Quantcast
Channel: Muslimedia News - Media Islam | Voice of Muslim
Viewing all 6981 articles
Browse latest View live
โ†ง

Inilah 4 Poin Penting yang Harus Diingat oleh Pelajar

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Empat poin penting yang harus selalu diingat oleh para pelajar.

Pertama, seorang pelajar harus mengetahui keistimewaan yang telah Allah berikan kepadanya selama menuntu ilmu. Bahwa para malaikat di langit, semut di dalam tanah dan ikan-ikan di laut mendoakannya sebab ridha dengan apa yang dilakukannya.

Kedua, dengan mengetahui keistimewaan tersebut, maka seorang pelajar harus senantiasa bersyukur atas kesempatan serta kemudahan yang telah Allah berikan. Hendaknya dalam hatinya terdapat motivasi yang muliau untuk selalu berdoa di tengah malam, minimal sekali dalam seminggunya.

Ketiga, seorang pelajar harus memiliki cita-cita dan kesungguhan yang teguh saat menuntut ilmu, baik kesungguhan dalam membaca, mengikuti majlis ilmu, dan beribadah. Seorang pelajar hendaknya juga tidak menyia-nyiakan waktu dengan hal yang tidak berguna

Keempat, seorang pelajar khususnya pelajar di al-Azhar harus memperhatikan sejarah al-Azhar dan ulama-ulama yang ada di dalamnya, hingga dengan itu ia bisa menyadari makna dan tujuan kedatangannya.

Syekh Usamah al-Azhari (Ulama Al Azhar Mesir)

Sumber : via fb Suara Al Azhar
โ†ง

Ikuti Diklat Wirausaha Kursus Sablon Gratis

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Ikutilah DIKLAT WIRAUSAHA dalam rangka menambah keterampilan dan membuka peluang usaha, Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Curug berkerja sama dengan Pondok Pesantren Miftahul Khaer Sukabakti menyeranggarakan KURSUS SABLOG GRATIS.

Peserta adalah utusan Pengurus Ranting NU atau Pondok Pesantren se-Kecamatan Curug - Tengerang dengan membaca surat mandat dan rekomendasi dari lembaga.

Waktu pada Minggu 11 Meri 2014 pukul 08.00 WIB sampai selesai. Bertempat di Pesantren Miftahul Khaer Kp. Babakan - Sukabakti Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang. Fasilitas : modul teori, bahan praktek dan sertifikat.

Kontek Informasi : Mukhlisin (0818177922)ย 


โ†ง
โ†ง

PC Muslimat NU Bentengi Diri dari Kelompok Radikal

$
0
0
Muslimedianews.com, Karanganyar ~ Banyaknya kelompok-kelompok radikal yang menyusupkan pemahaman anti NKRI membuat Pengurus Cabang Muslimat Nahdlatul Ulama Karangnyar menggelar roadshow pengajian akbar di Masjid Raya Karanganyar, Minggu (27/4/2014). Pengajian ini digelar untuk membentengi diri dari ajaran radikal dan memperkuat akidah ahlussunnah wal jamaah (Aswaja) di masyarakat,

โ€œNanti kita keliling dari satu kecamatan ke kecamatan lain untuk terus menggelar pengajian semacam ini untuk menguatkan akidah Aswaja agar masyarakat tidak mudah terpengaruh dengan paham radikal,โ€ kata Ketua PC Muslimat NU Karanganyar, Suliyastuti kepada wartawan.

Suliyastuti yang juga Kepala SMA Negeri 1 Mojogedang ini mengatakan dengan menggelar pengajian seperti ini, maka PC Muslimat NU dapat memantau aktivitas jamaah dan terus membina silaturahmi antarpengurus mulai dari tingkat ranting hingga cabang. โ€œKalau masyarakat akidahnya kuat, insyaallah efeknya juga mereka dapat membina keluarga dan masyarakat yang baik. Dan endingnya juga untuk ikut menegakkan NKRI,โ€ ungkapnya.

Dalam pengajian tersebut, ceramah disampaikan oleh KH Abdullah Saad selaku pengurus Pondok Pesantren Al Insof Plesungan, Kecamatan Gondangrejo dan Habib Hasan Ali Alkaff dari Solo. Sementara jamaah yang hadir berkisar ribuan orang yang berasal dari seluruh wilayah di Karanganyar.

Sumber : http://www.timlo.net
Ilustrasi foto: Pimpinan Cabang Muslimat NU Kabupaten Cirebonย  (hilyaliya.wordpress.com)
โ†ง

Citra Islam Dibentuk Oleh Perilaku Si Muslim

$
0
0
Muslimedianews ~ Ada kejadian nyata di Australia dua orang muslim hidup di dua tempat berbeda yang kebetulan mayoritas non-muslim. Salah satu dari mereka bersikap buruk, sering merugikan tetangganya, mengganggu dan perilaku tak terpuji lainnya. Sedangkan muslim satu lagi selalu bersikap santun, ramah dan bergaul dengan baik di masyarakatnya.

Suatu ketika, ada pemberitaan di media tentang sosok teroris yang kebetulan beragama Islam. Maka, si tetangga yang memiliki tetangga muslim berperangai buruk akan sesumbar dengan begitu bersemangat: โ€œBetul! Orang-orang Islam memang berbahaya! Mereka semua busuk! Kalian jauhilah orang-orang Islam!โ€

Sebaliknya, tetangga si muslim yang satunya lagi akan menolak berita itu: โ€œTidak! Muslim tidak seperti itu! Mereka orang-orang yang baik! Pasti ada yang salah dengan pemberitaan ini!โ€ Bahkan orang tersebut akan sungguh-sungguh membela tetangga muslimnya dari cercaan orang-orang.

Jadi, bagaimana citra agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. hari ini adalah tergantung bagaimana engkau bersikap wahai kaum muslimin. (Cuplikan taushiyah al-Habib Umar bin Hafidz dalam kunjungannya ke Univ. Paramadina Jakarta dan dalam rihlahnya ke Granada Spanyol. Videonya silakan lihat Di sini).

Ingatlah hadits riwayat Ibnu Hibban tentang seorang sahabat bernama Fudaik. Ia adalah seorang muslim yang hidup di tengah-tengah non-muslim. Ia memutuskan untuk hijrah, pindah dari negerinya menuju Madinah, hidup bersama Rasulullah Saw.

Namun, ketika ia berpamitan kepada masyarakat dimana ia tinggal, orang-orang membujuknya untuk mengurungkan niat: โ€œAnda orang baik. Kami semua menghormati Anda karena Anda sangat peduli kepada kami. Kami berharap Anda tidak pergi, tetaplah di sini. Kami akan sangat bahagia jika Anda tetap menjadi bagian dari kami.โ€

Maka Fudaik tetap pergi ke Madinah, namun ia berkonsultasi kepada Rasulullah Saw. atas bujukan masyarakatnya. Apa jawab Rasulullah Saw.? Beliau Saw. bersabda: โ€œLaksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, tinggalkan segala keburukan, dan tinggallah di antara orang-orangmu di manapun kau mau. Jika kau melakukannya, kau adalah seorang โ€˜muhajirโ€™.โ€

Maka jadilah warga yang baik, atau di manapun kau berada. Selama kau tidak dilarang untuk melaksanakan ajaran agamamu, tinggallah bersama masyarakatmu dengan baik. Namun satu catatan; kita harus semampu mungkin melaksanakan ajaran agama dengan total, sebagaimana disyaratkan Rasulullah terhadap Fudaik. Terutama menjauhi segala keburukan dan kejahatan, sehingga seorang muslim bisa menjadi teladan di tengah masyarakatnya. (Cuplikan taushiyah Syaikh Abdullah bin Bayyah di Kensington Hall London. Videonya silakan lihat Di sini). (Kontributor: Ustadz Zia Ul Haq).

Syaโ€™roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 28 April 2014

โ†ง

Mengenal Hukum Aqly, Syar'i dan 'Ady

$
0
0
Muslimedianews.com ~ "Allah Tidak Kekal", pernyataan ini tentu saja tidak bisa diterima oleh akal sehat seorang mukmin, di istilahkan dengan "Mustahil Aqly". Inilah sebagian contoh penerapan hukum aqal. Adapun yang benar adalah"Allah Kekal (Baqa')", wajib bagi aqal kita mengimaninya.

Dengan mempelajari kaidah-kaidah semacam ini, maka akan mudah bagi umat Islam dalam mempelajari tauhid secara benar. Selain ada hukum Aqly, juga ada hukum Syar'i dan Hukum 'Ady (Adat/kebiasaan/Sunnatullah). Berikut penjelasannya:

A. Hukum 'Aqly sendiri ada tiga, yaitu:
  1. Wajib, artinya perkara yang tidak boleh tidak akan adanya bagi โ€˜aqal fikiran.
  2. Mustahil, artinya perkara yang tidak boleh tidak akan tiadanya bagi โ€˜aqal.
  3. Jaiz, artinya perkara yang adanya dan tiadanya dapat diterima โ€˜aqal.
B. Hukum Syarโ€™i
Ada hukum aqal, ada pula hukum syarโ€™i. Hukum syar'i adalah perintah Allah Taโ€™ala atas perbuatan mukallaf (yang diberi tanggung jawab), maka disebut perintah yang memberatkan (taklif) disebut juga sebagai perintah yang jelas, sebab ditentukan syaratnya atau sebabnya.

