُ: «كَانَ المَسْجِدُ مَسْقُوفًا عَلَى جُذُوعٍ مِنْ نَخْلٍ، فَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَطَبَ يَقُومُ إِلَى جِذْعٍ مِنْهَا، فَلَمَّا صُنِعَ لَهُ المِنْبَرُ وَكَانَ عَلَيْهِ، فَسَمِعْنَا لِذَلِكَ الجِذْعِ صَوْتًا كَصَوْتِ العِشَارِ، حَتَّى جَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَضَعَ يَدَهُ عَلَيْهَا فَسَكَنَتْ»
... Anas bin malik ra mendengar dari Jabir bin abdillah berkata: "Kondisi masjid Nabi dulu beratapkan dari batang-batang pohon kurma. Nabi jika berkhutbah berdiri ke sebuah batang pohon kurma, namun setelah beliau dibuatkan sebuah mimbar, beliau berkhutbah diatas mimbar tersebut dan tidak lagi dibatang pohon kurma itu. Tapi tiba tiba kami mendengar pada batang pohon kurma itu sebuah suara seperti suara rintihan seekor unta yang sedang hamil 10 bulan, hingga kemudian Nabi saw turun dari mimbarnya, lantas menaruh tangannya pada batang pohon kurma itu hingga batang pohon kurma itu tenang dan diam".


Hasan Bashri jika menceritakan kisah batang pohon kurma ini menangis seraya berkata: ”Wahai manusia. Batang pohon kurma saja merintih merindukan Rasulullah saw meminta beliau agar kembali ke tempatnya… Kalian mestinya lebih merindukan pertemuan dengan Rasulullah saw” [Syarah Assyifa li Mula Ali Al Qari.3/63].

Imam Albaihaqy mengatakan:”Kisah rintihan batang kurma ini adalah kejadian nyata yang secara khusus diceritakan oleh ulama ulama kini dari ulama ulama salaf adalah bukti autentik bahwa terkadang benda mati oleh Allah dibuat memiliki insting seperti hewan. [Fathul Bari 6/603].

Dari Amr ibnu Sawwad, dari Imam Syafi’i, beliau berkata:”Allah tidak memberikan kepada seorang nabi-pun seperti yang diberikan kepada Rasulullah saw.

Aku berkata:”Tapi Dia berikan kepada Isa as mukzijat untuk menghidupkan orang mati?”

Imam Syafi’i menjawab: ”Allah memberikan kepada nabi Muhammad saw suara rintihan batang kurma hingga terdengar, ini lebih besar dari pada yang diberikan kepada nabi Isa as. [sirah masjidin nabawi.116].


Oleh : Kaheel Baba Naheel

Memahami Kembali Masyru'iyyah Ihtifal

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Khutbah Jum'at
 الحمد لله ثم الحمد لله الحمد حمداً يوافي نعمه ويكافئ مزيده، يا ربنا لك الحمد كما ينبغي لجلال وجهك ولعظيم سلطانك، سبحانك اللهم لا أحصي ثناءاً عليك أنت كما أثنيت على نفسك، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن سيدنا ونبينا محمداً عبده ورسوله وصفيه وخليله خير نبي أرسله، أرسله الله إلى العالم كله بشيراً ونذيراً. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد صلاةً وسلام اً دائمين متلازمين إلى يوم الدين، وأوصيكم أيها المسلمون ونفسي المذنبة بتقوى الله تعالى.

Segala Puji bagi Allah Ta'ala atas semua ni'mat yang telah dilimpahkan kepada kita semua. Segala ni'mat yang tidak akan pernah mampu untuk kita hitung. Khususnya ni'mat Iman, Islam serta ni'mat menjadi ummatnya Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam. Sebab, ni'mat menjadi ummatnya Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam adalah ni'mat terbesar yang pernah didambakan oleh Nabi Musa alaihis salam.

Ma’asyiral Muslimin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Sesungguhnya didalam agama Islam terdapat perkara-perkara yang harus diketahui oleh semua muslim. Diantaranya adalah, bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberikan agama Islam dua asas yang agung. Asas Pertama adalah wilayah agama yang tidak mungkin untuk diperdebatkan ataupun dikaji lagi. Dalam wilayah tersebut, pintu ijtihad telah tertutup. Assas Kedua adalah wilayah yang memungkinkan bagi seorang muslim -berdasar kemampuan ilmu agama dan taqwa yang mumpuni (ulama')- untuk berijtihad sesuai dengan pandangan kemashlatan atas perkembangan hidup yang berbeda, baik perbedaan waktu atau tempat. Ijtihad dalam wilayah tersebut, senantiasa terbuka sampai hari kiamat.
Hal tersebut adalah perkara yang benar serta tidak mengada-ada. Diantara dalil untuk asas yang kedua, adalah sabda Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shohihnya dan kitab-kitab hadits yang lain: "Apabila seorang hakim menghukumi satu perkara, lalu berijtihad dan benar, baginya dua pahala. Dan apabila ia menghukumi satu perkara, lalu berijtihad dan keliru, baginya satu pahala".

Hadits tersebutlah yang menjadi dalil, semenjak Rosulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda sampai saat ini dapat kita simpulkan bahwa: Nabi shollallahu alaihi wasallam telah menetapkan bahwa di dalam agama ini memiliki pintu ijtihad yang senantiasa terbuka untuk menghasilkan hukum yang belum pernah dibahas secara jelas dalam al-Qur'an dan asSunnah. Adanya kesempatan ijtihad tersebut, secara tidak langsung juga membuka pintu lain yaitu ikhtilaf (perbedaan). Tidak lain adalah karena; ketika Allah Azza wa Jalla telah mempersilahkan hambaNya untuk berijtihad, maka tidak dapat dipungkiri pula telah mempersilahkan hambaNya untuk berikhtilaf pula dalam persoalan tersebut. Dan ketika Allah Azza waJalla telah menghendaki atas hambaNya dengan membuka pintu Ijtihad dalam persoalan agama, maka secara tidak langsung pun Allah Ta'ala telah membuka pintu khilaf pendapat.

Ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mensyari'atkan wilayah ijtihad dan membuka wilayah ikhtilaf, akan tetapi perlu diketahui bersama bahwa ikhtilaf tersebut adalah ikhtilaf ta'awuni (berbeda namun tetap berdampingan saling membantu), bukan ikhtilaf yang menjadikan perpecahan serta permusuhan antara ummat. Ikhtilaf yang muncul karena ijtihad (antara dua golongan) sama-sama mendapatkan pahala semuanya. Baik ijtihad tersebut benar ataupun tidak. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh sabda Rosulullah shollallahu alaihi wasallam di atas. Apakah keterangan ini masih memunculkan syak atau keraguan wahai saudaraku? apakah masih diantara kita yang meragukan sabda Rosulullah shollallahu alaihi wasallam?!
Hakikat keberadaan ijtihad dan ikhtilaf perlu senantiasa dipahami terus menerus keberadaannya, sebagaimana telah dipahami oleh generasi ummat muslimin terdahulu. Agar tidak menimbulkan fitnah dalam beragama. Karena kesalahan memahami tersebut akan menjadikan kita senantiasa berada dalam ikhtilaf permusuhan, bukan ikhtilaf perdamaian. Sering kita jumpai bersama perbedaan pendapat yang menjadikan antara kelompok saling bermusuhan dengan sama-sama memegang teguh pendapat masing-masing. Padahal, hal tersebut telah bertentangan dengan hikmah Ilahiyyah yang telah diletakkan di dalam Islam, yaitu adanya Ittifaq (kesepakatan) dan Ikhtilaf (perbedaan) dalam Ijtihad.

Dari pemahaman tersebut, seyogyanya bagi kita untuk bersikap tasamuh (toleran) dalam menghadapi perbedaan hasil ijtihad antara kelompok. Sudah sepatutnya bagi kita untuk menjaga lisan kita dari ucapan ataupun klaim yang tidak baik, seperti: menyalahkan, menyesatkan, membid'ahkan atau mengufurkan. Karena hal tersebut sekali lagi mengingkari Ijtihad kelompok lain, yang mana pintu Ijtihad senantiasa terbuka sebagaimana yang dijelaskan oleh Rosulullah shollallahu alaihi wasallam. Lebih-lebih yang harus menjadi teladan adalah apa yang telah dikatakan oleh Imam Syafi'i rodliyallahu anhu: "Pendapatku benar, namun mengandung kemungkinan salah, pendapat yang lain salah, namun mengandung kemungkinan benar".

Ma’asyiral Muslimin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Setiap datang bulan Robi'ul Awwal kita berijtihad dan memandang bahwa yang paling baik dalam menyambut bulan istimewa tersebut adalah merayakan ihtifal dalam rangka memperingati kelahiran Rosulullah shollallahu alaihi wasallam. Kita memandang bahwa dalam bulan mulia tersebut adalah moment yang tepat bagi kita untuk membaca serta menghayati sejarah hidup Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam. Terlebih disaat kesibukan dunia menjadikan ummat lupa dan bahkan terputus dari Sayyidina Rosulillah shollallahu alaihi wasallam. Kita telah berijtihad dalam perkara ini, dan kita pun mengatakan: "ketika ijtihad kita benar, maka bagi kita dua pahala atas Idzin Allah, dan bagaimanapun masih akan tetap mendapatkan satu pahala ketika kita salah".

