Quantcast
Channel: Muslimedia News - Media Islam | Voice of Muslim
Viewing all 6981 articles
Browse latest View live

Melur Seruni Buruh Migran Singapura Launching Puisi

$
0
0
Semarang, Muslimedianews.com ~ Kecintaan dan rasa rindu terhadap tanah air kelahiran mendorong buruh migran dari Singapura Melur Seruni mengungkapkannya lewat kumpulan puisi yang berjudul Jejak Kelana. Bertempat di kedai Kopi Abg Gunungpati kumpulan puisi jejak kelana menjadi perhatian dan kajian para sastrawan dan akademisi, Minggu malam (1/11)

Kegiatan yang dirancang RIC Karya Kota Semarang memberikan suguhan seorang penyair dari kota Magelang yang saat ini menjadi buruh migran di Singapura melalui karyanya untuk dibacakan dan didiskusikan dengan mengusung tema Perempuan dan Buruh Migran. Melur Seruni bukan hanya bekerja, namun ia mampu menelurkan sebuah karya sastra dan menempuh pendidikan di Singapura untuk memperdalam keilmuannya terutama bahasa Inggris.

Dihadiri langsung penulisnya Melur Seruni sengaja pulang ke Indonesia untuk membincangkan karyanya, sebelumnya peluncuran buku tersebut dilaksanakan di Tembi Rumah Budaya Jogja dan Borobudur Magelang. Dan Semarang menjadi tempat yang sepesial karena disinilah buku karyanya didiskusikan dan bahkan buku ini lahir di Kota Lumpia Semarang yang digarap oleh RIC karya.

Puisi Jejak Kelana dibacakan oleh para penyair dari berbagai kota di Jawa Tengah seperti Waluyo Suryadi dari Komunitas Sastra Semarang, Kelana Siwi Kristyaningtyas (Kendal),  Wage Tegoeh Wijono (Purwokerto), Didik Endro S (Jepara), Indri Yuswandari (Kendal), Basa Basuki (Semarang), dan Slamet Priyatin (Kendal) dan performance puisi oleh Aning Purwo dari Magelang.

Eko Tunas sastrawan senior mengatakan puisi Melur Seruni memiliki karakter puisi naturalis yang mana ia mengungkapkan sesuatu sebagaimana apa yang dialaminya melalui keadaan aslinya berbicara tentang kerinduan, kenangan, laut dan bahkan kisah cinta.

Lain lagi dengan Indri Yuswandarai penyair dari Kendal mengungkapkan bahwa puisi Melur Seruni menuturkan tentang kediriannya sebagaimana judulnya jejak kelana merupakan sebuah pengalaman hidup. Sayangnya ia tidak menuturkan pahit getirnya menjadi buruh migran, sehingga puisi Melur Seruni meski lahir di Singapura tetap beraroma Magelang.

Kontributor: Ninik A./Ric Karya

Lembaga Keuangan Syariah sebagai Alternatif Lembaga Konvensional

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Lembaga keuangan syariah telah dipercaya menjadi alternatif bagi lembaga keuangan konvensional. Pertumbuhan lembaga keuangan konvensional tercatat lebih dari 20% dari dekade terakhir.Dampak dari munculnya industri keuangan syariah yang beragam yaitu munculnya akuntansi syariah untuk memenuhi persyaratan akuntansi dan pelaporan transaksi keuangan syariah, shariah governance dalam bentuk audit syariah atau review. Dengan adanya audit shariah untuk lembaga keuangan syariah memberikan jaminan yang independen kepada para pemegang saham mengenai hal-hal yang berkaitan dengan operasi lembaga keuangan syariah berdasarkan prinsip syariah. Akan tetapi  audit syariah ini tak terlepas dari masalah, salah satu masalah dalam audit syariah yaitu terbatasnya sumber daya manusia yang kompeten dalam pengetahuan dan kualifikasi, dan kurangnya kerangka audit syariah yang tepat. Pendidikan memegang kunci untuk mengatasi masalah sumber daya manusia.

Maka dari itu Yaqoob, dkk (2014) melakukan penelitian awal pada mahasiswa Brunei yang diharapkan menjadi bagian dari tenaga kerja audit syariah dimasa depan. Hasil membuktikan bahwahanya 40% dari responden yang berargumen auditor syariah melakukan dua pekerjaan, yang pertama mengaudit keuangan normal dan yang kedua berperan memeriksa kepatuhan syariah lembaga keuangan syariah.hal ini mencerminkan pemahaman mahasiswa terhadap audit syariah masih sangat minim.Selanjutnya Survei menunjukan 91% responden setuju bahwa auditor syariah harus dikembangkan secara tepat dalam kerangka hukum dan struktur harus diperkuat.Mereka memahami dengan baik karakteristik dan pengetahuan yang diperlukan dari auditor syariah. Tetapi mereka tidak mengetahui secara rinci tugas dan peran auditor di lembaga keuangan syariah bahkan lebih parahnya lagi mereka tidak mengetahui bahwa auditor syariah merupakan prospek karir masa depan.

Solusi dari masalah ini yaitu perlu dilakukannya sosialisasi kepada mahasiswa khususnya jurusan akuntansi, keungan dan syariah serta masyarakat pada umumnya bahwa auditor syariah merupakan prospek karir jangka panjang dan sosialisasi tentang tugas dan wewenang yang dilakukan oleh auditor syariah.Selain itu solusinya adalah link match kurikulum yang berkaitan dengan audit dan muamalah di lembaga pendidikan bersangkutan. Dan dibutuhkannya kerjasama antara lembaga pendidikan dengan industri. Disisi lain bagi pihak lembaga pendidikan harus membuat link and match kurikulum sehingga dapat memenuhi kebutuhan sumber daya manusia pada lembaga keuangan syariah dan menghasilkan lulusan ganda yaitu akuntansi dan syariah (Mardian, 2013, hal 179-198)

Penulis : Nadia Farhana Izzatika
Mahasiswi Jurusan Akuntansi Syariah di STEI SEBI, Depok

Referensi :
- Yaacob Hisyam. Shafeek Fathima. Nahar S Hairul. 2014. Exploring Undergraduate Students’ Understanding of Shari’ah Auditing in Brunei.middle-East Journal of Scientific Research. 19 (1): 52-60.
- Mardian, S. 2013. Auditor Syariah: lulusan syariah atau lulusan akuntansi. Kordinat jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta. 8.1, 179-198


Hadits Tentang Menuntut Ilmu dan Keutamaannya

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Berikut ini diantara hadits-hadits tentang menuntut ilmu, kewajiban menuntut ilmu, keutamaan dan hikmah menuntut ilmu.

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ
“Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)

طَلَبُ العِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَىْ كُلِّ مُسْلِمٍ 
Rasululloh Bersabda : " Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim" [ H.R. Ibnu Majah ]

Hadits “Menginginkan Kebahagiaan Dunia-Akhirat Harus Wajib dengan Ilmu”

مَنْ أَرَا دَالدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِا لْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَالْاآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Turmudzi)

Hadits Menuntut Ilmu Sampai Liang Lahat

أُطْلُبِ الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى الَّلحْدِ
”Carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat”. (Al Hadits)

Hadits Iri dalam Ilmu

لا حَسَدَ إلاَّ في اثنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاه اللهُ مَالاً فسَلَّطَهُ عَلى هَلَكتِهِ في الحَقَّ ورَجُلٌ آتَاهُ اللهُ الحِكْمَةَ فَهُوَ يَقضِي بِها وَ يُعَلِمُّها
" Tidak diperbolehkan iri kecuali pada dua hal; Seorang laki-laki yang Alloh karuniai harta lantas ia membelanjakannya di jalan yang benar dan seorang yang Alloh karuniai hikmah (ilmu) lantas ia beramal dengannya serta mengajarkannya" [ H.R. Bukhari & Muslim ]

FAIDAH / KEUTAMAAN

1- Allah permudahkan bagi penuntut ilmu jalan ke syurgaNya

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلىَ الجَنَّةِ
(( Barangsiapa yang menyusuri jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan permudahkan baginya jalan untuk ke syurga.)) {HR Muslim

2- Malaikat meletakkan sayap menaungi penuntut ilmu dan makhluk-makluk Allah memohon ampun baginya

. مَن سَلَكَ طَرِيْقًا يَبْتَغِي فِيْهِ عِلْمَاً سَهَّلَ اللهُ لهُ طَرِيْقَاً إلى الجَنَّة وإنَّ المَلائِكَةَ لَتَضَعُ أجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ العِلْمِ رِضَاً بِما يَصْنَعُ وَ إنَّ العَالِمَ لَيَسْتَغفِرُ لهُ مَن في السَّمواتِ ومَن في الأرضِ حَتَّى الحِيْتَانُ في المَاءِ وفَضْلُ العَالِمِ عَلى العَابِدِ كَفَضلِ القَمَرِ على سَائِرِ الكَوَاكِبِ وإنَّ العُلَماءَ وَرَثَةُ الأنبِيْاءِ وإنَّ الأنبِيْاءَ لمْ يُوَرِّثُوا دِيْناراً ولا دِرْهَمَاً وَ إنَّما وَرَّثُوا العِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
 Barangsiapa yang menyusuri jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan permudahkan baginya jalan untuk ke syurga. Sesungguhnya Malaikat meletakkan sayapnya untuk menaungi penuntut ilmu kerana redha atas apa yang dilakukannya. Sesungguhnya seorang alim itu akan diminta ampun baginya makhluk yang di langit dan di bumi hinggakan ikan-ikan di laut. Kelebihan seorang alim berbanding seorang abid ialah ibarat rembulan kepada bintang-bintang yang lain, Sesungguhnya para ulama ialah pewaris nabi-nabi, dan sesungguhnya nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu, barangsiapa yang mendapatkannya maka dia telah mendapat satu keuntungan yang besar. ( HR Abu Daud dan At-Tirmizi)

3- Allah menginginkan kebaikan bagi diri penuntut ilmu

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ
Barangsiapa yang dikehendaki Allah kebaikan baginya, maka Allah akan menjadikan dia faham dalam bidang agama. (HR Bukhari dan Muslim)

 4- Ilmu menjadi amalan yang dapat dijadikan aset di akhirat nanti

إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Apabila matinya seorang anak Adam itu, maka akan terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariah, atau ilmu yang dimanfaatkan dengannya (oleh orang lain), atau anak soleh yang mendoakannya (HR Muslim)

5- Menuntut ilmu dikira antara ibadah dan jihad.

تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ فَإِنَّ تَعَلُّمَهُ لِلَّهِ خَشْيَةٌ، وَطَلَبَهُ عِبَادَةٌ، وَمدَارَسَتَهُ تَسْبِيحٌ، وَالْبَحْثُ عَنْهُ جِهَادٌ، وَتَعْلِيمَهُ لِمَنْ لاَ يَعْلَمُهُ صَدَقَةٌ، وَبَذْلَهُ لأَهْلِهِ قُرْبةٌ، وَهُوَ الأَنِيْسُ فِي الوَحْدَةِ، وَالصَّاحِبُ فِي الخَلْوَةِ
Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntutnya kerana Allah adalah satu bentuk ketakwaan, mencarinya adalah ibadah, mengulangkajinya adalah tasbih, mengkajinya adalah jihad, mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah, menyampaikannya kepada ahlinya adalah mendekatkan diri kepada Allah. Dia adalah teman kala keseorangan dan sahabat ketika bersendirian.”

6- Penuntut ilmu tergolong antara mereka yang bebas dari laknat Allah di muka bumi ini.

‏الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ ومَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلاَّ ذِكْرَ اللهِ تَعَالَى، وَمَا وَالاَهُ، وَعَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا‏
Dunia ini adalah dilaknat. Dilaknat apa yang didalamnya kecuali berzikir kepada Allah Taala dan apa yang menurut kehendakNya, dan orang yang alim atau orang yang belajar. (HR At-Tirmizi)

7- Penuntut ilmu dianggap sebagai pejuang di jalan Allah.

مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ، فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِع
Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka dia di dalam sabilillah sehinggalah dia pulang. (HR At-Tirmizi)

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ
Barangsiapa menempuh satu jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

 مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ
Rasululloh Bersabda : “Barangsiapa yang menapaki suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke Surga. [ H.R. Ibnu Majah & Abu Dawud ]

Ibnu L' Rabassa

Habib Novel Alaydrus Solo Adakan Bedah Buku Terbaru Inilah Dalilnya - 15 November 2015

$
0
0

Hadirilah, Ikutilah, dan Syiarkanlah bersama Muslimin dan Muslimat dalam acara:

BEDAH BUKU "INILAH DALILNYA: PENJELASAN AL-QURAN DAN SUNNAH ATAS AMALAN KAUM SANTRI"

Bersama: HABIB NOVEL BIN MUHAMMAD ALAYDRUS (Penulis Buku "Inilah Dalilnya", yang juga Pengasuh Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah Surakarta)

Yang insya Allah akan diadakan pada:

  • Hari, Tanggal: Ahad, 3 Shafar 1437 H/ 15 November 2015 
  • Pukul: 08:30 WIB (Pagi) 
  • Bertempat: di Markas Besar Ar-Raudhah, Jl. Dewutan No. 112 Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta (Lihat: Peta di Google Maps).

GRATIS DAN TERBUKA UNTUK UMUM DAN DOORPRIZE 3 LAPTOP - BELI BUKUNYA, RAIH PAHALA DAN HADIAHNYA...!!!‪ 

Informasi dan kontak hubungi via Whatsapp: +6281904546363 atau Pin BB: 5A0E4BD2.

TENTANG BUKU "INILAH DALILNYA: PENJELASAN AL-QURAN DAN SUNNAH ATAS AMALAN KAUM SANTRI" BUAH KARYA SAYYIDIL HABIB NOVEL BIN MUHAMMAD ALAYDRUS

Menabuh rebana, dzikir berjamaah, peringatan maulid Nabi, ziarah kubur, kenduri arwah, merupakan beberapa contoh amalan kaum santri yang telah mendarah daging dalam diri umat Islam tanah air. Dewasa ini ada sebagian orang yang mempertanyakan kebenaran amalan tersebut dan bahkan tidak jarang menghakiminya sebagai budaya BID'AH yang sesat dan pelakunya merupakan penghuni Neraka.

