Quantcast
Channel: Muslimedia News - Media Islam | Voice of Muslim
Viewing all 6981 articles
Browse latest View live

Kota Beriman Balikpapan Diserang Fenomena Seks Bebas Remaja

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Angka kehamilan remaja di luar nikah terus meningkat setiap tahunnya. Pihak Pengadilan Agama melansir, ratusan permintaan izin nikah di bawah umur hampir semuanya dalam kondisi sudah hamil. Berawal dari status pacaran hingga berani melakukan seks bebas.

Sejumlah remaja yang telah berhubungan seksual mengaku melakukannya di tempat wisata, indekos, penginapan kelas melati, dan guest house dengan sewa sekitar Rp 100.000 sehari.

Dewi, remaja berusia 16 tahun ini mengaku berhubungan badan dengan kekasihnya sejak tahun lalu. Dewi beralasan dipaksa sang pacar hingga rela menyerahkan kegadisannya.

“Saya pacaran sejak tahun lalu. Umurnya (pacar) lebih dewasa dan telah bekerja, dia cinta pertama saya. Awalnya berjalan normal, tetapi selanjutnya pacar saya minta untuk itu (berhubungan badan). Awalnya saya menolak, tapi dia memaksa, jika tidak akan diputuskan. Saya sudah telanjur sayang akhirnya saya mau,” kata Dewi dengan wajah malu-malu, saat ditemui di sebuah mal Balikpapan, pekan lalu.

Siswi SMK di Balikpapan ini mengatakan, setelah lulus nanti dijanjikan akan dinikahi.

“Saya tidak akan melepaskan dia (pacar) soalnya kita hubungannya sudah seperti itu. Pacar saya juga sudah bekerja. Saya sudah minta setelah saya lulus langsung menikahi saya,” ujar Dewi. (tribunnews)

via moslemdaily.com

Al-Azhar al Syarif Serukan Kepedulian terhadap Muslim Rohingya

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Institusi keagamaan Islam terbesar di dunia, Al-Azhar Al-Syarif Kairo-Mesir menyerukan negara-negara yang bertangga dengan Myanmar agar menunjukkan tanggungjawab kemanusiaannya terhadap muslim Rohingya.


Melalui situs resminya, Al-Azhar menyatakan bahwa pihaknya sangat prihatin dengan kondisi muslim Rohingya yang terusir dari negerinya dan terkatung-katung di laut, dimana negara-negara tentangga Myanmar juga tidak kunjung menerima mereka.

Al-Azhar kembali melontarkan kecaman kerasnya terhadap apa yang dialami oleh umat Islam di Myanmar, dimana mereka ditekan, diusir dari kampung halaman, rumah dan masjid mereka dibakar, dan tidak diberi sedikit pun hak paling dasar sebagai warga negara. Al-Azhar meminta negara-negara tetangga Myanmar untuk mengamban tanggungjawab kemanusiaan terhadap mereka dengan menerima mereka serta menyediakan tempat yang aman dan kehidupan yang layak.

Al-Azhar juga meminta masyarakat internasional dan organisasi-organisasi hak asasi manusia serta Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk segera bertindak cepat untuk menyelamatkan muslim Myanmar dari penganiayaan dan pengusiran yang mereka alami. Al-Azhar juga mengajak semua organisasi tersebut untuk memberikan tekanan terhadap pemerintah Myanmar untuk segera menghentikan tindakannya ini yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan dan ajaran agama-agama samawi. (mosleminfo/mh)

via mosleminfo

Sunna and Innovation in Islamic faith (Bidah)

$
0
0
Muslimedianews.com ~ We have often heard the debate about bid'ah (innovation) and sunnah (Prophet traditions). Even, the debate has some of the time led to disintegration. Though it is not necessarily so. In fact the difference is a grace as long as we are tolerant to any possible difference. Therefore it is really important for Muslims to find out what the bid'ah is, and which one could religiously be and not be followed?r />
According to Muslim scholars, bid'ah in worship is divided into two categories, namely good innovation and sinful innovation. Among the scholars  that divide it into the two categories are:

1.  Imam Shafi'i
According to Imam Shafi'i, the bidah is divided into two types, namely praiseworthy innovation (bid'ah mahmudah) and strongly criticized innovation (bid'ah madzmumah). So any innovation which suits the sunna is praiseworthy (mahmudah), and that does no suit the sunna is strongly criticized (madzmumah).

The good/praiseworthy innovation is divided into two parts. The first is obligatory innovation, such as codification (collection) of the Qur'an at the time of Caliph Utsman ibn Affan and the collection of hadiths into main books in the days afterward. While the second is permissible bid'ah, such as praying 20 cycles of Tarawih in the time of Caliph Umar ibn Khattab.


2.  Imam al-Bayhaqi
According to Imam Bayhaqi, the bid'ah is divided into two parts; criticized innovation (bid'ah madzmumah) and praiseworthy innovation (bid'ah ghairu madzmumah). Any innovation not violating the Qu'ran, the Sunna, and (ulema) consensus is praiseworthy (mahmudah) or (ghairu madzmumah). While reprehensible innovation (madzmumah) is  that having no religious grounds (syar'i) at all.

3. Imam Nawawi
According to Imam Nawawi, the bid'ah is divided into two parts, namely praiseworthy innovation (bid'ah hasanah) and sinful innovation (bid'ah qabihah).

4.  Imam Hafidz Ibn al-Atsir
Ibn Atsir also divides the bid'ah into two parts, namely the bid'ah having religious grounds from the Qur'an and the Hadith, and the one  having no religious grounds from the two.

So any form of innovation that violates the Qur'an and the Hadith/Sunna is reprehensible and must be denied. Instead, any form of innovation that generally suits religious arguments could be considered praiseworthy.
And what about the hadith:

كل بدعة ضلالة، وكل ضلالة في النار

Every innovation is a misguidance.

Here is the opinion of some Muslim scholars:

1. Imam Nawawi
The above hadith is included in the category of 'am (general) that should be specialized / itemized (takhshish).

2. Imam al-Hafidz Ibn Rajab
The above hadith is in the category of 'am but the desired is khash ('am yuridu bihil khash). This means the hadith is textually general in nature, but in its meaning the hadith requires details.

There are some scholars dividing the bid'ah into five types.

1. The bid'ah that must be done: for example studying nahwu (Arabic grammar), studying systematic theology arguments aimed to demonstrate (the truth) to atheists and those who disbelieve in Islam, etc.

2. The bid'ah that is recommended (mandub): for example calling for prayer using loudspeakers, printing scientific books, building Islamic schools, and so forth.

3. The bid'ah that is permissible: for example, creating a colorful dish of food, and the like.

4. The bid'ah that is objectionable (makruh): for example, being excessive in decorating Manuscripts, mosques and so forth.

5. The bid'ah that is forbidden (haram). It is any new thing in terms of religion that is considerably opposed to the syar'i propositions in general. such as doing seven cycles of evening prayers (isya'), etc.

(excerpted from the book "NU Traditions and Their Arguments, published by LTM (Institute for Mosque Management) of the Central Board of Nahdlatul Ulama / PBNU)

source nu.or.id

Membaca Al-Qur'an untuk Penghuni Kubur dan Bertabarruk

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Assalamualaikum, alhamdulillah malam ini kita masih diberi nikmat oleh Allah s.w.t. sehingga dapat istiqamah menjalankan amal ibadah.

Malam ini jnsya Allah saya akan share hujjah amalan-amalan yang sering diserang oleh kaum yg tidak senang kepada amaliah kita.

Yang pertama kita mulai dari masalah sampainya pahala bacaan al-Qur'an kpd ahli kubur. Apakah pahala bacaan tersebut sampai?

Untuk menjawab pertanyaan itu kita kita harus memahami perbedaan para ulama mengenai firman Allah dlm surat al-Najm ayat 39.

