Quantcast
Channel: Muslimedia News - Media Islam | Voice of Muslim
Viewing all 6981 articles
Browse latest View live

Awas ! Fanpage Palsu Atas Namakan NU Ini Tebarkan Fitnah

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Berbagai upaya dilakukan oleh oknum-oknum pendukung kelompok Front Pembela Islam (FPI) untuk membela Habib Muhammad Rizieq Syihab yang dianggap sebagai Imam Besar versi mereka. Sebuah fanpage mengatas namakan NU pun turut berupaya menggrogoti dan memecah belah warga NU dengan berbagai postingannya.

Salah satunya fanpage bernama "Nahdlatul Ulama NU" yang beralamat di https://www.facebook.com/PenggemarNahdatulUlama. Fanpage Pendukung FPI tersebut juga menganggap diri mereka sebagai NU Garis Lurus (baca: lurus ke Khawarij).

Baru-baru ini fanpage itu berupaya menyerang media Islam Sunni MMN dengan menuduh sebagai media yang suka menyudutkan Islam. Melalui postigannya (29/1/2015) yang berupaya membela Imam Besar mereka soal perdebatan mengenai sejarah Wali Songo, pengelola page tersebut  pun mengutip dari fanpage pendukung FPI lainnya "Dukungan untuk FPI "indonesia tanpa JIL" (Jaringan Iblis La'natullah)".

Fanpage NU Palsu / Pendukung FPI https://www.facebook.com/PenggemarNahdatulUlama/photos/a.452475351471507.115095.450348971684145/871689199550118/?type=1
Fitnah dari page Pendukung FPI yang dikutip https://www.facebook.com/189344087838616/photos/a.189364361169922.32569.189344087838616/630738917032462/?type=1&fref=nf

Sayang, akibat kurang mencermati postingannya, pendukung fanatik [buta] FPI tersebut malah menebarkan fitnah terhadap pihak lainnya. Dan bila dicermati, kedua fanpage pendukung FPI tersebut turut membenarkan bahwa Wali Songo bukan berasal dari Hadlramaut.
Lebih Lanjut, Bukti Otentik Fitnah
Kelakukan oknum FPI tersebut bukan hanya kali ini saja. Dalam postingannya pun kerap kali menyerang cucu pendiri Nahdlatul Ulama KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siraj, dan beberapa tokoh NU lainnya yang dianggap tidak sejalan dengan mereka.

Postingan fanpage tersebut tertanggal 26 Oktober 2014 bahkan memuat berita palsu mengatas namakan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Dalam postingannya bertuliskan sebagai berikut:
NU : Ahok Boleh Jadi Gubernur Jakarta Asal Masuk Islam Dan Penuhi Lima Syarat Ini

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dapat menerima Wakil Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama, menjadi Gubernur DKI Jakarta menggantikan Joko Widodo asalkan masuk Islam dan memenuhi lima syarat utama ....
https://www.facebook.com/PenggemarNahdatulUlama/photos/a.452475351471507.115095.450348971684145/818445391541166/?type=1

Berita palsu tersebut pernah dibongkar oleh MMN pada 27 Oktober 2014 lalu saat dimuat dalam akun mengatas namakan "NU Garis Lurus" https://www.facebook.com/NUGarisLurus . Sumber aslinya berasal dari Republika (4 Maret 2014) dengan judul "NU: Ahok Boleh Jadi Gubernur Asal Penuhi Lima Syarat Ini".
Akun https://www.facebook.com/NUGarisLurus (sudah dihapus) dan sama dengan akun https://www.facebook.com/PenggemarNahdatulUlama

Sumber asli dari Republika yang diubah oleh oknum perusak.
Belakangan akun https://www.facebook.com/NUGarisLurus di non-aktifkan, namun ternyata ada penggantinya https://www.facebook.com/PenggemarNahdatulUlama yang motivasinya tetap sama.


Oleh : Ibnu Manshur

Tarian Sufi Sahabat Di Masa Rasulullah SAW

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Pemain sepak bola yang membobol gawang lawan, macam-macam tingkahnya. Kalau tidak melepas kaos atau menunjuk-tunjuk entah ke arah mana sambil berlari-larian, ia berdiri menari kegirangan berbarengan dengan sempritan panjang wasit. Kegirangan pemain itu tentu disambut pemain satu tim dengan usapan kepala atau rangkulan, sorak supporter, dan jingkrak pelatih mereka.

Wasit pun akan memaklumi aksi macam-macam begini. Karena aksi begitu hanya sebentar untuk kemudian meletakkan bola di tengah untuk melanjutkan kembali permainan secara wajar. Yang tidak wajar itu kalau wasit turut melompat-lompat gembira. Ini akan menyulut kecurigaan pihak lawan. Jangan-jangan wasit sedari awal sudah doyong ke salah satu tim.

Memang begitu. Ketika perasaan sedih, gembira, atau lainnya meluap berkobar-kobar, manusia biasanya akan bertingkah di luar perilaku keseharian. Selagi masih manusia, maka ia bisa dibilang akan melakukan hal serupa baik dahulu maupun terkemudian.

Di masa Rasulullah SAW pun peristiwa serupa terjadi. Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami dalam karyanya Al-Fatawi Al-Haditsiyah, menceritakan sahabat Ja‘far bin Abi Thalib RA yang menari dengan ceria karena hatinya tengah ditenggelamkan rasa gembira luar biasa.

نعم له أصل فقد روي في الحديث أن جعفر بن أبى طالب رضي الله عنه رقص بين يدي النبي صلى الله عليه وسلم لما قال له "أشبهت خلقي وخلقي"وذلك من لذة هذا الخطاب ولم ينكر عليه صلى الله عليه وسلم. وقد صح القيام والرقص في مجالس الذكر والسماع عن جماعة من كبار الأئمة منهم عز الدين شيخ الإسلام ابن عبد السلام
"Tentu. Aksi tarian para sufi ketika perasaannya gembira bukan kepalang, memiliki asal-usulnya. Sebuah hadits meriwayatkan Ja‘far bin Abi Thalib RA menari di hadapan Rasulullah SAW ketika Beliau SAW mengatakan kepadanya, “Rupa dan perilakumu (akhlaqmu) serupa denganku”.

Mendengar indahnya pujian itu, Ja‘far lalu menari. Sementara Rasulullah SAW sendiri tidak mengingkari tarian tersebut. Karenanya berdiri dan menari di majelis-majelis zikir dan tabligh akbar (ngaji kuping), telah sahih diriwayatkan dari banyak ulama besar. Satu di antara mereka Izzuddin bin Abdis Salam.
"

Sebagai ekspresi perasaan manusia, sebuah tarian indah yang lazim berlaku di kalangan suatu kelompok sufi bisa diterima sama sekali. Selagi tidak membuat kericuhan seperti menari sambil melempar botol atau batu, orang-orang di sekitarnya bisa menerima. Wallahu a‘lam.

Oleh : Ustadz Alhafiz K (nu.or.id)

Syaikh Al-Azhar tidak Mengkafirkan Syiah Ibadiyah dan Zaidiyah

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Syaikh al-Azhar Ahmad Tayib dalam mukadimah buku kumpulan makalah hasil seminar ke-5 para ulama alumni al-Azhar Cairo yang dilaksanakan dari tanggal 8-11 Mei 2011 mengatakan: mengapa dilaksanakan seminar tentang Aabu Hasan al-Asyari? Bukankah beliau hidup ratusan tahun yang lalu? Apakah pemikiran beliau masih layak untuk dikonsumsi kita di zaman ini? Apakah ide reformasi pemikiran yang ditelurkan oleh Sang Imam masih dapat dijadikan sebagai obat atas berbagai persoalan umat pada masa kini?

Menurut beliau, lingkungan kehidupan Imam Asyari dengan kehidupan kita saat ini banyak kemiripan. Imam Asyari hidup di tengah-tengah masyarakat yang sedang dalam “kekacauan” ideologi. Umat islam banyak terpecah menjadi berbagai aliran pemikiran. Minimal ada dua kubu ideologi besar (kalam) yang saling bersaing dan keduanya cukup ekatrim, pertama mazhab kalam Hambali yang dianggap terlalu tekstual dan kedua mazhab kalam muktazilah yang terlalu rasional.

Persoalan menjadi semakin rumit ideologi (kalam) didukung dengan kekuatan politik. Bagi yang berada di pucuk kekuasaan, maka ia akan menghantam kelompok lain yang berbeda ideologi. Saat kalam muktazilah mendapat dukungan dari khalifah Abbasiyah, yaitu pada masa Makmun, Muktashim dan Watsiq, mereka memberangus kelompok lain, terutama kelompok Ahlu Sunnah. Para ulama pengikut Ahlu Sunnah yang tidak mau pindah ideologi ditangkap dan dipenjarakan. Sebagian mereka bahkan ada yang dibunuh. Salah satu ulama yang mendapat siksaan ini adalah Imam Ahmad Bin Hambal.

Kondisi berbalik di masak khalifah Mutawakil. Ia memberikan dukungan kepada kalam Ahlu Sunnah dan memberangus kalam Muktazilah. Para ulama yang tidak sependapat dengan ideologi pemerintah dipenjarakan. Jadi yang terjadi seperti balas dendam terhadap ideologi lawan.

Dalam kondisi politik seperti ini, Abu Hasan Al-Asyari datang. Sebelumnya ia adalah pengikut kalam muktazilah. Ia paham betul dengan alur pemikiran mereka. Ia melihat bahwa terlalu mendahulukan akal dari nas, akan berakibat cukup fatal. Banyak kelemahan dari bangunan pemikiran kalam muktazilah. ia banyak memberikan kritikan cukup tajam terhadap pemikiran kalam muktazilah. Selain itu, ia juga memberikan kritikan tajam terhadap mereka yang terlalu ekstrim dalam memegang kalam Hambali.

Abu Hasan al-Asyari melihat bahwa sikap dua kutup yang saling bertentangan dan bahkan saling mengkafirkan hanya akan berdampak negatif kepada umat Islam secara keseluruhan. Mengkafirkan kelompok lain, tidak hanya berdampak pada sikap saling benci, namun juga penghalalan terhadap darah sesama muslim. Alangkah sedihnya jika antara sesama umat Islam saling berperang hanya karena perbedaan aliran pemikiran.