Namun disisi lain ada kelompok yang mengingkari atas ijtihad kita, bahkan dengan mudahnya mereka ucapkan melalui lisan mereka atas ijtihad kita: bid'ah dan sesat. Sering kita jumpai mengenai hal tersebut perkataan seperti: " Rosulullah shollallahu alaihi wasallam hanya dilahirkan sekali, kenapa musti dirayakan hari kelahirannya setiap tahunnya?". Kita semua mengerti bahwa perkataan tersebut tidaklah masuk dalam persoalan agama, melainkan hanya perkataan biasa baik isi maupun bentuknya. Orang yang mengatakan tersebut pun mengerti sekali bahwa yang dimaksudkannya adalah kelahiran makna hakiki. Dan semua manusia pun mengerti  bahwa Rosulullah shollallahu alaihi wasallam tidak dilahirkan lebih dari satu kali. Dan tidak ada satupun diantara ummat yang merayakan kelahirannya Sayyidina Rosulillah shollallahu alaihi wasallam memiliki pemikiran bahwa ihtifal tersebut merupakan kelahirannya dari ibunya dari awal. Tidak. Melainkan ihtifal kita yang berlangsung setiap tahunnya tidak lain adalah mengingat setelah lupa. Tadzakkur ba'da ghoflah. Tidakkah dunia telah menyibukkan ummat sampai mereka sering lupa hal-hal yang berkait dengan keistimewaan akhlaq Nabi mereka serta keistimewaan lain-lainnya? Dengan ihtifal maulid, membaca siroh nabawi tersebutlah untuk melahirkan kembali ingatan atas keagungan Sayyidina Rosulillah di akal dan di hati kita. Agar kita senantiasa ingat bagaimana akhlaq, mu'jizat serta perjuangan beliau shollallahu alaihi wasallam dalam menyebarkan agama Islam. Yang pada akhirnya, dengan mengingat tersebut menjadikan hidup kita selanjutnya untuk senantiasa bersama Rosulullah shollallahu alaihi wasallam. Apa yang salah dengan perkara tersebut? dengan Ijtihad tersebut?!

Itulah Ijtihad kami. Ketika kami berijtihad, dan ijtihad kami salah, dan ketika kalian berijtihad dan benar, tetap kami mendapatkan pahala satu dan Allah telah memuliakan kalian dengan dua pahala. Lantas apa yang menjadikan kalian ingkar sedangkan diantara kita sama-sama mendapatkan pahala dan perbedaan diantara kita adalah hikmah Ilahiyyah yang telah ditetapkan adanya oleh Rosulallah shollallahu alaihi wasallam? Kalau kita telah mengetahui bahwa di dunia ini ada salah dan benar, maka tidak perlu lagi diperdebatkan. Cukup sama-sama berijtihad, dan bukankah perkara ijtihadi pasti memiliki konsekuensi untuk adanya ikhtilaf?

Untuk itu, orang yang merasa sudah dalam posisi benar harus dapat menerima bahwa dirinya bisa jadi dalam posisi yang salah. Begitupula orang yang dinilai salah bisa jadi dalam posisi yang benar. Dan Rahmat Kasih sayang Allah Azza wa Jalla sangatlah luas dan mempersilahkan kita untuk berada disemua wilayah rahmatNya. Lantas mengapa perlu dipersempit lagi rahmatNya?

Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Ada perkara yang seyogyanya kita ketahui, bahwa diantara kaidah agama Islam yang tidak ada perbedaan antara ulama' adalah: bahwa dalam prinsip dasar dalam hukum atas persoalan yang berbeda terdapat hukum yang berbeda pula. Bisa jadi suatu perkara mubah beralih menjadi haram lantaran ditempuh dengan jalan haram, begitupula perkara mubah bisa menjadi mandub bahkan wajib ketika wasilah perkara tersebut adalah perkara mandub atau wajib. Semua perkara -yang belum disinggung secara jelas dalam alQur'an dan asSunnah- dihukumi sesuai dengan jalan atau wasilah yang berkaitan dengan persoalan tersebut.
Ketika seseorang berkumpul dalam satu perkara dan tidak terdapat hukum di dalam syari'at mengenai nash qoth'i atas perkumpulan tersebut, maka kita lihat kembali wasilah dan ghoyah (hasil akhir) atas perkumpulan tersebut. Ketika hasil akhirnya adalah bertentangan dengan syari'at, yakni terdapat ma'shiyat, mengandung kemungkaran, maka perkara mubah menjadi harom. Adapun ketika kita pandang suatu perkumpulan baru yang belum dikenal baik dizaman shohabat atau tabi'in Rodliyallahu anhum dan generasi setelahnya, namun setelah kita menyaksikan dan memandangnya menghasilkan perkara yang positif, didalamnya terkandung perkara yang diridloi oleh Allah Azza wa Jalla baik terkait dengan perkara mandub atau wajib, maka perkara mubah tersebut akan berubah menjadi sunnah atau wajib. Pengambilan hukum seperti itu telah disepakati oleh para Ulama' semuanya sebagaimana yang telah dibahas dalam perkara adDzaro'i'.

Kembali lagi pada persoalan hukum ihtifal muslimin atas kelahiran Rosulnya. Sering kita jumpai bahwa perkara tersebut dinilai bid'ah, tidak ditemukan di dalam agama sama sekali, baik itu nash di dalam alQur'an ataupun asSunnah. Namun apakah kita tidak memiliki akal? tidak mampukah kita menggunakan akal untuk memandang kembali hasil dari apa yang telah dilakukan oleh sebagian ummat Islam terkait Ihtifal Maulid tersebut? Masihkah ada perkara yang belum dimengerti akan ihtifal maulid -baik yang dilakukan dirumah atau dimasjid- atas agungnya kebaikan yang diraih dengan ihtifal maulid tersebut?

Daripada itu, seyogyanya ketika kita melihat apa yang dilakukan oleh masyarakat baik dari amalan atau aktifitas mereka yang berbeda-beda, maka yang kita kedepankan adalah melihat hasil akhir atas aktifitas mereka. Apakah hasil akhir amalan tersebut sesuai dengan warna keta'atan atau warna kema'shiyatan.

Walhasil, ketika kita berkumpul bersama-sama dimasjid atau di rumah untuk membaca siroh Rosulillah shollallahu alaihi wasallam tidaklah kita menganggap bahwa amal tersebut adalah sunnah yang dinash oleh syari'at secara 'shorih' sebagaimana sholat dzuha atau sholat jum'ah, melainkan kita tetap mengatakan bahwa hal tersebut adalah suatu aktifitas jama'ah yang tampak biasa, namun memiliki atsar (dampak) positif pada agama. Dan ketika kita memandang bahwa aktifitas tersebut memiliki dampak positif yang bermanfa'at, maka kita tidak akan pernah menghukumi hal tersebut adalah keburukan dan kesesatan. Bahkan kita merasa bahwa tatkala kita menutup pintu-pintu kebaikan tersebut, sama halnya kita berkhianat atas hak agama kita. Dan Ihtifal Maulid adalah termasuk pintu kebaikan yang tidak bertentangan dengan syari'at, karena dengannya ummat akan senantiasa memiliki keterikatan hati dengan Nabi Mereka Sayyidina Muhammad shollallahu alaihi wasallam.

Sekali lagi, penjelasan diatas adalah persoalan Ijtihad, yang apabila kita benar, dua pahala yang kita dapat, dan ketika salah, kita pun tetap akan mendapatkan satu pahala. Jadi tidak bisa dengan kemauan sendiri suatu kelompok dengan semaunya menutup sesuatu yang telah dibuka oleh Allah Ta'ala. Semoga kita semua dijaga oleh Allah Ta'ala disetiap aktifitas kita.

أقول قولي هذا وأستغفر الله العظيم لي ولكم...

Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ


Oleh : Ustadz Taufiq Zubaidi
Alumni Madrasah Matholi’ul Falah)

sumber nu pati

Pengusung Khilafah Hanya Bertujuan Materi dan Kekuasaan

$
0
0
Tangerang, Muslimedianews.com ~ Pusat Studi dan Pengembangan NU Santri Tangerang Raya (PSP Nusantara) mengadakan sarasehan kebangsaan bertajuk “Membongkar Bahaya Ideologi Radikalisme dan Terorisme”, Rabu (28/1/2015). Diskusi terbuka ini menguak materi dan nafsu berkuasa sebagai motivasi gerakan gerombolan pengusung khilafah yang tidak lain.

Ken Setiawan dari NII Crisis Center lebih menceritakan pengalamannya saat menjadi anggota Negara Islam Indonesia (NII). Menurutnya, tujuan utama organisasi yang mengusung khilafah Islamiyah adalah materi dan  kekuasaan.

“Dengan keduanya itu, nilai keislaman yang universal tertutupi oleh rasa keinginan yang mendalam. Mereka akhirnya menghalalkan segala cara, proses taqqiyah (pembohongan menyelinap) pun menjadi metode yang diterapkan,” kata Ken dalam sarasehan di pesantren Jabal Nur, Cipondoh, kota Tangerang.