Buku ini lahir di tengah keinginan dan harapan yang besar dari masyarakat untuk mendapatkan jawaban yang obyektif. Dengan bahasa yang mudah dan lugas, buku ini membuktikan bahwa kaum santri tanah air merupakan kaum berilmu yang melandasi setiap langkah dan amalnya dengan AL-QURAN DAN SUNNAH.

Buku Inilah Dalilnya, Penjelasan Al-Quran dan Sunnah Atas Amalan Kaum Santri


Sumber: Ngaji Yuk!


Ulama Palestina Berharap Kejayaan Akhir Zaman Ada di Muslim Nusantara

$
0
0
Muslimedianews.com ~
Suatu saat kami duduk di Masjid Jogokariyan, di hadirat Syaikh Dr. Abu Bakr al-‘Awawidah, Wakil Ketua Rabithah Ulama Palestina. Kami katakan pada beliau, “Ya Syaikh, berbagai telaah menyatakan bahwa persoalan Palestina ini takkan selesai sampai Bangsa Arab bersatu. Bagaimana pendapat Anda?”

Beliau tersenyum. “Tidak begitu ya Ukhayya”, ujarnya lembut. “Sesungguhnya Allah memilih untuk menjayakan agamanya ini sesiapa yang dipilihNya diantara hambaNya; Dia genapkan untuk mereka syarat-syaratnya, lalu Dia muliakan mereka dengan agama dan kejayaan itu.”

“Pada kurun awal”, lanjut beliau, “Allah memilih Bangsa Arab. Dipimpin Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, dan beberapa penguasa Daulah Umawiyah, agama ini jaya. Lalu ketika para penguasa Daulah itu beserta para punggawanya menyimpang, Allah pun mencabut amanah penjayaan itu dari mereka.”

“Di masa berikutnya, Allah memilih Bangsa Persia. Dari arah Khurasan mereka datang menyokong Daulah Abbasiyah. Maka penyangga utama Daulah ini, dari Perdana Menterinya, keluarga Al Baramikah, hingga panglima, bahkan banyak ulama dan cendikiawannya Allah bangkitkan dari kalangan orang Persia.”

“Lalu ketika Bangsa Persia berpaling dan menyimpang, Allah cabut amanah itu dari mereka; Allah berikan pada orang-orang Kurdi; puncaknya Shalahuddin al-Ayyubi dan anak-anaknya."

"Ketika mereka juga berpaling, Allah alihkan amanah itu pada bekas-bekas budak dari Asia Tengah yang disultankan di Mesir; Quthuz, Baybars, Qalawun diantaranya. Mereka, orang-orang Mamluk.”

“Ketika para Mamalik ini berpaling, Allah pula memindahkan amanah itu pada Bangsa Turki; Utsman Orthughrul dan anak turunnya, serta khususnya Muhammad al-Fatih.”

“Ketika Daulah 'Aliyah Utsmaniyah ini berpaling juga, Allah cabut amanah itu dan rasa-rasanya, hingga hari ini, Allah belum menunjuk bangsa lain lagi untuk memimpin penjayaan Islam ini.” Beliau menghela nafas panjang, kemudian tersenyum.

Dengan matanya yang buta oleh siksaan penjara Israel, dia arahkan wajahnya pada kami lalu berkata. “Sungguh diantara bangsa-bangsa besar yang menerima Islam, bangsa kalianlah; yang agak pendek, berkulit kecoklatan, lagi berhidung pesek”, katanya sedikit tertawa, “Yang belum pernah ditunjuk Allah untuk memimpin pendzahiran agamanya ini.”

“Dan bukankah Rasulullah bersabda bahwa pembawa kejayaan akhir zaman akan datang dari arah Timur dengan bendera-bendera hitam mereka? Dulu para ulama mengiranya Khurasan, dan Daulah Abbasiyah sudah menggunakan pemaknaan itu dalam kampanye mereka menggulingkan Daulah Umawiyah. Tapi kini kita tahu; dunia Islam ini membentang dari Maghrib; dari Maroko, sampai Merauke”, ujar beliau terkekeh.

“Maka sungguh aku berharap, yang dimaksud oleh Rasulullah itu adalah kalian, wahai Bangsa Muslim Nusantara. Hari ini, tugas kalian adalah menggenapi syarat-syarat agar layak ditunjuk Allah memimpin peradaban Islam.”

“Ah, aku sudah melihat tanda-tandanya. Tapi barangkali kami, para pejuang Palestina masih harus bersabar sejenak berjuang di garis depan. Bersabar menanti kalian layak memimpin. Bersabar menanti kalian datang. Bersabar hingga kita bersama shalat di Masjidil Aqsha yang merdeka insya Allah."(Sumber: masjidjogokariyan.com).

Biodata Lengkap 25 Nabi-Rasul

$
0
0
Muslimedianews.com ~
Berikut adalah biodata lengkap yang ringkas 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui oleh setiap Muslim, menurut ulama Ahlussunnah wal Jama'ah:

1. ADAM AS.
Nama: Adam As.
Usia: 930 tahun.
Periode sejarah: 5872-4942 SM.
Tempat turunnya di bumi: India, ada yang berpendapat di Jazirah Arab.
Jumlah keturunannya: 40 laki-laki dan perempuan.
Tempat wafat: India, ada yang berpendapat di Mekkah.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 25 kali.

2. IDRIS AS.
Nama: Idris/Akhnukh bin Yarid, nama Ibunya Asyut. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. 
Usia: 345 tahun di bumi. 
Periode sejarah: 4533-4188 SM. 
Tempat diutus: Irak Kuno (Babylon, Babilonia) dan Mesir (Memphis). 
Tempat wafat: Allah mengangkatnya ke langit dan ke surga. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 2 kali.

3. NUH AS. 
Nama: Nuh/Yasykur/Abdul Ghaffar bin Lamak. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As.
Usia: 950 tahun. 
Periode sejarah: 3993-3043 SM. 
Tempat diutus (lokasi): Selatan Irak. 
Jumlah keturunannya: 4 putra (Sam, Ham, Yafits dan Kan’an). 
Tempat wafat: Mekkah. 
Sebutan kaumnya: Kaum Nuh. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 43 kali.

4. HUD AS. 
Nama: Hud bin Abdullah. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Iram (Aram) ⇒ ‘Aush (‘Uks) ⇒ ‘Ad ⇒ al-Khulud ⇒ Rabah ⇒ Abdullah ⇒ Hud As. 
Usia: 130 tahun. 
Periode sejarah: 2450-2320 SM. 
Tempat diutus: Al-Ahqaf (antara Yaman dan Oman). 
Tempat wafat: Bagian Timur Hadhramaut Yaman. 
Sebutan kaumnya: Kaum ‘Ad. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 7 kali.

5. SHALIH AS. 
Nama: Shalih bin Ubaid. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒  Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Iram (Aram) ⇒ Amir ⇒ Tsamud ⇒ Hadzir ⇒ Ubaid ⇒ Masah ⇒ Asif ⇒ Ubaid ⇒ Shalih As.
Usia: 70 tahun. 
Periode sejarah: 2150-2080 SM. 
Tempat diutus: Daerah al-Hijr (Mada’in Shalih, antara Madinah dan Syria). 
Tempat wafat: Mekkah. 
Sebutan kaumnya: Kaum Tsamud. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 10 kali.

6. IBRAHIM AS. 
Nama: Ibrahim bin Tarakh. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒  Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. 
Usia: 175 tahun. 
Periode sejarah: 1997-1822 SM. 
Tempat diutus: Ur, daerah selatan Babylon (Irak). 
Jumlah keturunannya: 13 anak (termasuk Nabi Ismail As. dan Nabi Ishaq As.). Tempat wafat: Al-Khalil (Hebron, Palestina/Israel). 
Sebutan kaumnya: Bangsa Kaldan. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 69 kali.

7. LUTH AS. 
Nama: Luth bin Haran. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Haran ⇒ Luth As.
Usia: 80 tahun. 
Periode sejarah: 1950-1870 SM.
Tempat diutus: Sodom dan Amurah (Laut Mati atau Danau Luth). 
Jumlah keturunannya: 2 putri (Ratsiya dan Za’rita). 
Tempat wafat: Desa Shafrah di Syam (Syria). 
Sebutan kaumnya: Kaum Luth. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 27 kali.

8. ISMAIL AS. 
Nama: Ismail bin Ibrahim. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ismail As. 
Usia: 137 tahun. 
Periode sejarah: 1911-1774 SM. 
Tempat diutus: Mekah. 
Jumlah keturunannya: 12 anak. 
Tempat wafat: Mekkah. 
Sebutan kaumnya: Amaliq dan Kabilah Yaman. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 12 kali.

9. ISHAQ AS. 
Nama: Ishaq bin Ibrahim. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. 
Usia: 180 tahun. 
Periode sejarah: 1897-1717 SM. 
Tempat diutus: Kota al-Khalil (Hebron) di daerah Kan’an (Kana’an). 
Jumlah keturunannya: 2 anak (termasuk Nabi Ya’qub As./Israel). 
Tempat wafat: Al-Khalil (Hebron). 
Sebutan kaumnya: Bangsa Kan’an. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 17 kali.

10. YA’QUB AS. 
Nama: Ya’qub/Israel bin Ishaq. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. 
Usia: 147 tahun. 
Periode sejarah: 1837-1690 SM. 
Tempat diutus: Syam (Syria). 
Jumlah keturunannya: 12 anak laki-laki (Rubin, Simeon, Lewi, Yahuda, Dan, Naftali, Gad, Asyir, Isakhar, Zebulaon, Yusuf dan Benyamin) dan 2 anak perempuan (Dina dan Yathirah). 
Tempat wafat: Al-Khalil (Hebron), Palestina. 
Sebutan kaumnya: Bangsa Kan’an. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 18 kali.

11. YUSUF AS. 
Nama: Yusuf bin Ya’qub. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. ⇒ Yusuf As. 
Usia: 110 tahun. 
Periode sejarah: 1745-1635 SM. 
Tempat diutus: Mesir. 
Jumlah keturunannya: 3 anak; 2 laki-laki dan 1 perempuan. 
Tempat wafat: Nablus. 
Sebutan kaumnya: Heksos dan Bani Israel. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 58 kali.

12. AYYUB AS. 
Nama: Ayyub bin Amush. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ al-‘Aish ⇒ Rum ⇒ Tawakh ⇒ Amush ⇒ Ayub As. 
Usia: 120 tahun. 
Periode sejarah: 1540-1420 SM. 
Tempat diutus: Dataran Hauran. 
Jumlah keturunannya: 26 anak. 
Tempat wafat: Dataran Hauran. 
Sebutan kaumnya: Bangsa Arami dan Amori, di daerah Syria dan Yordania. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 4 kali.

13. SYU’AIB AS. 
Nama: Syu’aib bin Mikail. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Madyan ⇒ Yasyjur ⇒ Mikail ⇒ Syu’aib As. 
Usia: 110 tahun. 
Periode sejarah: 1600-1490 SM. 
Tempat diutus: Madyan (pesisir Laut Merah di tenggara Gunung Sinai). 
Jumlah keturunannya: 2 anak perempuan. 
Tempat wafat: Yordania. 
Sebutan kaumnya: Madyan dan Ash-habul Aikah. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 11 kali.

14. MUSA AS. 
Nama: Musa bin Imran, nama Ibunya Yukabad atau Yuhanaz Bilzal. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matisyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. ⇒ Lawi ⇒ Azar ⇒ Qahats ⇒ Imran ⇒ Musa As. 
Usia: 120 tahun. 
Periode sejarah: 1527-1407 SM. 
Tempat diutus: Sinai di Mesir. 
Jumlah keturunannya: 2 anak, Azir dan Jarsyun, dari istrinya bernama Shafura binti Syu’aib As. 
Tempat wafat: Gunung Nebu (Bukit Nabu’) di Jordania (sekarang). 
Sebutan kaumnya: Bani Israel dan Fir’aun (gelar raja Mesir). 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 136 kali.

15. HARUN AS. 
Nama: Harun bin Imran, istrinya bernama Ayariha. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. ⇒ Lawi ⇒ Azar ⇒ Qahats ⇒ Imran ⇒ Harun As. 
Usia: 123 tahun. 
Periode sejarah: 1531-1408 SM. 
Tempat diutus: Sinai di Mesir. 
Tempat wafat: Gunung Nebu (Bukit Nabu’) di Jordania (sekarang). 
Sebutan kaumnya: Bani Israel dan Fir’aun (gelar raja Mesir). 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 20 kali.

16. DZULKIFLI AS. 
Nama: Dzulkifli/Bisyr/Basyar bin Ayyub. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ al-‘Aish ⇒ Rum ⇒ Tawakh ⇒ Amush ⇒ Ayyub As.  ⇒ Dzulkifli As. 
Usia: 75 tahun. 
Periode sejarah: 1500-1425 SM. 
Tempat diutus: Damaskus dan sekitarnya. 
Tempat wafat: Damaskus. 
Sebutan kaumnya: Bangsa Arami dan Amori (Kaum Rom), Syria dan Yordania. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 2 kali.

17. DAUD AS. 
Nama: Daud bin Isya. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud As. 
Usia: 100 tahun. 
Periode sejarah: 1063-963 SM. 
Tempat diutus: Palestina (dan Israel). 
Jumlah keturunannya: 1 anak, Sulaiman As. 
Tempat wafat: Baitul Maqdis (Yerusalem). 
Sebutan kaumnya: Bani Israel. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 18 kali.

18. SULAIMAN AS. 
Nama: Sulaiman bin Daud. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matisyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud As. ⇒ Sulaiman As. 
Usia: 66 tahun. 
Periode sejarah: 989-923 SM. 
Tempat diutus: Palestina (dan Israel). 
Jumlah keturunannya: 1 anak, Rahab’an. 
Tempat wafat: Baitul Maqdis (Yerusalem). 
Sebutan kaumnya: Bani Israel. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 21 kali.