Imam Al-Asyari berusaha untuk mendamaikan dua kelompok tadi. Salah satu proyek pemikiran yang beliau lakukan adalah menghilangkan sifat menghakimi sesama muslim dengan label fasik, kafir dan sejenisnya selama mereka masih dalam wilayah ahlul qiblat

Dalam bukunya “Maqalatul Islamiyin”, beliau banyak mengkaji aliran kalam lain. Beliau memberikan kritikan tajam atas kelompok yang berbeda. Menariknya, beliau tidak menghukumi kafir bagi mereka yang berbeda pendapat kalam dengan beliau. Menurut Dr. Ahmad Thayib bahwa menjelang wafatnya beliau sempat berkata, “Saksikanlah bahwa aku tidak pernah mengkafirkam kelompok lain”.

Umat Islam saat ini terpecah belah menjadi banyak aliran. Sayangnya antara kelompok Islam mudah sekali mengkafirkan kelompok lain yang berbeda aliran. Banyak darah yang tertumpah gara-gara perbedaan pandangan terseut.

Kondisi ini jelas merugikan umat Islam. Umat tercabik-cabik. Padahal sesungguhnya ada titik temu antara mereka, yaitu masih sama-sama ahlul Qiblat. Mazhab kalam Asyari menurut Syekh Ahmad Thayyib tidak pernah memberikan label kafir kepada kelompok lain yang berbeda, termasuk kepada kelomok Syiah dua belas, Ibadiyah (khawarij), Syiah Zaidiyah dan kelompok lainnya. Menurut beliau semua keompok Islam itu masih ahlul qiblah. Jika sikap toleransi kepada sesama kelompok Islam itu bisa terbina, maka perseteruan antar kelompok Islam bisa dihindari.

Al-Azhar sebagai bentang Ahlu Sunnah dengan mazhab Asyariyah mempunyai tanggungjawab moral untuk mengembalikan pandangan Islam yang moderat. Al-Azhar tetap akan konsisten dengan madzhab Asyarinya karena ia dianggap sebagai solusi alternatif terhadap persoalan perpecahan umat yang kian memburuk. Pertanyaannya, jika mazhab kama asyari sangat toleran hingga tidak mudah memberikan label kafir kepada aliran Islam yang masih ahlul qiblah, apakah aliran Islam lain juga akan bersikap sama terhadap paham kalam Asyari? Wallahu alam

Oleh: Wahyudi Abdurrahim
via Suara Al Azhar

Allahu Akbar! Umat Islam Bersatu Lawan Kelompok Garis Keras

$
0
0
Malang, Muslimedianews.com ~ Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang ramah bagi para pendatang ternyata tak selalu menciptakan kondisi nyaman. Beberapa waktu lalu ketenangannya terusik oleh aksi kelompok garis keras pendukung Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Lawang dan Dau yang tiba-tiba ramai di media. Sebelum rentetan peristiwa teror juga menghantui masyarakat setempat.

Atas dasar itu, Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB) Kabupaten Malang bersepakat akan memerangi berbagai kelompok ekstrem di wilayah setempat. Tekad ini muncul dalam Seminar Nasional Melawan Gerakan Islam Radikal yang diadakan GIUB Malang bersama Aswaja NU Center Kabupaten Malang, Rabu (28/1/2015), di Islamic Center Kepanjen, Malang.

“Ada beberapa aksi mencemaskan di Malang (antara lain) bom Gereja Sasana Budaya 24 Desember 1984, DR. Azhari ditangkap 2005, dan bom ATM Karangploso 2014,” tutur Kol. Arm. Totok Imam Santoso, Komandan Korem (Danrem) 083 dalam forum seminar yang dihadiri utusan dari berbagai ormas tersebut.

Totok mengimbau berbagai elemen masyarakat, baik Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, maupun organisasi kemahasiswaan seperti PMII, GMNI, IPNU-IPPNU, dan lainnya, mampu bersinergi dengan pemerintah serta masyarakat dalam menangkal gerakan radikal dan bibit-bibitnya.

Seminar nasional ini menghadirkan sejumlah narasumber, di antaranya Dr KH Cholil Nafis (Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat), Prof Dr Nadirsyah Husen (University of Wolonggong Australia), dan KH Romadlon Chotib (Wakil Katib Syuriah PWNU Jatim).

Acara bertema “Mengungkap Fenomena ISIS di Jawa Timur dan Bahayanya bagi Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara, Serta Upaya Pencegahannya” itu dibuka langsung oleh Bupati Malang Rendra Kresna.

Dalam sambutannya, Rendra mengatakan Kabupaten Malang terkenal di dunia karena ada deklarasi ISIS. Padahal sebelumnya kelompok ekstrem ini ditolak oleh warga. Kabupaten malang, tambahnya, merupakan kabupaten yang pertama kali menolak keberadaan ISIS berada di Indonesia.

Bupati juga mengimbau masyarakat agar tetap damai dan jauh dari intimidasi terutama dalam proses penyelesaian konflik. Ia mendorong warga untuk memberlakukan izin 1 x 24 jam bagi tamu, dan jangan terprovokasi dengan isu-isu.

Hal ini senada dengan pembicaraan Prof Nadirsyah bahwa, isu dan teror yang terjadi di dunia adalah kegilaan dalam memecah belah orang Islam dan negara. “Sehingga kita tidak perlu ikut-ikutan gila," ujarnya. (Red: Mahbib)


sumber nu.or.id

Dahsyatnya Doa Ibu Sembuhkan Kebutaan Bukhari Kecil

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Tahukah? bahwa Imam al-Bukhari atau Muhammad bin Isma'il (pengarang kitab Shahih Al-Bukhari) sewaktu kecil dalam keadaan buta kedua matanya, tetapi Allah memberikannya penglihatan berkat do'a sang Ibu.

Bukhari kecil saat diterpa musibah dengan hilangnya panca indera matanya, sang ibu sangat sedih. Bukhari kecil tidak bisa melihat. Ia buta. Saking sedihnya, pagi sore siang malam sang ibu terus menangis dan berdo'a kepada Allah agar sang buah hati dianugerahkan kembali penglihatannya. Tangisan sang ibu dari relung hati untuk sang buah hati. Ada sebuah ucapan dari sebagaian ulama yang berbunyi, "tidak ada satupun yang bisa menolak takdir, dan do'a seorang ibulah yang, insya Allah, bisa merubah takdir satu ke yang lain,"

Menangis dan pengharapannya kepada Allah yang begitu besar. Sehing ia ditemui oleh Khalilullah nabi Ibrahim alaihissalam dan sang bapak nabi tersebut berkata menyampaikan kabar gembira, "wahai hamba Allah, berhentilah bersedih karena Allah telah mengabulkan do'amu dan mengembalikan sinar mata anakmu,"

Ia terbangun dan lari kekamar sang buah hati. Ia membangunkan dengan hati-hati dan.... ia terkejut, sang buah hati membuka matanya dan memandapati sosok ibunya didepan matanya. Keduanya menangis bahagia. Ibu mendekap sang buah hati dengan tangis haru sesenggukan.

Oleh Dr. Ahmad Umar Hasyim (Ulama Al Azhar)
via Suara Al Azhar

Luas Sempitnya Rizki Bukan Tanda Kemurkaan atau Keridloan Allah

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Tidak semua orang memiliki keluaasan dalam hal rizki. Sebagian orang memiliki kesempitan dalam hal rizki. Beberapa diantaranya ada yang mengeluh dalam kesempitan rizki yang dialami.

Dalam hal ini, Syaikh Ali Jum'ah (Ulama Mesir) mengingatkan bahwa,

Rezeki itu mirip seperti barang ciptaan (ciptaan Allah), jadi tidak bisa ditanya ‘mengapa’.

Maka jika rezeki kita sempit, bukan berarti ini tanda kemarahan Allah. Dan jika rezeki kita luas, bukan berarti juga ini tanda keridhaan-Nya.

Sesungguhnya Allah Swt adalah Dzat Yang Maha Pemberi Rezeki, dan semoga sempitnya rezeki yang kita alami merupakan ujian dari-Nya, untuk melihat seberapa sabar diri kita.


Dikutip via Suara Al Azhar

Indonesia sebagai Darussalam Negara Damai, Ceramah di PP Ahlus Shofa wal Wafa

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Ceramah Maulid Nabi Saw. dari Prof. Dr. KH. Said Aqil Sirajj selaku Ketua Umum PBNU yang berlangsung di Pondok Pesantren Ahlus Shofa wal Wafa Sumo Ketawang Wono Ayu Sidoarjo Jawa Timur (Januari 2015) penting untuk di simak kaum Muslimin, khususnya warga Nahdliyyin.

Dalam rekaman ceramah yang di upload di Youtube (10/1/2015) https://www.youtube.com/watch?v=KcLdtRujRig tersebut, Kyai Said juga memaparkan memaparkan sejumlah lembaga/ponpes wahhabi di beberapa wilayah. Pemaparan tersebut ternyata membuat sejumlah pengikut wahhabi 'kebakaran jidat' maka seperti biasa muncullah tulisan di situs-situs Wahhabi yang berusaha membela diri.

Dalam mauidlatul hasanah-nya, Kyai Said menjelaskan sejarah perlawanan bangsa Indonesia sehingga ada hari Pahlawan. Menurutnya, hari Pahlawan Nasional itu hakikatnya adalah "Hari Pahlawan Nasional NU". Lebih lanjut, Kyai Said menjelaskan latar belakang sebutan negara Indonesia sebagai Darus Salam (Negara Damai) yang diberikan oleh ulama.

Berikut beberapa transkip yang menarik untuk dibaca..:
***
".... Resolusi Jihad Hasyim Asya'ari tanggal 20 Oktober, tanggal 10 November NICA datang, komandannya namanya Brigjend Mallaby dilawan oleh rakyat Sidoarjo, Pasuruan, Mojokerto dan sebagainya..... Brigjend Mallaby mati akibat bom. Siapa yang pasang Bom? Santri Tebuireng, namanya Harun...

Ada (pula) Anshor naik ke atas atapnya Hotel Orien, sekarang (bernama) Hotel Majapahit (untuk) menurunkan bendera Belanda dan mengerek bendera Merah Putih, ditembaki tetapi selamat ...

Tiga pesawat tempur akan mengebom kota Surabaya, tetapi oleh Kyai Abbas Bunten Cirebon dilawan dan dijatuhkan, dengan biji tasbih. Ambil biji tasbih satu persatu, kebetulan ada yg mesinnya rusak, bahan bakarnya habis, awak pesawatnya mabuk, maka pesawat jatuh... Walhasil, Kyai Abbas Buntet, Kyai Wahhab (Hasbullah), Kyai Masykur (Malang) memimpin perang didepan. Jadi, Kyai itu bukan hanya pimpin Istighotsah tetapi juga pimpin perang.