Ken mencontohkan bagaimana perekrutan anggota organisasi pendukung syariat Islam sebagai konstitusi dengan membenturkan calon anggota berpengetahuan keislaman yang minim dan kekurangan dari sistem pemerintahan Pancasila.

“Lalu ujung-ujungnya khilafah islamiyah atau pendirian negara Islam dijadikan sebagai solusi,” tegas Ken pada sarasehan yang dihadiri santri, anggota Ansor, anggota IPPNU, dan masyarakat Tangerang ini.

Hadir narasumber lainnya HM Qustulani dari Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU) Tangerang dan pimpinan pesantren Jabal Nur KH Saeful Millah. Sarasehan ini diadakan untuk membeberkan pemahaman yang utuh perihal keislaman di kalangan generasi muda Indonesia.

Direktur PSP Nusantara Hilman mengatakan bahwa lembaga yang tengah diamanahkan kepadanya bernaung di bawah Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) Tangerang. “Sebab itu, usaha membumikan bahaya radikalisme harus digelorakan demi keutuhan bangsa dan negara di masa depan, khususnya di Tangerang.”

Sementara Kiai Saeful, banyak nilai keislaman yang berbermakna untuk diterapkan dalam kehidupan yang beragam apalagi di Indonesia. Pasalnya, pedoman dasar masyarakat Indonesia mengacu pada demokrasi Pancasila yang mengedapankan asas mufakat.

“Seharusnya, nilai-nilai tersebut diterapkan dalam keseharian tanpa adanya pengafiran atau penyalahan kelompok tertentu atas nama agama,” kata Kiai Saeful.

Senada dengan Kiai Saeful, H Qustulani mengatakan bahwa tipe organisasi yang mengarah pada pragmatisme dan radikalisme ideologi adalah mereka yang mengusung khilafah Islamiyah dan menggugat demokrasi sebagai sistem kafir.

Ia mengingatkan peserta sarasehan untuk tidak tertipu dengan symbol-simbol atas nama agama. Untuk itu, mulai dari sekarang diri, keluarga, saudara serta teman harus dibentengi dari organisasi model seperti itu. (Marwata/Alhafiz K)


sumber nu.or.id

Penjelasan Ulama Kharismatik Betawi tentang Hakikat Bid'ah

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Hingga kini perkara bid’ah masih saja diperselisihkan. Baik dalam teori maupun praktiknya. Sebagian orang menganggap bid’ah sebagai sesuatu yang salah dan harus diluruskan. Dan sebagian yang lain memposisikan bid’ah sebagai suatu kreatifitas yang dibolehkan selama tidak menerjang rambu-rambu al-Qur'an dan as-sunnah.
Mengenai perkara bid’ah ini Muallim Syafi’i Hadzami ulama Betawi menerangkan dengan cukup panjang dalam bukunya Taudhihul Adillah juz tiga. Muallim Syafi’i memulai tulisannya dengan menukil perkataan As-Syatibi dalam kitabnya al-I’tisham begini kalimatnya:

أصل مادة بدع للاختراع على غير مثال سابق ومنه قوله تعالى بديع السموات والأرض اى مخترعهما من غير مثال سابق وقوله تعالى قل ما كنت بدعا من الرسل اى ما كنت اول من جاء بالرسالة من الله الى العباد بل تقدمنى كثير من الرسل ويقال ابتدع فلان بدعة اذا ابتداْ طريقة لم يسبق اليها. وهذا امر بديع يقال فى الشيئ المستحسن الذى لا مثل له فى الحسن.
Kata bada’a pada mulanya menunjukkan arti mengada-adakan sesuatu tanpa ada contoh sebelumnya. Seperti dalam firman Allah ‘بديع السموات والأرض’ (Allah menciptakan tujuh lapis langit dan bumi) maksudnya Dialah Allah yang mengadakan keduanya tanpa ada contoh sebelumnya. Begitu pula firman-Nya dalam ayat ‘قل ما كنت بدعا من الرسل’(katakanlah Muhammad “bukanlah aku ini Rasul yang diutus mula-mula/pertama kali) maksudnya bahkan sebelumku (Muhammad) telah banyak Rasul yang diutus Allah swt. Ddalam bahasa Arab kata bid’ah juga sering digunakan seperti kalimat ‘إبتدع فلان بدعة’ (si fulan telah merintis satu jalan yang belum pernah didahului orang lain). Atau juga dalam kalimat ‘هذا أمر بديع’ (ini adalah perkara yang indah) yaitu perkara yang indah dan belum pernah ada tandingannya. 

Demikian Muallim Syafi’i Hadzami memulai keterangan tentang arti bid’ah dari sisi kebahasaan. Karena kata bid’ah itu berasal dari bahasa Arab maka yang menjadi rujukan juga penggunaan kata tersebut dalam keseharian masyarakat Arab. Selanjutnya dijabarkan bahwa kata bid’ah digunakan untuk menunjuk suatu hasil atu karya.  Sedangkan proses pekerjaannya (berkreasi) dikatkan ibda’.

Dengan demikian bid’ah merupakan hasil pekerjaan yang bisa terkena hukum, bukan hukum itu sendiri. Karena pada hakikatnya hukum syar’i itu cuma lima yaitu wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah. Tidak ada bid’ah di dalamnya. Jadi sangat tidak tepat jika dikatakan “yang begini atau begitu hukumnya bid’ah”. Intinya keterangan ini menegaskan bahwa bid’ah bukanlah termasuk hukum syar’i.

 Adapun secara istilah Muallim Syafi’i Hadzami memberi pemahaman bid’ah sebagaimana dipergunakan dan difahami kebanyakan orang Indonesia sebagai suatu amalan yang tidak ada dalil syara’nya. Bid’ah biasa dijadikan pembanding dengan sunnah yaitu sesuatu yang ada dalil syar’inya.

Selanjutnya Muallim Syafi’i Hadzami menjelaskan rincian macam bid’ah dengan diawali pendapat Imam Syafi’i katanya

البدعة بدعتان بدعة محمودة و بدعة مذمومة فما وافق السنة فهو محمود وماخالفها فهو مذموم
Bida’ah itu ada dua macam. Bid’ah yang terpuji dan bid’ah yang tercela. Maka mana-mana yang sesuai dengan sunnah itulah yang terpuji, dan mana-mana yang menyalahinya itulah yang tercela

Ini merupakan dalil pertama yang digunakan oleh Muallim Syafi’i Hadzami menunjukkan adanya dua macam bid’ah. Penunjukan dalil ini tidaklah sembarangan, mengingat otoritas Imam Syafi’i sebagai salah satu peletak dasar madzhab syafi’i yang telah diakui secara mufakat hasil ijtihadnya.

Guna menguatkan dan menjelaskan rincian bid’ah ini, Muallim Syafi’i Hadzami mengambil satu pendapat lagi dari Al-Baihaqi sebagaimana tersebut dalam manakibnya:

المحدثات ضربان ما احدث يخالف كتابا اوسنة او اثرا او اجماعا فهذه بدعة الضلالة وما احدث من الخير لا يخالف شيئا من ذلك فهذه بدعة غير مذمومة
Segala yang diadakan itu ada dua macam. Sesuatu yang diadakan padahal menyalahi kitab atau sunnah atau atsar ataupun ijma’ maka inilah bid’ah yang sesat. Sedangkan apa-apa yang baik yang  diadakan yang tidak bertentangan dengan tersebut (kitab atau sunnah atau atsar ataupun ijma’) maka itulah bid’ah yang tidak tercela.

Sampai di sini semakin jelas bahwa pemahaman tentang bid’ah sebagai sesuatu kreasi baru tidaklah sesederhana pemahaman hitam dan putih. Karena tidak semua yang baru itu dapat dianggap sesat. Mengingat banyak hal-hal baru yang tidak ada di zaman Rasulullah saw juga baik.

Dalam rangka menklasifikasikan bid’ah Muallim Syafi’i Hadzami memperjelas dengan pendapat Al-Hadidi dalam Syarah Nahjul Balaghah menyatakan yang artinya demikian “lafald bid’ah dipakai untuk dua pengertian. Salah satunya yang untuk menunjukkan sesuatu yang melanggar al-Qur’an dan as-sunnah semisal puasa di hari idul adha ataupu pada hari-hari tasyriq. Karena puasa pada hari-hari tersebut dilarang.

Pengertian kedua, kata bid’ah digunakan untuk menunjuk sesuatu pekerjaan yang dilakukan tanpa dasar nash, namun syara’ membiakannya. Dan kemudian biasa dilakukan oang-orang Islam setelah wafatnya Rasulullah saw. Adapun hadits yang berbunyi “ كل بدعة ضلالة وكل ضلالة فى النار “ setiap bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan masuk neraka dapat diperuntukkan terhadap makna bid’ah yang pertama. Sedangkan perkataan sayyidina Umar as. Sehubungan dengan shalat tarawih berjama’ah yang berbunyi “ إنها لبدعة ونعمت البدعة هي  “ sesungguhnya yang demikian ini bid’ah dan inilah sebaik-baik bid’ah. Dapat diaterapkan pada pemahaman makna bid’ah yang kedua.