Hukum syarโ€™i ini ada tujuh, yaitu:
  1. Wajib, artinya perkara yang jika dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan mendapat dosa.
  2. Sunnah, artinya perkara yang jika dikerjakan mendapat pahala.
  3. Haram, artinya perkara yang jika dikerjakan mendapat dosa dan jika ditinggalkan mendapat pahala.
  4. Makruh, artinya perkara yang jika dikerjakan tidak mendapat dosa, tetapi perbuatan tersebut tidak disukai Allah dan jika ditinggalkan mendapat pahala.
  5. Mubah, artinya โ€œharus syarโ€™iโ€, yaitu perkara yang jika dikerjakan ataupun ditinggalkan tiada mendapat dosa atau pahala.
  6. Shahih (sah), artinya perkara yang lengkap segala syaratnya dan segala rukunnya.
  7. Bathal, artinya perkara yang kurang syaratnya atau rukunnya.
C. Hukum โ€˜Ady (Adat/Kebiasaan)
Hukum โ€˜ady artinya menetapkan suatu perkara bagi suatu hal, atau menetapkan suatu perkara pada suatu hal dengan alasan perkara tersebut berulang-ulang.
  1. Penetapan keadaan suatu perkara dengan keadaan perkara lainnya. Misalnya keadaan kenyang dengan keadaan makan.
  2. Penetapan ketiadaan suatu perkara dengan ketiadaan perkara lainnya. Misalnya ketiadaan kenyang dengan ketiadaan makan.
  3. Penetapan keadaan suatu perkara dengan ketiadaan perkara lain. Misalnya keadaan dingin dengan ketiadaan selimut.
  4. Pentapan ketiadaan suatu perkara dengan keadaan suatu perkara lain. Misalnya ketiadaan hangus dengan adanya siraman air.
Sekarang kita telah mengetahui perbedaan wajib syar'i dengan wajib 'aqly. Jika disebutkan wajib atas tiap orang mukallaf maka maksudnya adalah wajib syarโ€™i. Jika disebutkan wajib bagi Allah Taโ€™ala atau bagi Rasulullah, maka maksudnya adalah wajib โ€˜aqly. Jika dikatakan jaiz bagi mukallaf, maka maksudnya jaiz syarโ€™i. Jika dikatakan jaiz bagi Allah Taโ€™ala, maka maksudnya adalah jaiz โ€˜aqly.

Yang wajib pada Allah โ€˜Azza wa Jalla dengan tafshil disebut sifat 20, yang telah berdiri dalil โ€˜aqly dan naqly atasnya. Wajib atas tiap mukallaf mengetahui dengan ijmaly saja didalam perkataan (bersifat Allah Taโ€™ala dengan setiap sifatย  kesempurnaan.ย 
ย 
Adapun yang mustahil pada Allah โ€˜Azza wa Jalla dengan tafshil ada 20 perkara, yaitu lawan dari 20 sifat yang wajib bagi Allah โ€˜Azza wa Jalla. Yang mustahil pada Allah โ€˜Azza wa Jalla dengan ijmaly yaitu yang ada di dalam perkataan โ€œMaha Suci Allah dari dari setiap sifat kekurangan dan dari perkara yang terbayang (terbersit) di hati.โ€


Red: Ibnu Manshur
Dikutip dari: "Shifat Dua Pulu" karya Habib 'Utsman bin 'Abdullah bin 'Aqil bin Yahya, diterbitkan oleh Maktabah Al-Madaniyah Indonesia (file bentuk Ebook)
โ†ง
โ†ง

Diplomat RI ditodong pistol oleh Polisi Ceko

$
0
0
Muslimedianews.com, Ceko~ Seorang diplomat Indonesia mengaku ditodongkan senjata di kepalanya oleh Unit Deteksi Kejahatan Terorganisir (UOOZ) ketika sedang menunaikan salat Jumat. Kejadian itu, berlangsung sekitar pukul 13.10 waktu setempat pada Jumat, 25 April 2014. Dihubungi VIVAnews melalui telepon pada Senin, 28 April 2014, Sekretaris I KBRI di Praha, Ceko, Wahono Yulianto menjelaskan kronologi peristiwa yang membuatnya terkejut.

"Saat itu, kami sedang salat Jumat di gedung Islamic Foundation. Saat Imam akan menyampaikan khotbah, tiba-tiba dari arah bawah orang ramai berteriak ada polisi," ujar Wahono.

Teriakan itu bukan sekadar isapan jempol, karena beberapa polisi dengan berpakaian dan senjata lengkap langsung merangsek masuk ke dalam gedung Islamic Foundation. Saat peristiwa itu terjadi, kira-kira terdapat sekitar 100 orang jemaah di dalamnya.

"Mereka awalnya merangsek masuk ke ruangan yang besar untuk salat. Sementara saya ada di ruangan yang lebih kecil. Mereka akhirnya mendatangi ruangan kami," lanjut Wahono.

Polisi lantas menodongkan senjata ke kepala para jemaah, termasuk kepala Wahono.ย  "Saya hanya mendengar beberapa kalimat dalam Bahasa Inggris, seperti hands up dan I don't want to discuss with you," kata dia.

Sebagian orang merasa tidak terima diperlakukan begitu. Lalu, lanjut Wahono, beberapa orang terlihat adu mulut dengan petugas polisi. "Yang beragumen tadi, langsung diborgol dan dimasukkan ke dalam mobil tahanan," tutur Wahono.

Dia tidak ikut ditahan polisi. Saat kejadian, terdapat 10 WNI. Enam orang dibebaskan termasuk dia, sementara empat orang yang bekerja di bidang administrasi belum diizinkan keluar. Dari 10 WNI, sembilan orang merupakan staf KBRI sisanya pelajar RI di Ceko. "Saat mereka kembali, mereka lalu menanyakan jamaah yang membawa identitas diplomat," kata dia.ย 

Selain diplomat asal Indonesia, Wahono bertutur juga ada diplomat dari Pakistan dan Mesir. "Mereka semua kaget, karena hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Begitu diperintah polisi, mereka langsung merunduk. Sehingga, kami tidak tahu penyebab mereka merangsek masuk Islamic Foundation," ujar Wahono.

Mereka semua baru dilepas pada pukul 16.30 waktu setempat. Atas perlakuan itu, KBRI Praha, kata Wahono akan menyampaikan nota protes kepada Pemerintah Ceko. "Hari ini rencananya kami akan menyampaikan nota protes. Kami masih menunggu waktu yang diberikan oleh Kementerian Luar Negeri Ceko," ujarnya.

Kepolisian Ceko mengatakan bahwa operasi itu dilakukan untuk menangkap redaktur sebuah buku Islam yang diduga berisikan sentimen rasisme, anti-Yahudi, xenophobia dan kekerasan. Nama pria dan buku yang ditulisnya tidak dipublikasikan. (umi)
ย 
โ†ง

Malaysia Ikut Madzhab Syafi'i dan Menolak paham Wahhabi

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Malaysia semenjak beratus-ratus tahun telah mengikuti Madzhab Imam Syafi'i (dalam fiqh) sedangan dalam aqidah mengikuti madzhab Asy'ariyah dan Maturidiyah. Halย  itu telah mampu mewujudkan persatuan dan keutuhan umat Islam, baik dalam ibadah, mu'amalah dan lainnya, hingga tercipta ketenangan dan keharmonisan dalam masyarakat dan bernegara. Adapun Wahhabi, tidak sesuai dengan paham dan amaliyah umat Islam di Malaysia. Demikian diantara intisari Fatwa Malaysia tentang golongan Wahhabi yang dipublikasikan situs e-fatwa.gov.my , 23 Desember 2014.ย 
ย 
Dalam penjelasan Fatwa tersebut, Wahhabi tidak mewakili madzhab Ahlussunnah wal Jama'ah sebab semenjak seribu tahun lebih, paham yang dianggap sebagai representasi dari Ahlussunnah wal Jama'ah dalam bidang akidah adalah Asya'irah dan Maturiyah. Sedangkan dalam bidang fiqh adalah Madzhab Empat, yaitu Syafi'i, Hanafi, Maliki dan Hanbali. Dalam segi madzhab, Wahhabi memang hampir mirip madzhab Hanbali tetapi lebih ketat dan keras.
ย 
Dari segi pendekatan ilmiah, Wahhabi memiliki pendekatan yang sempit dengan metodologi harfiah (literal) yang mereka gunakan untuk memahami sumber agama, khususnya al-Qurโ€™an. Pendekatan yang kaku tersebut, cenderung mudah mengkafirkan umat Islam lainnya yang tidak sejalan dengan aliran Wahhabi.

Contoh perbedaan paham Wahhabi yang sangat jelas adalah terkait dengan sunnah dan bid'ah. Mereka juga sangat keras membidโ€™ah amalan-amalan thariqat, wirid dan shelawat yang dilakukan oleh golongan sufi. Dalam sebagai persoalan lainnya, wahhabi memiliki banyak perbedaan.