Al-Suyuthi dalam kitab "Syarhu al-Shudur bi Syarhi Hali al-Mauta wa al-Qubur" hal 310 menjelaskan bahwa maksud ayat 39 surat al-Najm adalah

(1) Ayat tersebut dimansukh dengan firman Allah dalam surat al-Thur ayat 21. (2) ayat 39 dri surat al-Najm dikhususkan bg kaum Nabi Ibrahim.

Di samping kpd umat Nabi Ibrahim, jg dikhususkan kpd umat Nabi Musa. Sdng umat Nabi saw memperoleh apa yg mrk usahkan&diusahakan untuknya.

(3) maksud kata al-Insan pd ayat tersebut adlh kafir. Sedang orang mukmin memperoleh pahala apa yg mereka usahakan & yg diusahakan untuknya.

Hujjah lainnya tentang sampainya pahala membaca al-Qur'an kepada ahli Kubur bisa dilihat di kitab al-Buhur al-Zahirah fi ulum al-Akhirah.

Di kitab tersebut Syaikh Muhammad bin Salim al-Safaraini al-Hambali menyitir sebuah hadits "Man Dakhala al-Maqabir fa Qaraa Surata Yasin...

... Khaffafallah anhum wa kaana lahu bi adadin ma fiha hasanaat". Barang siapa memasuki pekuburan lalu membaca surat yasin...

...Maka Allah meringankan bagi ahli kubur (adzab-Nya) sedangkan ia (yg membaca) mendapat pahala juga.

Pernyataan serupa juga datang dari Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab (pendiri Wahabi). Dalam kitab "Ahkamu Tamanna al-Maut" halaman 75.

Selain amalan membaca al-Qur'an untuk ahli kubur, ada amalan lain yg selalu diserang oleh mereka, yaitu masalah tabarruk. Mari kita kupas.

Sebelum mengupas lebih jauh perihal tabarruk ini, kita hrs memahami dr aspek etimologi&terminologinya dulu. #Meminjam istilah akademisi.

Tabarruk menurut etimologinya berasal dari kata berkah yg substansinya adalah bertambah dan berkembang.

Sedangkan menurut terminologisnya tabarruk berarti proses pencaharian tambahan dan perkembangan dari sesuatu yg menjadi sarana tabarruk.

Al-Quran secara eksplisit menerangkan konsep tabarruk ini dalam sebuah ayat yg berbunyi "Wattakhadzuu min Maqaami Ibraahima Mushalla"

Maksudnya adalah dan jadikanlah sebagian maqam (tempat berdirinya) Nabi Ibrahim sebagai tempat shalat. Dari sini kita paham bahwa...

Umat Nabi Muhammad diperintah oleh Allah untuk bertabarruk kepada maqam ibrahim yaitu dengan menjadikannya tempat shalat.

Adapun asbabun nuzul ayat tersebut menurut Ibnu Katsir adalah pada suatu hari Nabi saw bersama sayyiduna Umar melakukan thawaf.

Ketika sampai di suatu wilayah sekitar ka'bah umar bertanya kpd Nabi: apakah ini Maqam ayah kita Ibrahim? Nabi menjawab: Iya.

Lalu umar bertanya lagi: Apakah kita tidak menjadikannya sebagai tempat shalat? Lalu Allah menurunkan ayat "Wattakhadzu min maqaami...".

Ayat lain yang juga dengan tegas menyinggung masalah tabarruk ini adlh "Idzhabuu bi Qamiishi hadza fa alquuhu alaa wajhi Abi ya'ti bashira".

Ayat tersebut bisa dilihat di surat Yusuf ayat 93. Artinya adalah pergilag kamu dengan membawa bajuku ini, lalu letakkanlah ke wajah ayahku

...Niscaya ia akan melihat kembali". Di sini jelas tabarruk yg dilakukan oleh Nabi Ya'Qub kpd baju Nabi Yusuf anaknya sehingga bisa melihat.

Ada pertanyaan, bagaimana hukum mencium makam para Nabi dan orang2 shaleh? Jawabannya BOLEH dan Itu TIDAK SYIRIK.

Bahkan sahabat Abu Ayyub al-Anshari bertabarruk dngn mencium makam Nabi. Keterangannya bs dilihat di kitab Musnad Imam Ahmad juz 34 hal 557.

Rdksinya:
أقبل مروان يوما فوجد رجلا واضعا وجهه على القبر فقال أتدري ما تصنع؟ فأقبل عليه فإذا هو أبو أيوب فقال نعم جئت رسول الله ولم آت الحجر

Di dalam kitab al-Ilal wa Ma'rifah al-Rijal juz 2 hal. 492, Imam Ahmad bin Hambal menegaskan bahwa bertabaruk dengan cara mengusap dan...

... mencium mimbar dan kuburan Rasulullah saw dengan maksud taqarrub kpd Allah adalah BOLEH.

Dari be2rapa hujjah yg tlh dipaparkan trsbt bsa dsmpulkan bhw bcaan al-Qur'an baik yasin atau surat lainnya utk ahli kubur PAHALANYA SAMPAI.

Dan bertabaruk kepada Nabi, orang2 shaleh baik hidup atau sudah meninggal juga BOLEH. Ini amaliah kita semua berdasar dalil.

Jangan bimbang apalagi ragu. Insya Allah besok malam atau lusa kita lanjut pada pembahasan maulid Nabi, tawassul dan istighasah.

Demikian apa yg dapat saya twitkan di malam jum'at yg penuh barakah ini. Semoga bermanfaat. Wassalamualaikum wr wb. Salam kenal.

Oleh : Mohammad Khoiron (IPNU)
http://chirpstory.com/li/267525

Inilah Rahasia Sultan Shalahuddin al-Ayyubi Taklukkan Jerusalem

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Nama Shalahuddin Al-Ayyubi mencuat, dikala ia berhasil menorehkan sejarah emas dengan merebut kembali Masjidil Aqsha. Namun, ada sebuah rahasia amalan yang dilakukan sebelum ia dan pasukannya mengepung Kota Jerussalem.

“Saat hendak menaklukkan Kota Jerussalem, ia meminta para ulama dan santri, untuk membaca dan mengkhatamkan kitab Shahih Bukhari. Jadi kemenangannya bukan dari pertumpahan darah, tapi justru dari berkah membaca Shohih Bukhari,” terang Habib Jindan bin Novel pada acara “Khatmil Bukhari” di Masjid Riyadh Solo, awal pekan lalu (18/5).


Dipaparkan lebih lanjut oleh Pengasuh Pondok Pesantren Al-Fakhriyah Tangerang tersebut, berkah membaca Kitab Shahih Bukhari juga dibuktikan warga di Hadramaut Yaman. Mereka membaca dengan membaginya menjadi 40 bagian.

“Apabila ada kemarau mereka membaca sambil berziarah. Belum sampai membaca 1 atau 2 jam, Allah kemudian menurunkan berkah dan solusi atas permasalahan yang ada,” tuturnya.

Habib Jindan juga berpesan, agar banyak mengumandangkan serta mempelajari Al-Qur’an dan Hadist di setiap rumah dan masjid. Kegiatan khataman kitab Shahih Bukhari di Masjid Riyadh Solo, merupakan agenda rutin yang diadakan setiap setahun sekali, pada hari Senin terakhir di Bulan Rajab.
Usai pembacaan doa dan sholat zuhur, para jamaah disajikan makanan yang khas dihidangkan pada momen acara ini, yaitu bubur haritsah dan nasi kebuli. Makanan inilah yang biasanya ditunggu-tunggu oleh para jamaah.

Selesai acara, biasanya mereka juga menyempatkan diri untuk berziarah ke makam yang terletak di sebelah selatan masjid. Di pemakaman keluarga tersebut terdapat makam Habib Alwi bin Ali Al Habsyi, Habib Ahmad bin Alwi Al Habsyi dan Habib Anis bin Alwi Al Habsyi. Mereka semua merupakan putra dan para cucu Habib Ali Al Habsyi. sang muallif kitab maulid Simtud Durar. (Ajie Najmuddin/003)

sumber nujateng

Pengajian 'Membumikan Kembali Aswaja' @RismaJT

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Pengajian Akbar dan Pembacaan Maulid Simthud Durar  dengan tema MEMBUMIKAN KEMBALI ASWAJA akan digelar pada Rabu, 27 Mei 2017 pukul 19.30 WIB.