Demikianlah pendapat Muallim Syafi’i Hadzami mengenai arti bid’ah sebagaimana diterbitkan dalam bukunya Taudhihul Adillah jilid ke III. Sesungguhnya pengambilan berbagai rujukan ini merupakan bukti betapa luasnya pengetahuan agama Muallim Syafi’i di satu sisi. Dan pada sisi lain menunjukkan ketawadhu’annya sebagai seorang alim yang tidak mau menunjukkan pendapat sendiri selagi masih ada rujukan para ulama.

sumber nu.or.id

Panglima Hizbullah : Pendirian NU Setuju Demokasi yang ...

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Mendengar kata "Hizbullah", segelintir orang tertuju pada sekelompok partai politik dan milisi Syi'ah (Lebanon). Secara harfiah Hizbullah berarti Partai / Kelompok (yang berjuang) di jalan Allah. Istilah Hizbullah pun banyak digunakan oleh umat Islam baik hanya sebagai sebutan semata atau nama untuk kelompoknya yang sedang berjuang di jalan Allah.

Misalnya, Hizbullah di Turki merupakan sekelompok muslim Sunni Turki yang tidak ada hubungannya dengan Hizbullah Lebanon. Hizbullah di Irak, Hizbullah di Mauritania dan sebagainya.

Di Indonesia, nama "Hizbullah" tidak pernah bisa dilepaskan dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan Nahdlatul Ulama. Hizbullah merupakan laskar wadah perjuangan para pemuda Islam di era perjuangan kemerdeakaan Indonesia.

Sosok KH. Zainul Arifin adalah panglima laskar Hizbullah. Nama lengkapnya, Kiai Haji Zainul Arifin Pohan, yang lahir di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara pada 2 September 1909.

Ulama dan pejuang NU ini di nobatkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional. Pada era pendudukan militer Jepang, KH. Zainul Arifin mewakili NU dalam kepengurusan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan terlibat dalam pembentukan pasukan semi militer Hizbullah. Beliau wafat dalam usia 53 tahun pada 2 Maret 1963 di Jakarta.

Ada sepatah kata yang menarik untuk diketahui umat Islam Indonesia, khususnya warga nahdliyyin dari KH. Zainul Arifin (Panglima Hizbullah), sebagai pengingat atau nasehat bagi umat Islam di masa kini. 

KH. Zainul Afirin pernah mengatakan bahwa pendirian Nahdlatul Ulama adalah setuju dengan demokrasi yang dipimpin oleh hikmah kebijaksaan musyawarah.

".. semua orang tahu pendirian NU, yaitu setuju demokrasi yang dipimpin hikmah kebijaksanaan musyarawah", perkataan KH. Zainul Arifin sebagaimana dikutip dan disebarkan oleh fanpage resmi NU Online (28/1/2015).

Pendirian NU tersebut telah diketahui oleh semua orang, sehingga bila saat ini ada orang-orang yang mengaku sebagai bagian dari nahdliyyin tetapi bertentangan dengan generasari awal NU, kemungkinan belum membaca sejarah awal pejuang atau tokoh Nahdlatul Ulama.

  • Oleh : Ibnu L' Rabassa
  • https://www.facebook.com/situsresminu/photos/a.444613145621198.1073741825.421281377954375/779976658751510/?type=1&permPage=1

Alasan Film King Suleiman Tetap Tayang di AN TV

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Penayangan film King Suleiman (Abad Kejayaan) mendapat kecaman dari beberapa kelompok Islam tanah air. Tayangan tersebut disinyalir telah mendistorsi sejarah Islam, merendahkan wanita Islam, dan melecehkan para khalifah.

Kini, tayangan King Suleiman yang saat ini berganti judul menjadi Abad Kejayaan diminta untuk dihentikan. Tak hanya itu, ANTV yang menjadi penanggung jawab dari tayangan tersebut didesak untuk segera menyatakan permohonan maaf secara terbuka kepada umat Islam khususnya dan rakyat Indonesia pada umumnya.

Namun demikian, Ketua Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PBNU, Al Zastrouw menilai permintaan untuk menghentikan tayangan Abad Kejayaan terlalu berlebihan. Menurutnya, Abad Kejayaan bukan film dokumentasi sejarah seperti yang disebutkan sebelumnya, tetapi drama serial fiksi yang berlatar belakang sejarah.

Zastrouw juga mengungkapkan rasa khawatirnya terkait tindakan beberapa kelompok Islam yang meminta penghentian tayangan Abad Kejayaan.

"Kita tidak bisa menghadapi ini secara emosional, apalagi menekan dengan menggunakan intimidasi atau kekuatan massa. Alih-alih bisa mengembalikan citra Islam sebagai agama suci, tapi justru bisa jadi pembuktian bahwa umat Islam itu cengeng, mudah marah, tidak kreatif, dan gampang tersinggung," kata Zastrouw dalam Diskusi Budaya Film Abad Kejayaan: Antara Fiksi, Sejarah, dan Agama, di Kantor PBNU, Kramat, Jakarta Pusat, Sabtu (24/1/2015).

Tak hanya itu, Zastrouw juga menolak penghentian tayangan Abad Kejayaan. "Kami menolak penghentian penayangan serial Abad Kejayaan karena hal ini bisa menghentikan proses kreatif dan menghilangkan momentum dialog mengenai sejarah Islam," tandasnya. (mg1/..)

Sumber JPNN

Bacaan Terkait :

Ketum PBNU Ajak Jalankan Islam Santun untuk Jaga NKRI

$
0
0
Padang, Muslimedianews.com ~ Ketua Umum PBNU Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj mengajak umat Islam di Indonesia untuk menjalankan Islam yang rahmatan lil alamin yang santun untuk selalu menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Menurut dia, pada acara Hari Lahir (Harlah) NU ke-89 di Kota Padang, Kamis (29/1/2015) di Palanta Walikota Padang, NU sebelum kemerdekaan Indonesia diproklamirkan sudah mengeluarkan pernyataan bahwa yang diinginkan adalah negara kebangsaan bukan negara Islam.

Dikatakannya, tahun 1936 Muktamar NU di Banjarmasin sudah menyebutkan bahwa bentuk negara yang akan diwujudkan jika terbebas dari bangsa penjajah (Belanda), adalah negara kebangsaan. Keputusan para ulama yang tergabung di Nahdlatul Ulama tersebut semakin terbukti kebenarannya saat ini.

"Indonesia yang terdiri dari berbagai agama dan keyakinan, seribuan suku bangsa dan puluhan suku bangsa yang besarnya, sudah pasti tidak bisa mendirikan negara berdasarkan agama. Termasuk berdasarkan negara Islam. Jika negara Islam itu terwujud, tentu berbagai konflik tidak terhindarkan," kata Said.

Sebagai perbandingan, kata Said, negara Afghanistan yang 100 persen Islam penduduknya, ternyata tak pernah berhenti dari konflik dan peperangan. Somalia yang juga berpenduduk 100 persen Islam, juga mengalami nasib yang sama. Konflik bersenjata mengakibatkan ribuan orang dibunuh. "Kenapa itu terjadi? Karena mereka tidak mempunyai komitmen bertanah air. Mereka tak mampu menyatukan komitmen membela tanah airnya sendiri," kata Said.

Begitu pula di Irak, tambah Said, yang di masa pemerintahan Saddam Husein sekitar 30.000 orang mati dibunuh. Lalu pemerintahan Saddam Husein ditumbangkan AS. Ternyata tindakan pembunuhan pun malah makin banyak, mencapai angka 700.000 orang. Kini negara-negara di Timur Tengah terus ribut dan tidak mampu menahan diri dari tindakan konflik. Semuanya itu terjadi karena mereka tidak memiliki semangat menyelamatnya tanah airnya.

"Beruntung Indonesia yang merupakan negara kebangsaan. Walaupun ada konflik antar kelompok, seperti di Madura antara Syiah  dengan Sunni, di Banten masalah Ahmadiyah, tapi tidak melebar ke mana-mana. Sehingga masalahnya bisa diselesaikan dan tidak menimbulkan korban jiwa yang banyak.

Kita bersyukur, kata Kiai Said, Islam yang berkembang di Indonesia bukan Islam yang radikal. Islam yang  melalukan tindakan kekerasan untuk mencapai ambisinya. Ormas-ormas Islam besar yang ada di Indonesia, hingga kini tetap menjaga keutuhan NKRI.

Sebelumnya, turut memberikan sambutan Ketua Tanfizdiyah PCNU Padang Yultel Ardi, Tuanku Malin Sulaiman, Rais Syuriah PCNU Padang Sumardi Basyir, MA, Kepala Kanwil Kemenag Sumbar Syahrul Wirda dan Wakil Walikota Padang Emzalmi. (armaidi tanjung/abdulah alawi)


sumber nu.or.id

Maulid Nabi dan Haul Auliya 1-4 Februari 2015 Jawa Tengah

$
0
0
MuslimediaNews.com ~ Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sekaligus Haul Auliyah digelar oleh Pondok Pesantren Sunan Gunung Jati Ba'alawy Kota Semarang. Kegiatan tersebut terdiri dari serangkaian acara yang akan berlangsung mulai 1 Februari sampai 4 Februari 2015.