Banyak ulama yang telah membantah Wahhabi, termasuk saudara kandung dari Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab (pendiri Wahhabi) yaitu Syaikh Sulaiman bin Abdul Wahhab dalam kitabnya al-Sawaโ€™iq al-Ilahiyyah fi al-Radd โ€˜ala al-Wahhabiyyah. Diantara ulama-ulama lainnyaadalahย  Sayyid Ahmad Ibn Zaini Dahlan (w.1886) Mufti Mekkah dan Shaykh al-Islam dalam kitabnya al-Durar al-Saniyyah fi al-Radd โ€˜ala al-Wahhabiyyah dan Dr. Saโ€™id Ramadhan al-Buti dalam karyanya al-Salafiyyatun Marhalatun Zamaniyyatun Mubarakatun la Mazhabun Islamiyyun.


โ†ง

PCINU Maroko Shilaturahim ke KH. Artani Hasbi

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Jum'at sore, 25 April 2014, beberapa hari lalu, Pengurus Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Maroko yang diwakili Ustadz Ali Syahbana selaku Ketua Tanfidziyah, Ust. Fairuz 'Ainun Na'im dari LAKPESDAM, dan Ustadzah Durrotul Yatimah dari Fatayat NU mengadakan silaturahim ke kediaman KH Artani Hasbi (Rois Syuriah PBNU) dan Ibu Zaitunah.
ย 
Keduanya sedang melakukan penelitian dan kunjungan di Maroko sampai akhir April 2014 ini. Dalam silaturahim tersebut, beliau berpesan untuk menguatkan dan menyebarkan keaswajaan ala Indonesia di Maroko dengan konsisten dan penuh komitmen. (*)

Redaktur: Ibnu L' Rabassa
Sumber : PCINU Maroko (via fb)
โ†ง

Legenda Jatim tentang Orang Suci: Raden Rahmat dari Ampel Denta

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Agama Islam tersebar di Asia Tenggara dan di Kepulauan Indonesia sejak abad ke-12 atau ke-13. Sekarang di daerah-daerah yang telah berabad-abad memeluknya, nama orang-orang yang dianggap berjasa dalam menyebarkan agama itu disebut dengan hormat dan khidmat. Masuk Islamnya berbagai suku bangsa di Kepulauan Indonesia ini tidak berlangsung dengan jalan yang sama. Begitulah anggapan umum; legenda mengenai orang suci dan cerita mengenai para penyebar agama Islam dan tanah asal usul mereka bermacam-macam sekali. Belum lama berselang Dr. Drewes minta perhatian terhadap soal-soal yang bertalian dengan sejarah agama Islam di Indonesia, dan hal itu masih menunggu tanggapan.[1]

Suatu kenyataan yang sudah pasti ialah, bahwa di Sumatera Utara -di Aceh yang sekarang ini - para penguasa di beberapa kota pelabuhan penting sejak paruh kedua abad ke-13 sudah menganut Islam. Pada zaman ini hegemoni politik di Jawa Timur masih di tangan raja-raja beragama Syiwa dan Budha di Kediri dan di Singasari, di daerah pedalaman. Ibu kota Majapahit, yang pada abad ke-14 sangat penting itu, pada waktu itu belum berdiri. Sebaliknya, besar sekali kemungkinan bahwa pada abad ke-13 di Jawa sudah ada orang-orang Islam yang menetap. Sebab, jalan perdagangan di laut, yang menyusuri pantai timur Sumatera melalui Laut Jawa ke Indonesia bagian timur, sudah ditempuh sejak zaman dahulu. Para pelaut itu, baik yang beragama Islam maupun yang tidak, dalam perjalanan mereka singgah di banyak ternpat. Pusat-pusat permukiman di pantai utara Jawa ternyata sangat cocok untuk itu.

Salah seorang yang paling terkenal dan tertua di antara para wali di Jawa - dicatat dalam semua hikayat orang saleh - ialah Raden Rahmat dari Ngampel Denta.[2] la diberi nama sesuai dengan nama kampung dalam Kota Surabaya tempat ia dimakamkan; mungkin ia pernah tinggal di sana. Menurut cerita Jawa, ia berasal dari Cempa; letak Cempa itu akan dibicarakan dalam bagian berikut.

Tokoh terpenting dalam cerita Jawa tentang Cempa ialah Putri Cempa. Ada dua kelompok cerita Cempa. Kelompok pertama meliputi cerita lisan, yang dihubung-hubungkan dengan makam Islam, yang sekarang masih dapat ditunjukkan di suatu daerah yang dahulu merupakan ibu kota Majapahit. Makam itu bertarikh Jawa 1370 (1448 M); mungkin sekali itulah makam Putri Cempa yang menjadi permaisuti raja terakhir (yang legendaris) Majapahit, yaitu Brawijaya. Menurut suatu cerita Jawa, Serat Kandha (diterbitkan oleh. Brandes), konon ia sudah kawin dengan Putri Cempa itu waktu ia masih menjadi putra mahkota. Nama putri itu sebagai ratu agaknya Darawati atau Andarawati. Babad Meinsma memberikan uraian panjang lebar tentang putri itu. Sebagai "emas kawin" konon ia telah membawa barang yang sangat berharga itu dari Cempa, yang kelak dijadikan barang-barang perhiasan kebesaran Keraton Mataram, atau pusaka yaitu gong yang diberi nama Kiai Sekar Delima; kereta kuda tertutup yang diberi nama Kiai Bale Lumur, dan pedati sapi yang diberi nama Kiai Jebat Betri. Barang-barang berharga ini diperoleh Keraton Mataram sebagai barang-barang rampasan perang, ketika Demak direbut (Meinsma, Babad, hal. 24).[3]

Kelompok kedua cerita tradisional Jawa yang mengisahkan Cempa berhubungan dengan orang-orang suci yang telah menyebarkan agama Islam di Surabaya dan Gresik. Konon mereka berasal dari Cempa. Putri Cempa tersebut meninggalkan saudara perempuan di tanah airnya, yang sudah kawin dengan seorang Arab. Ipar putri ini dalam satu cerita tradisional (Hikayat Hasanuddin dari Banten) hanya disebut sebagai Orang Suci dari Tulen, keturunan Syekh Parnen.[4] Menurut cerita babad lain ia diberi nama Raja Pandita; dulu namanya Sayid Kaji Mustakim. Dalam Babad Meinsma ia disebut Makdum Brahim Asmara, imam dari Asmara (?); dalam Sadjarah Dalem - silsilah raja-raja Mataram dan nenek moyang mereka - Maulana Ibrahim Asmara lahir di Tanah Arab, putra Syekh Jumadil Kubra.

Orang Arab itu, yang identitasnya ternyata belum jelas, konon mendapat dua putra dari istrinya, Putri Cempa itu. Yang tua namanya Raja Pandita (dalam Hikayat Hasanuddin) atau Raden Santri (dalam Babad Meimma); yang muda bernama Pangeran Ngampel Denta atau Raden Rahmat. Dalam Sadjarah Dalern nama-nama mereka ialah Sayid Ngali Murtala dan Sayid Ngali Rahmat. Menurut teks-teks lama, Raden 'Rahmat itu adalah adik; dan menurut teks-teks tua, yaitu babad, ia adalah kakak. Di samping kedua orang bersaudara ini, muncul pula saudara sepupu yang lebih tua dalam cerita Jawa. Ia seorang sarjana, Abu Hurerah namanya. Menurut cerita babad (di situ ia diberi nama Raden Burereh), konon ia adalah salah seorang putra raja di Cempa.

Bertiga mereka dalam perjalanan dari Cempa ke Jawa untuk mengunjungi bibi mereka, Putri Cempa itu. Tetapi kunjungan itu bukan kunjungan singkat. Menurut Hikayat Hasanuddin, yang tua, Raja Pandita, diangkat menjadi imam di masjid yang terletak di tanah milik Tandes (seorang tua di Gresik). Di sana ia menjadi tokoh penting. Adiknya, Raden Rahmat, diangkat oleh pecat tandha di Terung[5], yang bernama Arya Sena, sebagai imam di Surabaya. la pun menjadi sangat terhormat di lingkungannya.

Dari cerita-cerita Jawa itu dapat diambil kesimpulan bahwa Gresik dan Surabaya dianggap sebagai pusat-pusat tertua agama Islam di Jawa Timur. Tradisi tersebut sesuai dengan kenyataan bahwa di Gresik terdapat banyak makam Islam yang tua sekali. Pertama-tama terdapat makam seorang yang bernama Fatimah binti Maimun, yang meninggal pada tanggal 7 Rajab 475 H. (1082 M.); dan kedua, makam Malik Ibrahim, yang meninggal pada tanggal 12 Rabiulawal 822 H. (1419 M.). Tulisan-tulisan pada makam dalam bahasa (dan tulisan) Arab baru dapat dibaca dan diartikan oleh sarjana-sarjana Barat pada abad ke-20. Cerita tradisi lisan Jawa telah menghubung-hubungkan kedua orang itu. Padahal, kedua orang tersebut masa hidupnya berselisih beberapa abad. Wanitanya disebut Putri Leran atau Putri Dewi Swara.