Tempat di Ruang Sholat Masjid Agung Jawa Tengah dengan penceramah Rais 'Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus)

Kegiatan itu dilaksanakan dalam rangkah #HarlahRemaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah

Contac fb: Pers RISMA JT twitter: @RismaJT , dan IG: @RismaJT

Ketika Gus Mus ajak Ngaji Kiai Muda ke Mbah Maemoen Zubair

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Beberapa kiai muda yang sering ke rumah, aku ajak ngaji kepada Kiai Maemoen Zubair. 

Kami memohon waktu longgar beliau dan beliau pun memberi waktu dan bersedia mengajar kami beberapa hadits musalsal (yang sanadnya bersambung mulai dari beliau hingga Rasulullah SAW).

Alhamdulillah, pada waktu yang disepakati, kami sowan ke Sarang dan hampir seharian bersama kiai sepuh yang arif ini di Dalemnya. 


Kami tidak hanya mendapat ilmu (Hadits dan sejarah) dan makan minum; tapi juga ~saat pamitan~ mendapat hadiah sorban dan kitab (lengkap dengan tanda tangan beliau yang indah). 

JazãhuLlãhu khairal jazãa wa athãlaLlãhu baqã-ahu fï shihhatin wa'ãfiah.
 ***
Demikian ditulis oleh Gus Mus (KH. Mustofa Bisri) melalui akun jejaring sosial  facebooknya. (23/5)

Perhatian Syaikh Ali Gomaa terhadap Kristenisasi di Indonesia

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Siang ini (23/5), saat saya sedang mengerjakan tugas, tiba-tiba HP berdering. Di dalam layar HP tertulis nama Syaikh Emad al-Dardir. Tanpa basa-basi beliau langsung bilang:

"Muhammad, saya sedang di bawah, kamu segera turun, ada masalah penting." Langsung saja saya bergegas turun untuk menuju kantor TV Al-Azhar.

Setelah sampai di tempat, Syaikh Emad langsung memutar sebuah video yang ada di dalam HP-nya. Video tentang gerakan kristenisasi di Indonesia yang diberi pengantar bahasa Arab. Beliau bertanya,

"Kamu tahu siapa yang mengirim video ini kepadaku?"

Meski saya sudah bisa menebak itu kiriman dari Syaikh Ali Gomaa, karena di Mesir ini ulama besar yang sangat peduli dengan Islam di luar Mesir adalah Syaikh Dr. Ali Gomaa, namun saya tetap menjawab:

"Saya tidak tahu."

Akhirnya Syaikh Emad membuka whatsappnya dimana tertulis di sana Dr. Ali Gomaa. Tepat sesuai dugaan saya.

Pasca video diputar, saya tidak pernah melihat beliau semarah ini, sambil berkata: "Kami akan menyiapkan segala sarana untuk dakwah azhariyyin di media. Gunakan semaksimal mungkin. Kami berlepas diri kelak di hadapan Allah Ta'ala dari tanggungjawab menyebarkan Islam di Indonesia. Umat kalian membutuhkan para dai untuk membentengi akidah Islam di sana....dst."

Saya pun berpikir dan bicara dalam hati: "Saya ini bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, entah dosa siapa jika umat Islam terus berkurang jumlahnya di Indonesia. Kita sering ribut antar kita sendiri, sementara agama lain sibuk mencari tambahan pemeluk dari penganut agama kita."

Oleh ; Moehammed Hidayatulloh, via Suara Al Azhar

Kupas Tuntas yang Wajib Qadlo' da Wajib Fidyah jika Tidak Puasa

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Pada pembahasan kali ini, kami akan mengupas seputar hal-hal berikur ini :

A. Qodho'& Fidyah.
B. Kewajiban Mengqodho' dan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa walaupun sudah batal.
C. Sesuatu yang masuk ke rongga badan dari 5 (lima) lubang yang terbuka tapi tidak membatalkan puasa.
D. Permasalahan seputar Puasa.


A. Qodho'& Fidyah
Dalam permasalahan orang yang membatalkan Puasanya, baik disengaja maupun tidak itu terbagi ke dalam 4 (empat) keadaan, yaitu :
1. Wajib Qodho'& Fidyah
2. Wajib Qodho' tanpa Fidyah
3. Wajib Fidyah saja tanpa Qodho'
4. Tidak wajib Qodho'& Fidyah

Penjelasan :
1. Yang wajib Qodho' sekaligus Fidyah ada 2 (dua) yaitu :
a) Membatalkan Puasa karena Khawatir pada yang lain, seperti Ibu Hamil atau menyusui yang mengkhawatirkan Janin/Bayinya. Tapi jika ada kekhawatiran pada yang lain serta dirinya sendiri maka hanya wajib Qodho' saja.

b) Orang yang batal Puasanya akan tetapi ia telat mengqodho'nya sampai masuk Ramadhan berikutnya tanpa adanya Udzur seperti sakit, bepergian, menyusui atau lupa. Jika dia telat mengqodho'nya karena Udzur maka cukup mengqodho' saja tanpa Fidyah.

Ketentuan Fidyah : 1 (satu) Mud (6,7 ons) setiap hari batalnya, dan Fidyahnya berlipat sesuai terulangnya Tahun. Contoh : Punya tanggungan puasa 1 hari, sampai berlalu 2 Ramadhan berikutnya tidak sempat mengqodho' dengan tanpa Udzur maka dia wajib mengqodho' disertai membayar 2 (Mud). Dan Fidyah ini ditentukan dari Makanan Pokok negri tersebut, seperti Beras, Gandum, Kurma dll.
2. Wajib Qodho' saja tanpa Fidyah : Seperti orang yang Pingsan atau lupa niat di malam harinya, begitu juga orang yang sengaja membatalkan puasanya.

3. Wajib Fidyah saja tanpa Qodho' : Hanya teruntuk orang yang sudah lanjut usia yang terlalu berat baginya untuk berpuasa begitu juga orang sakit yang tidak ada harapan sembuh.

4. Tidak wajib Qodho'& Fidyah : Orang gila yang sebab kegilaannya tidak disengaja.

B. Kewajiban Mengqodho' dan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa walaupun sudah batal sampai masuknya waktu Maghrib itu ada dalam 6 (enam) keadaan, yaitu :


1. Orang sengaja membatalkan puasanya.
2. Orang yang tidak berniat Puasa di malam harinya, sekalipun ia lupa.
3. Orang yang makan Sahur, sedangkan ia menyangka belum masuk waktu Shubuh akan tetapi pada kenyataannya sudah masuk waktu Shubuh.
4. Orang yang berbuka Puasa, sedangkan ia menyangka sudah masuk waktu Maghrib akan tetapi pada kenyataannya belum masuk waktu Maghrib.
5. Orang yang mengira harinya itu 30 Sya'ban (belum masuk Ramadhan), akan tetapi pada kenyataannya sudah masuk Ramadhan.
6. Orang yang kemasukan air tanpa sengaja, akan tetapi dalam penggunaan air tersebut tidak dianjurkan seperti : Berlebihan saat berkumur & membasuh hidung saat wudhu', atau kemasukan air saat mandi biasa (bukan mandi sunnah/wajib).