19. ILYAS AS. 
Nama: Ilyas bin Yasin.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. ⇒ Lawi ⇒ Azar ⇒ Qahats ⇒ Imran ⇒ Harun As. ⇒ Alzar ⇒ Fanhash ⇒ Yasin ⇒ Ilyas As. 
Usia: 60 tahun di bumi. 
Periode sejarah: 910-850 SM. 
Tempat diutus: Ba’labak (Lebanon). 
Tempat wafat: Diangkat Allah ke langit. 
Sebutan kaumnya: Bangsa Fenisia. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 4 kali.

20. ILYASA’ AS. 
Nama: Ilyasa’ bin Akhthub.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. ⇒ Yusuf As. ⇒ Ifrayim ⇒ Syutlim ⇒ Akhthub ⇒ Ilyasa’ As. 
Usia: 90 tahun. 
Periode sejarah: 885-795 SM. 
Tempat diutus: Jaubar, Damaskus. 
Tempat wafat: Palestina. 
Sebutan kaumnya: Bangsa Arami dan Bani Israel. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 2 kali.

21. YUNUS AS. 
Nama: Yunus/Yunan/Dzan Nun bin Matta binti Abumatta, Matta adalah nama Ibunya. (Catatan: Tidak ada dari para nabi yang dinasabkan ke Ibunya kecuali Yunus dan Isa As.).
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒  Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒  Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒  Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. ⇒ Yusuf As. ⇒ Bunyamin ⇒ Abumatta ⇒ Matta ⇒ Yunus As. 
Usia: 70 tahun. 
Periode sejarah: 820-750 SM. 
Tempat diutus: Ninawa, Irak. 
Tempat wafat: Ninawa, Irak. 
Sebutan kaumnya: Bangsa Asyiria, di utara Irak. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 5 kali.

22. ZAKARIYA AS. 
Nama: Zakariya bin Dan.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud As. ⇒ Sulaiman As. ⇒ Rahab’am ⇒ Aynaman ⇒ Yahfayath ⇒ Syalum ⇒ Nahur ⇒ Bal’athah ⇒ Barkhiya ⇒ Shiddiqah ⇒ Muslim ⇒ Sulaiman ⇒ Daud ⇒ Hasyban ⇒ Shaduq ⇒ Muslim ⇒ Dan ⇒ Zakariya As. 
Usia: 122 tahun. 
Periode sejarah: 91 SM-31 M. 
Tempat diutus: Palestina. 
Jumlah keturunannya: 1 anak. 
Tempat wafat: Halab (Aleppo). 
Sebutan kaumnya: Bani Israel. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 12 kali.

23. YAHYA AS. 
Nama: Yahya bin Zakariya.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud As. ⇒ Sulaiman As. ⇒ Rahab’am ⇒ Aynaman ⇒ Yahfayath ⇒ Syalum ⇒ Nahur ⇒ Bal’athah ⇒ Barkhiya ⇒ Shiddiqah ⇒ Muslim ⇒ Sulaiman ⇒ Daud ⇒ Hasyban ⇒ Shaduq ⇒ Muslim ⇒ Dan ⇒ Zakariya As. ⇒ Yahya As. 
Usia: 32 tahun. 
Periode sejarah: 1 SM-31 M. 
Tempat diutus: Palestina. 
Tempat wafat: Damaskus. 
Sebutan kaumnya: Bani Israel. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 5 kali.

24. ISA AS. 
Nama: Isa bin Maryam binti Imran.  (Catatan: Tidak ada dari para nabi yang dinasabkan ke Ibunya kecuali Yunus dan Isa As.).
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud As. ⇒ Sulaiman As. ⇒ Rahab’am ⇒ Radim ⇒ Yahusafat ⇒ Barid ⇒ Nausa ⇒ Nawas ⇒ Amsaya ⇒ Izazaya ⇒ Au’am ⇒ Ahrif ⇒ Hizkil ⇒ Misyam ⇒ Amur ⇒ Sahim ⇒ Imran ⇒ Maryam ⇒ Isa As.
Usia: 33 tahun di bumi. 
Periode sejarah: 1 SM-32 M. 
Tempat diutus: Palestina. 
Tempat wafat: Diangkat oleh Allah ke langit.
Sebutan kaumnya: Bani Israel.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 21 kali, sebutan al-Masih sebanyak 11 kali, dan sebutan Ibnu (Putra) Maryam sebanyak 23 kali.

25. MUHAMMAD SAW. 
Nama: Muhammad bin Abdullah.
Garis Keturunan Ayah: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ismail As. ⇒ Nabit ⇒ Yasyjub ⇒ Ya’rub ⇒ Tairah ⇒ Nahur ⇒ Muqawwim ⇒ Udad ⇒ Adnan ⇒ Ma’ad ⇒ Nizar ⇒ Mudhar ⇒ Ilyas ⇒ Mudrikah ⇒ Khuzaimah ⇒ Kinanah ⇒ an-Nadhar ⇒ Malik ⇒ Quraisy (Fihr) ⇒ Ghalib ⇒ Lu’ay ⇒ Ka’ab ⇒ Murrah ⇒ Kilab ⇒ Qushay ⇒ Zuhrah ⇒ Abdu Manaf ⇒ Hasyim ⇒ Abdul Muthalib ⇒ Abdullah ⇒ Muhammad Saw.
Garis Keturunan Ibu: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ismail As. ⇒ Nabit ⇒ Yasyjub ⇒ Ya’rub ⇒ Tairah ⇒ Nahur ⇒ Muqawwim ⇒ Udad ⇒ Adnan ⇒ Ma’ad ⇒ Nizar ⇒ Mudhar ⇒ Ilyas ⇒ Mudrikah ⇒ Khuzaimah ⇒ Kinanah ⇒ an-Nadhar ⇒ Malik ⇒ Quraisy (Fihr) ⇒ Ghalib ⇒ Lu’ay ⇒ Ka’ab ⇒ Murrah ⇒ Kilab ⇒ Qushay ⇒ Zuhrah ⇒ Abdu Manaf ⇒ Wahab ⇒ Aminah ⇒ Muhammad Saw.
Usia: 62 tahun.
Periode sejarah: 570-632 M.
Tempat diutus: Mekkah.
Jumlah keturunannya: 7 anak; 3 laki-laki Qasim, Abdullah dan Ibrahim, dan 4 perempuan Zainab, Ruqayyah, Ummi Kultsum dan Fatimah az-Zahra.
Tempat wafat: Madinah.
Sebutan kaumnya: Bangsa Arab.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 25 kali.

(Sya'roni As-Samfuriy, disarikan dari: Qashash al-Anbiya' Ibn Katsir, Badai' az-Zuhur Imam as-Suyuthi dan selainnya).

Mbah Fadhol Senori: Berani Mengaji Harus Berani Menjalani

$
0
0
Muslimedianews.com ~
KH. An'iem Falahuddin Mahrus, kiai muda nan tampan yang sekarang menjadi anggota DPR RI fraksi PKB dari Kediri ini pernah bertutur: "Abah Dim (panggilan akrab kepada KH. Dimyathi Rois Kaliwungu) suatu hari pernah menceritakan kenangan beliau tatkala mondok untuk mengaji kitab Ihya' Ulumiddin pada Mbah Fadhol Senori Tuban yang sudah begitu dikenal akan kealimanya. Abah Dim berangkat menuju Senori bersama dengan teman beliau.

Sesampainya di Senori, beliau berdua sowan kepada Mbah Fadhol untuk mengutarakan maksudnya. Teman beliau yang matur lebih dahulu: "Saya ingin mengaji kitab kitab, Kiai."

"Kitab apa?" tanya Mbah Fadhol.

"Kitab Ihya', Kiai,"jawab teman Abah Dim.

"Sanggup mengamalkanya?!" tanya Mbah Fadhol serius.

Tentu saja teman Abah Dim sangat terkejut dan terdiam, tak bisa menjawab pertanyaan yang tak terduga itu dan tidak pernah diajukan oleh seorang kiai ketika dimintai untuk membacakan kitab selama ini. Karena tidak ada jawaban, maka Mbah Fadhol tidak mau membacakan kitab Ihya' kepadanya.

Abah Dim yang duduk di belakang temannya itu jadi berfikir: "Kalau aku nanti matur, dan ditanya kesanggupan seperti itu dan aku tidak memberikan kesanggupan, tentu Mbah Fadhol tidak akan mau membacakan kitab kepadaku juga. Padahal jauh-jauh datang ke sini ya semata-mata untuk mengaji."

Karena itu ketika teman beliau beringsut mundur, Abah Dim segera maju dan mengutarakan maksud beliau, yaitu minta dibacakan kitab Ihya'. Mbah Fadhol pun mengajukan pertanyaan yang sama persis:"Sanggup mengamalkanya?!"

"Insya Allah sanggup, Kiai", jawab Abah Dim yang memang sudah menduga akan ada pertanyaan seperti itu.

Karena ada kesanggupan itulah, Mbah Fadhol akhirnya membacakan kitab Ihya' pada Abah Dim.

Melihat hal itu, esoknya teman Abah Dim yang kemarin sudah ditolak oleh Mbah Fadhol, sowan kembali. Agar tidak kentara, ia minta dibacakan kitab Shahih Bukhari. Dan ketika ditanya: "Sanggup mengamalkannya?!" Ia pun menjawab: "Insya Allah sanggup, Kiai." Mbah Fadhol pun kemudian membacakan kitab itu padanya.

Sepintas, sikap Mbah Fadhol seperti itu terkesan aneh dan kaku, meski sedikit lucu juga. Tetapi barangkali beliau ingin mengingatkan kepada kita semua, bahwa ilmu syariat bukanlah sekedar ilmu pengetahuan yang hanya cukup untuk diketahui dan difahami saja. Tetapi lebih dari itu ilmu-ilmu syar'i harus diwujudkan dalam bentuk amaliah semampu mungkin. Karena memang pengamalan itulah yang menjadi tujuan utama dari ilmu-ilmu syar'i. Karenanya bagi seorang yang ingin mempelajarinya, semenjak awal harus menanamkan niat yang kuat dalam hatinya untuk mengamalkannya. Terlepas apakah nantinya dia betul-betul bisa mengamalkan ataukah tidak, setidaknya dia sudah mendapatkan pahalanya niat.

نية المؤمن خير من عمله

"Niat seorang mukmin lebih baik dari amalnya."

Disamping sesuatu akan menjadi baik biasanya selalu diawali dengan niat yang benar dan baik pula. Dan hanya orang-orang yang punya kesungguhan mengamalkanlah yang pada akhirnya bisa mengamalkan ilmunya. Al-Habib Zein bin Smith dalam kitabnya, al-Manhaj as-Sawi, mengatakan:

واعلم انه لابد لطالب العلم من حسن النية في تعلم العلم، اذالنية هي الاصل في جميع الافعال لقوله صلى الله عليه وسلم انما الاعمال باالنيات، فينبغي ان يقصد به وجه الله والعمل نه واحياء الشريعة الخ

"Ketahuilah, wajib bagi penuntut ilmu berniat baik dalam menuntut ilmu, karena niat itu menjadi dasar setiap amal perbuatan. Sabda Nabi Saw.; 'Setiap amal perbuatan sesuai dengan niatnya'. Seharusnya penuntut ilmu bertujuan mendapat ridha Allah, bertujuan mengamalkanya, menghidupkan syariat..." (Oleh: AN Ang-hab).

Independensi Auditor Syariah dan Auditor Eksternal

$
0
0


INDEPENDENSI AUDITOR SYARIAH DAN AUDITOR EKSTERNAL
(Resume dan Review Jurnal Internasional, The Independence of Religious and External Auditors: The Case of Islamic Banks, Rifaat Ahmed Abdel Karim, Faculty of Commerce, Economics and Political Science, Kuwait University, Kuwait) 

Pada dasarnya auditor independen diperlukan untuk memberikan tingkat kepercayaan pada sebuah laporan keuangan. Sehingga mampu meningkatkan kepercayaan bagi pengguna laporan keuangan. Pada penelitian tersebut penulis bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan independensi auditor syariah dengan auditor eksternal. 

Karakteristik Bank Syariah

Seluruh aktivitas transaksi keuangan diatur oleh syariah islam. Tomkins dan Karim (1987) menunjukkan bahwa aturan syariah islam mempengaruhi budaya bisnis dan menyoroti perbedaan antara praktik bisnis islam dengan barat. Syariah islam melarang adanya praktik riba (QS.Al-Baqarah:285), perjudian (QS.5:90), penimbunan (QS.9:34), spekulasi, dan juga larangan untuk investasi di sektor non-halal.

Selain itu, setiap bank islam juga mempunyai auditor syariah atau yang dikenal juga dengan istilah SSB (shari’a supervisory board). Tugas dan fungsi dari SSB adalah memastikan bahwa seluruh transaksi dan aktivitas operasional bank islam sudah sesuai dengan prinsip syariah islam. Brishton dan El Ashker (1987) menyebutkan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh auditor syariah seharusnya mencakup tiga area, yaitu ex ante audit yang merupakan pengawasan yang dilaksanakan sebelum produk diluncurkan (pra audit), ex post audit yang merupakan pengawasan pada saat produk digunakan atau dioperasikan (pasca audit), dan terakhir pengawasan perhitungan serta pembayaran zakat. 

Sifat Independensi Pada Auditor
Watt dan Zimmerman (1981) menyebutkan bahwa profesional merupakan sifat independensi seorang auditor. Salah satu bentuk profesionalitasnya bahwa auditor harus melaporkan setiap kesalahan atau pelanggaran serta mempunyai otoritas yang kuat untuk menolak adanya tekanan pengaruh dari klien. Mautz dan Sharaf (1961) mengidentifikasikan independensi menjadi dua, yaitu real independence dan apparance independence.Real independence adalah independensi auditor yang berkaitan dengan sudut pandang dirinya sendiri. Seperti sikap mental, karakter, kejujuran, dan juga kepatuhan terhadap kode etik auditor. Sedangkan apparance independence merupakan independensi auditor yang berkaitan dengan hubungan auditor dengan manajemen. 