Mungkin dapat diakui juga bahwa berdasarkan tuanya makam wanita yang disebut Putri Leran itu, Gresik lebih tua dari Surabaya sebagai pusat agama Islam. Ini sesuai juga dengan adat Jawa, yang telah menempatkan si kakek, Raja Pandita, di Gresik, dan adiknya, Raden Rahmat, di Surabaya.

Menurut tambo Jawa, Raden Rahmat yang berasal. dari Campa itu mempunyai banyak keturunan dan murid, yang berabad-abad lamanya telah menguasai perkembangan agama Islam di Jawa Timur (lihat bagian-bagian mengenai sejarah Surabaya, Giri, dan Gresik
Judul asli: "Legenda-legenda Jawa Timur tentang orang-orang suci dalam agama Islam pada abad ke-15: Raden Rahmat dari Ngampel Denta dan murid-muridnya." Bab : Permulaan Penyebaran Agama Islam di Jawa. Dikutip dari buku : "Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa, Peralihan dari Majapahit ke Mataram" atau De Eerste Moslimse Vorstendommen, karya : Dr. H.J. de Graaf dan Dr. Th. G.Th. Pigeaud (sarjana asal Belanda). Buku mi secara khusus menyoroti abad ke-15 dan ke-16 yang merupakan permulaan periode Islam di Jawa. Keduanya memelopori penggunaan sumber-sumber pribumi. / Foto Ilustrasi: Google
Catatan Kaki:
[1] Lihat Drewes, "New Light".
[2] Cerita tutur yang mungkin berasal dari ujung timur Pulau Jawa diberitakan dalam naskah CB 145 (1) A di Perpustakaan Universitas Leiden (Pigeaud, Literature, jil. II, him. 783), menyebutkan Empat Orang Suci agama Islam pada zaman kuno: Jumadil Kubra di Mantingan (lihat cat. 18), Nyampo di Suku Dhomas, Dada Petak di Gunung Bromo, dan Maolana Iskak dari Blambangan; kiranya mereka berempat itu "bersaudara". Maolana Iskak (menurut cerita-cerita lain, Serat Kandha; Pigeaud, Literature, jil. II, hlm. 362) adalah ayah Sunan Giri yang pertama. Cerita-cerita ini, dan tanda tahun pada makam Malik Ibrahim dekat Gresik (1419), menunjukkan adanya kemungkinan besar bahwa pada dasawarsa-dasawarsa pertama abad ke-15 sudah ada jemaah-jemaah Islam penting di kota-kota pelabuhan di sepanjang pantai utara Jawa. Sunan Ngampel, meskipun sekarang yang paling terkenal, kiranya bukan satu-satunya kepala suatu perkampungan Islam.
[3] Menurut sebuah buku cerita (Pigeaud, Literature, jil.11, hlm. 363), Sunan Bonang kemudian telah memindahkan makam maktuanya, Putri Darawati, dari Citra Wulan ke Karang Kemuning, Bonang. Tahun Jawa 1320 yang disebutkan dalam buku cerita itu (Pigeaud, Literature, jil. II, hlm. 362) untuk makam lama di Citra Wulan, agaknya keliru, mestinya tahun Jawa 1370. Dr. N. J. Krom (Krom, Kunst, jil. ke-2, him. 185) dalam pembicaraannya mengenai Candi Pari, sebuah candi di Jawa Timur yang bertanda tahun Jawa 1293= 1371 M. telah menunjukkan adanya hubungan-hubungan lama di bidang kebudayaan antara Jawa dan Campa. Sebenarnya Krom juga telah memberitakan makam Putri yang lama itu yang bertahun Jawa 1370.
[4] Shaikh Paruen boleh jadi ucapan telur dari (Dhu'I) Karnain, yaitu Iskandar; dalam mitos menjadi moyang banyak keturunan raja-raja di Asia Tenggara. Asal usul berdasarkan mitos ini tentu telah mengangkat derajat keturunan para orang suci di Gresik dan Surabaya.
[5] Pecat tandha, semula panca tandha, ialah suatu jabatan dalam tata negara Kerajaan Majapahit. Jabatan itu ada hubungannya dengan pekerjaan menguasai tempat-tempat jual-beli dan pusat-pusat hubungan lalu lintas, seperti tempat tambangan sungai (Pigeaud, Java, jil. V, hlm. 217 dan juga Bab XII-2 dan cat. 27 dan 212 berikut ini).
โ†ง
โ†ง

Inilah Praktek Qudwah Didalam Shalat

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Shalat boleh dilakukan sendiri, tapi dianjurkan berjama'ah agar mendapat pahala 27 derajat. Namun, dalam shalat berjama'ah harus mengerti kepada siapa seseorang harus bermakmum (mengikut imam), sebab tidak semua orang yang shalat boleh di ikuti, khususnya terkait kedudukan laki-laki dan perempuan.

Dalam hal ini, dijelaskan oleh Syaikh Salim bin Samir al-Hadlrami didalam kitabnya Safinatun Najah :

ูุตู„) ุตูˆุฑ ุงู„ู‚ุฏูˆุฉ ุชุณุน ุชุตุญ ููŠ ุฎู…ุณ: ู‚ุฏูˆุฉ ุฑุฌู„ ุจุฑุฌู„ ูˆู‚ุฏูˆุฉ ุงู…ุฑุฃู‡ ุจุฑุฌู„ ูˆู‚ุฏูˆุฉ ุฎู†ุซู‰ ุจุฑุฌู„ ูˆู‚ุฏูˆุฉ ุงู…ุฑุฃุฉ ุจุฎู†ุซู‰ ูˆู‚ุฏูˆุฉ ุงู…ุฑุฃุฉ ุจุงู…ุฑุฃุฉุŒ ูˆุชุจุทู„ ููŠ ุฃุฑุจุน: ู‚ุฏูˆุฉ ุฑุฌู„ ุจุงู…ุฑุฃุฉ ูˆู‚ุฏูˆุฉ ุฑุฌู„ ุจุฎู†ุซู‰
Praktek qudwah (mengikuti imam atau bermakmum) ada 9 sedangkan yang dinyatakan sah mengikuti imam hanya ada 5 yaitu :
  • Laki-laki bermakmum pada laki-laki
  • Perempuan bermakmum pada perempuanย 
  • Waria bermakmum pada laki-lakiย 
  • Perempuan bermakmum pada wariaย 
  • Perempuan bermakmum pada perempuan
Praktek qudwah yang batal ada 4 :
  • Laki-laki bermakmum pada perempuan
  • Laki-laki bermakmum pada wariaย 
  • Waria bermakmum pada perempuanย 
  • Wari bermakmum pada sesama waria


Red: Ibnu Manshur
Foto: amazzet.wordpress.com
โ†ง

Alhamdulillah, TV9 Nahdlatul Ulama Telah Menjangkau Seluruh Wilayah Indonesia

$
0
0
Muslimedianews, Surabaya ~ TV9 Surabaya ย yang dikelola oleh PT Dakwah Inti Mediaย ย adalah salah satu TV Islami di Indonesia yang menganut paham ahlussunnah wal jama'ah (Aswaja). Stasiun televisi yang telah mendapat izin tetap sejak 23 Juli 2012 ini merupakan televisi swasta milik Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur.

Seiring perkembangan waktu TV9 terus berbenah diri. Memasuki tahun 2013, TV9 mulai memperluas area siarannya tidak hanya di daerah Surabaya tetapi telah menjangkau seluruh Jawa Timur. Masyarakat Jawa Timur pun sangat bersyukur atas kehadiran TV9 sebagai media alternatif yang Islami di tengah derasnya serbuan media televisi yang tidak mendidik.

Pada hari Senin (28/04/2014), masyarakat Indonesia khususnya umat Islam boleh berbangga dan senang karena TV9 yang santun menyejukan sudah dapat dinikmati di seluruh wilayah NUsantara. TV9 Surabaya kini telah menjangkau secara Nasional tidak hanya di daerah Jawa Timur saja. Siapapun dapat menonton sajian acara Islami TV9 melalui parabola.

TV9 sebagai TV Islam ahlussunnah wal jama'ah dapat disaksikan melalui channelย Satelit Telkom 1 (satelit 1) di Frequensi: 3552 MHz, Polaritas: Horizontal dan Symbol Rate: 3100. Alhamdulillah....

Berikut gambar screenshot penampakan TV9 melalui Parabola:

TV9 Surabaya di Satelit Telkom Parabola

TV9 Surabaya Nasional

Tunggu apa lagi, segera ganti channel anda ke TV9 sekarang juga. Hati-hati jangan sampai anda dan keluarga anda salah pilih tonton televisi Islam di luar paham ahlussunnah wal jama'ah. TV9, salah satu televisi Islam ahlussunnah wal jama'ah yang siap selalu menemani hari-hari anda bersama keluarga.

Bagi yang sudah menonton, silakan anda memberi respon dengan mengirim ke email: office@tv.co.id atau Twitter: @TV9SURABAYA atau Facebook TV9.

Selain TV9 Surabaya, stasiun televisi Islam ahlussunnah wal jama'ah di Indonesia lainnya adalah ASWAJA TV (Nahdliyyin Network) yang dapat di akses melalui Satelit Palapa D, Frekuensi: 03932, Symbol Rate: 15800, Polarisasi: Vertikal, Type Video: MPEG2 dan MPEG2 sertaย PBNU TV.