C. Sesuatu yang masuk ke rongga badan dari 5 (lima) lubang yang terbuka tapi tidak membatalkan puasa itu ada 7 (tujuh) hal, yaitu :

1. Sesuatu yang masuk ke badan karena lupa.
2. Memasukkan sesuatu ke dalam tubuh dari 5 lobang tersebut sedangkan dia termasuk orang yang ketidaktahuannya itu dimaafkan seperti baru masuk Islam atau jauh dari Ulama'.
3. Orang yang memasukkan sesuatu ke badan karena dipaksa, akan tetapi ada syaratnya. (*Insya Allah akan dibahas setelah ini)
4. Ludah yang tertelan, dengan Syarat harus suci dan belum tercampur apapun. Atau tidak murni dan tidak pula suci ataupun tidak ditempatnya akan tetapi terlanjur susah baginya untuk membuang ludah tersebut maka tidak masalah.
5. Benda yang masuk berupa debu jalanan.
6. Benda yang masuk berupa hempasan tepung dan sejenisnya.
7. Benda yang masuk berupa lalat yang terbang dan sejenisnya.

*Masalah orang yang dipaksa membatalkan puasanya tapi tidak wajib mengqodho'itu syaratnya ada 5 :

1. Orang yang memaksa itu bisa mewujudkan ancamannya.
2. Orang yang dipaksa tidak mampu melawan atau lari ataupun minta tolong.
3. Prasangka orang yang dipaksa jika tidak melaksanakan perintah tersebut akan mendapatkan perlakuan yang ditakutkan/tidak diinginkan.
4. Tidak ada pilihan lain.
5. Ketika membatalkan puasanya tidak diiringi dengan Nafsu (keinginan) sendiri akan tetapi semata memenuhi paksaan tersebut.

D. Permasalahan seputar Puasa.
1. Jika ada orang sedang berpuasa sedangkan ia adalah anak kecil kemudian Baligh, atau orang yang sedang bepergian kemudian ia bermukim (tidak melanjutkan perjalanannya), atau orang tersebut sakit kemudian sembuh. Maka haram bagi mereka untuk membatalkan puasanya dan wajib menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa sampai masuknya waktu Maghrib.

2. Jika ada orang Haid atau Nifas suci, atau orang gila menjadi sembuh, atau orang kafir masuk Islam di siang hari Ramadhan, maka dianjurkan (sunnah) bagi mereka untuk Imsak (menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa sampai Maghrib). Dan tidak wajib Qodho' bagi orang gila dan kafir dalam keadaan tersebut.

3. Bagi orang yang Murtad jika kembali ke Islam maka dia wajib mengqodho' semua Puasa yang ia tinggalkan selama masa Murtadnya walaupun di saat Murtad ia sempat gila.

4. Ada kesalah-fahaman sebagian orang awam yang menyangka selama orang yang Adzan itu masih mengumandangkan Adzannya mereka masih meminum air dengan keyakinan waktu sahur masih diperkenankan. Padahal ini adalah kesalahan yang fatal, sebab Adzan itu menunjukkan sudah masuknya waktu Shubuh dan secara otomatis waktu sahur sudah habis. Jadi yang masih makan/minum di waktu adzan Shubuh berkumandang maka puasanya batal dan wajib Qodho'.

5. Jika ada seseorang yang wafat sedangkan ia mempunyai tanggungan Puasa Ramadhan atau Kaffarah, sedangkan selama hidupnya masih memungkinkan untuk melakukan itu semua akan tetapi tidak mengqodho'nya. Maka diperkenankan bagi keluarganya untuk mengqodho' setiap puasa yang ditinggalkan atau dengan mengeluarkan Fidyah 1 (satu) Mud setiap satu harinya.

6. Membatalkan Puasa Sunnah walaupun tanpa adanya Udzur itu diperkenankan, sedangkan membatalkan Puasa Wajib, Nadzar & Kaffarah itu Haram jika tanpa Udzur.

7. Puasa Wishol itu haram, yaitu dengan puasa 2 (dua) hari berturut-turut atau lebih tanpa berbuka walaupun dengan setetes air.

8. Jika membatalkan Puasa tanpa Udzur maka wajib mengqodho'nya secara langsung, sedangkan jika membatalkannya karena Udzur seperti sakit, bepergian atau lupa berniat maka kewajiban mengqodho'nya boleh kapan saja.

9. Jika kita melihat orang yang sedang berpuasa kok makan, maka kita lihat dulu kalau secara kasat mata (Dzahir) ia itu orang yang bertakwa maka dianjurkan (sunnah) bagi kita untuk mengingatkannya. Akan tetapi jika orang tersebut itu orangnya kurang takwa (mengentengkan) maka wajib bagi kita untuk mengingatkannya.

Disadur dari Kitab At-Taqriirot As-Sadiidah halaman 455-459 cetakan Dar Al-Mirats An-Nabawy. Karya Habib Hasan Bin Ahmad Al-Kaff salah satu Murid Habib Zein Bin Smith (Madinah).


Oleh : Imam Abdullah El-Rashied
Tarim, 5 Sya'ban 1436 H/23 Mei 2015

Mengapa Allah SWT Tidak Butuh Pada Tempat ?

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Di antara sifat yang wajib bagi Allah adalah sifat "Qiyamuhu Binafsihi". Artinya: Allah berdiri dengan sendir-Nya. Berdirinya Allah tidak butuh kepada tempat atau dzat yang menempati di dalamnya. Begitupula Allah tidak butuh kepada sang pencipta, karena Allah itu pencipta alam semesta.

Allah itu maujud, sedangkan maujudnya Allah tidak boleh disamakan dengan makhluk. Masalah "MAUJUD" diterangkan di dalam kitab "Syarah Shawi 'ala Jauharatut Tauhid"  karya Syeikh Ahmad bin Muhammad Al-Maliki Ash-Shawi halaman 154.

Maujud itu terbagi kepada 4 bagian besar, yaitu:


1. مستغن عن المحل و المخصص معا Artinya: Maujud yang tidak butuh kepada tempat atau dzat dan sang pencipta, yaitu Dzat Allah.

2. و مستغن عن المخصص فقط Artinya: Maujud yang tidak butuh kepada sang pencipta saja, yaitu sifat-sifat Allah.

3. و مفتقر للمخصص فقط Artinya: Maujud yang butuh kepada sang pencipta saja dzat-dzat makhluk (alam semesta).

4. و مفتقر لهما Artinya: Maujud yang butuh kepada dzat dan sang pencipta, yaitu sifat-sifat makhluk (alam semesta).

Adapun dalil bahwa Allah itu tidak butuh kepada tempat atau dzat, yaitu:

    لو احتاج الى محل لكان صفة , و لو كان صفة لم يكن متصفا بصفات المعانى و المعنوية , والفرض أنه متصف بها , و الا لما وجد العالم , فبطل كونه صفة و ثبت كونه ذاتا
    "Seandainya Allah itu butuh kepada tempat atau dzat, maka Allah itu sifat. Sedangkan, seandainya Allah itu sifat, maka Allah itu tidak kesifatan dengan sifat-sifat "Ma'ani dan Ma'nawiyah". Padahal sesungguhnya Allah itu kesifatan dengan sifat-sifat tersebut (Ma'ani dan Ma'nawiyah). Dan seandainya Allah itu tidak kesifatan dengan sifat-sifat tersebut, maka sesungguhnya tidak akan ada alam semesta. Dengan demikian, batallah atau tidak benar adanya Allah itu sifat, dan tetap atau benarlah adanya Allah itu Dzat.