Insentif Auditor bagi Independensi 

Independensi mengacu pada hubungan antara auditor dan manajemen. Auditor yang mandiri (independen) seharusnya menahan diri atas setiap upaya yang dilakukan untuk mempengaruhinya ketika menemukan pelanggaran. Auditor yang mandiri akan lebih dihargai oleh investor (Moizer, 1985). 

Penulis menyebutkan bahwa auditor syariah hanya memiliki sedikit persepsi mengenai keuntungan yang diperoleh, karena ia mempunyai komitmen terhadap ajaran islam. Bagi mereka, biaya moral yang timbul akibat kegagalan menjaga hukum sesuai syariah islam adalah jauh lebih besar dibandingkan kerugian atas pendapatan ekonomi. Sedangkan auditor eksternal cenderung harus bekerja keras untuk mengatasi persepsi bahwa keuntungan adalah unsur utama dan paling penting.

Moizer (1985) mengidentifikasi tiga faktor yang mempengaruhi independensi auditor sehingga ia dipandang sebagai sesorang dengan ekonomi yang rasional. Pertama, nilai ekonomis auditor akan hilang jika manajemen perusahaan terganggu oleh auditor.Kedua, kemungkinan bahwa klien akan melepaskan jasa auditor jika ia mengungkapkan pelanggaran manajemen. Ketiga, hilangnya penerimaan dimuka sebagai akibat hilangnya reputasi yang dialami ketika membuat kesalahan publik 

Independensi Auditor Syariah dan Auditor Eksternal 

Dalam jurnal tersebut, penulis menerangkan bahwa terdapat beberapa persamaan antara auditor syariah dengan auditor eksternal. Yaitu keduangan memeriksa transaksi yang dilakukan dibawah manajemen bank, keduanya memberikan laporan kepda pemilik bisnis, dan keduanya melaporkan apakah laporan keuangan sudah merepresentasikan operasional organisasi. Auditor syariah memberikan pernyataan apakah aktivitas bank yang tercermin pada laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip syariah, sedangkan auditor eksternal memberikan pernyataan bahwa laporan keuangan sudah sesuai dengan kondisi keuangan bank serta merepresentasikan aktivitasnya. 

Auditor eksternal diatur oleh hukum dan kode etik. Sedangkan auditor syariah diatur oleh moral yang sesuai dengan prinsip islam dan juga kewajiban terhadap rekan-rekan kerjanya. Sehingga dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, ia tidak hanya mengambil sampel sebagai pengujian layaknya auditor eksternal. Namun auditor syariah harus memastikan bahwa seluruh transaksi telah dijalankan sesuai dengan prinsip syariah. Selain itu auditor syariah lebih fokus pada komitmen dan ketaatan suatu institusi terhadap nilai-nilai islam.

Sebagai penutup, Rifaat Ahmed Abdel Karim berpendapat bahwa independensi auditor syariah dan auditor eksternal keduanya sangat dibutuhkan untuk memastikan kredibilitas laporan keuangan. Sehingga dalam menjalankan tugas dan fungsinya mereka harus bekerjasama serta saling melengkapi satu sama lain. Penulis berharap penelitiannya bisa memperluas konsep umum independensi auditor dan juga memberikan pengetahuan tentang auditor internasional. Ia juga menyarankan adanya penelitian terkait yang menguraikan hubungan antara auditor syariah dan auditor eksternal dari beberapa perspektif.
Penulis : Nur Khayati
Mahasiswi Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI, Depok

Ust. Maulana Korban Keserakahan Media

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Saya kasihan kepada Ustad Maulana. Beliau adalah korban keserakahan media yang hanya berorientasi kepada rating dan jumlah iklan. Secara keilmuan, Maulana tidak punya kapasitas yang mumpuni untuk menjawab problematika umat yang serba kompleks. Tapi, yang namanya media, tidak peduli dengan kapasitas intelektual.

Media di Indonesia, khususnya televisi, menganut mazhab eye catching dan layak jual, dalam mengorbitkan seseorang. Media tidak peduli dengan visi pendidikan dari program-program yang ditayangkannya. Tayangan Indahnya Islam dengan guest star Ust. Maulana adalah tayangan yang disejajarkan dengan YKS atau program hiburan lainnya. Ini tidak bisa dilepaskan dari visi Televisi yang mengedepankan warna hiburan dari hampir semua tayangannya.

Kembali kepada ustad Maulana, beliau adalah orang yang polos, tidak memahami rintangan apa yang akan menghadangnya jika terus menuruti keinginan media yang menaunginya. Yang disayangkan, dengan kepolosannya itu, Maulana tidak berusaha membangun jejaring dengan para tokoh umat dan aktivis keislaman untuk menguatkan visi keislamannya.

Jawabannya tentang kepemimpinan--terlepas dari pro dan kontra---terkesan bukan murni dari pemahamannya terhadap masalah. Ironisnya, setelah ia terjebak oleh jawaban yang disampaikan, manajemen yang menaunginya seakan bersikap cuci tangan.

Dari kasus Maulana, kita bisa memahami bahwa menggeser substansi dakwah ke area hiburan dapat berakibat fatal.

Ust. Abdi Kurnia Djohan

Mengkritisi Syi'ah Melalui Fikih Tahawwulat

$
0
0
Muslimedianews.com ~

BENARKAH SEMUA SAHABAT NABI KAFIR?
Study Komprehensip dan Analisa Melalui Perspektif Fiqh Tahawwulat

Agama islam ini hadir diantara kita tentunnya melalui rangkaian mata rantai Perguruan dari para Ulama kepada para Tabi'in lalu kepada para Sahabat Nabi yang mana mereka semua adalah penerus perjuangan islam. mengenai keistimewaannya sudah tidak dieagukan lagi baik ditinjau dari segi fakta sejarah ataupun dalil Nash Quran dan Hadits.

Namun Dewasa ini hadir kembali sebuah pemikiran yang mengatakan bahwa semua sahabat nabi adalah Kafir kecuali tiga 3 orang saja. tentu saja pemikiran ini berasal dari Sekte "Syiah" diantaranya kutipan pernyataan mereka mengenai kemurtadan para sahabat dalam kitab syiah: al-Kafi (al-Kulaini), jilid 8, hlm.245 :

 عن صبان عن ابيه ابي جعفر : وكان الناس اهل الردة بعد  النبي ا? ث?ثة وهم مقداد ابن اسود ، ابو ذر الغفاري، سلمان الفارسي ."
"Sesungguhnya orang-orang semua murtad pasca wafatnya Nabi kecuali 3 orang yaitu Miqdad ibni Aswad, Abu dDzar al Ghifari, dan Salman al-Farisi."

Berangkat dari sinilah saya tertarik untuk mengulas keabsahan kepemimpinan sahabat melalui Prespektif Fiqh Tahawwulat.

Rosululloh S.A.W bersabda : عليكم بسنتي وسنة  الخلفاء الراسدين المهديينيين "Hendaknya atas kalian agar berpegang teguh dengan Sunnah-Ku dan Sunnah Kholafa' Ar-Rasyidin Al-Mahdiyyin."

Pengertian "Sunnah" disini menurut Ahli ushul adalah Perkataan nabi, perbuatan, dan penetapan Nabi Muhammad S.A.W."

Sementara menurut pandangan Fiqh Tahawwulat seperti Yang dijelaskan Oleh Al mufakkir Islami dalam kitab Al-Usus Wal-Muntholaqot Juz.1 Hal.105: "Pemahaman Sunnah dalam fiqh tahawwulat sedikit berbeda dengan ulama ushul yaitu, Sunnah Nabi dan Para khalifah dalam aspek menyikapi perbedaan dan pengabdiannya. seperti contoh yang dilakukan Sayyidina Umar dalam menangani kasus orang yang melarang zakat."

Adapun pengertian dari "Khulafa'ur Rasyidin", fiqh Tahawwulat memiliki pandangan sendiri seperti yang ada di Kitab Al-Fitan Hal. 103 ; "Khulafaurrosidin adalah mereka yang memerintah kebaikan dan mencegah kemungkaran, dialah Kholifah Allah dimuka bumi, juga khalifah Kitabullah dan Rasul-Nya."

Sementara berkaitan durasi berakhirnya Khalifah fiqh Tahawwulat beranggapan bahwa era ke-Khalifahan berakhir pada masa Sayyidina Hasan memandang adanya hadits dalam Sunan Tirmidzi 2226:

"الخ?فة في امتي ث?ثون سنة ثم ملك بعده "
"Masa Khalifah adalah 30 tahun lalu selanjutnya kerajaan."

لقد اتى عن النبى قوله خلفه بعدي ثلثون انق ‏(الصديق ا?كبر ص 150;

Wafatnya baginda Rosululloh S.A.W Merupakan musibah terbesar bagi ummat islam ini, dan ummat Islam harus memulai Era baru yaitu perpindahan 'Amanah Risalah Nubuwwah' Menuju 'Amanah Khilafah Ummah'. Namun tentu saja ini adalah tugas yang sangat berat dan harus memenuhi persyaratan sebagai Leader yang Memiliki kecerdasan ISQ, EIQ serta memiliki integritas dan kemampuan dalam metode ijtihad yang akan dilakukan. Dalam hal pemasrahan amanah agung ini Nabi Muhammad SAW Memberikan isyarat yaitu melalui sebuah hadits :

وورد : لما بنى رسول الله صل الله عليه وسلم مسجد  المدينة جاء ابوا بكر بحجر فوضعه ثم جاء عمر بحجر فوضعه ثم جاء عثمان بحجر فوضعه . فقال رسول الله : "هوء?ء يلون الخ?فة بعدي "
"Saat Nabi membangun masjid Nabawi datang Abu Bakar membawa batu dan meletakkannya, lalu umar datang membawa batu dan meletakkannya, dan datang utsman membawa batu dan meletakkannya. lalu Nabi berkata : 'Merekalah yang kelak akan menjadi Khalifah setelahku'." (Al-Fitan Hal. 258-259).

Tentu saja berbicara seorang kholifah dan sahabat pastilah tak lepas dari keistimewaan beliau beliau. Mulai dari perjuangan bersama nabi, kesetiaan dalam kondisi apapun, juga pengorbanan mereka jiwa dan raga. Alloh S.W.T berfirman dalam surat al-Fath ayat 29 yang artinya :

"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendakmenjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada oran. dst

Sementara dalam hadits banyak sekali yang menerangkan keistimewaan sahabat diantaranya mengenai keistimewaan sahabat dimata Nabi keistimewaan abu bakar dalam Shohih Muslim 532 :

لو كنت متخذا خليلالاتخذت أبا بكر

Keistimewaan umar dalam Shahih Muslim 2396 :

والذي نفسي بيده ما لقيك الشيطان قط سالكا فجا إلا سلك فجا غير فجك

Keistimewaan Utsman dalam Shahih Muslim 2401-2403:

( تستحي منه ال?ئكة ‏) و ‏(بشره بالجنة على بلوى تصيبه )

Dan Larangan membenci sahabat secara global dalam Shahih Muslim 3541:

لا تَسُبُّوا أَصْحَابِي ، فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلا نَصِيفَهُ

Keistimewaan sahabat telah disepakati oleh Para Ulama seperti yang dijelaskan dalam kitab "Aunul Murid" juz.2 Hal.859 :"Ulama ahlussunnah wal jamaah bersepakat bahwa paling istimewanya sahabat adalah sayyidina Abu Bakar, lalu Sayyidina Umar, lalu Sayyidina Utsman, lalu Sayyidina Ali, lalu 10 orang yg yang dijanjikan surga, lalu ahli badar, lalu ahli uhud, lalu ahli Bai'at ridhwan, lalu sisa sahabat lainnya."

Dari konteks ini kita bisa simpulkan sementara bahwa sahabat istimewa. lalu selanjutnya apakah benar syiah mengkafirkan sahabat hanya gara gara tidak menjadikan sayyidina Ali sebagai kholifah setelah nabi.??? yang perlu digaris bawahi semua ulama ahlussunnah sepakat bahwa Sayyidina Ali adalah khalifah nabi namun mengenai waktu kepemimpinannya saja yang tidak harus pertama.

وصفة الترتيب بين الخلفاء # ? تنقض الفضل لمخصوص ولي ‏)منظومة الرضا 125

Sebab kalau kita ungkap fakta historis sejarah dalam Fiqh siroh syeh romadlon buthi memaparkan bahwa proses pemilihan sahabat melalui metode Ahlul Hilli Wal Aqdi yang dilakukan para pembesar islam. baik saat abu bakar, umar maupun utsman.

Namun tetap saja Fanatisme dan Idealisme buta yang mengatas namakan cinta ahlul bait, mereka mengkafirkan semua sahabat nabi dan melakukan tabarri (tabarra–yakni menyatakan sikap berlepas diri dan tidak mempunyai hubungan kasih sayang) terhadap mereka.seperti yang dikatakan oleh Muhammad Baqir al Majlisi dalam kitab al Aqo'id :

ان الثلاثة الذين اقاموا بوظائف الخلافة من بين الصحابة كانوا من المتهمين بالنفاق في زمن النبي فغصبوا الخلافة  بعده عمن نص الله تعالى ورسوله . والحاصل ان هوءلاء وان كانوا من اصحاب النبي ومنتسبين الى الاسلام والى المصرة محمد ولكنهم كانوا اعداء للاسلام في الحقيقة يظهرون شيآ من شعائر الاسلام كما حصل عليهم بصنمي قريش
"Sesungguhnya tiga orang yang melaksanakan tugas khalifah diantara sahabat (Abu Bakar, Umar, Utsman) sejatinya adalah orang yang dianggap munafiq dizaman nabi mereka merebut kekuasaan setelah nabi dari yang telah ditetapkan Allah s.w.t dan Rosulnya. wal hasil mereka walaupun sahabat nabi dan bertendensi Islam dan membantu nabi Muhammad tetapi mereka sebenarnya adalah musuh islam. mereka berpura pura menampakkan syiar islam padahal mereka seperti dua berhala Quraish."