Pada tanggal 1 akan digelar kirab bendera Merah Putih dan budaya, haul Habib Abdullah Bafaqih bin Muhammad dan pegelarang wayang. Pada tangga 2, pembacaan manaqib dan pentas seni. Pada tanggal 3, khataman al-Qur'an bil-ghoib, mukadaman, ziarah makam habib Hasan bin Thoha bin Yahya.

Dan pada hari terakhir, Deklarasi Pimpinan Wilaya (PW) Mahasiswa Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (MATAN) Jawa Tengah, peringatan Maulid Nabi dan bai'at Thariqat Syadziliyah. (*)

Makam Sahabat Sa'ad bin Abi Waqqash di Guangzhou China

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Kota Guangzhou di China ternyata menyimpan sejarah kebesaran Islam. Di kota yang disebut Khanfu oleh orang Arab ini, Islam pertama kali datang dan berkembang. Kota ini menjadi pusat pengembangan Islam di China karena keberadaan pelabuhan laut internasionalnya.

Menurut catatan resmi dari Dinasti Tang yang berkuasa pada 618-905 M dan berdasarkan catatan serupa dalam buku A Brief Study of the Introduction of Islam to China karya Chen Yuen, Islam pertama kali datang ke Cina sekitar tahun 30 H atau 651 M.

Disebutkan bahwa Islam masuk ke China melalui utusan Khalifah Ustman bin Affan, yang memerintah selama 12 tahun atau pada periode 23-35 H / 644-656 M. Sementara menurut catatan Lui Tschih, penulis Muslim China pada abad ke 18 dalam karyanya Chee Chea Sheehuzoo (Perihal Kehidupan Nabi), Islam dibawa ke China oleh rombongan yang dipimpin Saad bin Abi Waqqash.

Sebagian catatan lagi menyebutkan, Islam pertama kali datang ke China dibawa oleh panglima besar Islam, Saad bin Abi Waqqash, bersama sahabat lainnya pada tahun 616 M. Catatan tersebut menyebutkan bahwa Saad bin Abi Waqqash dan tiga sahabat lainnya datang ke China dari Abessinia atau yang sekarang dikenal dengan Etiopia.

Setelah kunjungan pertamanya. Saad kemudian kembali ke Arab. Dia kembali lagi ke China 21 tahun kemudian atau pada masa pemerintahan Usman bin Affan, dan datang dengan membawa salinan Al Qur’an. Utsman pada masa kekhalifahannya memang menyalin Al Qur’an dan menyebarkan ke berbagai tempat, demi menjaga kemurnian kitab suci ini.

Pada kedatangannya kedua di tahun 650M, Saad bin Abi Waqqash kembali ke China dengan berlayar melalui Samudera Hindia ke Laut China menuju pelabuhan laut di Guangzhou.

Kemudian ia berlayar ke Chang’an atau kini dikenal dengan nama Xi’an melalui rute yang kemudian dikenal sebagai Jalur Sutera. Bersama para sahabat, Saad datang dengan membawa hadiah dan diterima dengan hangat oleh kaisar Dinasti Tang, Kao-Tsung (650-683).

Namun Islam sebagai agama tidak langsung diterima oleh sang kaisar. Setelah melalui proses penyelidikan, sang kaisar kemudian memberi izin bagi pengembangan Islam yang dirasanya cocok dengan ajaran Konfusius.

Namun sang kaisar merasa bahwa kewajiban shalat lima kali sehari dan puasa sebulan penuh terlalu keras baginya hingga akhirnya dia tidak jadi memeluk Islam. Meski demikian, dia mengizinkan Saad bin Abi Waqqash dan para sahabat untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat di Guangzhou.

Oleh orang China, Islam disebut sebagai Yisilan Jiao atau agama yang murni. Sementara Makkah disebut sebagai tempat kelahiran Buddha Ma-hia-wu (atau Rasulullah Muhammad SAW). Saad bin Abi Waqqash kemudian menetap di Guangzhou dan dia mendirikan Masjid Huaisheng yang menjadi salah satu tonggak sejarah Islam paling berharga di China.

Masjid ini menjadi masjid tertua yang ada di daratan China dan usianya sudah melebihi 1300 tahun. Masjid ini terus bertahan melewati berbagai momen sejarah China dan saat ini masih berdiri tegak dan masih seindah dahulu setelah diperbaiki dan direstorasi.

Masjid Huaisheng ini kemudian dijadikan Masjid Raya Guangzhou Remember the Sage, atau masjid untuk mengenang Nabi Muhammad SAW. Masjid ini juga dikenal dengan nama Masjid Guangta, karena masjid dengan menara elok ini yang letaknya di jalan Guangta.

Sebagian percaya bahwa Saad bin Abi Waqqash menghabiskan sisa hidupnya dan meninggal di Guangzhou, China. Sebuah pusara diyakini sebagai makamnya. Namun sebagian lagi menyatakan bahwa Saad meninggal di Madinah dan dimakamkan di makam para sahabat.

Meski tidak diketahui secara pasti dimana Saad bin Abi Waqqash meninggal dan dimakamkan dimana, namun dipastikan dia memiliki peran penting terhadap perkembangan Islam di China.

Pada saat keberangkatan Saad bin Abi Waqqash ke China, dipercaya bahwa satu orang sahabat meninggal di perjalanan. Dia kemudian dimakamkan di satu daerah bernama Hami di bagian barat provinsi Xinjiang. Makamnya kini dikenal sebagai Geys Mazars.

Setelah masa itu, Islam berkembang pesat di China dibanding daerah-daerah lain di luar kawasan Arab. Di negara ini, Islam berkembang melalui perdagangan. Itu sebabnya, Islam berkembang di daerah sekitar pelabuhan dan bandar-bandar besar di berbagai negara.

Selain Guangzhou, salah satu daerah yang menjadi pusat perkembangan Islam adalah Quanzhou. Kota yang menjadi titik awal jalur sutera ini juga menjadi bukti nyata keindahan toleransi antar umat beragam. Di kota ini, pemeluk Islam, Hindu, Budha, Manichaeisme, Taoisme, Nestoriaisme, dan berbagai kepercayaan lain di kota ini hidup damai dan berdampingan.

Quanzhou juga ramai dikunjungi peziarah Muslim dari Arab karena keberadaan makam suci dua orang yang dipercaya merupakan sahabat Rasulullah. Dalam bahasa China, sahabat ini bernama Sa-ke-zu dan Wu-ko-su.

Selain makam, di Quanzhou juga terdapat salah satu masjid pertama yang ada di China, yaitu Masjid Qingjing. Masjid ini dibangun tahun 1009, dan desain masjid ini dibuat berdasar desain masjid di Damaskus, Suriah. Di kota ini juga terdapat sekitar 10 ribu makam orang Arab dengan nama keluarga Guo di Pulau Baiqi, Quanzhou. Makam-makam ini ditulisi dengan huruf China dan Arab.

Makam ini jelas makam orang Islam, dan banyak di antaranya yang ditulisi dengan kata Fanke Mu yang artinya adalah makam orang asing. Ini menjadi bukti banyaknya umat Islam dari luar China yang menetap di kota ini.

Sayangnya kini kejayaan sejarah kota ini hilang begitu saja. Di suatu masa, Quanzhou menjadi kota yang dipenuhi oleh masjid, kuil, dan biara. Namun kini semua itu hilang, dan yang tersisa hanyalah dinding yang nyaris roboh. (*/Ali Sajjad)


Anis Matta Minta Kader PKS Persiapkan Diri Pimpin Indonesia

$
0
0
Jakarta, Muslimedianews.com~ Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta meminta kadernya terutama yang duduk di legislatif untuk mempelajari format koalisi global.

"Kita juga harus meningkatkan keikutsertaan dalam aktivitas politik global, sesama jaringan partai global karena itu kerjasama antar partai perlu dilakukan dari sekarang," kata Anis dalam rapat kerja ke-3 Fraksi PKS DPR RI periode 2014-2019 di gedung Bidakara, Jakarta Selatan, Jumat (30/1/2015).

Dirinya mengaku yakin, dunia akan membentuk format negara dengan model baru seiring perjalanan. Untuk itu dirinya ingin PKS memiliki peran strategis dalam hal tersebut.

"Jangan sampai sewaktu-waktu kita diberikan kesempatan memimpin Indonesia oleh Allah SWT tapi (PKS) tidak dikenal dunia global," kata Anis.

Lebih lanjut dirinya mengatakan, agenda utama internasional yang harus diperhatikan ialah memperjuangkan kemerdekaan Palestina.

"Karena Palestina adalah satu-satunya negara yang saat ini masih dijajah, diluar kewajiban islam itu jg kewajibnan institusi. Kita juga harus terlibat dalam semua proyek perdamaian, kampanye perdamaian dan kampanye antiterois," katanya.