Oleh : KH. Thobary Syadzily

Hujan Lebat setelah minta Syafa'at ke Makam Imam Al-Bukhari

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Di dalam kitab "Tabaqat As-Syafi'iyyah Al-Kubra" jilid 2 halaman 234 cetakan Dar Ihya al-Kutub al-'Arabiyyah diterangkan sebagai berikut:

    وَقَالَ أَبُو على الغسانى الْحَافِظ أخبرنَا أَبُو الْفَتْح نصر بن الْحسن السُّكْنَى السمرقندى قدم علينا بلنسية عَام أَربع وَسِتِّينَ وَأَرْبَعمِائَة قَالَ قحط الْمَطَر عندنَا بسمرقند فى بعض الأعوام فَاسْتَسْقَى النَّاس مرَارًا فَلم يسقوا فَأتى رجل صَالح مَعْرُوف بالصلاح إِلَى قاضى سَمَرْقَنْد فَقَالَ لَهُ إنى قد رَأَيْت رَأيا أعرضه عَلَيْك, قَالَ وَمَا هُوَ قَالَ أرى أَن تخرج وَيخرج النَّاس مَعَك إِلَى قبر الإِمَام مُحَمَّد بن إِسْمَاعِيل البخارى ونستسقى عِنْده فَعَسَى الله أَن يسقينا فَقَالَ القاضى نعم مَا رَأَيْت,
"Dan telah berkata Abu Ali Al-Ghassani Al-Hafidz: Abul Fathi Nashr bin Al-Hasan yang berdomosili di Sakna-Samarqan telah memberi kabar kepada kami bahwa telah datang kepada kami orang Balnasi pada tahun 464 H / 1072 M dan dia berkata: Telah terjadi musim kemarau yang panjang di daerah kami di Samarqandi pada suatu tahun yang lalu.


Orang-orang di sana sudah berkali-kali berusaha memohon hujan kepada Allah swt tapi tak kunjung tiba juga. Kemudian, seorang laki-laki yang shaleh yang terkenal dengan nama Shalah mendatangi penghulu Samaeqandi. Dia berkata kepada penghulu itu: Sesungguhnya aku bermimpi dengan sebuah mimpi yang akan aku perlihatkan kepadamu. Jawab penghulu: Mimpi apa itu?. Kata laki-laki shalih itu: Aku bermimpi bahwa engkau keluar bersama orang-orang Samarqandi menuju makam Imam Muhammad bin Isma'il Al-Bukhari (Imam Bukhari, pengarang kitab Shahih Al-Bukhari).

Di sisi makam beliau kami memohon hujan kepada Allah swt. Mudah-mudahan Allah menurunkan hujan kepada kami !. Jawab penghulu: Itulah sebaik-baik mimpi yang telah kau alami.


    فَخرج القاضى وَالنَّاس مَعَه واستسقى القاضى بِالنَّاسِ وَبكى النَّاس عِنْد الْقَبْر وتشفعوا بِصَاحِبِهِ فَأرْسل الله تَعَالَى السَّمَاء بِمَاء عَظِيم غزير فَقَامَ النَّاس من أَجله بخرتنك سَبْعَة أَيَّام أَو نَحْوهَا لَا يَسْتَطِيع أحد الْوُصُول إِلَى سَمَرْقَنْد من كَثْرَة الْمَطَر وغزارته وَبَين سَمَرْقَنْد وخرتنك نَحْو ثَلَاثَة أَمْيَال
Kemudian, penghulu itu keluar bersama orang-orang Samarqandi menziarahi makam Imam Bukhari dan memohon kepada Alla swt supaya diturunkan hujan. Orang-orang itupun menangis di sisi makam Imam Bukhari. Mereka minta syafa'at kepada beliau supaya Allah segera menurunkan hujan.

Tak lama kemudin Allah menurunkan hujan yang sangat lebat sekali. Orang-orang di Khartanak pun pada berdiri selama kira-kira 7 hari sambil menunggu redanya hujan.

Seseorang takkan mampu untuk bisa sampai ke daerah Samaeqandi dikarenakan hujan yang sangat deras. Sedangkan jarak antara Samarqandi dan Khartanak kira-kira 3 mil".

Makam al-Imam al-Bukhari
Thabaqat al-Syafi'yyah al-Kubro
Oleh : KH. Thobary Syadzily

Al-Azhar Kecam Pengeboman Masjid Syi'ah di Arab Saudi

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Al-Azhar al-Syarif, institusi keagamaan tertinggi muslim Sunni di Mesir, mengecam serangan bunuh diri yang menargetkan sebuah masjid Syiah di timur Arab Saudi. JUm'at (22/5). Al Azhar memperingatkan propaganda yang untuk memunculkan "konflik sektarian".

Grand Shaikh Al Azhar Ahmed al-Tayeb "menyayangkan adanya pengeboman yang dilakukan teroris dengan menargetkan masjid Syiah di salah satu provinsi Saudi, Qatif, yang menimbulkan puluhan korban meninggal dan cireda," kata kantor media Al-Azhar dalam sebuah pernyataannya.

Al-Tayeb menekankan pada "kesucian darah dan kesakralan rumah ibadah, serta betapa pentingnya menjauhkan hal-hal tersebut dari terjadinya konflik".

Grand Sheikh Al-Azhar menambahkan terkait pentingnya mengutamakan kearifan dan kebijaksanaan, serta memberi peringatan bahwa jatuhnya korban dapat menimbulkan konflik sektarian di kerajaan.

Diberitakan bahwa, 20 orang tewas ketika seorang pembom bunuh diri meledakkan dirinya di dalam sebuah masjid Syiah di provinsi Qatif, sebagaimana laporan media Saudi.

Beberapa orang lainnya luka-luka bahkan kritis akibat pengeboman tersebut. Pengeboman terjadi saat suasana masjid ramai dengan para jama'ah.

Sementara Sekjend PBB Ban Ki-moon pada Jumat (22/5) turut mengutuk serangan bom bunuh diri yang menargetkan masjid Syiah di timur Arab Saudi. Sekjen PBB tersebut berharap para pelaku secepatnya dibawa ke pengadilan.

sumber via moslemdaily.com

Marhaban ya Ramadan

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Ramadan is the ninth month of the Islamic calendar, when Muslims fast during daylight hours.

There are several reasons why Ramadan is considered important:

    The Qur'an was first revealed during this month
    The gates of Heaven are open
    The gates of Hell are closed and the devils are chained up in Hell.


The Qur'an revealed

    The month of Ramadan in which was revealed the Qur'an, a guidance for mankind and clear proofs for the guidance and the criterion (between right and wrong)


    [al-Baqarah 2:185]

The actual night that the Qur'an was revealed to the Prophet Muhammad is called Lailat ul Qadr, and to stand in prayer on this one night is said to be better than a thousand months of worship.

Ramadan is often called 'month of the Qur'an' because of this, and Muslims attempt to recite as much of the Qur'an as they can during the month. Most mosques will recite one thirtieth of the Qur'an each night during the Taraweeh prayers.

No one knows on which particular night the Qur'an was first revealed, but it is said to be one of the last ten nights of Ramadan.

The gates of Heaven are open and the gates of Hell are closed
    It was narrated from Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) that the Messenger of Allah (peace and blessings of Allah be upon him) said: "When Ramadan comes, the gates of Paradise are opened and the gates of Hell are closed, and the devils are put in chains."

    (Agreed upon)

Muslims believe that their good actions bring a greater reward during this month than at any other time of year, because this month has been blessed by Allah.

They also believe that it is easier to do good in this month because the devils have been chained in Hell, and so can't tempt believers. This doesn't mean that Muslims will not behave badly, but that any evil that they do comes from within themselves, without additional encouragement from Satan.

Almost all Muslims try to give up bad habits during Ramadan, and some will try to become better Muslims by praying more or reading the Qur'an.

Muslims believe that this is one way that the chaining up of the devils is manifested, since there is no other reason for them to do so.

Special practices
There are a number of special practices which are only done during Ramadan.

Fasting the whole month long
Although Muslims fast during other times of the year, Ramadan is the only time when fasting, or sawm, is obligatory during the entire month for every able Muslim.

Ramadan is intended to increase self-control in all areas, including food, sleeping, sex and the use of time.

Taraweeh Prayers
These are long night prayers, which are not obligatory, but highly recommended.

Mosques are filled with worshippers who go to attend these prayers, which usually last for one and a half to two hours.

These prayers also give Muslims a chance to meet at the mosque every day, and so they also help to improve relationships in the Muslim community.

I'tikaf
I'tikaf refers to going into seclusion during the last ten nights of Ramadan, in order to seek Lailat ul Qadr by praying and reading the Qur'an. Some people live in the mosque during this time for serious reflection and worship. Others spend a few hours at the mosque or home.