Sumber: Ngaji Yuk!


โ†ง

Awal Ramadhan 1435 H Jatuh pada 27 Juni 2014 menurut Muhammadiyah

$
0
0
Muslimedianews.com, Jakarta ~ Pengurus Pusat Muhammadiyah menetapkan awal Ramadan jatuh pada hari Jumat 27 Juni 2014. Penentuan ini berdasarkan pada perhitungan ilmiah. "27 Juni menurut Muhammadiyah adalah awal malam pertama Ramadan," kata ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin di gedung PP Muhammadiyah, Jl Menteng Raya, Jakarta, Selasa (29/4/2014).

Hal tersebut disampaikan Din dalam acara diskusi bertajuk 'Astrofotografi sebagai Rukyat Bil 'ilmi untuk membahas penghitungan awal bulan secara ilmiah'. Diskusi ini mendatangkan ahli astronomi dari Perancis Thierry Legault. Thierry menggunkan teropong dan teknologi digital teranyar untuk mengamati posisi bulan dan benda-benda langit lainnya.

Menurut Muhammadiyah, konjungsi atau dalam istilah bahasa Arabnya adalah ijtima' dijadikan landasan untuk menentukan awal bulan termasuk permulaan Ramadan. Thierry mengatakan dari perhitungan melalui teropong dengan melihat posisi bulan, matahari dan bumi maka konjungsi akan terjadi pada 27 Juni 2014 pukul 15.10 WIB.

Sementara itu, Din juga menyampaikan hal ini mungkin akan bisa berbeda dengan perhitungan menurut NU dan pemerintah. Menurut Din, NU dan pemerintah menentuan awal bulan tak hanya pada ijtima' namun juga harus memenuhi syarat imkanurrukyah, di mana posisi matahari terbenam lebih dari 2 derajat.

"Karena waktu matahari terbenam setengah derajat, maka kemungkinan akan menambah 1 hari. Maka baru shalat tarawih perdananya 28 Juni," ucap Din.

Din berharap, melalui teknologi, perbedaan penentuan awal bulan akan teratasi. Sebab setelah melalui berbagai landasan dalil belum juga ada titik temu, teknologi adalah satu-satunya alasan yang dinilai dapat menyatukan perbedaan itu.

"Saya kira penentuan ini bertanggungjawab, ada perhitungan ilmiahnya. Saya termasuk yang berdamba sekali ada persamaan," tutup Din.

Sumber : Detik
โ†ง

DPP HTI Akui 'Berfatwa' Kebolehan Melihat Gambar Porno

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Dipublikasikannya ulasan 'fatwa nyleneh' DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) "KH"Fathiy Syamsuddin Ramadhan An Nawiyย  yang menghukumi mubah (boleh) melihat gambar atau foto porno mengundang respon dari berbagai pihak, khususnya dari kalangan syabab HTI sendiri. (Baca: Astaghfirullah DPP HTI Nyatakan Kebolehan Melihat Gambar Porno).

Mereka (Syabab HTI) ramai-ramai mencemo'oh dan menuduh tulisan tersebut sebagai suatu fitnah dan kebohongan. Upaya untuk membantah adanya 'fatwa nyleneh'DPP HTI itupun dilakukan oleh beberapa pihak yang tidak terima dengan kenyataan (fakta) tersebut. Akhirnya, justru mereka (syabab HTI) yang ramai melakukan fitnah dan serangan membabi buta terhadap media yang mempublikasikannya, kecuali mereka yang diam karena mengetahui adanya 'fatwa nyleneh' tersebut.

Sebagian mereka berusaha membantah menggunakan publikasi resmi situs HTI (hizbut-tahrir.or.id) berupa tanya jawab tentang hukum menonton film di bioskop dan menonton film porno, yang dijawab oleh Amir HTI Atho' Abu Rasytah. Sebagian lainnya, bahkan menanyakan langsung kepada Juru Bicara (Jubir) HTI Ismail Yusanto via Twitter. Ismail Yusanto dalam akun twitternya mengaku tidak tahu dan memberitahukan bahwa pendapat HT adalah haram. (Baca blog: Inikah Klarifikasi DPP HTI Membolehkan Melihat Gambar Pornoย ?).

Klarifikasi juga dilakukan orang HTI bernama Fatih Mujahid yang ditulis dalam akun jejaring sosial facebook miliknya (29/4/2014). Fatih Mujahid mengaku bertanya langsung pada Syamsuddin Ramadhan dan menyatakan bahwa 'fatwa nyleneh" itu tidak benar yang mencatut nama beliau. Selanjutnya mengatakan bahwa sikap yang benar sebagaimana disampaikan Amir Hizbut Tahrir, tapi mengenai sikap dirinya sendiri tidak disampaikan oleh Syamsuddin Ramadhan. Terkesan lempar tangan, Syamsuddin Ramadhan hendak mengingkari apa yang pernah ditulisnya.
Baru saja saya bertemu dengan Ustadz Syamsuddin Ramadhan dan mengkonfirmasi soal fitnah yang ditujukan pada beliau. Semua tuduhan itu tidak benar, sikap yang benar sudah disampaikan oleh Amir Hizbut Tahrir dan itu yang benar. Bukan sebaran fitnah yang mengada-ada atas nama beliau.

Apa yang tersebar dengan mencatut dan fitnah keji atas nama beliau sungguh merupakan kebohongan orang-orang pembenci dakwah Islam Ideologis. dan lontaran fitnah semoga Allah membalas perbuatan keji itu.

Para Pembenci akan terus menyebarkan kebencian dan Para Pendengki akan tetap berbuat hasut. Sudah cukup tidak usah meladeni Kedengkian mereka, dan tidak usah menyebarkan fitnah mereka, biarkan Allah membalas apa yang mereka lakukan hari ini. Perjuangan ini sangat Mulia jangan dikotori dengan meladeni sikap orang-orang bodoh dan pendengki. Aku berlindung dari godaan setan terkutuk.
Namun, dalam klarifikasi yang lain, DPP HTI yang juga penulis buku "Panduan Lurus Memahami Khilafah Islamiyah Menurut Kitab Kuning" terang-terangan mengakui tulisan yang tersebar adalah benar-benar tulisannya. (29/4/2014)

Pernyataan itu dipublikasikan di situs Ma'had Taqiyuddin An Nabhani http://matanbjm.wordpress.com/2014/04/29/146/ dan orang HTI Farid Ma'ruf fb.com/faridmaruf1981/posts/10203710384779694 . Kali ini, Syamsuddin Ramadhan menyatakan bahwa itu ranah khilafiyah, ada pendapat boleh dan tidak. Kedudukan khilafiyah seperti masalah qunut. Syamsuddin Ramadhan mengaku mengikuti pendapat Amir HT, sedangkan tulisannya (yang membolehkan melihat gambar porno) dianggap terkoreksi.

"Ana tidak tahu apa motif dibalik disebarkannya tulisan ana tersebut", jelas Syamsuddin Ramadhan mengakui tulisannya seraya mempertanyakan motif penyebaran tulisannya itu.

Berikut teksnya:
KLARIFIKASI USTADZ SYAMSUDDIN RAMADHAN (VIA SMS) KE SAYA
TERKAIT TULISAN DI SALAH SATU MEDIA ONLINE

โ€œHal tersebut (melihat gambar porno) masuk dalam ranah khilafiyah (yang masih diperselisihkan hukumnya). Ada yang berpendapat boleh ada yang tidak. Sama seperti perbedaan pendapat dalam masalah qunut;nikah tanpa wali dan masalah2 khilafiyah lainnya. Namun, Syaikh โ€˜Atha Abu Rasytah (Amir Hizbut Tahrir) sudah mengeluarkan tulisan bahwa melihat gambar porno HUKUMNYA HARAM. Saya mengikuti pendapat beliau; sehingga tulisan itu (tulisan Ustadz Syamsuddin, red) terkoreksi. Jadi, tulisan itu sudah terkoreksi sejak amir hizb mengeluarkan nasyrah haramnya melihat gambar porno. Dan itu sudah ana sampaikan sejak terbitnya nasyrah tersebut. Ana tidak tahu apa motif dibalik disebarkannya tulisan ana tersebut. Allahummaghfirlanaa wa li ihkwaninaa. Amiin. Wassalamu โ€˜alaikum
Syamsuddin Ramadhan sebenarnya dihadapkan pada dua pilihan, yaitu mengakui tulisannya dan bertaubat rujuk atau mengingkari tulisannya dan hidup dalam kebohongan selamanya alias taqiyyah ala Syi'ah.

Upaya-upaya klarifikasi syabab HTI, harus menerima kenyataan bahwa tulisan di Muslimedianews.com bukanlah fitnah / bukan kebohongan / bukan tuduhan / bukan mencatut , melainkan kenyataan bahwa Syamsuddin Ramadhan pernah menyatakan bolehnya melihat gambar porno. (Simak: [Dokumentasi] Syabab HTI Fatih Mujahid Klarifikasi โ€˜Fatwa Nylenehโ€™ DPP HTI dan Upaya Klarifikasi Syabab HTI diย Facebook?). Salah satu komentar dari sekian banyak komentar yang menjadi saksi tulisan Syamsuddin Ramadhan :
Arya Bima Cahyaatmaja : "Dulu memang pernah ada tulisan beliau yang mengatakan sebagaimana yang dikutip di atas. Itu pendapat pribadi, tapi banyak syabab HT yang membicarakannya dan menyebarluaskannya. Pendapat tersebut di akhir 2011 dibantah oleh Azizi Fathoni yang juga syabab HT:"

Hanya butuh kejujuran mengakui tulisannya sendiri. !