Sumber Tribun News

Jika Anak Bertanya Dimana Allah? Begini Jawabnya

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Risalah kecil ini saya buat mengingat beberapa hari yang lalu ada anak salah seorang kakak saya bertanya kepada kakaknya: "Kak Ridha, Allah itu dimana?" Lalu si kakak yang masih berumur 6 tahun ini menjawab: Allah itu ghaib sayaaang, gak bisa ditanya dimana tempat-Nya." Sungguh bijak jawaban kakak ini, lebih bijak daripada orang-orang dewasa yang mengatakan Allah di atas langit.  Allah bisa dijumpai dengan pesawat jet yang canggih. Laa haulun wala quwwatun illa Billah.

Saya kira bukan adik kakak ini saja yang sering menanyakan Allah kepada ibunya, tetapi anak2 Sodara-sodara juga pasti melakukan hal yang serupa, begitu pula dengan anak saya nanti. Kira-kira apa yah yang akan kita jawab ketika anak kita bertanya; "Dimana Allah?"

Saya kira ini sangat penting, mengingat pendidikan anak mesti kita lakukan sejak dini, terlebih pendidikan tentang Allah. Subhanallah, alangkah bahagianya kita jika tidak hanya ilmu membaca alquran saja yang kita tanamkan kepada anak-anak sejak dini, tetapi ilmu tentang Allah jauh lebih penting, agar kelak anak-anak kita bukan hanya menjadi seorang  hamba yang qur'ani tetapi juga mejadi seorang insan yang robbani.

وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينََ

"Tetapi jadilah hamba yang mengenal Tuhan…" (Al-Baqarah: 79)

Bahagianya kita jika sedari kecil anak-anak kita tidak diajarkan pemahaman yang rosak dan aqidah yang menyimpang tentang Allah. Kata Kak Ulfah: "Kalau kita kenalkan Allah sampai Allah dicintai dan ditakuti anak2 akan aman, tdk berani buat jahat sedang sendiri ataupun ramai...krn cinta dan takutkan Allah kunci segala kebaikan..^^."

Jangan seperti saya kecil dulu, saya kira Allah tempatnya di langit, Allah itu seperti Superman, kalau hujan turun saya kira Allah lagi mandi, kalau ada guntur saya kira Allah sedang geser kursi dan sebagainya. Jadi kalau mau buat jahat, pasti Allah gak akan tahu karena Allah sama kaya' kita. Wal 'iyadzubillah min hadzal fahm. Makanya sekecil apapun kita hindarkan dari Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi segala bentuk dan penyerupaan (tasybih). Jadilah seperti Ridha di atas, seorang gadis enam tahun yang bijak, yang aku yakin bukan hasil didikan biasa yang juga dari orang biasa, tapi ini adalah hasil tarbiyah dari dua orang tua yang luar biasa.  

Untuk memudahkan kita-kita yang awam, maka saya format artikel ini dalam bentuk dialog. Simak dialog antara ibu dengan anak di bawah ini::

Anak: "Ma, Allah itu dimana ci?"

Ibu: "Allah tidak bisa ditanya dengan "dimana" sayaaang, karena Allah tidak bertempat. Bahkan Allah sudah ada sebelum tempat diadakan.

Anak: "Yang ngadakan tempat ciapa Ma?

Ibu: "Allah dong sayaaang."

Anak: "Tapi tadi pagi, adek waktu maulid di cekolah dengal Pak Ustad celita kalau dulu ada calah ceolang cahabat Nabi Muhammad yang punya budak Mah, budaknya ini diculuh jaga kambing, eh tak taunya kambingnya dimakan cama cligala. Padahal  cahabat itu udah belcumpah akan menjadikan kambing itu cebagai hadiah untuk Nabi. Telus cahabat itu malah2  (red:marah2) Ma,  budaknya  didamplat.(red: damprat)"

Ibu: "Terus?"

Anak: "Ci Cahabat itu kecal bangat Mah,. Telus dia mau menjadikan budaknya itu caja cebagai penebus buat kafalat (red:kafarat) cumpahnya yang gak jadi dilakcanakan gala2 kambingnya uda dimakan cligala."

Ibu: "Terus-terus?" *si ibu penasaran*

Anak: "Ci budak akhilnya mendatangi Nabi Muhammad dan ngelapol, kalau dia ingin menebus cumpah na."

Ibu: "Terus Nabi Muhammad bilang apa?"

Anak: "Nabi Muhammad nyuluh manggil budaknya itu. Pas uda datang, Nabi nanyain budak itu Ma."

Ibu: "Nabi nanya apa Dek?"

Anak: "Nabi nanya: "Dimana Allah?" Telus budak itu menjawab: "Di langit"."

Ibu: "Terus budak itu dibebasin?"

Anak: " Iya Mah, budak itu dibebacin cama Nabi gala2 bilang Allah di langit.

Ibu: "Adek sayaaang, dalam agama kita, syarat budak dibebaskan untuk menebus sumpah adalah budaknya harus budak yang mukmin, maksud mamah budak yang beriman, gak boleh budak yang kafir. Jadi Nabi bukan ingin menanyakan tempatnya Allah dimana, tapi ingin mengetest iman si budak tersebut, apakah dia beriman atau tidak."

Anak: "Tapi kenapa nanyanya pakai "dimana Allah" Mah?"

Ibu: "Karena Rasulullah ingin mengetest iman si budak, apakah si budak meyakini Tuhannya adalah Tuhan yang ada di langit; Tuhan yang selalu orang-orang Islam panjatkan doa kepada-Nya itu, atau tuhan yang ada di bumi; tuhan-tuhannya orang-orang musyrik. Kalau tuh budak jawabnya; di bumi, habislah perkara, bukan mukminlah dia, tak jadi bebaslah dia. Tapi kalau  ntuh budak jawabnya di langit, selamatlah tuh budak, maka bebaslah dia"

Anak: "Owh jadi ditanya "dimana", hanya cebagai paladokci (red: paradoksi) aja ya Ma? *Duh nih bocah celat-celat tau pula' dia komparatif*

Ibu: "Kamu pinter sayang, betul sekali. Agar si budak hanya tinggal menjawab apakah yang di bumi atau yang di langit. Tapi maksud Nabi bukan mau menanyakan tempat, namun ada yang lebih penting dari itu; yaitu Tuhan kamu Allah apa berhala? Begitu sayang."

Anak: "Mama ngalang (red: ngarang) ah."

*Gubraaaaaaaaaaaaak  ^%$%%(^%$%#*

Ibu: "Bukan ngarang sayaaang, itu yang diajarin Papa. Lihat dong buktinya; terakhir di akhir dialog, Nabi tanya dirinya siapa kan sama budak itu?"

Anak: "Eh iya Mah betul, adek lupa, telakhil Nabi bilang cama  budak itu: Aku ini ciapa? Telus budak itu jawab: Engkau adalah utusan Allah."

Ibu: "Naaaaaah, itu dia, itukan bukti bahwa sebenarnya Nabi ingin menanyakan syahadat si budak itu, bukan nanyakan tempat Allah dimana dengan sebenar-benar tempat. Sekarang mama tanya sama adek, pasangan dua kalimat syahadat: Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah apa?"

Anak: "Asyhadu an Laa ilaha illAllah"

Ibu: "Nah itulah dia bukti iman, yang menjadi syarat seseorang itu beriman apa tidak, bukan tempat Allah ada dimana. Tahu tempat Allah dimana; bukan syarat iman Dek. Adek kalau mau tahu seseorang itu beriman apa tidak, adek mesti tanya siapa Tuhannya dan siapa Rasulnya? Bukan tanya dimana tempat Tuhannya.

Anak: "Hmmm, tapi adek belum puas. Kila-kila, mamah punya bukti laen gak untuk menguatkan pelkataan mamah." *Nih bocah mirip ane waktu kecil banget Gan, kritis bangat*

Ibu: "Owh tentu.  Bentar yah mama buka kitab dulu. Nah ini dia:

Hadits-hadits ini sama seperti hadits yang adek ceritakan, cuman berbeda jalur periwayatan dan redaksi saja, tapi maksudnya sama, menceritakan budak yang menjaga kambing itu:

   عن ابن جريج قال: أخبرنى عطاء أن رجلاكانت له جارية فى غنم ترعاها وكانت شاة صفى- يعنى غزيرة فى غنمه تلك- فأراد أن يعطيها نبى الله صلى الله عليه وسلم فجاء السبع فانتزع ضرعهافغضب الرجل فصك وجه جاريته فجاء نبى الله صلى الله عليه وسلم فذكر ذلك لهوذكر أنها كانت عليه رقبة مؤمنة وافية قد هم أن يجعلها إياها حين صكها،فقال له النبى صلى الله عليه وسلم: إئتنى بها! فسألها النبى صلى الله عليهوسلم: أتشهدين أن لا إله إلا الله؟ قالت: نعم. وأن محمدا عبد الله ورسوله؟قالت: نعم. وأن الموت والبعث حق؟ قالت: نعم. وأن الجنة والنار حق؟ قالت: نعم. فلما فرغ، قال: اعتق أو أمسك!