The date of Ramadan
Ramadan is the ninth month of the Islamic calendar and as with all months in the Islamic calendar, its start is based on the sighting of the new moon.

There can be confusion and disagreement over the starting date of this month. Since the month is full of blessings and marks the beginning of fasting, or sawm, accuracy is very important.

Since Muslims live all over the world, but Islam started in what is now known as Saudi Arabia, they may not agree as to which country’s first moon sighting marks the start of the month.

But although Muslims do often start and end Ramadan on slightly different days, there is little real ill will, and it is forgotten once the fasting starts.

Sighting in each country
Some Muslims believe that a new moon sighting from their individual country marks the start of Ramadan.

One argument for accepting this is that Islam is regarded as a way of life for all people. Choosing a local sighting includes those who do not have access to technology or fast communication.

It's argued that unity within a known geographic location is more important than celebrating Ramadan with people who live in another country or continent.

Sighting in Saudi Arabia
Other Muslims believe that the sighting of the new moon from Saudi Arabia marks the beginning of Ramadan.

They believe this unifies all Muslims, as well as carrying on the tradition of the Prophet Muhammad.

Technology

Some Muslims believe that technology should be used to mark the true date.

Advice for the sick who fast during Ramadan
Ramadan fasting is obligatory for the healthy adult but when fasting may significantly affect the health of the fasting individual or when one is genuinely sick, Islam exempts him from fasting. "God intends every facility for you, he does not want to put you into difficulties" (Quran 2:185). However, a significant number of ill patients, for whatever reasons, do decide to observe the fast. And it is these patients who need to seek the opinion of health professionals on an individual basis.

Those suffering from minor ailments really do not have any problems fasting. Those suffering from acute conditions may need advice about altering their dosing regimen i.e. the amount and frequency of their medication. Drugs that are normally required to be taken frequently, such as many antibiotics, can be problematic for the fasting patient. However, the increasing availability of alternative drugs with long half-lives (circulation times in the body) and the increasing formulation of short-acting drugs as sustained release preparations have offered much needed assistance to fasting patients.

For example patients suffering from acute upper respiratory infections such as a severe sore throat may still be able to fast. Normally such a patient may be prescribed antibiotics that have to be taken 3 or 4 times a day and would not be able to fast. However in order to facilitate fasting, the patient could be given a long-acting antibiotic such as Septrin (co-trimaxozole), which only needs to be taken once every 12 hours, or Zithromax (azithromycin), which only needs to be taken once daily. This can only be done when the infecting organisms are treatable with the alternative antibiotics and this needs to be discussed with the patient's own medical practitioner on a case-by-case basis.

An example where alternative routes of drug administration may help fasting patients is the use of transdermal (skin) patches. For example some patients suffering from mild forms of angina pectoris, a heart condition, could benefit from taking their medication, glyceryl trinitrate, as a skin patch rather than sub-lingual tablets. Here, the drug would be effective by entering the blood stream through the skin, and not orally (which would break the fast). Again, this may only be possible in specific patients and needs to be discussed with the patient's doctor. Pharmacists are generally willing to advise patients on the availability of alternative dosage forms for medication during Ramadan.

An example of where sustained release formulations may help is that of the fasting patients suffering from mild forms of hypertension (high blood pressure). These patients can be given their drug in formulations that only require once-daily dosing. Here the drug can be administered orally at Sahur and the special formulation then allows the drug to slowly release into the body over a day. In fact, there is a school of thought among medical practitioners that those patients who have mild to moderate high blood pressure and are also overweight should be encouraged to fast as fasting may help to lower their blood pressure. Such patients should see their physician to adjust medication. For example, the dose of diuretics should be reduced to avoid dehydration, and sustained release formulations such as Inderal LA can be given once a day before the pre-dawn meal.

An increasing case where practitioners are likely to advise patients on fasting is in those suffering from Diabetes mellitus. Many Muslims, especially of Asian descent, have an increased risk of suffering from some form of diabetes. The International Journal of Ramadan Fasting Research has suggested the following guidelines for health professionals treating Muslim patients with diabetes: "Diabetic patients who are controlled by diet alone can fast and hopefully, with weight reduction, their diabetes may even be improved. Diabetics who are taking oral hypoglycaemic agents along with the dietary control should exercise extreme caution if they decide to fast. These patients should consult their medical doctor for dose adjustment. If they develop low blood sugar symptoms in the daytime, they should end the fast immediately."

In addition, diabetics taking insulin should consult their doctor to see if their dose can be adjusted for them to fast during Ramadan. In all cases of Muslim diabetics fasting, they should closely monitor their blood sugar levels especially before and after meals.

In summary, Islam offers an exemption to the sick from observing their fast during the holy month of Ramadan. However, some patients may be able to fast if their health is not adversely affected during the period of fasting. In such cases, advice from pharmacists and doctors about changing prescriptions to equally effective drugs that have reduced dosing, such as sustained release formulations, may be beneficial to the fasting Muslim. In all cases of illness, it is recommended that Muslim patients, if they do fast, do so under medical supervision.

source nu.or.id

Imigran Muslim asal Negeria Lempar 12 Pengungsi Kristen dari Perahu

$
0
0
Muslimedianews.comPara imigran pengungsi muslim asal Nigeria melempar 12 pengungsi Kristen dari perahu mereka ketika sedang melintasi Laut Mediterania menuju Eropa. Mereka dilempar karena menolak berdoa kepada Allah.

Ketika perahu karet yang mengangkut sekitar seratus pengungsi Nigeria itu mulai tenggelam, seorang warga Kristen di perahu itu berdoa tapi dia dimarahi oleh pengungsi muslim lainnya. "Di sini kita hanya berdoa kepada Allah," kata seorang dari mereka, seperti dilansir koran the Daily Mail, Sabtu (18/4).

Ketika dia menolak, terjadilah pertengkaran yang berujung 12 temannya sesama Kristen dilempar dari perahu hingga mereka tenggelam.

Kabar itu muncul dari laporan 10 ribu pengungsi Nigeria yang melarikan diri buat menghindari perang di negeri asal mereka. Kapal Italia menyelamatkan mereka pekan lalu.

Saksi yang menyaksikan kejadian itu mengatakan kepada para penyelidik tentang peristiwa mengenaskan itu. "Mereka bilang akan melemparnya ke laut jika dia tidak berhenti berdoa," kata saksi, seperti dikutip La Republica. "Mereka mulai berteriak dan mendorong dua orang hingga dia jatuh ke laut dan tenggelam."

Menurut harian the Times, para pengungsi muslim itu marah dan meneriakkan takbir sebelum menyerang pengungsi Kristen.

Sedikitnya sebanyak 900 pengungsi tewas atau hilang sejak mereka melarikan diri mulai awal tahun ini. Pekan lalu 400 orang tewas ketika kapal mereka tumpangi tenggelam di tengah jalan.

sumber via merdeka


Lagi, Pengurus ICMI Kader PKS Menghina Grand Shaikh Al Azhar

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Salah seorang bernama Lathif Hakim yang mengaku sebagai Tim Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) pimpinan Prof. B.J. Habibie melakukan tindakan tidak terpuji terhadap Grand Shaikh Al-Azhar Prof. Dr. Ahmad Thayib pimpinan tertinggi institusi keagamaan terbesar di dunia, Al-Azhar.

Lathif Hakim yang mengaku sebagai tim ICMI ini, melalui akun facebooknya, menghina dan mengolok-ngolok Grand Shaikh lantaran dukungan orang yang disebut terakhir terhadap Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi.

“ASS. WR. WB. SYAIKUL AZHAR yang bernama kang THOYIB saja mendukung junta militer as-sisi… apa gak keblinger…. mungkin… anak buahnya… juga mayoritas mendukungnya, termasuk mahasiswanya… mungkin yg terbaik ya, diam (bagi yg sadar) daripada… kena imbas kezaliman… tetapi kalau diam terus menjadi orang tidak kritis tersumbat dlm roda kezaliman… JADI menikmati kezaliman,” tulis Abdul Lathif dalam status facebooknya.