Oleh : Ibnu Manshur
Dokumentasi [Screenshot dan lainnya ada di MMN]

โ†ง
โ†ง

Puasa Rajab Dalam Pandangan 4 Madzhab Aswaja

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Syaikh Abdurrahman al-Jaziri menjelaskan dalam kitabnya yang menghimpun 4 madzhab Ahlisunnah wal Jamaah, pendapat para ulama mengenai puasa bulan Rajab, beliau berkata:

ูŠูู†ู’ุฏูŽุจู ุตูŽูˆู’ู…ู ุดูŽู‡ู’ุฑู ุฑูŽุฌูŽุจูŽ ูˆูŽุดูŽุนู’ุจูŽุงู†ูŽ ุจูุงุชู‘ูููŽุงู‚ู ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุฆูู…ู‘ูŽุฉู ูˆูŽุฎูŽุงู„ูŽููŽ ุงู„ู’ุญูŽู†ูŽุงุจูู„ูŽุฉู ( ุงู„ู’ุญูŽู†ูŽุงุจูู„ูŽุฉู ู‚ูŽุงู„ููˆู’ุง : ุฅููู’ุฑูŽุงุฏู ุฑูŽุฌูŽุจูŽ ุจูุงู„ุตู‘ูŽูˆู’ู…ู ู…ูŽูƒู’ุฑููˆู’ู‡ูŒ ุฅูู„ู‘ูŽุง ุฅูุฐูŽุง ุฃูŽูู’ุทูŽุฑูŽ ูููŠ ุฃูŽุซู’ู†ูŽุงุฆูู‡ู ููŽู„ูŽุง ูŠููƒู’ุฑูŽู‡ู ) (ุงู„ูู‚ู‡ ุนู„ู‰ ุงู„ู…ุฐุงู‡ุจ ุงู„ุฃุฑุจุนุฉ โ€“ ุฌ 1 / ุต 895)
โ€œDianjurkan puasa bulan Rajab dan Syaโ€™ban, berdasarkan kesepakatan 3 madzhab (Hanafi, Maliki dan Syafii). Sedangkan madzhab Hanbali berbeda. Mereka berkata: Mengkhususkan bulan Rajab dengan berpuasa adalah makruh, kecuali tidak melakukan puasa di bulan Rajab secara penuh selama 1 bulanโ€ (al-Fiqh ala Madzahib al-Arbaโ€™ah 1/895)

Mengenai bulan-bulan 4 yang mulia diatas, Syaikh Abdurrahman al-Jaziri kembali menjelaskan pandangan ulama 4 madzhab sebagai berikut:

ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุงู„ู’ุฃูŽุดู’ู‡ูุฑู ุงู„ู’ุญูุฑูู…ู ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนูŒ : ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉูŒ ู…ูุชูŽูˆูŽุงู„ููŠูŽุฉูŒ ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุฐููˆู’ ุงู„ู’ู‚ูŽุนู’ุฏูŽุฉู ูˆูŽุฐููˆู’ ุงู„ู’ุญูุฌู‘ูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุญูŽุฑู‘ูŽู…ู ูˆูŽูˆูŽุงุญูุฏูŒ ู…ูู†ู’ููŽุฑูุฏูŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุฑูŽุฌูŽุจู ููŽุฅูู†ู‘ูŽ ุตููŠูŽุงู…ูŽู‡ูŽุง ู…ูŽู†ู’ุฏููˆู’ุจูŒ ุนูู†ู’ุฏูŽ ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุฆูู…ู‘ูŽุฉู ูˆูŽุฎูŽุงู„ูŽููŽ ุงู„ู’ุญูŽู†ูŽูููŠู‘ูŽุฉู ( ุงู„ู’ุญูŽู†ูŽูููŠู‘ูŽุฉู ู‚ูŽุงู„ููˆู’ุง : ุงู„ู’ู…ูŽู†ู’ุฏููˆู’ุจู ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุดู’ู‡ูุฑู ุงู„ู’ุญูุฑูู…ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุตููˆู’ู…ูŽ ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉูŽ ุฃูŽูŠู‘ูŽุงู…ู ู…ูู†ู’ ูƒูู„ู‘ู ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ูˆูŽู‡ููŠูŽ : ุงู„ู’ุฎูŽู…ููŠู’ุณู ูˆูŽุงู„ู’ุฌูู…ู’ุนูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุณู‘ูŽุจู’ุชู ) (ุงู„ูู‚ู‡ ุนู„ู‰ ุงู„ู…ุฐุงู‡ุจ ุงู„ุฃุฑุจุนุฉ โ€“ ุฌ 1 / ุต 895)
โ€œAdapun bulan-bulan mulia, yaitu 4 bulan, Dzulqaโ€™dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab, maka melakukan puasa di bulan-bulan tersebut adalah sunah menurut 3 madzhab, yakni Maliki, Syafii dan Hanbali. Adapun madzhab Hanafi berkata: Yang sunah dalam berpuasa di bulan-bulan mulia tersebut adalah berpuasa sebanyak 3 hari, yaitu hari Kamis, Jumat dan Sabtuโ€ (al-Fiqh ala Madzahib al-Arbaโ€™ah 1/895)
Secara terperinci berikut adalah pendapat para ulama madzhab Ahlissunnah:

A. Madzhab Hanafi
ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽ ุตูŽูˆู’ู…ูŽ ุฑูŽุฌูŽุจูŽ ูƒูŽุงู†ูŽ ู…ูŽุดู’ุฑููˆุนู‹ุง (ุงู„ู…ุจุณูˆุท ุงุจูˆ ุจูƒุฑ ุงู„ุณุฑุฎุณูŠ- ุฌ 4 / ุต 72)
โ€œPuasa Rajab adalah disyariatkanโ€ (Abu Bakar as-Sarakhsi dalam al-Mabsut, 4/72)

B. Madzhab Maliki
ูˆูŽู†ูุฏูุจูŽ ุตูŽูˆู’ู…ู ุจูŽู‚ููŠู‘ูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูุญูŽุฑู‘ูŽู…ู ูˆูŽุตูŽูˆู’ู…ู ุฑูŽุฌูŽุจู ูˆูŽุดูŽุนู’ุจูŽุงู†ูŽ ูˆูŽู†ูุฏูุจูŽ ุตูŽูˆู’ู…ู ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู†ู‘ูุตู’ูู ู…ูู†ู’ ุดูŽุนู’ุจูŽุงู†ูŽ ู„ูู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุฑูŽุงุฏูŽ ุงู„ูุงู‚ู’ุชูุตูŽุงุฑูŽ (ุญุงุดูŠุฉ ุงู„ุตุงูˆูŠ ุนู„ู‰ ุงู„ุดุฑุญ ุงู„ุตุบูŠุฑ โ€“ ุฌ 3 / ุต 251)
โ€œDisunahkan puasa di bulan-bulan mulia, puasa bulan Rajab, Syaโ€™ban dan puasa di pertengahan Syaโ€™ban yang yang ingin meringkasnyaโ€ (Syaikh ash-Shawi dalam Syarah ash-Shaghir 3/251)

C. Madzhab Syafii
ู‚ููŠู’ู„ูŽ: ูˆูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุจูุฏูŽุนู ุตูŽูˆู’ู…ู ุฑูŽุฌูŽุจูŽุŒ ูˆูŽู„ูŽูŠู’ุณูŽ ูƒูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ุจูŽู„ู’ ู‡ููˆูŽ ุณูู†ู‘ูŽุฉูŒ ููŽุงุถูู„ูŽุฉูŒุŒ ูƒูŽู…ูŽุง ุจูŽูŠู‘ูŽู†ู’ุชูู‡ู ูููŠ ุงู„ู’ููŽุชูŽุงูˆููŠ ูˆูŽุจูŽุณูŽุทู’ุชู ุงู„ู’ูƒูŽู„ูŽุงู…ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู (ุฅุนุงู†ุฉ ุงู„ุทุงู„ุจูŠู† - ุฌ 1 / ุต 313)
โ€œDikatakan bahwa puasa Rajab adalah bidโ€™ah, maka itu tidak benar, bahkan suatu kesunahan yang utama sebagaimana saya terangkan dalam kitab al-Fatawi karya Ibnu Hajar al-Haitamiโ€ (Syaikh Abu Bakar ad-Dimyathi dalam Ianatut Thalibin 1/313)