Dan itulah tanggal 10 November terkenal dengan hari Pahlawan Nasional. Sebenarnya kalau terus terang, kalau di lanjutkan "Hari Pahlawan Nasional NU", harus ada NU-nya itu, karena yang perang semua orang NU, gak ada ormas lain, (termasuk) tentara Bung Tomo dari Surabaya, NU juga itu......

Sejak tahun '36, 9 tahun sebelum Merdeka, (pada) Muktamar NU di Banjarmasin memutuskan 'Kami menghendaki (negara) Darus Salam', negara Damai, bukan Darul Islam.

Jadi Nahdlatul Ulama, sejak dahulu (memutuskan) bahwa yang layak, yang pantas, yang pas untuk negara kita adalah negara nasional, negara kebangsaan, bukan negara Islam, bukan negara Katolik, bukan negara Hindu atau Buddha, bukan negara Konghuchu, Darmo Gandul, .... Kaharingan ..., dll, bukan, (tapi) negara Indonesia yang didalamnya (ada) sekian agama. Bukan pula negara Jawa, bukan negara Madura, bukan negara Sunda, bukan negara Melayu, Batak, Dayak, Ambon, Bugis, Banjar, Papua, (tapi) negara Indonesia yang didalamnya ada 1000 suku, yang besar (sekitar) 30 suku. Itulah yang dimaksud oleh ulama / kyai-kyai NU sebagai DARUSSALAM, bukan darul Islam, itu semenjak tahun '36, sembilan tahun sebelum merdeka.

Oleh karena itu, bagi Nahdlatul Ulama bahwa Indonesia negara kebangsaaan berdasarkan Pancasila, UUD '45, menghargai Bhineka Tungga Ika merupakan final, tidak bisa diganggu gugat.

... ini yang diancam oleh (teroris) bernama Abu Jandal (videonya di Youtube), nama lengkapnya Salim bin Mubarak At-Tamimi, ngancam panglima Muldoko, Kapolri, ngancam Banser (NU). .... artinya apa? Mereka (para teroris) itu pengkhianat bangsa. Bagi mereka (teroris), tidak pernah peduli, Indonesia bubar, Indonesia selamat, konflik, perang saudara, terpecah belah, gak peduli bagi mereka. Bagi mereka (yang penting teriak) "Allahu Akbar, Islam"...

Bagi kita tidak, bagi NU tidak, Islam kita amalkan, negara kita bela. Islam Ahlussunnah kita amalkan, keselamatan negara kita bela. Man Laysa Lahu Ardlun, Laysa Lahu Tariikh wa Man Laysa Lahu Tarikh, Laysa Lahu Dzakirah, barangsiapa tidak punya tanah air gak bakal punya sejarah, sejarah itu dibuat karena punya tanah air ... oleh karena itu kita akan mengukir sejarah diatas tanah air..., barangsiapa yang tidak punya sejarah akan terlupakan,...

Mengapa Rasulullah mati-matian pindah ke Kota Yatsrib (Madinah)? karena ingin punya tanah air. Kenapa kita masih mengingat (kerajaan) Majapahit, Pajajaran, Sriwijaya, karena mereka punya tanah air maka ada sejarahnya. Mengapa Qur'an masih cerita Fir'aun (meskipun negatif)? karena Fir'aun punya tanah air. Mengapa Yahudi mati-matian ingin merebut Palestin, dijadikan negara Israel? karena ingin punya tanah air. Oleh karena itu, tanah air harus kita jaga.

Bagi mereka yang ekstrim radikal (teroris) tadi, gak penting tanah air, mau bubar, mau konflik, mau berantakan, mau hilang Indonesia, yang penting (bagi mereka) Islam "Allahu Akbar (jihad)". Sedangkan bagi NU, tidak demikian.  Bagi Nahdlatul Ulama, Islam di amalkan, dan tanah air dibela, di amankan.

...

***
Oleh : Ibnu L'  Rabassa

Mahfudz MD Berkunjung ke Masjid Indonesia Jeddah (MIJ)

$
0
0
Jeddah, Muslimedianews.com ~ Prof. DR. Moh. Mahfud MD, SH (Mantan Menteri Pertahanan di era Presiden Gus Dur dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi) berkunjung ke Masjid Indonesia Jeddah (MIJ) yang terletak di distrik Sarafiyah Kota Jeddah, Arab Saudi. (29/1/2015) Kamis Malam, dalam rangka menghadiri sarasehan bersama Warga Nahdliyyin Arab Saudi.

Masjid Indonesia Jeddah (MIJ) adalah gedung berlantai empat yang menjadi pusat berbagai macam kegiatan sosial dan keagamaan yang diadakan oleh WNI di Arab Saudi. Selain berfungsi sebagai masjid, gedung ini juga merupakan sekretariat dari empat organisasi, Nahdlatul Ulama Cabang Istimewa Arab Saudi, Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Arab Saudi, Gerakan Pemuda Ansor Cabang Istimewa Arab Saudi dan Muslimat NU Arab Saudi. Adapun dalam kesehariannya gedung ini difungsikan sebagai tempat belajar anak-anak yang dikelola oleh Lembaga Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) An-Nasiriyyah bekerja sama dengan PCINU Arab Saudi.

Acara sarasehan yang digagas oleh tiga elemen organisasi, Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Arab Saudi, Pengurus Cabang Istimewa Gerakan Pemuda Ansor (PCI GP-ANSOR) Arab Saudi dan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) Sekolah Indonesia Jeddah (SIJ) digelar dengan tema Doa Bersama Untuk Indonesia

Moehammad Amar Ma’ruf (Pelaksana Fungsi Ekonomi KJRI Jeddah) dalam sambutannya mewakili KJRI Jeddah mengatakan, kedatangan Mahfud ke Masjid Indonesia Jeddah untuk berbagi ilmu tentang keindonesiaan sangat dinanti-nanti.

Dalam pidatonya, Mahfud menyampaikan pentingnya mendukung kebijakan pemerintah. Menurutnya, kritik masyarakat terhadap pemerintah adalah wajar selagi tidak berlebihan “seperti yang terjadi di Indonesia saat ini antara KPK vs Polri, dua-duanya adalah lembaga negara yang harus kita hormati, silahkan mengkritik tapi jangan institusinya, kedaulatan NKRI lebih penting untuk dijaga, jika NKRI terjaga maka WNI yang ada di negara manapun akan merasa nyaman” tuturnya menyinggung isu yang sedang hangat di Indonesia.

Mahfud mengingatkan jika Negara Indonesia adalah negara demokrasi di mana presiden terpilih adalah pilihan langsung dari rakyat yang harus dihormati dan dipatuhi kebijakannya “sittuna sanah bi imamin dzalimin khairun min lailatin wahidatin bila imamin, negara yang selama 60 tahun dipimpin oleh pemimpin yang zalim masih lebih baik dari negara yang sehari tanpa pemimpin” tuturnya mengutip perkataan Pemikir dan Ulama Islam Ibnu Taimiyah.

Adapun menyikapi turbulensi politik yang saat ini sedang terjadi di dalam negeri, Mahfud mengajak berdoa bersama-sama untuk kejayaan dan kelangsungan negara berdaulat Republik Indonesia.
(Ridho El-Qudsy)

Sumber Liputan BMI
Photo : BMISA - Warga Nahdliyyin Arab Saudi bersama Prof. DR. Moh. Mahfud MD, SH -


Harlah ke-5 TV9 NUsantara Bagi-Bagi Souvenir

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Bertepatan 89 tahun NU versi Miladiyah, pada 31 Januari 2015 mendatang, TV9 Tepat berusia 5 tahun sejak dilaunching di tahun 2010 lalu.

Selama 5 tahun, TV9 telah hadir menemani para pemirsa menyuguhkan tayangan televisi yang santun menyejukkan menjadi televisi alternatif bagi keluarga Indonesia.

Berikan tanggapan dan ide kreatif konstruktif terkait program tayangan, jaringan penerimaan, serta penyempurnaan kami agar lebih dicintai para pemirsa Indonesia dan dunia. Kirimkan melalui sms di 081234163329, @tv9nusantara (twitter), Televisi Sembilan (facebook), kiswah.tv@gmail.com (email) atau pos ke alamat kantor TV9, Jl. Raya Darmo 96 Surabaya.

Komentar dan usulan pemirsa terbaik dan paling kreatif, akan mendapatkan souvenir cantik spesial 5 tahun tv9. (Sumber fb TV9)

Mengapa Orang Bodoh Menggambar Nabi Saw. ?

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Aktifitas menggambar pada dasarnya butuh pada inspirasi dan imajinasi sedangkan hal itu diperoleh dari berbagai hal yang pernah dijumpai, baik dari melihat secara langsung, membaca dari sumber tertentu, dan lain sebagainya.

Gambar yang dihasilkan tidak lain merupakan representasi dari ingatan atau imajinasi pembuatnya yang berasal dari apa yang pernah dilihat. Mengapa ada orang diluar Islam menggambar Nabi Muhammad Saw. ?.

Motivasinya memang beragam, salah satunya mungkin karena kebencian. Tetapi mengapa benci dan siapa yang dibenci? Apakah Nabi Muhammad Saw. atau umat Nabi Mumammad?

Sebagai contoh, seorang yg menggambar Nabi Muhammad Saw. dengan bom diatas kepalanya bukankah sangat tidak tepat. Sebab pada masa Nabi tidak ada bom. Gambar itu muncul setelah terjadinya peristiwa pengeboman yang dilakukan oleh segelitir orang yang mengaku umat Nabi, bukan oleh Nabi.

Kalam bijak Habib Ali Zainal Abidin al-Jufri ini akan memberikan gambaran kepada kita, mengapa orang bodoh menggambar Nabi kita?.  Beliau mengatakan,
Maafkanlah kami Ya Rasulallah...

Pada hakikatnya, orang-orang bodoh yang membuat gambar tersebut, bukanlah membuat gambar Engkau. Akan tetapi, mereka membuat gambar apa yang mereka lihat ada pada kami, yang bertentangan dengan ajaran yang Engkau bawa.




Penghina Nabi Berhak Dihukum Mati
Syaikh Yusri Rusdi (ulama Al Azhar) mengatakan :
Seorang penghina Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam., jika ia seorang muslim, maka ia otomatis murtad, kafir. Berhak dihukum mati. Begitu juga seorang non muslim, ia berhak dihukum mati.