Tuduhan mereka atas kafirnya Abu bakar dan Umar memiliki misi untuk menghancurkan ke absahan dan keaslian al-Quran. Hal ini terbukti mereka menuduh Abu bakar dan Umar telah melakukan perubahan terhadap al Quran. Mengapa mereka mengatakan seperti itu?? jawabannya karena mereka tidak punya dalil pasti akan ke khalifahan Sayyidina Ali Ra, oleh karena itu mereka harus menghancurkan al Quran agar bisa membuat al Quran palsu. Al-Quran versi mereka 17.000 ayat.

Untuk menjawab tuduhan ini Syaikh Ramadlan al Buthi sudah menjelaskan secara Eksplisit dalam kitabnya "Al-Qur'an La Ya'tihil Bathil"Bab 1 dan 2 mengenai tuduhan al Quran telah di-ubah dan al-Quran adalah karangan Sayyidina Umar r.a. Kebencian mereka (Syiah) tidak berakhir disini. Mereka mengatakan dalam kitab Biharul Anwar yang artinya :"Peringatan!!! ketahuilah Bahwa semulia mulianya tempat, waktu, dan kondisi yang paling pas untuk melaknat dan mengutuk mereka (sahabat) yaitu disaat kalian berada di toilet dan sedang bersuci, berbebas dari kotoran, beristinjak. dan katakan : 'Semoga Allah melaknat Umar, Utsman, Muawiyah, Yazid, Aisyah, Khofsoh dan Sahabat lainnya'."

Seharusnya dari dalil dan fakta yang ada kita harus korelasikan. Bukankah sayyidina ali disaat kholifah abu bakar sudah termasuk orang yang membai'atnya? Banyak dalil tentang hal itu. Begitu juga keikut sertaan Sayyidina Ali dalam mengawasi adanya daulah Khilafah dan mengikuti setiap kegiatan kaum muslimin. Seperti saat jama'ah dan pencetusan hukum adalah bukti atas persetujuannya kepada kholifah Abu Bakar??

Inilah akidah syiah yang perlu kita kritisi mengapa faktor khilafah saja mereka jadikan pemicu kekafiran seorang muslim tanpa ada hadits ataupun ayat yang jelas. bukankah ini menggambarkan kerakusan mereka terhadap kepemimpinan dan kedengkian.??? lalu jika semua sahabat nabi dikatakan kafir, murtad, dan ahli neraka secara tidak langsung mengatakan Dakwah Nabi Muhammad S.A.W GAGAL ???!!. jika benar sahabat itu kafir lalu agama ini juga diragukan kebenarannya??? semua pertanyaan ini untuk syiah dan menjadi renungan kita semua agar kembali kejalan yang benar.

Wallohu A'lam
Penulis : : Moh Nasirul Haq
Santri Rubat Syafii Yaman, Tarim 6 November 2015

Semarak Haul Akbar di Gresik

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Dalam rangka menyambut tahun baru hijriyah, masyarakat Gresik bersama jama’ah Al Khidmah menggelar acara bertajuk Haul Akbar Gresik. Kegiatan rutin setiap tahun yang telah berlangsung selama 24 tahun ini dipelopori oleh seorang ulama berkharismatik Hadratus Syaikh Maulana Achmad Asrory bin Utsman al Ishaqi yang merupakan salah satu keturunan Syaikh Maulana Ainul Yaqin (Sunan Giri).

Haul Akbar Gresik memiliki daya tarik tersendiri, tidak kurang ratusan ribu jama’ah tumpah ruah memadati jalan Veteran Kabupaten Gresik. Para jama’ah yang hadir umumnya berasal dari berbagai daerah, selain dari Gresik para jama’ah banyak yang hadir dari berbagai kota di pulau Jawa. Bahkan tidak jarang terdapat jama’ah yang berasal dari luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, Yaman dan Arab Saudi. Dalam acara nampak para Ulama, Kyai, Habaib, dari berbagai daerah bahkan dari luar negeri.

Acara tersebut juga banyak dihadiri tokoh nasional, diantaranya tokoh nasional yang pernah hadir seperti Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD., SH, SU (Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2008 -2013), Prof. Dr. Ir. KH. Mohammad Nuh, DEA (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia periode 2009 – 2014), Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si (Menteri Agama periode 2009 - 2014), Jendral Polisi Drs. Badrodin Haiti (Kepala Kepolisian Republik Indonesia periode 2015 – sekarang), Drs. H. Saifullah Yusuf atau akrab disapa “Gus Ipul” (Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2008 – sekarang sekaligus Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal periode 2004 – 2007).

Selain itu masih banyak tokoh nasional, tokoh daerah sekaligus pejabat tinggi dari TNI maupun POLRI maupun petinggi perusahaan terutama Dirut PT. Semen Indonesia. Beberapa ketua ormas juga nampak hadir pada acara yang secara rutin berlangsung setiap tahunnya.

Dari kalangan akaedemisi beberapa rektor pernah menghadiri diantaranya rektor Universitas Negeri Malang (UM) Prof. Dr. Suparno M.Pd, rektor Universitas Muhmmadiyah Malang (UMM) Prof. Dr. H. Muhajir Efendi, perwakilan rektor Universitas Islam Negeri Malik Ibrahim Malang (UIN Malang) Prof. Dr. H. Mudja Raharjo, serta perwakilan dari Universitas Islam Malang (UNISMA) KH. Marzuki Mustamar.

Acara tersebut selalu menekankan para jama’ah agar ingat kepada Allah SWT, selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Selain itu menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari serta menauladani perjuangan Rasulullah SAW serta para ulama penerusnya sebagai upaya membangkitkan semangat dalam beribadah dalam aplikasi kehidupan sehari-hari.

Kontributor: Wahyu Firmansyah

Komunitas Santri Kemenag Selenggarakan Olimpade Kedokteran untuk Pesantren dan Madrasah

$
0
0
Muslimedianews.com, Ciputat ~ Tahun ini (8/11/2015), mahasiswa penerima beasiswa santri Kementerian Agama RI di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tergabung dalam organisasi CSSMoRA (Community of Santri Scholars Ministry of Religious Affairs) UIN Jakarta kembali mengadakan kompetisi CHEMO (CSSMoRA Health and Medical Olympiad)  untuk keempat kalinya.

Acara yang bertajuk “Generasi Cerdas dan Islami untuk Membangun Kesehatan Negeri” ini merupakan kompetisi olimpiade bidang MIPA, biologi kedokteran dan ilmu kesehatan untuk siswa madrasah dan pesantren. Pada tahun ini, CHEMO ke-4 diselenggarakan pada tingkat Jabodetabek. Wilayah regional yang dilaksanakan selama penyisihan lalu bertempat di Bogor, Tangerang, Bekasi, serta Jakarta. Selanjutnya tim yang berhasil lolos dengan mencapai nilai tertinggi pengerjaan soal diundang di UIN Jakarta sebagai kontestan semifinal. Tercatat 22 tim yang mengikuti babak penyisihan di tiap regional.

Hari Sabtu (7/15) bertempat di Auditorium Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta, terdapat 15 tim finalis yang merupakan perwakilan dari tiap regional dengan nilai tertinggi. Ketua pelaksana CHEMO ke-4, Widya Prayoga menyebutkan bahwa kompetisi CHEMO ini bertujuan untuk meningkatkan peluang santri dan siswa madrasah untuk berprestasi serta memberdayakan pengetahuan sains dan kedokteran di pesantren juga madrasah. “Kita ingin memotivasi santri-santri untuk lebih bersemangat dalam mempelajari sains juga ilmu kesehatan,” ujar Widya. “Selain itu, dalam kompetisi ini kami juga membekali para peserta dengan pelatihan Bantuan Hidup Dasar yang akan sangat berguna buat mereka dan orang di sekitarnya,”.

Babak semifinal yang dilaksanakan ini terbagi menjadi babak presentasi kasus dan praktikum biologi terapan. Melalui ini babaki peserta diperkenalkan untuk mengenal lebih jauh tentang ilmu biologi secara praksis dan analitis,  sehingga turut menantang siswa dan santri untuk lebih aktif menggeluti sains. Dari babak semifinal ini terjaring tiga finalis yakni dari MAN 4 Jakarta, dan 2 tim dari MA Kafila Jakarta.

Selanjutnya dalam babak final dilakukan sistem soal cepat tepat. Para peserta diberikan soal-soal dan harus saling bersaing untuk mencapai poin tertinggi di antara ketiga finalis tersebut. MAN 4 Jakarta akhirnya mampu meraih poin tertinggi dan mendapat piala bergilir Rektor UIN serta sejumlah hadiah.

CSSMoRA merupakan organisasi santri penerima Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Kementerian Agama RI yang tersebar di banyak Perguruan Tinggi baik Negeri maupun Swasta di Indonesia. Organisasi ini berorientasi untuk turut meningkatkan dan memberdayakan santri Indonesia. Anggota CSSMoRA di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sendiri merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, dan telah turut banyak menyelenggarakan program di bidang kesehatan santri.


Kontributor: M. Iqbal Syauqi

Penggunaan Kosmetik Dalam Pandangan Islam

$
0
0
Muslimedianews.com (Artikel) ~

Pengertian Kosmetik

Kosmetik merupakan zat perawatan yang digunakan untuk meningkatkan penampilan atau aroma tubuh manusia. Kosmetik umumnya merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumber-sumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis. Perihal atau tata cara menggunakan kosmetik disebut dengan tata rias atau make up.

Di Amerika Serikat, Food and Drug Administration (FDA), badan yang mengatur industri kosmetik, mendefinisikan kosmetik sebagai "produk yang dimaksudkan untuk digunakan pada tubuh manusia untuk membersihkan, mempercantik, mempromosikan daya tarik, atau mengubah penampilan tanpa mempengaruhi struktur atau fungsi tubuh". Definisi ini juga mencakup bahan apapun yang digunakan sebagai komponen produk kosmetik. FDA secara khusus mengecualikan sabun dari kategori ini, meskipun secara luas sabun juga tergolong kosmetik.

Jenis kosmetik meliputi krim perawatan kulit, losion, bedak, parfum, lipstik, kuteks, perias muka dan mata, minyak rambut, lensa kontak berwarna, pewarna rambut, deodoran, sanitizer, produk perawatan bayi, perawatan rambut, sabun, garam mandi, serta semua produk perlengkapan mandi. Penggunaan kosmetik, khususnya di bagian muka dan mata, disebut dengan "riasan", "dandanan", atau "make up".

Kosmetik Dalam Perspektif Islam
Berdasarkan pengertian diatas, kosmetik memiliki fungsi memperindah penampilan manusia atau aroma tubuh manusia. Perkara tersebut merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan bagi manusia yang melihatnya maupun merasakan aroma wewangian yang dipancarkan.  Keindahan akan menarik perhatian orang-orang sekaligus memberikan kesan positif terhadap mereka.

Disisi lain, Islam merupakan agama yang menaruh perhatian pada persoalan kebersihan, kesucian serta keindahan tersebut. Islam bahkan menganjurkan merawat dan memelihari diri. Terkait dengan keindahan kesucian, Allah SWT berfirman :

إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Sesunggungnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)

يَابَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. al-A’raf: 31).

Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman :

قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
"Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat". Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. "(QS. Al A’raf: 32)

Dalam ayat diatas, Allah membolehkan segala hal yang bagus di dalam kehidupan dan membolehkan bersenang-senang dengannya. Ayat tersebut sekaligus mengandung pengertian bahwa bagi seorang muslimah diperbolehkan menggunakan segala bentuk hiasan dan memanfaatkan  segala yang bagus di dalam kehidupan dunia ini. Hal ini sebagaimana hukum asal daripada memanfaatkan sesuatu adalah mubah “al-Ashlu fil asy-ya-i al-Ibahah “Hukum asal sesuatu adalah mubah”.

Begitu banyak nas-nas didalam al-Qur’an maupun hadits yang memberikan motivasi agar seorang muslim maupun muslimah memperhatikan keindahan. Bagi muslimah, bahkan dianjurkan untuk berhias diri untuk keperluan-keperluan tertentu, seperti untuk menyenangkan suami dan sebagainya. Seorang muslimah juga dianjurkan untuk memakai celak mata, dan hinna’ (pacar pewarna kuku alami) serta bahan-bahan lain yang tidak membahayakan tubuhnya, tidak berlebihan, dan tidak mengubah ciptaan Allah SWT.

Meskipun demikian, Islam juga memberikan batasan dalam persoalan berhias diri. Batasan tersebut tersirat dalam ayat berikut :

وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
“Dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku (bertabarruj) seperti orang jahiliah yang terdahulu.” (QS. Al-Ahzab:33).

Menurut Syeikh Yusuf al-Qardhawi bahwa perempuan tidak akan dikatakan tabarruj, jika menepati hal-hal sebagai berikut:
  • menundukkan pandangan, sebab perhiasan perempuan yang termahal adalah rasa malu, sedang bentuk malu yang lebih tegas ialah menundukkan pandangan. Seperti yang difirmankan Allah, “Katakanlah kepada orang-orang mukmin perempuan hendaklah mereka itu menundukkan sebagian pandangannya.”
  • tidak bergaul bebas sehingga terjadi persentuhan antara laki-laki dengan perempuan, seperti yang biasa terjadi di gedung-gedung bioskop, ruangan-ruangan kuliah, perguruan-perguruan tinggi, kendaraan-kendaraan umum di zaman sekarang ini. Sebab Ma’qil bin Yasar meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda: “Sungguh kepala salah seorang di antara kamu ditusuk dengan jarum dari besi, lebih baik daripada dia menyentuh seorang perempuan yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani, Baihaqi).
  • pakaiannya harus selaras dengan tata kesopanan Islam. Sedangkan pakaian menurut tata kesopanan Islam memiliki sifat-sifat yakni menutup aurat, tidak ketat atau menampakkan bagian tubuh yang menarik dan tidak transparan.

Sedangkan berkaitan dengan penggunaan kosmetik, Islam tidak menghendaki adanya sesuatu yang membahayakan bagi penggunanya. Dalam sebuah kaidah dijelaskan:

الأصل في المنافع الإباحة وفي المضار التحريم
Al-ashlu fil manafi’ al-ibahah wa fil madlar al-tahrim “hukum asal daripada sesuatu yang bermanfaat adalah mubah, sedangkan hukum asal dari sesuatu yang membahayakan adalah terlarang”.