Dari penelusuran redaksi media Islam mosleminfo.com, Lathif Hakim ternyata alumnus Universitas Al-Azhar Kairo dan merupakan kader inti Partai Keadilan Sejahterah (PKS). Ini bukan pertama kali kader-kader PKS meluapkan emosi atas kegagalan politik Ikhwanul Muslimin di Mesir dengan mencaci-maki Al-Azhar. Padahal, Al-Azhar bukan organisasi politik dan murni bergerak dalam dunia pendidikan. Kenapa mereka tidak mengkritik partai-partai Salafi yang juga mendukung al-Sisi?

Sebelumnya Lathif Hakim juga telah membuat kontroversi dengan melarang mahasiswa/i Indonesia belajar ke Al-Azhar selagi Mesir masih dipimpin oleh al-Sisi. Dan pernyataannya ini menuai banyak kecaman dari para mahasiswa Al-Azhar.

Tentu saja, dengan menyebut dirinya sebagai Tim ICMI, pihak ICMI harus mengklarifikasi ke publik apakah orang yang bersangkutan benar pengurus ICMI atau bukan. Karena ini menyangkut kredibilitas ICMI itu sendiri yang didirikan untuk memberikan pencerahan kepada umat, bukan justru menciptakan kericuhan. (am/mosleminfo)

sumber mosleminfo

Expo Halal Internasional di Moskow Promosikan Islam

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Expo Halal Internasional di Moskow merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan Islam dan syari'ah Islam, kata salah seorang perancang busana Dilara Sadrieva, Sabtu (23/5).

"Kami ingin mengubah pandangan umum yang menyatakan bahwa gaya berpakaian Islam membosankan dan menjemukan," kata Sadrieva. "Perempuan Muslim telah membawa keindahan dan prestise kepada dunia."

Yusup Magomaev, wakil ketua komite pariwisata pemerintah Chechnya, mengatakan bahwa pameran merupakan kesempatan untuk menemukan mitra bisnis.

Pameran, yang diprakarsai oleh Anadolu Agency adalah mitra komunikasi global, dikemas dengan menampilkan berbagai perusahaan yang terlibat dalam keuangan Islam, pakaian, fashion, budaya, farmasi dan pariwisata, serta produk dan jasa makanan halal.

Lebih dari 200 perusahaan mengambil bagian dalam pameran yang berlangsung selama tiga hari, yang dikuti oleh negara-negara seperti Turki, Iran, Inggris, Pakistan, Arab Saudi, Indonesia dan Malaysia.

sumber via moslemdaily.com


Kompetisi Film Pendek Dokumenter

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Pendaftaran Kompetisi film pendek dokumenter dengan total hadiah 40 juta dibuka sejak tanggal 20 Mei 2015 sampai 10 Juli 2015.

Pengumuman pemenang tanggal 1 Agustus 2015 di situs NU Online, Radio NU dan TV9.

Tema antara lain:

1. Khazanah pesantren, khazanah Indonesia
2. Guru ngajiku keren
3. Yang muda yang tenggang rasa
4. Orang biasa yang istimewa
5. Perempuan pejuang

Ketentuan teknis, syarat peserta, formulir dan info lengkap di www.muktamar-nu.or.id

Mengapa Ibunda Nabi, Aminah binti Wahhab Ahli Surga ?

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Di dalam kitab "At-Tajul Jami' lil Ushul fii Ahaditsir Rasul (التاج الجامع للأصول في أحاديث الرسول)" diterangkan  yang artinya sebagai berikt :

"Dari Abu Hurairah beliau berkata: Nabi saw berziarah ke makam ibunya dan beliau menangis. Begitupula orang-orang yang berada di sekitarnya pada menangis. Kemudian, beliau berkata: Aku meminta idzin kepada Tuhanku supaya aku bisa memintakan ampunan untuknya. Namun aku tidak diidzinkan oleh-Nya.  


Terus aku meminta idzin kepada-Nya supaya aku bisa menziarahinya. Kemudian, Dia mengidzinkan aku untuk menziarahi ibuku. Berziarahlah ke makam-makam !! Karena, berziarah itu dapat mengingatkan mati. Hadits riwayat Imam Muslim, Abu Dawud, dan Nasa'i ".

Maksud hadits tersebut di atas sebagai berikut:


"Ketika Nabi Muhammad saw menziarahi ibunya yang bernama Sayyidah Aminah binti Wahab, beliau menangis karena ibunya tidak beragama Islam dan tidak mendapat kesenangan di dalamnya, dan Allah tidak mengidzinkan Nabi saw memintakan ampunan untuk ibunya. Karena, permintaan ampunan itu syaratnya harus beragama Islam. Sedangkan ibunda Nabi saw wafat dalam keadaan menganut agama kaumnya sebelum Nabi saw.Hal ini bukan berarti ibunda Nabi saw tidak masuk surga, karena ibunda Nabi termasuk ahli fatrah (masa kekosongan atau vakum antara dua kenabian).

Menurut ulama jumhur bahwa ahli fatrah itu adalah orang-orang yang selamat (orang-orang yang selamat dari api neraka dan mereka tetap dimasukkan ke dalam surga).

Firman Alla swt: و ما كنا معذبين حتى نبعث رسولا

Bahkan berlaku dan absah menurut ahli mukasyafah bahwa Allah ta'ala menghidupkan kembali kedua orangtua Nabi saw setelah beliau diangkat jadi Rasul. Kemudian, mereka beriman kepada Nabi saw. Oleh karena itu, sudah pasti mereka termasuk ahli surga".



قبر السيدة آمنة بنت وهب ..
At-Tajul Jami' lil Ushul fii Ahaditsir Rasul
Oleh : KH. Thobary Syadzily

PBNU Usul Warga #Rohingya Ditempatkan di Pesantren

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Para pengungsi Rohingya yang masih ditampung di Aceh bisa saja disebar ke pesantren-pesantren. Kondisi di pesantren jauh lebih baik dibandingkan di pengungsian.

"Pesantren kan bisa siapkan tempatnya, konselingnya, misalnya bimbingan sehari-hari, kiainya kan juga punya tanah atau usaha apa, kan bisa dipekerjakan diistu, supaya tidak menganggur, tidak stres kan disitu," ujar Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Masdar Farid Mas’udi kepada wartawan usai menghadiri diskusi tentang Rohingya di kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jakarta Pusat, Jumat (22/5/2015).


Menurut Masdar Farid, baik Pesantren di Provinsi Aceh maupun di pulau Jawa atau bahkan di Nusa Tenggara Barat (NTB) ia yakin siap menampung para pengungsi bila diminta.

Jumlahnya pun cukup banyak, satu pesantren bisa saja menampung 30 - 45 orang pengungsi.

NU kata dia belum diminta untuk berpartisipasi menangani para pengungsi Rohingya. Di kalangan NU pun gagasan tersebut belum dibicarakan. Namun menurutnya hal tersebut bukan lah sesuatu yang tidak mungkin.

"Saya kira itu bukan barang mustahil. Kalau NU membantu, ya disitu, memberi tempat mereka berlindung untuk sementara, sambil belajar kehidupan untuk mengamalkan keyakinan agamanya seusai dianut, mereka akan dapatkan kedamaian dalam sikap itu," ujarnya.

sumber tribunnews

Allah Sang Khaliq memang Bukan Orang Arab

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Ketika ada pernyataan bahwa "Allah Bukan Orang Arab", ternyata banyak dari umat Islam yang berang dengan hal tersebut. Fenomena ini merupakan sesuatu yang unik sekaligus memprihatikan, karena ternyata mulai banyak yang tidak mengenal Allah dengan baik.