Tapi hal itu jika ia hidup di negara Islam, dan kebetulan negara tersebut memakai hukum Islam. Hal itu juga harus diproses dengan pengadilan/hukum yang jelas. Bukan dengan cara anarkis. Dengan logika inilah seharusnya kita memahami perkataan banyak ulama yang disampaikan oleh Ibnu Taimiah dalam bukunya "al-Sharim al-Maslul 'ala Syatim al-Rasul" (Pedang Terhunus bagi Penghina Rasul).
Adapun kejadian Perancis, bisa saja dibenarkan, jika memang ada suatu perintah langsung dari ulil amri suatu negara Islam yang mana dia sudah menyiapkan diri, jika misalnya Perancis mengumumkan perang karena intervensinya tersebut
 

Oleh : Ibnu L' Rabassa
via SuaraAl Azhar

Ma'lumat Rais Akbar PBNU yang Penting Diketahui

$
0
0
Muslimedianews.com ~
Maklumat dari Rais Akbar PBNU*

Pada saat pengarahan pengurus wilayah (PW) dan pengurus cabang (PC) Nahdlatul Ulama se-Jawa Tengah pada malam Ahad 23 Muharram 1436 atau 15 November 2014, Rais Am PBNU Dr. KH. A. Musthofa Bisri menjelaskan butir-butir maklumat Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (al-idarah al-aliyah li nahdlatil ’ulama) sebagaimana tertera di bawah. Beliau berpesan maklumat ini supaya disampaikan kepada seluruh nahdliyyin terutama kepada para pengurusnya.

Maklumat ini dibuat langsung oleh Rais Akbar KH. Hasyim Asy’ary rahimahullah ditujukan kepada ulama ahlussunnah wal jamaah secara umum dan anggota Syuriah NU pada khususnya.

Tertera sebagai maklumat No. 7, kop surat NU, tertulis Sasak Street No. 66 Surabaya. Tertanda: Rais, Katib Awal, Presiden dan Sekretaris Jamiyyah Nahdlatul Ulama, bertepatan dengan Idul Fitri tahun 1355 H.
 
Maklumat tersebut tertulis:

بسم الله الرحمن الرحيم
نشرة
ينشرها الادارة العالية لنهضة العلماء بقلم الفقير الفاني محمد هاشم أشعري الجمباني عامله الرب بلطفه الداني امين الى علماء اهل السنة و الجماعة عموما و اعضاء شورية الجمعية خصوصا.
السلام عليكم و رحمة الله وبركاته
حمدا لله وصلاة و سلاما على رسول الله وعلى اله وصحبه ومن والاه. وبعد : فالادارة العالية لنهضة العلماء انها نظرا لمجيئ العيد الجديد و شهر السرور و الفطر السعيد رأت ان تنبه جميع اعضائها عموما و علمائها و علماء اهل السنة و الجماعة خصوصا مع تعييدهم و تهنئتهم تقبل الله منا ومنكم الصيام و القيام و اعاد علينا و عليكم بالعفو التام الى ثلاث نقط.
النقطة الاولى:
ان الغاية التي ترمى اليها الجمعية هي توحيد صفوف العلماء و ربطهم برابطة واحدة فقد كان لا يخفى عليكم ان الاتحاد و الوئام سلاح قوي يتذرع الناس الى مقاصدهم، و طريق موصل يسلكونه الى حيث غاياتهم. ومما لا شك فيه اننا في عصر ينظر فيه الناس الى الدين نظرة بعيدة عن الاحترام. فحسبنا ان نلتفت قليلا الى الاماكن العامة مثل الطرقات و الاسواق لنعرف كيف ان روح الدين ضعيفة جدا. فكان لزاما على علمائنا ان يسلموا شعثهم و يوحدوا صفوفهم و يؤخروا مقاصدهم الشخصية فيزجوا بانفسهم في سبيل اعلاء كلمة الله تعالى . قال تعالى :” الم أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ ” بلى ان الفتن و المصائب التي منها هذا الضنك الذي يعانيه الناس اليوم انما هي تجارب و اختبارات يمتحن الله بها قلوب عباده ليظهر ايهم صادق في ادعاء الايمان و ايهم كاذب فحكمة الحكيم العليم اقتضت ثقل الحق و خفة الهوى ليهلك من هلك عن بينة و يحيى من حي عن بينة قد تحقق عند كل واحد ان التكاليف الشرعية و ان كانت امورا اعتدالية فهي شاقة على النفس و لا تتلقى الا بالصبر الجميل ولذلك وجب علينا ان نعضدها بالصبر فان فى الصبر خيرا كثيرا اذ حفت الجنة بالمكاره و حفت النار بالشهوات وما من داع الى الله الا وهو يأمر المدعو بشد عقدة الصبر حتى عده رسول الله صلى الله عليه و سلم نصف الايمان . قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” الايمان نصفه صبر و نصفه شكر”. و قال سيدنا عيسى عليه السلام : ” انكم لا تدركون ما تحبون الا بالصبر على ما تكرهون”. و قال سيدنا موسى عليه السلام لقومه: ” استعينوا بالله واصبروا “. فتعاونوا اخواني بركوبكم مطية الصبر على حمل اعباء التكاليف الاجتماعية و لا تسنوا الكسل لانفسكم و لاخوانكم فإنه من سن سنة سيئة فعليه وزرها و وزر من عمل بها الى يوم القيامة.
النقطة الثانية:
ان جمعيتنا في حاجة شديدة الى مساعدة رجالها العاملين قال عز و جل : ” يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ “. فيظهر من هنا ان نصر الله ايانا معلق بنصرنا اياه . فإذا احببنا ان ينصرنا الله وجب علينا ان ننصره اولا وذلك بإعلاء كلمته العليا و الدعوة التامة لها و الدفاع عنها و الذود عن حياضها ولا يحصل ذلك الا اذا حققنا الوعود و العهود و القرارات التى اتفقنا عليها كما هو مكتوب فى القانون الاساسى لجمعيتنا بدون التفات الى مصاعب مادية و خسائر مالية و اثقال و اتعاب شخصية فإن الساعى على الارملة و المساكين كالمجاهد فى سبيل الله و كالقائم لا يفتر و كالصائم لا يفطر و من كان فى حاجة اخيه كان الله فى حاجته حديث صحيح رواه البخاري.
النقطة الثالثة:
ان جمعيتنا المباركة و لله الحمد قد حازت اقبال العوام عليها و ليس ذلك الا لكونها تعمل لمصلحتهم و تسعى لخيرهم دنيا و اخرى و لكونها مؤسسة على خطة سلف الصالح رضوان الله عليهم فيجب على كل واحد من علمائنا ان لا يعزب عن باله هذه القضية المهمة و هي ان اصلاح العوام و ارشادهم و اخراجهم من ظلمات الضلال الى نور الهدى و انشالهم من وهدة الجهالة و الرذالة الى ذروة العلم و الفضيلة كل ذلك محمل على اكتاف علمائنا فإن العلماء امناء الله على عباده كما ورد فى الحديث عن رسول الله صلى الله عليه و سلم ومن ثم فالواجب على علمائنا ان يضاعفوا جهودهم و ان لا يدخروا شيئا من وسعهم من ان يعملوا ما رواه البخارى فى صحيحه عن حذيفة رضي الله عنه انه قال : يا معشر القراء استقيموا فان اخذتم يمينا و شمالا لقد ضللتم ضلالا بعيدا فيلقبوا حينئذ امناء الله على عباده حتى لا يسوغ القائل ان يقول اذا خان الامناء فمن الذي يثقه الناس يا ترى يجب عليهم ذلك و هم متساندون متعاضدون متحالفون في ضلال جمعيتنا نهضة العلماء لما هو معلوم من ان يد الله مع الجماعة . وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ فَآتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْآخِرَةِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ.
تبوايرع، عيد الفطر من سنة 1355
ساسك سترات 66 سورابيا
الإدارة العالية لنهضة العلماء
الرئيس لنهضة العلماء – الكاتب الأول
فرسيدين لنهضة العلماء – سكرتاريس لنهضة العلماء

Berikut Terjemahannya:
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Pujian hanya untuk Allah. Shalawat dan salam semoga melimpah pada Rasulullah, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mencintainya. Sesudahnya (wa ba’du): Bersamaan dengan datangnya hari raya idul fitri Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) perlu mengigatkan tiga hal penting di bawah ini kepada semua anggota NU pada umumnya, para ulama NU, dan ulama ahlussunnah wal jamaah pada khususnya.

Pertama:
Tujuan NU adalah mempersatukan barisan ulama dan mengikatnya dengan satu ikatan. Sungguh tidak diragukan lagi bahwa persatuan dan kesepakatan adalah senjata ampuh yang dimiliki manusia untuk menggapai tujuan-tujuannya, dan jalan yang harus ditempuh untuk sampai pada tujuan-tujuannya. Adalah sesuatu yang tidak diragukan bahwa sesungguhnya kita berada pada suatu masa di mana manusia tidak memuliakan agama. Cukuplah kita sedikit mengamati pada tempat-tempat umum sebagaimana jalan dan pasar, kita akan mengetahui bagaimana ruh agama sangat lemah. Maka suatu keharusan bagi para ulama kita untuk menyelamatkan dari perpecahan dan menyatukan barisan mereka, mengenyampingkan tujuan-tujuan pribadi dan menyediakan diri mereka di jalan Allah untuk meluhurkan kalimat-Nya. Allah SWT telah berfirman yang artinya: “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan: ‘kami telah beriman’ dan mereka tidak diuji? Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut 1-3).

Benar, sesungguhnya fitnah dan musibah yang menyebabkan kesulitan dan kesempitan yang dialami manusia hari-hari ini hanyalah merupakan ujian dan cobaan dari Allah bagi hati hamba-hamba-Nya supaya tampak jelas siapa di antara mereka yang sungguh-sungguh benar dalam pengakuan keimanan dan siapa di antara mereka yang berbohong. Adalah kebijaksanaan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui, Dia telah menciptakan kebenaran itu berat sangganya dan keinginan hawa nafsu itu sangat ringan dan mudah, supaya orang yang binasa (kufur) itu binasa (kufur) dengan bukti yang nyata, dan agar orang yang hidup (beriman) itu hidup (beriman) dengan bukti yang nyata. Setiap orang telah membuktikan bahwa sesungguhnya tugas-tugas syari’at meskipun yang sedang-sedang itu berat bagi nafsu dan tidak dapat diterima kecuali dengan kesabaran yang tidak disertai keluhan.