Oleh karena itu,  kosmetik yang akan digunakan harus sehat dan tidak membahayakan kulit atau diri penggunanya.  Kosmetik yang dipilih harus benar-benar aman untuk digunakan serta bukan dari bahan yang dilarang oleh syari’at. (iimhan_a)

Mbah Mad Jipang: Kiai yang Piawawi Ilmu Waris dan Ngajinya Gampang!

$
0
0
Muslimedianews.com ~
Membagi harta warisan sesuai dengan ketentuan syariat tentu tidaklah sulit bagi orang yang benar-benar sudah faham ilmu faraidh. Tetapi, menjadikan semua ahli waris bisa menerima dengan legowo dan marem atas pembagian itu, terlebih ketika terjadi perselisihan diantara mereka, bukanlah perkara mudah, meski oleh seorang kiai sekalipun. Seringkali ahli waris terkesan menerima ketika di muka kiai yang membagikan, namun setelah itu mereka berselisih kembali bahkan kadang perselisihan itu malah lebih meruncing daripada yang semula.

Tetapi hal itu tidaklah sulit bagi Mbah Jipang Batokan. Setiap ada perselisihan warisan, dan beliau dilibatkan untuk membagi dan menyelesaikannya, semuanya terasa menjadi mudah. Semua ahli waris pun bisa menerima dengan lapang dada dan perselisihan selalu berakhir happy ending. Itulah salah satu dari sekian banyak kelebihan beliau.

Konon, keahlian beliau ini tidak lepas dari berkah Mbah Kiai Abdul Karim (Mbah Manaf) Lirboyo, guru utama yang masih terhitung paman beliau sendiri. Suatu hari, saat masih mondok di Lirboyo, beliau dipanggil Mbah Manaf di ndalemnya dan didawuhi: "Besok kamu ngaji ke sini, bawa kitab Syansyuriah Syarh Rahabiyah dan sabak (alat tulis-menulis kuno, semacam papan tulis kecil, mungkin dimaksudkan untuk memberikan latihan-latihan penghitungan)."

Mulai saat itu beliau mendapat pelajaran ilmu faraidh langsung dari Kiai Sepuh Lirboyo, Mbah Manaf itu. Namun uniknya, saat pelajaran itu khatam, tiba-tiba ada tamu dari keluarga berada yang berasal dari daerah sekitar Kediri yang meminta bantuan Mbah Manaf untuk membantu membagikan warisan di keluarganya. Lalu Mbah Manaf mengutus santri kesayangannya ini yang baru mengkhatamkan pelajaran ilmu faraidh untuk mewakili beliau memenuhi permintaan tamunya. Maka berangkatlah Mbah Jipang bersama tamu kiainya ini menuju rumahnya.

Esoknya, dengan wajah berseri-seri, tamu tersebut kembali ke Lirboyo menemui Mbah Manaf untuk mengucapkan terimakasih mewakili keluarganya. Keluarganya sangat gembira dan puas atas kepintaran santri beliau dalam pembagian harta warisan. Tak lupa, tamu itupun memberikan oleh-oleh yang banyak pada Mbah Manaf sebagai ungkapan terimakasihnya.

Setelah tamu itu pamit, Mbah Manaf Lirboyo segera memanggil santri kesayangannya itu dan memberikan semua oleh-oleh tamu itu padanya. Karena oleh-oleh itu diberikan langsung oleh kiainya sendiri, bukan oleh tamu tadi, tentu bukan main senangnya Mbah Jipang. Konon saking banyaknya oleh-oleh itu hingga cukup untuk biaya kebutuhan sehari-hari selama setahun di pondok.

Nama asli Mbah Jipang adalah Muhammad Tholhah. Dengan baju sederhana ala petani atau pedagang sayur dan ikat blangkon di kepala menjadi penampilannya sehari-hari. Bagi yang belum mengenalnya, tentu tidak pernah menyangka di balik penampilan yang sangat sederhana ini, bahwa beliau adalah orang yang sangat alim yang sulit dicari tandinganya, yang begitu dihormati dan disegani oleh kiai-kiai yang sudah mengenalnya. Tidak ada yang tidak mengakui kealiman beliau bagi yang sudah mengenalnya, tak terkecuali Syaikh Masduqi Lasem sekalipun. 

Saat kitab Sirajut Thalibin karya Syaikh Ihsan Dahlan Jampes sudah tersebar luas, Syaikh Masduqi Lasem sering memberikan kritik atas beberapa redaksi yang ada di kitab itu, mulai dari sisi nahwu, sharaf, balaghah dan pengertiannya yang dirasa kurang tepat atau malah mungkin keliru.

Mendengar itu, Mbah Jipang (sebagai sahabat, juga masih terhitung saudara misannya Syaikh Ihsan karena ibu beliau adalah saudari kandung ibu Syaikh Ihsan) berangkat ke Lasem dengan menyaru sebagai penjual pisang menemui Syaikh Masduqi terkait redaksi-redaksi kitab Sirajut Thalibin yang dipermasalahkan. Terjadilah perdebatan seru dan panjang di antara mereka. Hingga setelah selesainya perdebatan itu Mbah Jipang pamit, Syaikh Masduqi mengatakan pada para santrinya: "Aku tas wae kalah debatan je karo bakul gedang ko Kediri" (Saya baru saja kalah berdebat sama penjual pisang dari Kediri). 

Konon nama Jipang adalah nama julukan yang diberikan Mbah Kiai Ma'ruf Kedunglo Kediri (yang masih terhitung paman beliau), singkatan dari Ngajine Gampang. Mungkin karena kecerdasan beliau yang jauh di atas teman-teman beliau pada umumnya, hingga dengan mudah bisa memahami kitab-kitab yang diajarkan. Nama itu menjadi melekat pada diri beliau, orang-orang lebih mengenal nama Mbah Mad Jipang atau Mbah Jipang saja dibanding nama asli beliau.

Mbah Jipang! sebuah nama yang begitu melegenda di Kota Kediri, sebuah nama yang menjadi ikon kecerdasan dan kealiman santri-santri Lirboyo pada masa-masa pra kemerdekaan, sebagaimana Gus Aly Bakar pada masa Orde Baru dan Gus Ishomuddin Hadziq di era Reformasi. Allahu yarhamhum, wallahu a'lam. (Oleh: AN Ang-hab).

Menimbang Makna Hari Pahlawan di Era Modern

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Selasa 10 November 2015 semua masyarakat memperingari Hari Pahlawan yang ke – 70 . Yang mana bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya. Yaitu dimana sejatinya para pahlawan dulu telah susah payah melawan para penjajah dengan taruhanya harta,keluarga dan nyawa.

Pantas kalau para pahlawan dulu telah susah payah, kemudian kita sebagai penerus perjuangan mereka, kita kini memperingati sebagai momentum mengenang jasa-jasa mereka yang telah gugur di medan perjuangan.

Makna Pahlawan di Era Penjajah
Para Pahlawan adalah mereka yang telah mempersiapkan dirinya untuk mengumpulkan bakti, kiprah dan budi nya agar senantiasa mendapatkan pahala kelak ketika mereka tiada. Sehingga  pantas kalau pahlawan itu orang yang banyak pahalanya.

Pahlawan atau pahalawan yaitu orang yang pekerjaanya ingin senantiasa mendapat pahala. Hal itu sepanjang dalam bakti, kiprah dan budinya senantiasa ikhlas untuk mengharapkan ridha Allah SWT.

Makna Pahlawan di Era Modern
Pahlawan pasca kemerdekaan, atau di era modern sekarang ini
tentu tidak begitu berat seperti para pahlawan dulu yang selalu membawa senjata untuk melawan dan mengusir para penjajah.

Namun hakekat, essensi dan substansi makna pahlawan di era modern sekarang ini adalah orang-orang yang senantiasa bisa melawan hawa nafsu dari perbuatan mungkar. Perbuatan mungkar dalam arti disini adalah sangat luas yaitu korupsi, mencuri, merampok, mengedarkan dan konsumsi narkoba, berperilaku sewenang-wenang, tidak menghormati orang lain meras hebat sendiri, merasa kaya sendiri,merasa pintar sendiri, berkhianat, tidak amanah, bergaya hedonisme, lebih cinta produk luar negeri dan lain sebagainya.

Dengan kata lain, salah satu makna pahlawan di era modern adalah orang-orang yang senantiasa bisa melawan hawa nafsunya dari perbuatan korupsi, dimana korupsi sangat menyengsarakan masyarakat banyak dan membuat negara bangrut.

Oleh karena itu, pergeseran nilai dan makna pahlawan senantiasa untuk mengikuti perkembangan zaman yang ada agar senantiasa generasi muda sekarang ini lebih ke dalama mengimplementasikan nilai-nilai perjuangan yang ada, sehingga tidak kehilangan jati diri dan pijakan dalam setiap langkah dan geraknya.

Di samping itu, keteladanan para pemimpin kita juga sangat perlu di tonjolkan dan ditularkan ke generasi sekarang. Sehingga para generasi kita punya sosok dan figur yang senantiasa dapat menjadi inspirasi dalam bergerak dan berkarya.

Hikmah Hari Pahlawan
1. Senantiasa mengenang perjuangan para pejuang dulu yang telah gigih untuk merebut kemerdekaan dari para penjajah.
2. Menjadi motivasi bagi kaum muda agar tetap berjuang di jalan yang benar.
3. Menjadi landasan dalam perpijak bahwa perjuangan butuh pengorbanan.
4. Menjadi pelajaran bahwa sebuah impian agar meraih kesuksesan yang gemilang, semuanya butuh proses dan proses butuh waktu, tidak instan (ujug-ujug). Sehingga orang yang ingin sukses adalah orang yang mau untuk berproses diri.
5. Dapat mempertebal keimanan kita, dimana orang yang senantiasa berjuang denga ikhlas dan mengharap ridha Allah SWT akan mendapat balasan pahala yang setimpal dengan jerih payahnya yang ia perjuangan.

Semoga di Hari Pahlawan yang ke – 70, Bangsa Indonesia akan lebih dewasa dalam melangkah dan bertindak untuk mensejahterakan masyarakat.

Penulis : Ust. Hadi Mulyanto, S.Pd.I., M.Pd.I
Dosen Pendidikan Agama di Kampus POLTEK HARBER Kota Tegal

Kesaksian Ibnu Batutah: 'Umat Islam Jawa Bermadzhab Syafiiyah Di Abad 8 Hijriyah'

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Ibnu Batutah adalah seorang ulama Muslim yang telah melakukan perjalanan sangat jauh mengelilingi dunia, khususnya negeri yang telah dihuni oleh umat Islam. Beliau lahir pada 703 H dan wafat pada 779 H (1304-1377 M). Ibnu Batutah memulai perjalanannya di tahun 725 H dan berakhir pada 752 H dan kunjungannya ke pulau Jawa pada tahun 748 H atau 1347 M. Menurut beberapa sejarawan Ibnu Batutah sebenarnya datang ke kerajaan Pasai di Sumatera yang telah memeluk Islam, namun di masa itu masih populer bernama pulau Jawa.

Ahli hadis Ibnu Hajar pun membenarkan keberadaan sosok Ibnu Batutah ini dalam kitabnya al-Durar al-Kaminah yang mengutip dari ulama lain. Ketika Ibnu Batutah dianggap sebagai pendusta pun, Ibnu Hajar menampilkan pendapat Ibnu Marzuq yang menampik bahwa Ibnu Batutah bukan pendusta, bahkan Ibnu Batutah adalah orang yang baik.


Dalam kitab perjalanannya yang ditulis sendiri, Ibnu Batutah mengakui telah sampai ke pulau Jawa yang beliau tempuh selama 40 hari perjalanan laut dari India, sebab Ibnu Batutah menyeberang lautan dari berbagai negara. Sampai di pulau Jawa dan Sumatera beliau berjumpa denga Sultan Dzahir. Saat berjumpa dengan Sultan tersebut, di sekelilingnya banyak para santri yang sedang berdiskusi tentang fikih Syafiiyah, hal ini dilakukan sejak selesai salat Jumat hingga Ashar. Beliau berada di pulau Jawa selama 2 bulan, lalu melanjutkan perjalanan haji yang ke enam.

Pengakuan Ibnu Batutah ini semakin memperkuat bahwa penyebaran Islam yang dibawa oleh para penyebar Islam di tanah Jawa adalah bermadzhab Syafiiyah, mereka bukan hanya berdakwah tetapi telah memiliki sanad keilmuan melalui jalur ulama Syafiiyah.

Memang ada sebagian orang menolak Ibnu Batutah, khususnya dari pengikut Ibnu Taimiyah. Dalam pengakuan Ibnu Batutah, ia pernah datang ke Damasqus dan mendengar khutbah Ibnu Taimiyah tentang akidah Tajsimnya. Ibnu Batutah mendengar khutbah Ibnu Taimiyah: "Allah turun ke langit dunia ini seperti saya turun dari mimbar", lalu Ibnu Taimiyah mempraktekkan turun dari anak tangga mimbar. Bagi Salafi kisah ini dianggap bohong, sebab kata mereka, saat Ibnu Batutah datang ke Damasqus Ibnu Taimiyah sudah dipenjara, dan tidak pernah berjumpa dengannya.

Hingga sementara ini saya mempercayai pengakuan Ibnu Batutah ke pulau Jawa ini, sebab beliau banyak menyebut ciri-ciri tanah Jawa, mulai dari bua-buahan, kebiasaan masyarakat dan sebagainya.

Catatan dalam perjalanan Taj Mahal, Agra - New Delhi, India. 12 Nov 2015



Oleh : Ust. M. Ma'ruf Khozin

Begini Syaikh Al-Buthi Menjawab Pertanyaan Jomblowan Yang Jatuh Hati Pada Mahasiswi

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Pertanyaan : Saya seorang pemuda yang sedang menempuh Pendidikan di Universitas, Alhamdulillah. Hanya saja selama ini saya selalu menghindar dari wanita (yakni saya tidak pernah membuka percakapan dengan wanita manapun). Namun akhir-akhir ini, ada seorang Mahasiswi yang Ahlaknya telah menarik perhatian saya, saya berharap bisa melupakan Mahasiswi tersebut dan telah saya coba dengan sunguh-sungguh untuk melupakannya. Saya juga tak ingin berdekatan dengan Mahasiswi tersebut di Kampus dengan alasan kepribadian saya.