Dalam hal ini, penting kembali mulai mengenal Allah, Ma'rifullah, dengan segala sifat-sifat kesempurnaannya. Kembali kita harus memulai daripada pelajaran yang paling awal didalam pendidikan Islam.

Allah adalah Sang Khaliq (Pecipta) alam semesta, pencipta langit dan bumi serta seluruh isinya. Allah bukanlah makhluk. Makhluk adalah sesuatu yang diciptakan oleh Allah. Sesuatu yang selain Allah adalah makhluk.

Allah Maha Ada (Maujud) sejak zaman azali. Oleh karena itu, Allah bukanlah orang #Arab, sebab Allah bukan makhluk. Allah bukan orang Indonesia, bukan orang Amerika, dan seterusnya. Sebaliknya Allah adalah pencipta seluruh makhluk, baik malaikat, jin dan manusia.

Allah juga tidak butuh pada makhluk, sebaliknya makhluk sangat membutuhkan Allah. Dalam hal ini, menjadi penting untuk kembali mengal sifat-sifat wajib bagi Allah, sebagai berikut.


1. Wujud (Ada), dan mustahil Allah bersifat ‘Adam (Tidak ada). Bukti keberadaan Allah adalah adanya  ciptaan-Nya. Ini merupakan dalil 'Aqli, sedangkan Naqlinya sebagaimana surat Ar-Ro’du ayat 16:

قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ … قُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ
Katakanlah: “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabnya: “Allah”. …..” Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.

2. Qidam (Terdahulu/Tak berawal) dan mustahil Allah bersifat Hudust (Baru/Ada awalnya). Seandainya Allah hudust (ada awalnya) pasti Allah membutuhkan yang menciptakan, dan itu mustahil bagi Allah. Dalil naqlinya adalah surat Al-Hadid  ayat 3:

{هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ} [الحديد: 3]
"ialah yang Awal dan yang akhir".

3. Baqo (Kekal/Tiada akhirnya) dan mustahil Allah bersifat Fana (Rusak/Musnah). Seandainya Allah fana (rusak atau tidak kekal) pasti Allah bersifat Hudust, dan itu mustahil bagi Allah. Dalil Naqliny aurat Ar-Rahman  ayat 27:

{وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ (27) } [الرحمن: 28]
"Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan".

4. Mukholafatu Lilhawadist (Berbeda dengan makhluknya) dan mustahil Allah bersifat Mumatsalatu Lilhawadist (Menyerupai makhluknya)

Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah Mumatsalah (menyerupai makhluk) maka Allah tidak ada bedanya dengan makhluk, dan itu mustahil. Dalil Naqli adalah Surat Asy-Syuro ayat 11:

{لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ } [الشورى: 11]
"tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia,"

Dalil ini, sekaligus membantah kelompok yang berpaham mujassimah (menjisimkan Allah) dan musyabbihah (menyerupakan Allah dengan makhluknya).

5.  Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri dengan Dzatnya sendiri) dan mustahil Allah bersifat Ihtiyaj (Membutuhkan)

Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah Ihtiyaj (membutuhkan tempat atau pencipta) maka Allah “sifat”.Seperti warna putih(sifat), membutuhkan benda(untuk tempat), apa bila benda itu hilang maka warna putihpun akan ikut hilang. Dan itu mustahil bagi Allah. Dalil Naqli : Surat Al-Ankabut  ayat 6:

إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ  العنكبوت
"Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam".

6. Wahdaniyyat (Esa/Tunggal) dan mustahil Allah bersifat Ta’addud (Lebih dari satu). Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah Ta’addud (tidak tunggal) maka tidak akan ada ciptaanNya, karena apabila Allah ada dua tentu mereka akan berbagi pendapat, dan itu mustahil. Maka  tidak mungkin Allah Ta’addud.

Dalil Naqli : Surat Al Ikhlas.

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)
"Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,  Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”

7.  Qudrat (Berkuasa atas segala sesuatu) dan mustahil Allah bersifat ‘Ajzu (Lemah/Tidak bisa berbuat apa – apa).

Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah ‘Ajzu (tidak bisa apa-apa) pasti tidak akan pernah ada ciptaanNya, dan itu mustahil bagi Allah. Sedangkan Dalil Naqli : Surat Al Baqoroh  ayat 20:

إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
"Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu".

8. Irodat  (Berkehendak) dan mustahil Allah bersifat Karohah (Terpaksa). Dalil ‘Aqli adalah seandainya Allah Karohah (terpaksa) pasti Allah ‘Ajzu (lemah). Dan itu mustahil. Dalil Naqli : Surat Hud  ayat 107:

إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ  هود: 107
"Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang dia kehendaki".

9. ‘Ilmu (Maha Mengetahui) dan mustahil Allah bersifat Jahl (Bodoh). Dalil ‘Aqli (secara akal sehat) adalag seandainya Allah jahal (Bodoh) pasti Allah tidak Irodat (tidak berkehendak karena bodoh), dan itu mustahil.

Dalil Naqliny adalah Surat Al Baqoroh ayat 231:

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
"Dan ketahuilah bahwasanya Allah Maha mengetahui segala sesuatu".

10. Hayat (Hidup) dan mustahil Allah bersifat Maut (Mati). Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah Maut (Mati) pasti Allah tidak Qudrat, tidak Iradat dan tidak ‘Ilmu, dan itu mustahil. Dalil naqli :  Surat Al Baqoroh   ayat 255:

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)"

11. Sama’ (Maha Mendengar) dan mustahil Allah bersifat Shomam (Tuli). Dalil ‘Aqli (secara akal sehat) adalah  Tidak masuk akal apabila Allah tidak mendengar. Dalil Naqli : Surat Asy Syuro  ayat 11:

وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
"dan Dia-lah yang Maha mendengar dan Melihat".

12. Bashor (Maha Melihat) dan mustahil Allah bersifat ‘Amaa (Buta). Dalil ‘Aqli :  Tidak masuk akal apabila Allah tidak melihat. Dalil Naqli :    Surat Asy Syuro ayat 11:

وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
"dan Dia-lah yang Maha mendengar dan Melihat".

13. Kalam (Berfirman) dan mustahil Allah bersifat Bukmu (Tidak berfirman/tidak bisa berbicara/bisu). Dalilnya dalam surat An-Nisa ayat 164:

 وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا  النساء: 164
"dan Allah Telah berbicara kepada Musa dengan langsung"

Umat Islam harus menyakini bahwa Kalam Allah tidak serupa dengan kalam makhluk, sebab kalam kita adalah makhluk (sesuatu yang diciptakan) dalam diri kita dengan alat berupa lisan, mulut, bibir dan lain-lain. Sedangkan Kalam Allah tidak seperti demikian.

14.  Qodiron dan mustahil Allah bersifat ‘Ajizan. Dalilnya sama dengan dalil sifat Qudrot

15.  Muridan dan mustahil Allah bersifat Karihan. Dalilnya sama dengan dali sifat Irodat

16. ‘Aliman dan mustahil Allah bersifat Jahilan. Dalilnya sama dengan dalil sifat ‘Ilmu

17. Hayyan dan mustahil Allah bersifat mayyitan. Dalilnya sama dengan dalil sifat hayat

18. Sami’an dan mustahil Allah bersifat Ashomma. Dalilnya sama dengan sifat Sama’

19. Bashiron dan mustahil Allah bersifat A’maa. Dalilnya sama dengan dalil sifat Bashor

20. Mutakaliman dan mustahil Allah bersifat Abkama. Dalilnya sama dengan dalil sifat Kalam

Dua puluh (20) sifat diatas merupakan sifat wajib bagi Allah Subhanahu wa Ta'alaa, sedangkan kebalikannya adalah sifat mustahil bagi Allah. Pelajaran yang demikian merupakan pelajaran yang paling awal didalam pendidikan Islam untuk memperkuat aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah dikalangan umat Islam. Sayangnya tidak semua umat Islam mempelajarinya.

Oleh : Ibnu ' Rabassa
Viewing all 6981 articles
Browse latest View live


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>