Sesungguhnya di dalam kesabaran terdapat kebaikan yang banyak, karena surga dikepung oleh hal-hal yang tidak menyenangkan dan neraka dikepung oleh hal-hal yang menyenangkan hawa nafsu. Tidak ada seorang pendakwah kecuali dia memerintahkan untuk memperkuat tali kesabaran. Karena pentingnya kesabaran inilah Rasulullah SAW menganggap sebagai separuh iman. Rasulullah SAW bersabda:“Separuh iman adalah kesabaran dan separuhnya lagi adalah syukur.” Nabi Isa AS berkata: “Sesungguhnya kalian tidak akan menemukan apa yang engkau cintai kecuali dengan kesabaran pada apa yang kau benci.” Nabi Musa AS berkata pada kaumnya: “Mintalah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah.”

Wahai saudara-saudaraku, saling tolong menolonglah dengan kendaraan kesabaran kalian untuk melaksanakan tugas berat organisasi. Janganlah membiasakan kemalasan bagi dirimu dan saudara-saudaramu, sesungguhnya orang yang membuat kebiasaan buruk maka dosa keburukan itu baginya dan dosa-dosa orang yang menirunya sampai di hari Kiamat.

Kedua:
Sesungguhnya jamiyyah kita sangat membutuhkan sumbangan tenaga para aktivis yang tangguh. Allah telah berfirman yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong agama Allah dan rasul-Nya, maka Allah akan menolongmu untuk mengalahkan musuhmu dan Allah akan mengukuhkan kedudukanmu dalam pertempuran.” (QS. Muhammad 7).

Dari ayat di atas jelas sekali bahwa pertolongan Allah pada kita tergantung pada pertolongan kita pada agama dan Rasul-Nya. Dengan demikian jika kita menginginkan pertolongan Allah maka kita harus menolong-Nya lebih dahulu. Pertolongan pada Allah itu dengan meluhurkan kalimat-Nya, dakwah dengan sempurna, dan membela kehormatannya. Demikian ini tidak akan terlaksana kecuali ketika kita betul-betul mematuhi ketentuan yang terdapat dalam muqarrarat yang telah kita sepakati bersama sebagaimana yang terkandung dalam Qanun Asasi (AD/ART) jamiyyah kita tanpa memperdulikan kesulitan-kesulitan material, kerugian harta benda, beban dan kepayahan personal. Sesungguhnya orang yang berusaha menanggung janda-janda (beserta yatimnya) dan orang-orang miskin itu sebagaimana para mujahid fi sabilillah, sebagaimana orang shalat malam tanpa putus, dan sebagaimana orang puasa tanpa berbuka. “Barangsiapa memperhatikan kebutuhan orang lain maka Allah akan menanggung kebutuhannya.” (HR. Imam Bukhari).

Ketiga:
Sesungguhnya organisasi kita yang diberkahi telah memperoleh simpati orang umum. Demikian tiada lain karena organisasi ini bergerak untuk kemashlahatan dan kebaikan dunia dan akhirat mereka. Juga karena jamiyyah kita ini didasarkan pada garis orang-orang shalih terdahulu -semoga Allah melimpahkan ridlanya pada mereka-. Maka wajib bagi masing-masing ulama kita untuk mengingat dan memperhatikan ketentuan bahwa memperbaiki dan menunjukkan orang awam, mengeluarkan mereka dari kegelapan kesesatan menuju nur petunjuk, dan mengentaskan mereka dari lubang kebodohan dan kehinaan menuju puncak mulianya ilmu dan keutamaan, semua itu adalah merupakan beban tanggung jawab yang berada di pundak para ulama kita. Sesungguhnya ulama adalah kepercayaan Allah (untuk membimbing umat manusia) di muka bumi sebagaimana Hadis yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW.

Oleh karena itu, adalah suatu kewajiban bagi ulama kita untuk melipatgandakan kesungguhan mereka, tidak menyimpan sedikitpun potensi mereka untuk melaksanakan apa yang telah disampaikan Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari sahabat Hudzaifah RA. Nabi bersabda: “Wahai para ulama, berjalanlah pada lajur yang istiqamah, jika kalian beralih pada jalan kanan atau kiri maka sungguh tersesatlah kalian dengan kesesatan yang jauh.”

Jika para ulama kita sudah dapat memenuhi Hadis di atas maka pantas disebut “umana`ullah (orang-orang kepercayaan Allah atas hamba-hamba-Nya)” sehingga tidak pantas ada seorang yang berkata: “Ketika para manusia yang menjadi kepercayaan (ulama) itu berkhianat maka siapa lagi yang dapat dipercaya?.”

Ketahuilah, betapa kewajiban tersebut harus dilaksanakan oleh para ulama dengan saling sanding-menyanding, kukuh-mengukuhkan, ganti-menggantikan di bawah naungan jamiyyah kita NU, karena sudah maklum bahwa pertolongan Allah itu diberikan pada jamaah (golongan yang bersatu). Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan berapa banyak Nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikutnya yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak pula menyerah. Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar. Dan tidak lain ucapan mereka hanyalah doa: ‘Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan di dalam urusan kami, dan tetapkan pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.’ Maka Allah memberi mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah mencitai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran 146-148).

Tebuireng, Idul Fitri Tahun 1355 H.
Sasak Street No. 66 Surabaya
Idarah Aliyah Nahdlatul Ulama
Rais NU – Katib Awal
Presiden NU – Sekretaris NU

*Teks asli maklumat berbahasa Arab, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh KH. Ubaidullah Shodaqoh (Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah).

Sumber pesantren.co

Niat Dalam Penggunaan Internet / Sosmed

$
0
0
Muslimedianews.com ~ WA MA'A NIYYATIT TA'ALLUM WAT TA'LIM, NAWAITU MAA NAWAAHU SAYYIDII AL HABIB ABDUL QADIR AL SAGGAF, WA MAA NAWAAHU SAYYIDII AL HABIB UMAR BIN HAFIZH, WA MAA NAWAAHU SAYYIDII AL HABIB ALI AL JUFRI, WA MAA NAWAAHU SAADAATINAA MINAS SALAFISH SHOOLIH, WA ZIYAAROTI IKHWAANII FIL LAAH FI KULLI MAKAAN, WAS SU-AAL 'ANHUM WA 'ALA AHWAALIHIM WA 'IYAADATIL MARIIDH MINHUM WA TA'ZIYATI AHLI MAN MAATA MINHUM, WAT TA'ARRUF 'ALA AHLILLLAH WA KULLI MAA YUWASHSHILUNII ILALLAH MIN MA'LUUMAAT WA FAWAA-ID DUNYAWIYYAH WA UKHROWIYYAH, TARUDDU 'ALAYYA FII SULUUKII ILALLAH WAL INTIFAA' BIL INTERNIT FIIMAA YURDLILLAH WA RASUULIH, WA NUDZKAR 'INDA HADHLROTIR ROBB JALLA WA 'ALAA..


"Selain niat belajar dan mengajar, aku juga niat seperti yang telah diniatkan oleh Sayyidii al Habib Abdul Qadir as Segaf, Habib Umar bin Hafizh, Habib Ali al Jufri (para ulama yang memanfaatkan internet untuk berdakwah, penj), dan apa yang telah diniatkan oleh para ulama salaf shalih.

(Aku niatkan pula) untuk mengunjungi saudara-saudaraku di jalan Allah, di manapun mereka berada, bertanya tentang mereka dan kabar mereka, mengunjungi yang sakit, bertakziyah pada keluarga mereka yang telah meninggal dunia.

(Aku niatkan pula) untuk mengenal lebih jauh orang-orang yang dicintai Allah, dan mempelajari segala hal yang dapat mengantarkan aku pada Allah, baik berupa informasi, keuntungan duniawi dan ukhrawi, yang dapat mengembalikan perilakuku pada Allah, memanfaatkan internet untuk hal-hal yang membuat ridha Allah dan Rasulullah, dan agar kita disebut di hadirat Allah 'Azza wa 'Ala.."


Dikutip dari Kitab An Niyyat, karangan Habib Muhammad bin Alwi Alaydrus (Habib Sa'ad), Tarim Hadramaut.

Oleh : Ust. Faris Khoirul Anam
Yang mau download kitabnya, di sini:
cb.rayaheen.net/showthread.php?tid=40459

Tabligh Akbar Maulid Nabi di Masjid At-Taqwa BPN Lippo Bekasi

$
0
0
Muslimedianews.com ~  Mengundang kepada segenap kaum muslimin dan muslimat khususnya warga Bekasi dan sekitarya untuk menghadiri Tabligh Akbar dalam rangka memperingati Maulid Nabi Saw yang InsyaAlloh akan di selenggarakan pada : Minggu 1 Februari 2015, pukul 19.30 WIB sampai selesai.

Tempat di Masjid At Taqwa komplek BPN Lippo Cikarang Bekasi Jawa barat, dengan penceramah yaitu Habib Alwy Ba'alawi Adzdzomat khon ( Mustasyar PCNU Karawang dan pembina Majlis Ahbabur Rosul ) dan KH. Hasan Nuri Hidayatulloh ( Rois Syuriyah PCNU Karawang ).

Pengajian ini di selenggarakan oleh Generasi Muda NU Cikarang Selatan yang tergabung dalam Komunitas Padhang Mbulan, bekerja sama dengan Majlis Al Ittihadiyyah dan Majlis Ahbabur Rosul Cikarang Bekasi.
Mari hadiri dan semarakan acara ini, jangan lupa ajak teman, tetangga dan saudara anda sekalian.

MOHON DI SHARE
Kontak person bisa Hub saudara Al - Ghozali di Nomor 0819-4705-4541

Heboh ! Hastag #Harlah89NU Jadi Trending Topic di Jagat Twitter

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Jagat media sosial Twitter dihebohkan oleh trending topic hari lahir (harlah) organisasi masyarakat (Ormas) Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU).

Tagar #Harlah89NU banyak digunakan oleh nitizen untuk memberikan ucapan selamat Harlah Nahdlatul Ulama yang ke-89, sejak berdiri pada 31 Januari 1926.

“Selamat Hari Lahir @nu_online ke-89. Mari wujudkan masyarakat yang sejahtera, berkeadilan, demokratis dan mandiri. #Harlah89NU,” ujar akun resmi Kementerian Agama RI, @Kemenag_RI, Sabtu, 31 Januari 2015.

"Selamat hari lahir NU ke-89 salam syiar Islam rahmatan lil'alamin. ", twit akun Persaudaraan Profesional Muslim Aswaja @ppmaswaja.


"NU adalah adaptif, toleran, dan tahlilan ", twit Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).


Bannyak nitizen yang merasa bangga dengan NU. Salah satunya twit dari akun @alfawwaz_, ia mengaku bangga menjadi warga Nahdlatul Ulama.