Yang saya tanyakan : Apa solusinya agar saya bisa melupakan Mahasiswi tersebut? Soalnya saya merasa telah melakukan dosa dengan seringnya saya mencuri pandang kepadanya.


Dr. Buthi Menjawab :
Sebenarnya saya tidak mempunyai cara untuk membuat anda melupakan Mahasiswi tersebut dan pertanyaan anda yang demikian itu terasa cukup aneh.

Akan tetapi saya bisa menunjukkan anda jalan keluar yang bagus untuk menyelesaikan permasalahan ini, yaitu : Hendaknya anda melamar Mahasiswi tersebut dari keluarganya kemudian menikahlah dengannya. Inilah jalan keluar yang bagus dan Syar'i yang biasa dilakukan banyak orang.

Sumber : Mansyurat Ijtima'iyah hal. 133 karya Prof. Dr. Muhammad Sa'id Ramadhan Al-Buthi, cet. Dar El-Fikr Damaskus 2001. Alih Bahasa : Imam Abdullah El-Rashied, Yaman - 6 Nov 2015.

Catatan Kunjungan Ibnu Batutah ke Jawa (Nusantara)

$
0
0
Muslimedianews.com ~
Beliau lahir pada 703 H dan wafat pada 779 H (1304-1377 M). Ibnu Batutah memulai perjalanannya di tahun 725 H dan berakhir pada 752 H dan kunjungannya ke pulau Jawa pada tahun 748 H atau 1347 M. Menurut beberapa sejarawan Ibnu Batutah sebenarnya datang ke kerajaan Pasai di Sumatera yang telah memeluk Islam, namun di masa itu masih populer bernama pulau Jawa.

Ibnu Batutah adalah tokoh penyambung Indonesia-Maroko. Petualang kebudayaan, antropologi dan geografi yang satu ini mungkin bisa disejajarkan dengan posisi Duta Besar dewasa ini. Catatan perjalanannya melintasi jutaan kilometer, membentang dari Maroko sampai Indonesia, memakan waktu 25 tahun, dimulai dari usia 22 tahun, yang terabadikan dalam sebuah karya yang berjudul Tuhfah an-Nadzar fi Gharaib al-Amshar wa 'Ajaib al-Asfar.

Yang menarik dari tokoh yang bernama asli Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim al-Luwati ini adalah kemampuannya mencatat pernak-pernik kebudayaan dan kekhasan alam yang dikunjunginya. Karyanya adalah perpaduan antara keindahan gaya bahasa lisan dan isinya yang bagaikan ensiklopedi. Tak pelak, Ibnu Batutah menjadi tokoh besar abad 8 H, kebanggaan dunia barat Islam (Maroko khususnya), sekelas dengan sejawatnya semisal Ibn Khaldun yang banyak disebut sebagai peletak sosiologi, jauh sebelum Auguste Comte dan asy-Syathibi; teoritikus ilmu maqashid dalam syari’ah Islam.

Dalam catatan tokoh kelahiran Tanger, 17 Rajab 703 H ini, Indonesia (Jawa) yang memanjang sejauh perjalanan dua bulan perjalanan, ketika itu dihuni oleh mayoritas penduduk non-Muslim. Jawa menurut Ibnu Batutah adalah pulau hijau yang sedap dipandang mata dan banyak dihiasi deretan pohon kelapa. Sedemikian terkesannya Ibnu Batutah, sampai-sampai ia singgah di Jawa dua kali. Pertama dalam perjalanan dari Bangladesh menuju China. Dan kedua rute pulang dari China menuju Basrah.

Adapun rute penjelajahan dan keberangkatan Ibnu Batutah dimulai dari Tanger menuju Mesir, Syiria, Makkah, India, Bangladesh, Jawa, Sumatera, China, lalu kembali ke Maroko. Selebihnya ia sempat menjelajahi Andalusisa dan beberapa negara tetangga Maroko di Afrika.

Ibnu Batutah merupakan penjelajah dunia yang pernah singgah ke Nusantara. Pada abad ke-14, pria Maroko itu mampir ke Pasai, kesultanan di wilayah utara Sumatra yang telah memeluk Islam. Ibnu Batutah pun membuat catatan bagaimana kehidupan di negeri tersebut. Ibnu Batutah melaporkan kehidupan masyarakat Muslim di utara Sumatera itu dalam catatan hariannya.

Ibnu Batutah menulis Sumatra dengan nama Jawa. Karena saat itu yang terkenal di kalangan saudagar dunia adalah menyan jawi. Namun yang dimaksud Batutah adalah Sumatera. Pulau dimana Pasai berada. Dalam catatan itu, Ibnu Batutah sampai di pesisir Pasai setelah menempuh perjalanan laut selama 25 hari dari India. “Pulau itu hijau dan subur,” tulis Batutah sebagaimana dikutip Dream dari buku The Indonesia Reader, History, Culture, Politics, Selasa 18 November 2014.

Dia menulis tanaman yang banyak tumbuh di Pasai adalah pohon kelapa, pinang, cengkeh, gaharu India, pohon nangka, mangga, jambu, jeruk manis, dan tebu. Batutah juga menulis tumbuhan aromatik yang terkenal di penjuru dunia hanya tumbuh di daerah ini –dulu memang terdapat komoditas tumbuhan aromatik yang dihasilkan di daerah Barus.

Saat sampai di pelabuhan, masyarakat setempat menyambut Batutah dan rombongan dengan ramah. Rakyat di sana datang dengan membawa kelapa pisang, mangga, dan ikan, untuk ditukarkan dengan barang lain yang dibawa pedagang yang singgah.

Menurut Batutah, perwakilan dari panglima kesultanan juga mendatangi rombongannya. Pejabat itu menanyakan maksud kedatangan mereka. Setelah itu, rombongan Ibnu Batutah diizinkan mendarat di pantai. “Lantas kami menuju ke daratan pelabuhan, sebuah kampung besar di pantai dengan sejumlah rumah, yang disebut Sarha.” Menurut catatan Batutah, perkampungan itu berjarak sekitar empat mil dari kota raja.

Batutah juga mencatat bahwa Sultan Pasai, Malik az-Zahir, sangat ramah. Rombongan itu diterima dengan tangan terbuka. Bahkan, sang sultan meminjamkan salah satu kudanya –dan kuda lainnya– untuk rombongan Batutah yang singgah itu. “Saya dan teman-teman saya berkuda, dan kami menunggang kuda ke kota raja, kota Sumatra, sebuah kota yang besar dan indah dilengkapi dengan dinding kayu dan menara kayu.”

Dalam catatan itu, Batutah juga terkesan dengan keyakinan Sultan Malik az-Zahir. Selain terbuka, Sultan juga pecinta teologi. Sultan merupakan penganut Islam yang taat dan memerangi segala perompakan. Sultan juga memberikan perlindungan kepada kaum non-Muslim yang membayar pajak kepada kesultanan.

Selain tegas, Sultan Malik az-Zahir juga digambarkan sebagai orang yang rendah hati, “yang berjalan kaki saat menuju tempat salat Jum'at.”

Saat menuju istana, Batutah melihat sejumlah tombak tertancap di kanan-kiri jalan, di dekat gerbang. Itu tandanya, siapapun tak boleh lewat. Siapa saja yang menunggang kuda juga harus turun. Sehingga Batutah dan rombongannya harus turun dari kuda mereka.

Saat di pendopo istana, rombongan Batutah disambut salah satu letnan kesultanan yang ramah. Sang letnan menyambut mereka dengan berjabat tangan. “Kami duduk bersama dia dan dia menulis surat kepada Sultan untuk menginformasikan kedatangan kami.”

Setelah jamuan makan, sang letnan mengajak rombongan Batutah berjalan-jalan di taman berpagar kayu. Di bagian tengah dibangun sebuah rumah kayu dan berkarpet. “Kami duduk di sini bersama letnan.”

Setelah itu, datanglah pejabat kesultanan, amir Dawlasa, dengan membawa dua pelayan perempuan dan dua laki-laki dan berkata, “Sultan mengatakan kepadamu bahwa persembahan ini sebanding dengan hartanya, tidak seperti Sultan Muhammad (Sultan India)”. Setelah itu, sang letnan meninggalkan mereka, rombongan mereka beralih menjadi tanggungjawab amir Dawlasa.

Kebetulan, Ibnu Batutah sudah kenal dengan amir Dawlasa, sebab pernah menghadap Sultan Delhi bersama-sama. Ibnu Batutah pun bertanya, kapan Sultan Pasai bisa menemui rombongannya. Dan amir Dawlasa pun menjawab, “Ini adat negeri kami bahwa pendatang baru menunggu tiga malam sebelum menghadap ke Sultan, mungkin dia (tamu) sudah pulih dari kelelahan selama dalam perjalanan.”

Batutah dan rombongan pun akhirnya bertemu dengan Sultan Malik az-Zahir pada hari Jum'at. Mereka bertemu dan berbincang di sebuah masjid setelah salat Jum'at. Sultan meminta Batutah menceritakan kabar Sultan Muhammad di India.

Setelah pertemuan itu, Sultan Malik pun meninggalkan masjid. “Saat meninggalkan masjid, dia (Sultan) disediakan gajah dan sederetan kuda. Adat mereka, Sultan menunggang gajah, pengiring dan wakil menunggang kuda.” Namun saat kunjungan Batutah itu, Sultan lebih memilih menunggang kuda bersama tamunya ini.

Batutah berada di Pasai selama 15 hari. Tibalah saatnya mereka berpamitan. Rombongan ini tak bisa meneruskan perjalanan ke China karena kondisi cuaca yang buruk. Batutah dan rombongan pun berpamitan kepada Sultan. “Dia (Sultan) menyediakan perahu untuk kami, mengantar kami, dan memberi bekal banyak kepada kami. Semoga Tuhan membalas dia!”

Download kitab Ibnu Batutah رحلة إبن بطوطة المسماة تحفة النظار في غرائب الأمصار وعجائب الأسفار di sini: http://dl.wdl.org/7470/service/7470.pdf (Sya'roni As-Samfuriy).

Sketsa Hadits di Nusantara

$
0
0
Muslimedianews.com~ Sebagian orang mengatakan bahwa para saudagar Arab yang berdagang ke Nusantara tidak murni untuk berdakwah, namun pada kenyataannya telah terjadi spiriual interaction atau interaksi kebatinan antara para saudagar Timur Tengah dengan penduduk asli pribumi. Oleh karenanya, memang tidak dapat dipungkiri telah ada sebagian da’i dari Timur yang memang datang ke pribumi berniat untuk berdakwah. Hal ini bisa dibuktikan dengan terjadinya perkawinan antara saudagar Arab dengan pribumi hingga menjadikan masyarakat pribumi memeluk Islam sekaligus berketurunan Islam. Masuk dan diterimanya Islam untuk menapakkan kakinya di bumi Nusantara ini dalam teori terakhir telah ada sejak abad ke-VII M. Dan proses islamisasi dilakukan pada abad ke-XIII M. Hal ini tentunya memberi ruang yang cukup beruntung bagi para da’i untuk menyebarluaskan Islam ke seluruh pelosok Nusantara.

Masuknya Hadis
Makkah dan Madinah, juga dunia Islam secara umum, telah hadir dalam pikiran penduduk Nusantara sebelum mereka memeluk Islam. Perdagangan internasional telah membawa nusatara kontak dengan Timur Tengah. Bahkan sumber-sumber Arab menyebutkan dua surat-menyurat antara raja kerajaan pra-Islam, Sriwijaya, Sri Indrawarman, dengan Khalifah Dinasti Umayyah, Umar bin Abdul Aziz (717-720). Berdasarkan penelitian Fatimi, dua surat ini memberikan bukti kuat tentang kontak awal antara Nusantara dengan Timur Tengah. Di dalam surat-surat itu, seraya menyatakan dirinya sebagai “Raja Nusantara” (the King of al-Hind), raja Sriwijaya menyapa Umar bin Abdul Aziz sebagai “raja Arab”, menjelaskan fakta bahwa raja tersebut telah akrab dengan Arab. (Jajat Burhanudin, 2012: 29)
 Ini merupakan salah satu indikasi adanya interaksi Islam dengan Hindi (Sriwijaya). Dimana jika melihat sekilas, tampaknya Raja Sriwijaya berkeinginan kuat untuk mengetahui sekaligus mempelajari Islam lebih dalam dari bangsa Arab pada waktu itu.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz sebagai sosok umara sekaligus ulama yang sangat menitik beratkan pada tadwin al-hadis, hingga terjadinya pengumpulan dan pembukuan hadis besar-besaran pada saat itu. Artinya, ketika masa Umar bin Abdul Aziz banyak pula terdapat ulama-ulama hadis. Sehingga dimungkinkan sekali ia juga mengirimkan ulama yang mempunyai ilmu di bidang hadis yang diakui kredibilitasnya ke Nusantara khususnya Sriwijaya. Walaupun dalam literatur sejarah belum dipastikan siapa yang dikirim sang khalifah untuk mengajarkan Islam di Sriwijaya (Nusantara).

Selanjutnya, dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam setelah abad ke-XIII M, seperti Kerajaan Samudera Pasai di Aceh, Kerajaan Malaka dan Kerajaan Demak di Jawa menjadikan hubungan Nusantara dengan Timur Tengah semakin mapan. Kehadiran ulama dari Timur Tengah dan dunia Islam yang lebih besar, khususnya Makkah, merupakan langkah penting dalam memperkenalkan Islam ke Nusantara. Dengan demikian perkenalan hadis ke Nusantara pun mempunyai indikasi yang signifikan. Sebab hadis tidak bisa dinafikan dari perkataan-perkataan para da’i. Walaupun boleh jadi pengkajian terhadap hadis secara formal pada waktu itu belum begitu terlihat atau menonjol seperti sekarang.