Dari Ibnu Juraij, ia berkata: Aku dikhabarkan oleh `Atha`, bahwasanya seorang laki-laki memiliki seorang budak perempuan yang dipekerjakannya untuk mengembalakan kambingnya dan kambing-kambing ini merupakan kambing pilihan – yakni dari kambingnya yang banyak itu-. Kemudian ia bermaksud memberikannya (kambing tersebut) kepada Nabi Saw.. Lalu tibalah binatang buas dan menerkam kambingnya. Si laki-laki kemudian marah dan menampar wajah budak perempuan. Si lak-laki lantas mendatangi Nabi Saw. dan menyebutkan semua yang terjadi kepada Nabi Saw.. Ia juga menyebutkan bahwa ia mesti membebaskan seorang budak yang beriman sebagai kafarah dan ia bermaksud untuk menjadikan budak ini sebagai budak yang dibebaskannya ketika ia menamparnya itu. Maka Rasul Saw. berkata kepadanya: “Datangkanlah ia kepadaku!”. Rasul Saw. kemudian menanyainya (budak wanita): “Apakah engkau bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah?” Ia menjawab: “Iya”. Dan “bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah?” Ia menjawab: “Iya”. Dan “kematian serta kebangkitan adalah sesuatu yang haq?” Ia menjawab: “Iya”. Dan “surga dan neraka dalah haq?” Ia menjawab: “Iya”. Ketika selesai dialog tersebut, Rasul Saw. mengatakan: “Bebaskanlah ia atau tetap bersamamu!” (Hadits riwayat Mushannaf Abdur Razzaq)

Terus mamah masih punya hadits satu lagi, yang ini riwayat Imam Malik:

وَحَدَّثَنِى مَالِكٌ عَنِ ابْنِ شِهَابٍعَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ بْنِ مَسْعُودٍأَنَّ رَجُلاً مِنَ الأَنْصَارِ جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى اللهعليه وسلم- بِجَارِيَةٍ لَهُ سَوْدَاءَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّعَلَىَّ رَقَبَةً مُؤْمِنَةً فَإِنْ كُنْتَ تَرَاهَا مُؤْمِنَةًأُعْتِقُهَا. فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَتَشْهَدِينَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ؟ ». قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ« أَتَشْهَدِينَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ « أَتُوقِنِينَ بِالْبَعْثِ بَعْدَ الْمَوْتِ؟ ». قَالَتْ: نَعَمْ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَعْتِقْهَا».

Disampaikan kepadaku oleh Imam Malik: dari Syihab dari `Ubaidillah Bin Abdullah Bin `Uthbah Bin Mas`ud bahwasanya seorang laki-laki dari kalangan Anshar mendatangi Rasul Saw. ia memiliki seorang budak wanita berkulit hitam dan berkata: Wahai Rasul Saw. sesungguhnya saya mesti membebaskan seorang budak beriman, jikalau engkau melihatnya beriman, maka bebaskanlah ia. Maka Rasul Saw. berkata kepadanya (budak wanita) “Apakah engkau bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah?” Ia menjawab: “Iya”. Dan “apakah engkau bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah?” ia menjawab: “Iya”. Dan “apakah engkau meyakini adanya kebangkitan setelah kematian?! Ia menjawab: “Iya”. Rasul Saw. kemudian mengatakan : “bebaskanlah ia”
 
Anak: "Hiufth panjang bangat Mah.Oleng pala adek baca na"

Ibu: "Yeee, kan adek tadi yang minta dalil. Ckckckck. Nah jadi riwayat yang adek ceritakan tadi harus kita gabungkan dengan riwayat yang ada sama mamah. Setelah kita gabungkan, baru kita ambil kesimpulan. Adeeek, baca hadits itu gak boleh separoh-separoh, gak boleh satu rriwayat saja, tapi harus membaca dan menggabungkan semua riwayat yang berkenaan, agar kita gak salah dan sepihak dalam menyimpulkan. Begitu papah adek bilang.

Adek: "Owh…ai ci.. ai ci… (red:i see.. i see)"

-T A M A T-

Nah begitulah Sodara-sodaraku yang budiman, artikel ini sengaja saya buat dalam bentuk tanya jawab agar lebih mudah dipahami bagi yang awam. Lalu sebenarnya bagaimana bunyi redaksi hadits yang diceritakan oleh si Adek yang bersumber dari ustadnya tadi. Berikut saya cantumkan:

حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَتَقَارَبَا فِي لَفْظِ الْحَدِيثِ قَالَا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ حَجَّاجٍ الصَّوَّافِ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ هِلَالِ بْنِ أَبِي مَيْمُونَةَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ السُّلَمِيِّ قَالَ
بَيْنَا أَنَا أُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ عَطَسَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ فَقُلْتُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَرَمَانِي الْقَوْمُ بِأَبْصَارِهِمْ فَقُلْتُ وَا ثُكْلَ أُمِّيَاهْ مَا شَأْنُكُمْ تَنْظُرُونَ إِلَيَّ فَجَعَلُوا يَضْرِبُونَ بِأَيْدِيهِمْ عَلَى أَفْخَاذِهِمْ فَلَمَّا رَأَيْتُهُمْ يُصَمِّتُونَنِي لَكِنِّي سَكَتُّ فَلَمَّا صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبِأَبِي هُوَ وَأُمِّي مَا رَأَيْتُ مُعَلِّمًا قَبْلَهُ وَلَا بَعْدَهُ أَحْسَنَ تَعْلِيمًا مِنْهُ فَوَاللَّهِ مَا كَهَرَنِي وَلَا ضَرَبَنِي وَلَا شَتَمَنِي قَالَ إِنَّ هَذِهِ الصَّلَاةَ لَا يَصْلُحُ فِيهَا شَيْءٌ مِنْ كَلَامِ النَّاسِ إِنَّمَا هُوَ التَّسْبِيحُ وَالتَّكْبِيرُ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ أَوْ كَمَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي حَدِيثُ عَهْدٍ بِجَاهِلِيَّةٍ وَقَدْ جَاءَ اللَّهُ بِالْإِسْلَامِ وَإِنَّ مِنَّا رِجَالًا يَأْتُونَ الْكُهَّانَ قَالَ فَلَا تَأْتِهِمْ قَالَ وَمِنَّا رِجَالٌ يَتَطَيَّرُونَ قَالَ ذَاكَ شَيْءٌ يَجِدُونَهُ فِي صُدُورِهِمْ فَلَا يَصُدَّنَّهُمْ قَالَ ابْنُ الصَّبَّاحِ فَلَا يَصُدَّنَّكُمْ قَالَ قُلْتُ وَمِنَّا رِجَالٌ يَخُطُّونَ قَالَ كَانَ نَبِيٌّ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ يَخُطُّ فَمَنْ وَافَقَ خَطَّهُ فَذَاكَ قَالَ وَكَانَتْ لِي جَارِيَةٌ تَرْعَىغَنَمًا لِي قِبَلَ أُحُدٍ وَالْجَوَّانِيَّةِ فَاطَّلَعْتُ ذَاتَ يَوْمٍ فَإِذَا الذِّيبُ قَدْ ذَهَبَ بِشَاةٍ مِنْ غَنَمِهَا وَأَنَا رَجُلٌ مِنْ بَنِي آدَمَ آسَفُ كَمَا يَأْسَفُونَ لَكِنِّي صَكَكْتُهَا صَكَّةً فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَظَّمَ ذَلِكَ عَلَيَّ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُعْتِقُهَا قَالَ ائْتِنِي بِهَا فَأَتَيْتُهُ بِهَا فَقَالَ لَهَا أَيْنَ اللَّهُ قَالَتْ فِي السَّمَاءِ قَالَ مَنْ أَنَا قَالَتْ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ قَالَ أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ

Diriwayatkan dari Atho' bin Yassar dari Mu`awiyah Bin Hakam Al Sulamiy: Ketika saya shalat bersama Rasulullah Saw. ada seorang laki-laki yang bersin, lantas saya mendo`akannya dengan mengucapkan yarhamukaLlah. Semua orang yang shalat lantas melihat kepadaku dan aku menjawab: “Celaka kedua orangtua kalian beranak kalian, ada apa kalian melihatku seperti itu?!” Kemudian mereka memukulkan tangan mereka ke paha-paha mereka. Aku tahu mereka memintaku untuk diam, maka akupun diam. Ketika telah selesai Rasul Saw. menunaikan shalat, demi ayah dan ibuku, aku tidak pernah melihat sebelum dan sesudahnya seorang guru yang lebih baik cara mendidiknya daripada Rasul saw.. Demi Allah, beliau tidak menjatuhkanku, tidak memukulku, dan juga tidak mencelaku. Beliau hanya berkata: “Sesungguhnya shalat ini tidak boleh ada perkataan manusia di dalamnya. Di dalam shalat hanyalah terdiri dari tasbih, takbir dan bacaan al Qur`an.” Atau sebagaimana yang dikatakan oleh Rasul saw.. Aku kemudian menjawab: “Wahai Rasul Saw. sesungguhnya aku adalah seorang yang baru saja berada di dalam kejahiliyahan kemudian datang islam. Dan sesungguhnya diantara kami masih ada yang mendatangi para dukun. Beliau berkata: “Jangan datangi mereka!” Aku kemudian menjelaskan bahwa diantara kami masih ada yang melakukan tathayyur (percaya terhadap kesialan dan bersikap pesimistis). Beliau mengatakan: “Itu hanyalah sesuatu yang mereka rasakan di dalam diri mereka, maka janganlah sampai membuat mereka berpaling (Kata Ibnu Shabbah: maka janganlah membuat kalian berpaling). Kemudian ia melanjutkan penjelasan: Aku berkata: dan sesungguhnya diantara kami ada yang menulis dengan tangan mereka. Rasul Saw. berkata: dari kalangan Nabi juga ada yang menulis (khat) dengan tangan, barangsiapa yang sesuai apa yang mereka tulis, maka beruntunglah ia. Dia kemudian berkata: saya memiliki seorang budak perempuan yang mengembalakan kambing di sekitar bukit Uhud dan Jawwaniyyah. Pada suatu hari aku memperhatikan ia mengembala, ketika itu seekor srigala telah memangsa seekor kambing. Aku adalah seorang anak manusia juga. Aku bersalah sebagaimana yang lain. Kemudian aku menamparnya (budak wanita) dengan sekali tamparan. Maka kemudian aku mendatangi Rasul Saw.. Rasul Saw. menganggap itu adalah suatu hal yang besar bagiku. Akupun berkata: “Apakah aku mesti membebaskannya?” Rasul  Saw. menjawab: “Datangkanlah ia kesini!”. Kemudian akupun mendatangkan budak wanita tersebut ke hadapan Rasul Saw.. Rasul Saw. kemudian bertanya: “Dimanakah Allah?”, maka ia (budak wanita) menjawab: “Di langit”, Rasul Saw. bertanya lagi: “Siapa aku?”, maka ia menjawab: “Anda Rasul Allah”. Lalu Rasul Saw. bersabda: “Bebaskanlah ia karena ia adalah seorang yang beriman” (HR. Muslim)

Hehe panjang bukan?! Awas oleng bacanya kaya' si adek.

Hadits ini riwayat Muslim, walaupun dia kuat secara sanad tetapi lemah secara matan. Karena hadits ini adalah hadits idhtirob, yaitu hadits yang berbenturan redaksinya terhadap redaksi hadits dari jalur periwayatan yang lain. Coba lihat hadits Muslim ini yang menggunakan redaksi: "Dimana Allah" dan bandingkan dengan dua hadits lain di atasnya yang menggunakan redaksi  "Apakah engkau bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah?"

Secara konteks, jelas pertanyaan: "Apakah engkau bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah?" lebih tepat daripada pertanyaan "Dimana Allah" dalam membuktikan iman seorang hamba. Artinya apa? Ada kemungkinan besar terjadi perubahan lafal oleh salah satu perawi dalam hadits Muslim. Sebagaimana telah masyhur bahwa Imam Muslim juga terkadang meriwayatkan hadits dengan makna dan bukan dengan teks

Dan jika ditimbang dengan ushul-ushul aqidah kita Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang disimpulkan dari Alquran dan Sunnah, sangat mustahil Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menanyakan tempat Allah dimana, sebab Rasulullah adalah orang yang faham betul bahwa laisa kamitslihi syai'un itu berlazimkan Allah tiada bertempat sebagaimana makhluk bertempat.

Toh kalaupun memang benar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertanya seperti itu, bukan berarti Rasulullah ingin mengetahui tempat Allah sebagaimana yang sudah dijelaskan si ibu di atas tadi, tetapi hanya ingin menguji iman budak tersebut, apakah menyembah Allah atau menyembah berhala.

Lalu kenapa Imam Muslim dengan pedenya menuliskan dalam shohihnya dengan redaksi "dimana Allah"? Apa beliau gak takut dibilang menyamakan Allah dengan makhluk?!

Jawabnya karena Imam Muslim adalah seorang salaf, salaf itu fitrahnya lurus, hatinya bersih, lughahnya fashih, akalnya baligh dan bashirohnya jernih. Ketika mereka mendengar Allah 'di langit', 'tangan' Allah, 'wajah' Allah, 'bayangan' Allah dan sebagainya sebagaimana yang terdapat di dalam nash-nash alquran dan sunnah, mereka tidak memaknakannya secara zhohir, tetapi mereka memaknakannya sesuai dengan yang diridhoi Allah dan yang layak bagi Allah. Inilah yang menyebabkan mereka diam dan tidak banyak komen, karena mereka semua masing-masing sudah tahu bagaimana seharusnya bermua'ammalat terhadap nash-nash mutasyabihat; cukup mengimani saja, yakini datangnya dari Allah, tak perlu ditafsir2kan.

يَقُولُونَ آَمَنَّا بِهِ

"…mereka berkata kami beriman dengan ayat-ayat mutasyabihat…"(Ali Imran:7)

Jadi tidak norak sebagaimana yang terjadi pada sekelompok kaum muslimin saat ini dimana mereka begitu menggembor-gemborkan ayat-ayat mutasyabihat. Sampai-sampai mau  masuk kuliahpun ujian seleksinya yang ditanyanya adalah: "dimana Allah?". Mau dapat beasiswa juga ditanyanya "dimana Allah?" ampe2 mau ngelamar anaknye nanti juga takutnya ntar ditestnya: "dimana Allah?"

Harooom…haroooom…harooom ya Akhi…

Kalimat tanya "dimana Allah?" ini tidak dimasyru'kan dalam syariat. Ini adalah bid'ah terbesar yang pernah ada dimuka bumi.

وكل بدعة ضلالة، وكل ضلالةفي النار

"Setiap yang bid'ah adalah sesat dan setiap yang sesat di neraka" (HR Muslim)

Jangan tergelincir dengan zhohir teks hadits budak riwayat Muslim di atas. Para ulama dan ustadz sudah memberikan tabayunnya.  Bukalah mata kepala kita, buka mata hati kita. Jangan baca satu riwayat saja, jangan baca satu pendapat saja, jangan ikut satu kelompok saja!
 
Kita bukan salaf, tapi hanya bisa mencontoh apa yang mereka perbuat. Namun amal ibadah kita tak akan mampu mengimbangi amal ibadah salaf. Hasil mujahadah kita tak akan mampu menyamai  hasil mujahadah salaf. Begitu pula pemahaman kita terhadap nash-nash alquran tidak akan mampu menyamai pemahaman mereka terhadap nash-nash alquran. Kita hanya mampu membaca alquran sampai kerongkongan saja, sementara mereka sampai kepada hati yang terdalam. Kita memahami 'wajah' Allah hanya sebatas wajah saja, sementara mereka memahami wajah Allah bukan hanya wajah itu, tapi lebih daripada itu, wajah dalam artian sesuatu yang tak terdefinisikan lagi dan tak terungkapkan, maka mereka banyak yang diam, gak banyak komplain dan berkata kepada orang: "Serahkan saja kepada Allah  maknanya" seolah-olah mereka ingin mengatakan hanya Allah yang mampu mengungkapkan maknanya sebab itu 'kata-kata' Allah.

كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا

"…semuanya itu adalah dari Tuhan kita" (Ali Imran:7)

Kita hanya mampu imroruha kama ja'at (melewatinya sebagaimana ia datang), so jangan diapa-apain, jangan ditafsirin, jangan ditakyif, jangan ditasybih dan juga jangan dita'thil, sebab: tafsiruha qiro'atuha (tafsirnya adalah bacaannya) bukan makna zhohir lughawinya.

Apapun yang terlintas di benak kita, maka kembalikanlah kepada ayat-ayat yang muhkamat. Ayat muhkamatlah sebagai ummul qur'an, tempat kita kembali kepada 'ibu' kita ketika kita menemukan problem dan merasakan kesamaran di dalam ayat-ayat mutasyabihat. Ayat muhkamat tempat kita berpedoman dalam membangun ushul-ushul aqidah kita. Adapun ayat-ayat mutasyabihat hanya untuk menguji kita, cukup imani saja  Dan di antara ayat muhkamat itu adalah:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
  
Tidak  serupa dengan-Nya segala sesuatu dan Dia Maha mendengar lagi Maha melihat" (Asy-Syura: 11)

Mafhum dari ayat Asy-Syura di atas adalah Allah tidak sama dengan apapun dalam bentuk apapun,

Maka imamnya ahlul bait Imam Ja'far Shodiq radhiyallahu anhu jauh-jauh hari sudah mengajarkan kepada kita semua suatu rumus agar kelak kita tidak terombang-ambing dalam kebingungan kepikir akan Dzat Allah Subhanahu wa Ta'ala, yaitu rumus:

كل ما خطر ببالك فالله بخلاف ذالك

"Segala apa yang terlintas di benak kamu, maka Allah tidak sama dengan itu"

Wallahu a'lam.
 
 Oleh : Ustadz Haris F. Lubis
Sufi Medan, 25 Maret 2011, Kairo Mesir
Viewing all 6981 articles
Browse latest View live


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>