"Selamat Harlah NU, Saya bangga menjadi warga NU !! ", tulisnya.

" ~ menjadi nahdliyin menjadi warga negara Indonesia yg baik. ", twit akun Muhammad Idris @midrismesut.



Selain beragam ucapan selamat dan ungkapan rasa bangga, niziten juga membagikan foto, gambar dan video yang berkiatan dengan Nahdlatul Ulama.

Hari lahir (harlah) ke-89 NU memang jatuh pada hari ini (31 Januari 2015). Rencananya, Pengurus Besar NU akan memperingati Harlah tersebut dengan perayaan sederhana di halaman kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat. Dijadwalkan Wakil Presiden RI, H Muhammad Jusuf Kalla akan hadir dalam acara tahunan ini. (*/Ibnu L' Rabassa)

Din Syamsuddin Ajak Warga Muhammadiyah Lakukan Bid'ah

$
0
0
Medan, Muslimedianews.com ~ Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengajak warga Muhammadiyah untuk melakukan bidah atau pembaruan di bidang pengetahuan. Bidah di bidang pengetahuan merupakan kunci perkembangan pengetahuan yang harus ditempuh guna meningkatkan kualitas pengetahuan.

"Di bidang pengetahuan, kita boleh memperbanyak bidah. Seperti, bidah muamalat. Ini adalah wilayah tajdid, wilayah bidah. Guna membangun kreasi yang inovatif,” ujar Din Syamsudin dalam sambutannya di acara peresmian gedung baru pascasarjana Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Medan, (29/1/2015) sebagaimana dilansir situs Republika.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut mengatakan, bidah yang dilarang adalah yang termasuk ibadah mahdloh. Sementara dalam hal muamalat dan pengetahuan, bidah merupakan jalan untuk menciptakan hal baru. Bidah dalam bidang pengetahuan, menurut Din, bisa meningkatkan kualitas mahasiswa dan pendidikan UMSU dan warga Muhammadiyah pada umumnya.

Din juga menekankan agar dosen UMSU memiliki standar yang lebih tinggi. Dia mengimbau agar UMSU melahirkan aturan yang khusus terhadap dosen. “Misalnya, harus melahirkan satu buku minimal per tahun,” katanya. Aturan seperti itu, kata dia, dianggapnya dapat memicu kreativitas dosen pengajar. Sekaligus dapat membangkitkan semangat pembelajaran mahasiswa UMSU.
***
Dalam terminologi fiqh Syafi'i, perkara baru yang diada-adakan dalam bidang pengetahuan dan teknologi dapat dikategorikan sebagai bid'ah mubahah (bid'ah yang hukumnya boleh), bahkan bila ditinjau dari segi kemaslahatan dapat pula terkategori bid'ah mandzubah (hukumnya sunnah).

Ulama membagi bid'ah menjadi lima (5) berdasarkan status hukumnya masing-masing, diantaranya bid'ah wajibah, mandzubah, mubahah, makruhah dan muharramah. Berdasarkan dari jenisnya, terbagi menjadi 2 yaitu bid'ah hasanah (baik) dan bid'ah qabihah (buruk).

red. Ibnu L' Rabassa
Sumber Republika

NU Bertekad Menjadi Kekuatan Politik dan Kultural Muslim Indonesia

$
0
0
Jakarta, Muslimedianews.com ~ Kaum nahdliyin menjadi sumber daya potensial untuk memajukan pembangunan Indonesia serta kekuatan politik dan kultural bagi umat Islam Indonesia.

"Kita akan terus membangun dan membenahi NU, untuk jadikan Indonesia negara berkebudayaan dan berperadaban. Bersama dengan kelompok strategis lain, NU menjadi kekuatan politik dan kultural umat Islam Indonesia," ujar Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siroj, Sabtu (31/1/2015).

Menurut Kiai Said, jumlah warga NU yang mencapai lebih dari 84 juta orang menjadikan NU kekuatan strategis untuk kemajuan Indonesia. Namun, tidak hanya segi kuantitas, secara kualitas, kata Kiai Said, NU terus berkembang. Seperti, pada lini pendidikan, peningkatan kapasitas ekonomi riil, entrepreneurship, dan juga pemikiran.

"Sebagai umat mayoritas yang melindungi minoritas. Menjaga konsep sintesis antara negara-bangsa dan keislaman, seperti yang diwariskan para pendiri bangsa kita, juga sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar, turut menjalankan demokrasi konstitusional," ujar Kiai Said.

Kiai Said mengatakan, saat ini NU sudah mendapatkan izin mendirikan 23 universitas NU di seluruh Indonesia. Yang mana, peresmiannya dilakukan bersamaan dengan Harlah malam ini secara resmi oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Demikian pula, pendirian 100 sekolah menengah kejuruan NU, yang terhubung dengan dunia usaha. Selain itu, pendampingan para pelaku ekonomi riil, termasuk jutaan petani garam. Hal itu, kata Kiai Said, untuk kemajuan bangsa dan umat Islam Indonesia seluruhnya.

sumber republika.co.id

Mengapa Bid'ah Dibagi Menjadi 5 Sesuai Hukum Islam ?

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Terhadap inovasi-inovasi (perkara-perkara baru) yang muncul dalam umat Islam, khususnya bernilai kebaikan, para ulama tidak serta merta memvonis dengan status hukum haram (terlarang dan berdosa).  Pada kenyataannya, dalam khazanah kitab fiqh kita dapati istilah seperti 'bid’ah makruhah (sebatas makruh), bid’ah ghairu mustahibbah (tidak disukai) dan sebagainya. Ada pula istilah bid’ah munkarah yang hukumnya makruh, dan lain-lain.

Tidak semua bid'ah terlarang dengan status hukum haram, sebab pada hakikatnya bid’ah bukanlah sebuah hukum. Pembagian hukum yang disepakai ulama ada 5 yaitu wajib, sunnah (mandub/al-nafl, mustahab), mubah, makruh dan haram. Sedangkan bid’ah merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut perkara baru yang tidak berasal dari atau tidak ada pada zaman Nabi Saw. Sebagaimana pengertian bid'ah dalam kitab Qawaidul Ahkam:

البدعة فعل ما لم يعهد في عصر رسول الله - صلى الله عليه وسلم
"Bid'ah adalah perbuatan yang tidak dijumpai pada masa Rasulullah Saw".

Pada pengertian yang lain, diperluas dengan pengertian 'tidak dijumpai pula pada zaman Sahabat Nabi Saw'.

Sehingga bila dijumpai perkara atau kasus yang dianggap baru yang belum pernah dijumpai hukumnya didalam Islam, ulama melakukan kajian secara mendalam terkait selaras atau tidaknya dengan kaidah-kaidah syari'at yang bertujuan untuk menetapkan status hukum perkara tersebut.

Semuanya harus ditijau dengan kaidah syariat, misalnya bila perkara baru itu termasuk dalam jangkauan kaidah penetapan hukum makruh, maka akan dikategorikan sebagai bid’ah makruhah (bi'ah yang hukumnya makruh), begitu seterusnya.

Yang demikian sebagaimana disebutkan oleh Imam al-Nawawi dlm al-Minhaj syarah Shahih Muslim :

قال العلماء البدعة خمسة أقسام واجبة ومندوبة ومحرمة ومكروهة ومباحة فمن الواجبة نظم أدلة المتكلمين للرد على الملاحدة والمبتدعين وشبه ذلك ومن المندوبة تصنيف كتب العلم وبناء المدارس والربط وغير ذلك ومن المباح التبسط في ألوان الأطعمة وغير ذلك والحرام والمكروه ظاهران وقد أوضحت المسألة بأدلتها المبسوطة في تهذيب الأسماء واللغات
“Ulama berkata bahwa bid’ah terbagi menjadi 5 bagian (bagian hukum) yakni wajibah (bid’ah yang wajib), mandubah (bid’ah yang mandub), muharramah (bid’ah yang haram), makruhah (bid’ah yang makruh), dan mubahah (bid’ah yang mubah)”. Diantara bid’ah yang wajib adalah penyusunan dalil oleh ulama mutakallimin (ahli kalam) untuk membantah orangorang atheis, ahli bid’ah dan semisalnya. Diantara bid’ah mandzubah (bid’ah yang sunnah) adalah mengarang kitab ilmu, membangun madrasah dan tempat ribath serta yang lainnya. Diantara bid’ah yang mubah adalah mengkreasi macam-macam makanan dan yang lainnya. Sedangkan bid’ah yang haram dan bid’ah yang makruh, keduanya telah jelas dan telah dijelaskan permasalahannya dengan dalil yang rinci didalam kitab Tahdzibul Asmaa wal Lughaat”

Dalam kitab Tahdzibul Asma’ wal Lughaat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

قال الشيخ الإمام المجمع على إمامته وجلالته وتمكنه في أنواع العلوم وبراعته أبو محمد عبد العزيز بن عبد السلام رحمه الله ورضي
عنه في آخر كتاب "القواعد": البدعة منقسمة إلى: واجبة، ومحرمة، ومندوبة، ومكروهة، ومباحة. قال: والطريق في ذلك أن تعرض
البدعة على قواعد الشريعة، فإن دخلت في قواعد الإيجاب فهي واجبة، أو في قواعد التحريم فمحرمة، أو الندب فمندوبة، أو المكروه
فمكروهة، أو المباح فمباحة، وللبدع الواجبة أمثلة منها: الاشتغال بعلم النحو الذي يفهم به كلام الله تعالى وكلام رسول الله - صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -، وذلك واجب؛ لأن حفظ الشريعة واجب، ولا يتأتى حفظها إلا بذلك وما لا يتم الواجب إلا به، فهو واجب، الثاني حفظ
غريب الكتاب والسنة في اللغة، الثالث تدوين أصول الدين وأصول الفقه، الرابع الكلام في الجرح والتعديل، وتمييز الصحيح من
السقيم، وقد دلت قواعد الشريعة على أن حفظ الشريعة فرض كفاية فيما زاد على المتعين ولا
يتأتى ذلك إلا بما ذكرناه، وللبدع
المحرمة أمثلة منها: مذاهب القدرية والجبرية والمرجئة والمجسمة والرد على هؤلاء من البدع الواجبة، وللبدع المندوبة أمثلة منها
إحداث الرُبِط والمدارس، وكل إحسان لم يعهد في العصر الأول، ومنها التراويح، والكلام في دقائق التصوف، وفي الجدل، ومنها جمع المحافل للاستدلال إن قصد بذلك وجه الله تعالى. وللبدع المكروهة أمثلة: كزخرفة المساجد، وتزويق المصاحف، وللبدع المباحة أمثلة: منها المصافحة عقب الصبح والعصر، ومنها: التوسع في اللذيذ من المآكل، والمشارب، والملابس، والمساكن، ولبس الطيالسة، وتوسيع الأكمام. وقد يختلف في بعض ذلك فيجعله بعض العلماء من البدع المكروهة، ويجعله آخرون من السنن المفعولة في عهد رسول الله - صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فما بعده، وذلك كالاستعاذة في الصلاة والبسملة هذا آخر كلامه
“Syaikhul Imam Abu Muhammad ‘Abdul ‘Aziz bin Abdis Salam didalam akhir kitabnya al- Qawaid berkata : “bid’ah terbagi kepada hukum yang wajib, haram, mandub, makruh dan mubah. Ia berkata : metode yang demikian untuk memaparkan bid’ah berdasarkan kaidah kaidah syari’ah, sehingga apabila masuk pada qaidah (penetapan) hukum wajib maka itu bid’ah wajibah, apabila masuk pada qaidah (penetapan) hukum haram maka itu bid’ah muharramah, apabila masuk pada qaidah (penetapan) hukum mandub maka itu bid’ah mandubah, apabila masuk pada qaidah (penetapan) hukum makruh maka itu bid’ah makruhah, apabila masuk pada qaidah (penetapan) hukum mubah maka itu bid’ah mubahah. Diantara contohnya masing-masing adalah ;