Hubungan Nusantara dengan Timur Tengah menjadi lebih kuat di Kerajaan Aceh pada abad ke-XVII. Hubungan ini dibuktikan dengan terbentuknya sebuah jaringan ulama, yang kemudian membuat Makkah memainkan peranan penting dalam diskursus intelektual di Nusantara pada periode tersebut. Ulama-ulama terkenal pada periode tersebut antara lain, al-Raniri (1608), Abdurrauf al-Sinkili (1615-1693) dan Yusuf al-Maqassari (1627-1699), belajar di Makkah. Mereka membentuk “lingkaran komunitas Jawi” (ashab al-jawiyyin) dengan ulama Makkah yang mengajar mereka, dan kemudian bertanggung jawab dalam mendiseminasikan pemikiran Islam yang berkembang di Makkah masa itu, neo-sufisme, ke Nusantaraan. Ulama-ulama yang disebutkan diatas menjadikan kerajaan sebagai tempat untuk melaksanakan misi pembaruan mereka. Al-Raniri dan al-Sinkili berkarier di Kerajaan Aceh, sementara al-Maqassari yang lahir di Sulawesi Selatan, membangun karier di Kerajaan Banten, Jawa Barat. (Jajat Burhanudin, 2012: 31)

 Selain Aceh, di Jawa bagian Selatan yang kala itu dikuasai oleh Mataram Islam juga sudah melakukan interaksi dengan ulama-ulama dari Timur Tengah, Gujarat maupun Maghribi. Dalam tulisan sederhana saya tentang Jejak Sang Wali Urut Sewu (2015:19), ulama dan umara Timur Tengah (Gujarat, India, Maghribi) telah melakukan interaksi dengan Jawa mulai abad ke-XVII. Ini dibuktikan dengan ditemukannya makam-makam tua sekitar abad ke XV-XVII, yakni makam para Syarif, Sayyid, dan Syekh yang berada di sepanjang pesisir Pantai Selatan Jawa seperti Banten, Kebumen dan Yogyakarta.

Setelah dibukanya terusan Zuez di Mesir pada abad ke-XIX dan perhubungan Indonesia dengan Mekkah menjadi lebih cepat dengan adanya kapal api. Merupakan langkah beruntung bagi ulama-ulama Nusantara untuk pergi haji sekaligus menuntut ilmu ke Mekkah. Disana mereka berkenalan dengan fikiran-fikiran masa itu ditanah Arab dan Timur Tengah pada umumnya. Demikianlah sebagaimana ditulis Imam Munawwir dikaryanya Kebangkitan Islam dari masa Kemasa (1980: 244). Sehingga dalam studinya tersebut, para ulama menghasilkan beberapa buah karya dalam berbagai bidang keilmuan intelektual Islam seperti ilmu al-Qur’an dan tafsir, hadis dan ulumul hadis, fiqh dan ushul fiqh, tasawuf dan lain sebagainya. Ulama Nusantara yang patut dihargai sebagai “ulama tak berkeringat“ salah satunya adalah Syekh Nawawi al-Bantani. Karena warisan intelektual yang didapat dari Syekh Nawawi lah, mulai dapat menyebabkan berkembangnya intelektualitas Islam di Nusantara.

Ulama Hadis

Dalam bidang hadis khususnya, Muhammad Mustaqim Mohd Zarif dalam tulisannya Penulisan Karya Hadis Nusantara Abad Ke-19 mengungkap, terdapat dua buah karya utama yang dihasilkan di akhir pertengahan kedua abad ini yaitu Tanqih al-Qawl al-Hadits oleh Syekh Nawawi al-Jawi al-Bantani (w. 1314H/1897M) dan al-Jawhar al-Mawhub oleh Syekh Wan Ali Kutan al-Kalantani (w. 1331H/1913M). Keduanya merupakan syarah atas karya bertajuk Lubab al-Hadits karangan Jalal al-Din al-Suyuti (w. 911H/1505M). Kitab ini ditulis oleh dua orang ulama Nusantara tersebut yang berdomisili di Mekkah dan hidup pada kurun waktu yang sama. Karya-karya hadis ulama ini juga amat berpengaruh dalam kalangan masyarakat Nusantara dan masih digunakan sebagai teks pengajian agama hingga kini.
Reputasi Syekh Nawawi al-Bantani dalam bidang keilmuwan di dunia Islam, khususnya hadis sudah tidak diragukan lagi. Kepiawaiannya dalam keilmuan bahkan membuatnya menjadi salah satu dari beberapa imam Masjidil Haram pada saat itu setelah ditunjuk oleh pemerintah Saudi untuk menggantikan Syekh Ahmad Khatib Sambas yang telah wafat. Tidak hanya di Kota Makkah dan Madinah beliau dikenal, bahkan di negeri Mesir nama beliau masyhur pula. (Rosihon Anwar: 2014).

Nama Syekh Nawawi al-Bantani sangat terkenal di Arab Saudi hingga dijuluki "Sayyidul Hijaz", yakni tokoh ulama di kawasan Hijaz. Kontribusi beliau dalam tradisi keilmuan dunia bisa dilihat hingga sekarang. Syekh Imam Nawawi al-Bantani memberi sumbangsih ilmu keagamaan melalui karya-karyanya yang luar biasa dalam ilmu tafsir, tasawuf, fikih, tauhid, dan hadis yang tidak kurang sekitar 115 kitab yang telah ia tulis. Dan hingga saat ini kitab-kitab tersebut masih menjadi bahan kajian dan rujukan di berbagai dunia Islam.

Hadis di Indonesia

Kajian hadis di Indonesia, pada awalnya lebih mengacu kepada kitab-kitab hadis fiqhi, ini terjadi sekitar sebelum tahun 1950-an. Dapat dibuktikan ketika kajian-kajian hadis oleh tokohnya langsung yakni KH. Hasyim Asy’ari di Pesantren Jombang, yang pada saat itu masih mengkaji hadis yang bercampur dengan kajian-kajian hukum fikih. Bahkan sampai sekarang pun pengkajian fikih masih sangat kental di pesantren Jombang pada khususnya dan pesantren-pesantren salaf di Indonesia secara umumnya.

Kemudian, hadis baru berkembang dan memisah dari kajian fikih sekitar tahun 1970-an. Ini dibuktikan dari banyaknya ulama dan intelek-intelektual Indonesia yang telah menyelesaikan studinya dalam bidang hadis di Timur Tengah. Beridirnya PTAI (IAIN, UIN dan STAIN) khususnya dalam jurusan Tafsir Hadis juga membuktikan bahwa saat itu kajian hadis di Indonesia telah digalakkan. Walaupun itu terjadi di sekolah-sekolah Islam formal, namun guru atau dosennya juga tidak kalah kealimannya. Dosen pengajar hadis dan ilmu hadis pada waktu itu hingga sekarang mayoritas juga seorang ulama-akademisi; minimal keturunan tokoh agama. Artinya bukan sembarangan dosen yang mengajar bidang keilmuan yang satu ini “hadis”.

Baru pada tahun 1990-an hingga sekarang kajian terhadap hadis dan ilmunya semakin berkembang. Adanya kritik matan dan sanad dalam hadis, hermeneutika dan ma’anil hadis (yang ngetren pada abad ke-XXI atau tahun 2000-an keatas), ini membuktikan bahwa kajian hadis di Indonesia setiap tahun semakin maju dan berkembang. Dan semua itu sekali lagi tidak akan terwujud jikalau tidak ada embrio kajian hadis baik yang tertuang dalam bentuk tulisan maupun pemikiran dari para ulama hadis Nusantara seperti Syekh Nawawi al-Bantani, Mahfudz al-Tirmasi dan Abd al-Rauf al-Sinkili. Disamping memang adanya jiwa yang berkobar dari para ulama Nusantara untuk terus studi ilmu keislaman, kita juga patut berterimakasih kepada ulama-ulama asli Haramain seperti Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki (ulama abad XX-XXI) yang telah melahirkan tokoh-tokoh ahli dalam bidang hadis, fikih, tafsir, dan tasawuf yang tersebar di seluruh Indonesia. 

Kontribusi
Semangat yang bisa di ambil dari Syekh Imam Nawawi al-Bantani dalam konteks kekinian adalah semangat keilmuannya yang sangat besar dan pemahaman ilmu agamanya yang mendalam. Nawawi al-Jawi merupakan sosok yang dapat mengakomodasi pemikiran-pemikiran ulama besar salaf dan menggabungkan dengan tradisi pemikiran keilmuan saat ini yang terus berkembang. Kalau ini dilihat, Syekh Nawawi mengajak kita untuk banyak melibatkan rasio dalam setiap karyanya. Dan itu menjadi sumbangsih pemikiran Islam yang luar biasa hingga saat ini. (Rosihon Anwar: 2014).

Kontribusinya dalam menggalakkan pengajaran hadis di Haramain, telah mengibarkan semangat keilmuan para ulama dan santri-santrinya di Nusantara. Sehingga mulai abad ke XIX hingga kini kajian hadis di Indonesia bisa tetap eksis, bahkan berkembang.

Oleh sebab itu, banyak diantara kalangan yang menduga bahkan berani memberikan fatwa bahwa Nawawi al-Bantani lah embrio ulama-intelek yang mengguncang Nusantara, khususunya dengan karya-karyanya. Disamping ia seorang yang terpandang di masyarakat Jawa Barat (keturunan Raja), ia juga berhasil mengenakan jubah kebesarannya sebagai ulama berintelektual yang mendorong ulama-ulama lain untuk mencontoh keuletannya.

Penulis :Abdul Aziz Muslih,
Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, dan Ketua Ikatan Mahasiswa Kebumen Institut Agama Islam Negeri Surakarta.

Saat NU Menjadi Partai: Kampanye Politik Ala Kiai Marzuqi danKegundahan Para Kiai

$
0
0
Muslimedianews.com ~
Setelah diaksanakannya Muktamar NU ke 19 di Palembang pada tahun 1952 M, NU menjadi partai politik sendiri setelah lama melebur ke dalam partai Masyumi. Semenjak itu, para kiai begitu bersemangat mengkampanyekan partai NU pada masyarakat, terlebih menjelang pelaksanaan pemilu pertama tahun 1955 M. Saking semangatnya, sampai-sampai KH. Abdul Wahab Hasbullah selaku Rais Aam NU saat itu, dalam membacakan talqin saat meninggalnya Almaghfurlah KH. Abdul Karim Lirboyo, menyisipkan kata-kata yang cukup mengundang tawa. Yakni sebuah pesan agar apabila malaikat menanyakan tentang apa partaimu jawab saja NU, "Kiai Abdul Karim, menawi malaikat tangklet punopo partai sampean, jawab kanti tegas, partai kulo NU".

Bahkan konon KH. Marzuqi Dahlan Lirboyo yang dikenal sangat wira'i pun tidak mau ketinggalan mengkampanyekan NU, meski tidak melalui panggung kampanye. Beliau datangi rumah-rumah warga yang beliau kenal. Lalu dengan santun dan lembut beliau bepesan singkat, padat, tetapi sangat mengikat: "Nek pengen slamet dunyo akhirot, sampean milih NU mawon geh"(Jika ingin selamat dunia-akhirat, kamu pilih NU saja).

Namun pada kenyataannya, pada pemilu 1955 NU hanya menduduki urutan ketiga di bawah PNI dan Masyumi. Sebenarnya capaian NU itu sudah cukup signifikan menurut para pengamat politik pada masa itu, mengingat usia NU sebagai partai politik baru seumur jagung. Tetapi bagi sebagian para kiai, terlebih bagi kiai-kiai NU Kediri, hasil itu dirasa kurang memuaskan atau bisa dibilang mengecewakan, disamping karena pelaksanaan pemilu yang belum maksimal.

Mereka pada Muktamar NU di Palembang tahun 1952 di bawah pimpinan KH. Mahrus Ali selaku Rais Syuriah NU Kediri saat itu, ikut mempelopori keluarnya NU dari Masyumi dan menjadi partai politik sendiri. Karenanya mereka berusaha keras lahir dan batin agar NU bisa memenangkan pemilu. Tetapi kekecewaan itu justru lebih mendekatkan mereka kepada Yang Maha Kuasa. Mereka menjadi semakin rajin berziarah ke makam-makam Auliya' yang ada di Kota Kediri dibandingkan sebelum itu, terlebih ke makam Syaikh Washil Setonogedong yang berada di jantung Kota Kediri. Setiap selesai berziarah, biasanya mereka berkumpul di masjid Setonogedong yang waktu itu masih berupa langgar (surau) kecil yang sangat sederhana, untuk istirahat, membicarakan perkembangan politik dan persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat.

Setelah beberapa pertemuan, salah satu dari mereka mengusulkan bagaimana jika pertemuan itu dijadikan pengajian rutin agar lebih bermanfaaf dan maslahat. Kontan saja semua mengamini dan serempak meminta KH. Mahrus Ali yang memimpin pengajian tersebut, karena disamping beliau menjabat Rais Syuriah NU Kediri saat itu beliau juga dipandang yang paling mumpuni dibandingkan kiai-kiai lainnya. Jadilah sebuah pengajian rutin malam Selasa yang selalu diikuti oleh para kiai Kota Kediri dan sekitarnya.

Itulah kiai-kiai kita dahulu, ketika mereka menemukan realitas politik yang tidak sesuai dengan harapan dan keinginan mereka, tidaklah serta merta mereka menyalahkan pihak-pihak tertentu atau bahkan menuntutnya lewat sebuah pengadilan. Tetapi mereka serahkan dan adukan semuanya pada Yang Maha Kuasa dengan berziarah dan bertawassul melalui kekasih-kekasih (Auliya') Allah Swt. Karenanya Allah Swt. pun menggantinya dengan sesuatu yang lebih lebih berkah dan manfaat baik di dunia maupun akhirat, yaitu terwujudnya Majelis Ilmu.

Dan alhamdulillah, Majelis Ilmu Pengajian Malam Selasa di Masjid Setonogedong masih terus berlangsung hingga kini dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Kota Kediri, yang dipimpin oleh putra Almarhum Kiai Mahrus Ali, yaitu KH. Abdullah Kafabihi Mahrus Ali. (Oleh: AN Ang-hab).
Viewing all 6981 articles
Browse latest View live


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>