1. Bid’ah Wajibah seperti : menyibukkan diri belajar ilmu-ilmu sehingga dengannya bisa paham firman-firman Allah Ta’ala dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, itu wajib karena menjaga menjaga syariah itu wajib, dan tidak mungkin menjaga kecuali dengan hal itu, dan sesuatu kewajiban yang tidak sempurna kecuali dengannya maka itu wajib, menjaga bahasa asing didalam al-Qur’an dan as-Sunnah, mencatat (membukukan) ilmu ushuluddin dan ushul fiqh, perkataan tentang jarh dan ta’dil, membedakan yang shahih dari buruk, dan sungguh kaidah syariah menunjukkan bahwa menjaga syariah adalah fardlu kifayah”.

2. Bid’ah Muharramah seperti : aliran (madzhab) al-Qadariyah, al-Jabariyah, al-Murji’ah, al-Mujassimah, dan membantah mereka termasuk kategori bid’ah yang wajib (bid’ahwajibah).

3. Bid’ah Mandzubah (Bid’ah yang Sunnah) seperti : membangun tempat-tempat rubath dan
madrasah, dan setiap kebaikan yang tidak ada pada masa awal Islam, diantaranya
adalah (pelaknasaan) shalat tarawih, perkataan pada detik-detik tashawuf, dan lain
sebagainya.

4. Bid’ah Makruhah seperti : berlebih-lebihan menghiasai masjid, menghiasi mushhaf danlain sebagainya.

5. Bid’ah Mubahah seperti : bersalaman (berjabat tangan) selesai shalat shubuh dan ‘asar, jenis-jenis makanan dan minuman, pakaian dan kediaman. Dan sungguh telah berselisih pada sebagian yang demikian, sehingga sebagian ‘ulama ada yang memasukkan pada bagian dari bid’ah yang makruh, sedangkan sebagian ulama lainnya memasukkan perkara sunnah yang dilakukan pada masa Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dan setelah beliau, dan itu seperti mengucapkan isti’adzah didalam shalat dan basmalah. Ini akhir perkataan beliau. “


Dari penjelasan diatas diketahui bahwa memang tidak semua bid’ah dihukumi haram (terlarang dan berdosa), sebaliknya diperlukan tinjauan lebih dalam terlebih dahulu untuk mengetahui status hukumnya. Yang demikian karena ternyata ada bid’ah yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang diistilahkan dengan bid’ah hasanah (baik) dan ada juga bid’ah yang sebaliknya, di istilahkan dengan bid’ah qabihah (buruk) sebagaimana pembagian bid'ah oleh Imam al-Syafi'i rahimahullah dan ulama lainnya.

Oleh : Ibnu L' Rabassa

Tulisan Tangan Syaikh Wahbah Zuhaili Do'akan Syariat Islam Aceh

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Kesan dan pesan Prof Dr Wahbah Zuhaili saat meyampaikan Makalah dalam Seminar Internasional yang diadakan oleh panitia bersama Darul Ihsan-PERTI Aceh di Dayah Darul Ihsan Abu Hasan Krueng Kalee. Siem, Darussalam, Aceh Besar. Sabtu (5/5/2012) lalu.

Kesan Syeh Wahbah Zuhaily terhadap Aceh dan Dayah Darul Ihsan

بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah Swt Tuhan Seru Sekalian Alam. Shalawat dan salam kepada Penutup para nabi dan rasul.

Saya merasa sangat gembira ketika mendapat kesempatan untuk mengunjungi Aceh, sebuah provinsi yang memiliki nilai keislaman yang tinggi. Di sana, Saya bertemu dengan saudara-saudara seiman, baik lelaki maupun perempuan.

Kedatangan Saya ke Provinsi ini bertujuan untuk menghadiri pembukaan dan penutupan Seminar Internasional yang mengangkat tema “Penguatan Mazhab Syafii sebagai Sumber Pelaksanaan Syariat Islam.”

Saya berdoa agar saudara-saudara seiman di Aceh dapat lebih berpegang teguh kepada nilai dan ajaran Islam dan dapat menerapkannya secepat mungkin. Saya juga berdoa agar Allah menghilangkan segala bentuk rintangan dan kesulitan yang menghadang proses penerapan syariat Islam di Aceh.

Saya juga sangat gembira dapat mengunjungi Dayah Darul Ihsan. Dayah ini merupakan sebuah lembaga pendidikan besar. Di antara orang yang saya temui di lembaga ini adalah Syeh Abu Muaz Muhammad Abdul Hayy Uwainah, seorang dai yang berakhlak mulia.

Semoga Allah memberi ketinggian untuk para pendidik dan donatur Dayah Darul Ihsan. Semoga Allah juga memberi ketinggian untuk pimpinan dayah, Ust. Muhammad Faisal Sanusi Hasan.
Saya berharap pada penduduk dan Pemerintah Aceh agar dapat bersinergi dalam melaksanakan seluruh program dan aspirasi provinsi ini, terutama penerapan Syariat Islam.

Semoga Allah Swt. memberikan hidayah dan kebaikan kepada semua orang Aceh dan memberikan mereka petunjuk dan amal saleh.

Aceh, 6 Mei 2012
Ttd,
Prof. Dr. Wahbah Al-Zuhaily

Alih Bahasa: Ustadz H. Muakhir Zakaria, S. Pd. I, MA
Sumber darulihsanabuhasan.com

Adakah Sistem Islami ?

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Dalam kitab suci al-Qur’ân disebutkan: “masuklah kalian ke dalam Islam (kedamaian) secara penuh (udkhulû fi al-silmi kâffah)” (QS al-Baqarah [2]:208). Di sinilah terletak perbedaan pendapat sangat fundamental di antara kaum muslimin. Kalau kata “al-silmi” diterjemahkan menjadi kata Is­lam, dengan sendirinya harus ada sebuah entitas Islam formal, dengan keharusan menciptakan sistem yang Islami. Sedangkan mereka yang menterjemahkan kata tersebut dengan kata sifat kedamaian, menunjuk pada sebuah entitas universal, yang tidak perlu dijabarkan oleh sebuah sistem tertentu, termasuk sistem Islami.

Bagi mereka yang terbiasa dengan formalisasi, tentu digunakan penterjemahan kata al-silmi itu dengan kata Islami, dan dengan demikian mereka terikat kepada sebuah sistem yang dianggap mewakili keseluruhan perwujudan ajaran Islam dalam kehidupan sebagai sesuatu yang biasa dan lumrah. Hal ini membawakan implikasi adanya keperluan akan sebuah sistem yang dapat mewakili keseluruhan aspirasi kaum muslimin. Karena itu, dapat dimengerti mengapa ada yang menganggap penting perwujudan “partai politik Islam” dalam kehidupan berpolitik. Tentu saja, demokrasi mengajarkan kita untuk menghormati eksistensi parpol-parpol Islam, tetapi ini tidak berarti keharusan untuk mengikuti mereka.

Di lain pihak kita juga harus menghormati hak mereka yang justru mempertanyakan kehadiran sistem Islami tersebut, yang secara otomatis akan membuat mereka yang tidak beragama Islam sebagai warga dunia yang kalah dari kaum muslimin. Ini juga berarti, bahwa dalam kerangka kenegaraan sebuah bangsa, sebuah sistem Islami otomatis membuat warga negara non-mus­lim berada di bawah kedudukan warga negara beragama Islam, alias menjadi warga negara kelas dua. Ini patut dipersoalkan, karena juga akan berdampak pada kaum muslimin yang tidak menjalankan ajaran Islam secara penuh. Kaum muslimin seperti ini, -sering disebut muslim nominal atau abangan-, tentu akan dinilai kurang Islami jika dibandingkan dengan mereka yang menjadi anggota/warga partai/organisasi yang menjalankan ajaran Islam secara penuh, yang juga sering dikenal dengan nama “kaum santri”.

Apabila terdapat pendapat tentang perlunya sebuah sistem Islami, mengapa lalu ada ketentuan-ketentuan non-organisatoris yang harus diterapkan di antara kaum muslimin oleh kitab suci al-Qur’ân? Sebuah ayat menyatakan adanya lima syarat untuk dianggap sebagai “muslim yang baik”, sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat di kitab suci al-Qur’ân, yaitu menerima prinsip-prinsip keimanan, menjalankan ajaran (rukun) Islam secara utuh, menolong mereka yang memerlukan pertolongan (sanak saudara, anak yatim, kaum miskin dan sebagainya) menegakkan profesionalisme dan bersikap sabar ketika menghadapi cobaan dan kesusahan.

Kesetiaan kepada profesi itu, digambarkan oleh kitab suci al-Qur’ân dengan istilah, “mereka yang memenuhi janji yang mereka berikan” (wa al-mûfûna bi ‘ahdihim idzâ ‘âhadû) (QS al-Baqarah [2]: 177). Adakah janji yang lebih nilainya daripada janji kepada profesi masing-masing, yang disampaikan ketika membacakan janji prasetia pada waktu menerima sebuah jabatan?

Kalau kelima syarat di atas dilaksanakan oleh seorang mus­lim, tanpa menerima adanya sebuah sistem Islami, dengan sendirinya tidak diperlukan lagi sebuah kerangka sistemik menurut ajaran Islam. Dengan demikian, mewujudkan sebuah sistem Islami tidak termasuk syarat bagi seseorang untuk dianggap “mus­lim yang taat”. Ini menjadi titik sengketa yang sangat penting, karena di banyak tempat telah tumbuh paham yang tidak mementingkan arti sistem.

Maka ketika NU (Nahdlatul Ulama) menyatakan deklarasi berdirinya PKB (Partai Kebangkitan Bangsa), tanpa menyebutkan bahwa partai tersebut adalah partai Islam, penulis dihujani kritik tajam selama berbulan-bulan dari mereka yang menginginkan partai tersebut dinyatakan sebagai partai Islam. Ini dilakukan oleh mereka yang tidak menyadari, bahwa NU sejak semula telah menerima kehadiran upaya berbeda-beda dalam sebuah negara atau kehidupan sebuah bangsa dan tidak mau terjebak dalam tasyis an-nushush al-muqaddasah (politisasi terhadap teks keagamaan).

Dalam Muktamar NU tahun 1935 di Banjarmasin, muktamar harus menjawab sebuah pertanyaan: wajibkah bagi kaum muslimin mempertahankan kawasan yang waktu itu bernama Hindia Belanda (sekarang Indonesia) yang diperintah oleh orang-orang non-muslim (para kolonialis Belanda)? Jawab muktamar saat itu; wajib. Karena di kawasan tersebut, yang di kemudian hari bernama Indonesia, ajaran Islam dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari oleh warga bangsa secara bebas, dan dahulu ada kerajaan-kerajaan Islam di kawasan itu. Dengan demikian, tidak harus dibuat sistem Islam, dan dihargai perbedaan cara dan pendapat di antara kaum muslimin di kawasan tersebut.

Diktum Muktamar NU di Banjarmasin tersebut, memungkinkan dukungan pimpinan NU kepada mendiang Presiden Soekarno dan Hatta untuk memimpin bangsa ini. Demikian pula, pembentukan badan-badan formal Islam bukanlah satu-satunya medium bagi perjuangan Islam untuk menerapkan ajaran di bumi nusantara. NU yang resminya sebagai organisasi kemasyarakatan Islam dan bukannya lembaga politik, dapat saja menyalurkan aspirasinya tentang pelaksanaan ajaran Islam di kawasan tersebut melalui Golkar (Golongan Karya) yang bukan sebagai organisasi Islam resmi. Perbedaan jalan perjuangan antara yang menganut paham lembaga Islam sebagai sistem di satu pihak, dan mereka yang tidak ingin melaksanakan perjuangan melalui jalur-jalur resmi Islam, dihargai dan diterima oleh para pendukung Ibn Taimiyyah2 beberapa abad yang lalu.

Lalu, bagaimana dengan adagium yang dikenal Islam; “Tiada Islam tanpa kelompok, tiada kelompok tanpa kepemimpinan, dan tiada kepemimpinan tanpa ketundukan” (La Islama Illa bi Jama’ah wala Jama’ata Illa bi Imarah wala Imarata Illa Bi Tha’ah). Bukankah ini sudah menunjukkan adanya sebuah sistem, maka jawabannya bahwa tidak ada sesuatu dalam ungkapan tersebut yang menunjukkan secara spesifk adanya sebuah sistem Islami. Dengan demikian, setiap sistem diakui kebenarannya oleh ungkapan tersebut, asal ia memperjuangkan berlakunya ajaran Islam dalam kehidupan sebuah bangsa/negara.

Karena itu penulis berpendapat, dalam pandangan Islam tidak diwajibkan adanya sebuah sistem Islam, ini berarti tidak ada keharusan untuk mendirikan sebuah negara Islam. Ini penting untuk diingat, karena sampai sekarang pun masih ada pihak-pihak yang ingin memasukkan Piagam Jakarta ke dalam UUD (Undang-Undang Dasar) kita. Dengan klaim mendirikan negara untuk kepentingan Islam jelas bertentangan dengan demokrasi. Karena paham itu berintikan kedaulatan hukum di satu pihak dan perlakuan sama pada semua warga negara di hadapan Undang-Undang (UU) di pihak lain.

MEMORANDUM, 22 Juli 2002
Sumber http://tebuireng.org/

'NU Garis Lurus' sebut Syi'ah Wahhabi sebagai 2 Tanduk Setan

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Istilah NU Garis Lurus, sebenarnya istilah yang dimunculkan oleh segelintir nahdliyyin yang memiliki maksud baik untuk menjalankan 'ajaran NU' dengan benar (versi mereka). Mereka mengatakan "kembali ke ajaran Hadlratusy Syaikh KH. Hasyim Asy'ari", lalu mereka membuat kelompok seperti majelis taklim (bukan organisasi tandingan) dan melakukan kajian-kajian.

Tokoh yang dianggap getol mempromosikannya adalah KH. Luthfi Bashori, Pangasuh Pesantren Ribath Al Murtadla Al Islami Singosari Malang. Ia merupakan alumni Ma’had as-Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki, Makkah al-Mukarramah. Dalam situs pribadinya PejuangIslam.com, terpampang jelas tulisan "PEJUANG ISLAM, NU GARIS LURUS, Melestarikan Kemurnian Ahlussunnah wal Jama'ah".

Sayang, istilah tersebut juga memunculkan dampak negatif bagi warga nahdliyyin dan dimanfaatkan oleh orang-orang diluar NU atau pihak lain yang memang tidak senang terhadap NU untuk mendiskreditkan NU dan tokoh-tokoh NU. Sehingga di Sosmed pun didapati beberapa page yang mengatas namakan NU namun ternyata menyerang tokoh NU, bahkan ulama besar Nahdlatul Ulama. Mereka ini tidak jarang melakukan provokasi terhadap warga NU dengan statement pribadinya.

Yang penting bahwa statement 'NU Garis Lurus' yang patut dipertimbangkan adalah yang memang berasal ari tokoh-tokohnya seperti KH. Luthfi Bashori, bukan yang berasal provokator-provokatoryang berkeliaran di sosial media. Sehingga perlu mengenali mana yang garis lurus yang asli dan mana yang KW.

Untuk itu, ada baiknya pula menyimak penjelasan KH. Luthfi Bashori atau 'NU Garis Lurus' tentang Syi'ah dan Wahhabi. Dari hal ini, kita mengetahui sikap mereka. Berikut diantara transkip kajian KH. Luthfi Bashori yang direkam dalam sebuah video berdurasi 34 menit :

17:01 ".. hanya saja kaum wahhabi ini terlalu tekstual kalau menterjemahkan hadits atau ayat. Jadi, tidak mau (terhadap) kontekstualnya ayat, hanya mengikuti bahasa kamus. Ini permasalahan. Sedangkan umat Islam mayoritas dan para ulama terdahulu ini memahami Islam bukan sekedar tekstual, harfiah, tetapi juga ada kontekstualnya, walaupun dengan terikat dari hadits-hadits lain. Intinya, wahhabi itu senangnya menuduh yang tidak sepaham dengan dirinya, sebagai sesat sesat dan sesat.

Sebenarnya (wahhabi itu) tidak jauh beda dengan Syi'ah. Syi'ah itu memiliki aqidah yang berbeda, dan setiap orang yang tidak cocok dengan aqidahnya juga dituduh sesat. Jadi, umat Islam dianggap sesat oleh kaum Syi'ah dan kaum wahhabi... ini kan runyam jadinya di Indonesia ini.

Kalau misalnya setiap orang yang tidak cocok dengan aqidah syi'ah dan wahhabi (dianggap) sesat, sedangkan mayoritas penduduk Indonesia ini Ahlussunnah wal Jama'ah yang benar-benar berbeda dengan Syi'ah dan berbeda dengan Wahhabi, maka secara otomatis mereka mengatakan seluruh umat Islam Indonesia / mayoritas adalah sesat. Terus siapa yang jadi penduduk surga nanti kalau semua umat Islam ini (dituduh) sesat, padahal jumlah umat Islam di Indonesia terbanyak diseluruh dunia. Inilah yang tidak masuk akal sama sekali. Inilah permasalah yang dihadapi oleh umat Islam Indonesia".

Adakah Persamaan Wahhabi dan Syi'ah?
19:39 .. kalau saya mengacu pada hadits Nabi Muhammad Saw., suatu saat tatkala Nabi bersama para sahabat beliau berdo'a, ada beberapa riwayat, saya ambil satu saja. Beliau Saw. berdoa "Ya Allah, berkatilah Yaman kami, dan berkatilah Syam kami. Kemudian orang Najd mengatakan "ya Rasulullah, berkatilah juga Najd kami". Rasulullah tetap diam dan mengulangi do'anya "Ya Allah, berkatilah Yaman kami, dan berkatilah Syam kami". Orang Najd itu mengatakan "ya Rasulullah, berkatilah juga Najd kami". Rasulullah tetap diam, kemudian mengatakan justru di Najd ini kelak akan terjadi kekacauan, bahkan ada riwayat yang menyebutkan akan terjadi 9 kekufuran, 9 pertikaian, dan juga akan muncul dari Najd ini Qurnusy Syaithan, artinya Tanduk Setan.

23:14... uniknya, yang namanya Najd itu dari Riyadl sampai Irak, nah Wahhabi yang konon dicetuskan oleh Muhammad bin Abdul Wahhabi (berada) di sekitar Riyald, artinya orang Najd. Jadi lahirnya Wahhabi ini di Najd.. diujung satunya yaitu Irak, ada daerah namanua Karbala. Karbala ini dianggap kota paling suci didunia ini oleh orang-orang Syi'ah, karena konon terjad pembantaian terhadap Sayyidina Husein sehingga mereka mengklaim Sayyidina Husein sebagai imam Syi'ah, padahal tidak demikian...

kalau melihat sejarah ini, berarti yang dimaksud Qarnusy Syaithan / Tanduk Setan itu tidak menutup kemungkinan, yang satunya tanduknya diisi oleh orang Wahhabi dan yang satunya di isi oleh orang Syi'ah, karena itulah yang menjadi sumber fitnah dizaman sekarang ini. Bahkan kalau kita mau jeli, terjadinya pertikaian didunia Islam itu kemungkinan besar melibatkan Syi'ah dan Wahhabi. Ini permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam.

Lebih lanjut, simak videonya di Youtube pada link http://youtu.be/bCt_9Kl_GLk :


Oleh : Ibnu L' Rabassa
Viewing all 6981 articles
Browse latest View live


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>