D. Madzhab Hanbali
ู‚ูŽุงู„ูŽ ูููŠ ุงู„ู’ููุฑููˆุนู : ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฐู’ูƒูุฑู’ ุฃูŽูƒู’ุซูŽุฑู ุงู„ู’ุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจู ุงุณู’ุชูุญู’ุจูŽุงุจูŽ ุตูŽูˆู’ู…ู ุฑูŽุฌูŽุจู ูˆูŽุดูŽุนู’ุจูŽุงู†ูŽ . ูˆูŽุงุณู’ุชูŽุญู’ุณูŽู†ูŽู‡ู ุงุจู’ู†ู ุฃูŽุจููŠ ู…ููˆุณูŽู‰ ูููŠ ุงู„ู’ุฅูุฑู’ุดูŽุงุฏู . ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงุจู’ู†ู ุงู„ู’ุฌูŽูˆู’ุฒููŠู‘ู ูููŠ ูƒูุชูŽุงุจู ุฃูŽุณู’ุจูŽุงุจู ุงู„ู’ู‡ูุฏูŽุงูŠูŽุฉู : ูŠูุณู’ุชูŽุญูŽุจู‘ู ุตูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู’ุฃูŽุดู’ู‡ูุฑู ุงู„ู’ุญูุฑูู…ู ูˆูŽุดูŽุนู’ุจูŽุงู†ูŽ ูƒูู„ู‘ูู‡ู ุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุธูŽุงู‡ูุฑู ู…ูŽุง ุฐูŽูƒูŽุฑูŽู‡ู ุงู„ู’ู…ูŽุฌู’ุฏู ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุดู’ู‡ูุฑู ุงู„ู’ุญูุฑูู…ู ุŒ ูˆูŽุฌูŽุฒูŽู…ูŽ ุจูู‡ู ูููŠ ุงู„ู’ู…ูุณู’ุชูŽูˆู’ุนูุจู ุŒ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ : ุขูƒูŽุฏู ุดูŽุนู’ุจูŽุงู†ูŽ ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู†ู‘ูุตู’ูู ุŒ ูˆูŽุงุณู’ุชูŽุญูŽุจู‘ูŽ ุงู„ู’ุขุฌูุฑู‘ููŠู‘ู ุตูŽูˆู’ู…ูŽ ุดูŽุนู’ุจูŽุงู†ูŽ ุŒ ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฐู’ูƒูุฑู’ ุบูŽูŠู’ุฑูŽู‡ู ุŒ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ุดู‘ูŽูŠู’ุฎู ุชูŽู‚ููŠู‘ู ุงู„ุฏู‘ููŠู†ู : ูููŠ ู…ูŽุฐู’ู‡ูŽุจู ุฃูŽุญู’ู…ูŽุฏูŽ ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ู†ูุฒูŽุงุนูŒ . ู‚ููŠู„ูŽ : ูŠูุณู’ุชูŽุญูŽุจู‘ู ุตูŽูˆู’ู…ู ุฑูŽุฌูŽุจู ูˆูŽุดูŽุนู’ุจูŽุงู†ูŽ ุŒ ูˆูŽู‚ููŠู„ูŽ : ูŠููƒู’ุฑูŽู‡ู (ุงู„ุฅู†ุตุงู ุนู„ูŠ ุจู† ุณู„ูŠู…ุงู† ุงู„ู…ุฑุฏุงูˆูŠ - ุฌ 5 / ุต 500)
โ€œIbnu Muflih berkata dalam kitab al-Furuโ€™: Kebanyakan ulama Hanbali tidak menyebutkan kesunahan puasa bulan Rajab dan Syaโ€™ban. Sedangkan Syaikh Ibnu Abi Musa dalam kitabnya al-Irsyad menilainya sebagai sesuatu yang bagus. Ibnu al-Jauzi berkata dalam kitab Asbab al-Hidayah: Dianjurkan berpuasa di bulan-bulan mulia dan bulan Syaโ€™ban keseluruhannya. Ini adalah pendapat yang disebutkan oleh al-Majdu tentang bulan-bulan mulia. Syaikh Taqiyuddin (Ibnu Taimiyah berkata): Dalam Madzhab Imam Ahmad dan lainnya ada perbedaan pendapat dalam masalah ini. Ada yang mengatakan sunah puasa Rajab dan Syaโ€™ban dan ada yang mengatakan makruhโ€ (Syaikh Ali bin Sulaiman al-Marwadi dalam al-Inshaf 5/500)


Oleh : Ustadz Muhammad Ma'ruf Khozin
ย (Wakil Katib Syuriah PCNU Surabaya/ Mantan Ketua LBM NU)
โ†ง

Mengangkat Jari Telunjuk saat Membaca 'Illallah' di Tahiyat

$
0
0
mengangkat jari telunjuk di tasyahud ketika membaca illallah
Muslimedianews.com ~ Dalam tahiyat ketika membaca illallah, biasanya orang yang sholat mengangkat jari telunjuknya. Adakah dasar hukumnya? Lalu apa hikmah yang dikandung?

Ulama' Syafi'iyah menganjurkan untuk meletakkan kedua tangn diatas paha ketika sedang duduk tasyahud. Sementara jari-jari tangan kanan digenggam, kecuali jari-jari telunjuk dan ketika membaca illallah jari telunjuk tersebut sunnah diangkat tanpa digerak-gerakkan, dalam sebuah hadits dijelaskan:

"Diriwayatkan dari Ali bin Abdirrohman al-Mu'awi, beliau bercerita bahwa pada suatu saat Ibnu Umar ra melihat saya sedang mempermainkan kerikil ketika shoat. Ketika saya selesai shalat, beliau menegur saya lalu berkata, "(Apabila kamu sholat) maka kerjakan sebagaimana yang dilaksanakan Rasulullah SAW (dalam shalatnya). Ibnu Umar berkata, "Apabila Nabi Muhammad SAW duduk ketika melaksanakan sholat, beliau meletakkan telapak tangan kanannya dan menggenggam semua jarinya. Kemudian berisyarah dengan (menganggkat) jari telunjukknya (ketika mengucapkan illallah), dan meletakkan telapak tangan kirinya diatas paha kirinya". (Shahih Muslim, no 193).

Hadits inilah yang dijadikan dasar para ulama tentang kesunahan mengangkat jari telunjuk ketika tasyahud. Sedangkan dari hikmah tersebut adalah supaya kita meng-esakan Allah SWT. Seluruh tubuh kita men-tauhidkan-Nya dipandu oleh jari telunjuk itu.

Syeikh Ibnu Ruslan dalam kitab Zubadnya mendendangkan sebuah syair:

ูˆุนู†ุฏ ุฅู„ุง ุงู„ู„ู‡ ูุงู„ู…ู‡ู…ู„ุฉ (*) ุฅุฑูุน ู„ุชูˆุญูŠุฏ ุงู„ุฐูŠ ุตู„ู‘ูŠุช ู„ู‡
"Ketika mengucapkan illallahu, maka angkatlah jari telunjukmu untuk mengesakan Dzat yang engkau sembah."(Matan az-Zubad, hal 24).

Jadi, mengangkat jari telunjuk ketika tasyahud itu disunnahkan karena merupakan teladan Nabi Muhammad SAW. Perbuatan itu dimaksudkan sebagai symbol sarana untuk mentauhidkan Allah SWT.

Red. Ibnu Manshur
Dikutip dari : Risalah Amaliyah Nahdliyah, disusun oleh Tiga Lembaga Naungan NU Kota Malang (Lakpesdam, LBM dan RMI) dalam rangka Harlah NU ke-82. (file ebook)


โ†ง

Do'a Malam Pertama Bulan Rajab

$
0
0
Muslimedianews.com ~ 1. Doa Syeikh Abdul Qodir Al-Jilani radhiyallaahu 'anhu

ุฅูู„ูŽู‡ููŠู’ ุชูŽุนูŽุฑู‘ูŽุถูŽ ู„ูŽูƒูŽ ูููŠู’ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูุชูŽุนูŽุฑู‘ูุถููˆู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽู‚ูŽุตูŽุฏูŽูƒูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽุงุตูุฏููˆู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุฃูŽู…ู‘ูŽู„ูŽ ููŽุถู’ู„ูŽูƒูŽ ูˆูŽู…ูŽุนู’ุฑููˆู’ููŽูƒูŽ ุงู„ุทู‘ูŽุงู„ูุจููˆู’ู†ูŽุ› ูˆูŽู„ูŽูƒูŽ ูููŠู’ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ูŽุฉู ู†ูŽููŽุญูŽุงุชูŒ ูˆูŽุฌูŽูˆูŽุงุฆูุฒูุŒ ูˆูŽุนูŽุทูŽุงูŠูŽุง ูˆูŽู…ูŽูˆูŽุงู‡ูุจูุŒ ุชูŽู…ูู†ู‘ู ุจูู‡ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽู†ู’ ุชูŽุดูŽุงุกู ู…ูู†ู’ ุนูุจูŽุงุฏููƒูŽุŒ ูˆูŽุชูŽู…ู’ู†ูŽุนูู‡ูŽุง ู…ูู…ู‘ูŽู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽุณู’ุจูู‚ู’ ู„ูŽู‡ู ุงู„ู’ุนูู†ูŽุงูŠูŽุฉู ู…ูู†ู’ูƒูŽ
ูˆูŽู‡ูŽุฃูŽู†ูŽุฐูŽุง ุนูŽุจู’ุฏููƒูŽ ุงู„ู’ููŽู‚ููŠู’ุฑู ุฅู„ูŽูŠู’ูƒูŽุŒ ุงู„ู’ู…ูุคูŽู…ู‘ูู„ู ููŽุถู’ู„ูŽูƒูŽ ูˆูŽู…ูŽุนู’ุฑููˆู’ููŽูƒูŽุŒ ููŽุฅูู†ู’ ูƒูู†ู’ุชูŽ ูŠูŽุง ู…ูŽูˆู’ู„ูŽุงูŠูŽ ุชูŽููŽุถู‘ูŽู„ู’ุชูŽ ูููŠู’ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ูŽุฉู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽุญูŽุฏู ู…ูู†ู’ ุฎูŽู„ู’ู‚ููƒูŽุŒ ูˆูŽุฌูุฏู’ุชูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุจูุนูŽุงุฆูุฏูŽุฉู ู…ูู†ู’ ุนูŽุทู’ูููƒูŽุŒ ููŽุตูŽู„ู‘ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูˆูŽุขู„ูู‡ู ูˆูŽุตูŽุญู’ุจูู‡ูุŒ ูˆูŽุฌูุฏู’ ุนูŽู„ูŽูŠู‘ูŽ ุจูุทูŽูˆู’ู„ููƒูŽ ูˆูŽู…ูŽุนู’ุฑููˆู’ูููƒูŽ ูŠูŽุง ุฑูŽุจู‘ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ

2. Doa Sayyidina Ali bin Abu Thalib karramallaahu wajhahu

ุงูŽู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูˆูŽุขู„ูู‡ู ู…ูŽุตูŽุงุจููŠู’ุญู ุงู„ู’ุญููƒู’ู…ูŽุฉูุŒ ูˆูŽู…ูŽูˆูŽุงู„ููŠ ุงู„ู†ู‘ูุนู’ู…ูŽุฉูุŒ ูˆูŽู…ูŽุนูŽุงุฏูู†ู ุงู„ู’ุนูุตู’ู…ูŽุฉูุŒ ูˆูŽุงุนู’ุตูู…ู’ู†ููŠู’ ุจูู‡ูู…ู’ ู…ูู†ู’ ูƒูู„ู‘ู ุณููˆู’ุกูุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ุชูŽุฃู’ุฎูุฐู’ู†ููŠู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุบูุฑู‘ูŽุฉูุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุบูŽูู’ู„ูŽุฉูุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ุชูŽุฌู’ุนูŽู„ู’ ุนูŽูˆูŽุงู‚ูุจูŽ ุฃูŽู…ู’ุฑููŠู’ ุญูŽุณู’ุฑูŽุฉู‹ ูˆูŽู†ูŽุฏูŽุงู…ูŽุฉู‹ุŒ ูˆูŽุงุฑู’ุถูŽ ุนูŽู†ู‘ููŠู’ุ› ููŽุฅูู†ู‘ูŽ ู…ูŽุบู’ููุฑูŽุชูŽูƒูŽ ู„ูู„ุธู‘ูŽุงู„ูู…ููŠู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุฃูŽู†ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ุธู‘ูŽุงู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ. ุงูŽู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุงุบู’ููุฑู’ ู„ููŠู’ ู…ูŽุง ู„ูŽุง ูŠูŽุถูุฑู‘ููƒูŽุŒ ูˆูŽุฃูŽุนู’ุทูู†ููŠู’ ู…ูŽุง ู„ูŽุง ูŠูŽู†ู’ููŽุนููƒูŽุŒ ููŽุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ุงู„ู’ูˆูŽุงุณูุนูŽุฉู ุฑูŽุญู’ู…ูŽุชูู‡ูุŒ ุงู„ู’ุจูŽุฏููŠู’ุนูŽุฉู ุญููƒู’ู…ูŽุชูู‡ูุŒ ููŽุฃูŽุนู’ุทูู†ููŠูŽ ุงู„ุณู‘ูŽุนูŽุฉูŽ ูˆูŽุงู„ุฏู‘ูŽุนูŽุฉูŽุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ุตู‘ูุญู‘ูŽุฉูŽุŒ ูˆูŽุงู„ุดู‘ููƒู’ุฑูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุนูŽุงููŽุฉูŽ ูˆูŽุงู„ุชู‘ูŽู‚ู’ูˆูŽู‰ุŒ ูˆูŽุฃูŽูู’ุฑูุบู ุงู„ุตู‘ูŽุจู’ุฑูŽ ูˆูŽุงู„ุตู‘ูุฏู’ู‚ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู‘ูŽ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุฆููƒูŽุŒ ูˆูŽุฃูŽุนู’ุทูู†ููŠู’ ุงู„ู’ูŠูุณู’ุฑูŽุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ุชูŽุฌู’ุนูŽู„ู’ ู…ูŽุนูŽู‡ู ุงู„ู’ุนูุณู’ุฑูŽุŒ ูˆูŽุงุนู’ู…ูู…ู’ ุจูุฐูŽู„ููƒูŽ ุฃูŽู‡ู’ู„ููŠู’ ูˆูŽูˆูŽู„ูŽุฏููŠู’ ูˆูŽุฅูุฎู’ูˆูŽุงู†ููŠู’ ูููŠู’ูƒูŽุŒ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูˆูŽู„ูŽุฏูŽู†ููŠู’ุŒ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ูŽุงุชู

3. Doa Sayyid Hasan bin Abdullah Ba'alawi al Haddad radhiyallaahu 'anhumaa

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑู‘ูŽุญู’ู…ูŽู†ู ุงู„ุฑู‘ูŽุญููŠู’ู…ู
ูˆูŽุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽุตูŽุญู’ุจูู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽุŒ ุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู ุงู„ู„ู‡ูŽ (ุซู„ุงุซุง)ุŒ ูˆูŽุฃูŽุชููˆู’ุจู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ู…ูู…ู‘ูŽุง ูŠููƒูŽุฑู‘ูู‡ู ุงู„ู„ู‡ูŽ ู‚ูŽูˆู’ู„ู‹ุง ูˆูŽููุนู’ู„ู‹ุงุŒ ูˆูŽุฎูŽุงุทูุฑู‹ุงุŒ ูˆูŽุจูŽุงุทูู†ู‹ุง ูˆูŽุธูŽุงู‡ูุฑู‹ุงุŒ ุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู ุงู„ู„ู‡ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ูŽ ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู’ ู„ูŽุง ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ู‘ูŽุง ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุญูŽูŠู‘ู ุงู„ู’ู‚ูŽูŠู‘ููˆู’ู…ู ูˆูŽุฃูŽุชููˆู’ุจู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ูุŒ ุงูŽู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุฅูู†ู‘ููŠู’ ุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑููƒูŽ ู„ูู…ูŽุง ู‚ูŽุฏูŽู‘ู…ู’ุชู ูˆูŽู…ูŽุง ุฃูŽุฎู‘ูŽุฑู’ุชูุŒ ูˆูŽู…ูŽุง ุฃูŽุณู’ุฑูŽุฑู’ุชู ูˆูŽู…ูŽุง ุฃูŽุนู’ู„ูŽู†ู’ุชูุŒ ูˆูŽู…ูŽุง ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุฃูŽุนู’ู„ูŽู…ู ุจูู‡ู ู…ูู†ู‘ููŠู’ุŒ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุงู„ู’ู…ูู‚ูŽุฏู‘ูู…ู ูˆูŽุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุงู„ู’ู…ูุคูŽุฎู‘ูุฑูุŒ ูˆูŽุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ูƒูู„ู‘ู ุดูŽูŠู’ุกู ู‚ูŽุฏููŠู’ุฑูŒ. ุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู ุงู„ู„ู‡ูŽ ุฐูŽุง ุงู„ู’ุฌูŽู„ูŽุงู„ู ูˆูŽุงู„ู’ุฅููƒู’ุฑูŽุงู…ู ู…ูู†ู’ ุฌูŽู…ููŠู’ุนู ุงู„ุฐู‘ูู†ููˆู’ุจู ูˆูŽุงู„ู’ุขุซูŽุงู…ู. ุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู ุงู„ู„ู‡ูŽ ู„ูุฐูู†ููˆู’ุจููŠู’ ูƒูู„ู‘ูู‡ูŽุงุŒ ุณูุฑู‘ูู‡ูŽุง ูˆูŽุฌูŽู‡ู’ุฑูู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽุตูŽุบู’ูŠู’ุฑูู‡ูŽุง ูˆูŽูƒูŽุจููŠู’ุฑูู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽู‚ูŽุฏููŠู’ู…ูู‡ูŽุง ูˆูŽุฌูŽุฏููŠู’ุฏูู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽุฃูŽูˆู‘ูŽู„ูู‡ูŽุง ูˆูŽุขุฎูุฑูู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽุธูŽุงู‡ูุฑูู‡ูŽุง ูˆูŽุจูŽุงุทูู†ูู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽุฃูุชู’ูˆู’ุจู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู. ุงูŽู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุฅูู†ู‘ููŠู’ ุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑููƒูŽ ู…ูู†ู’ ุฐูŽู†ู’ุจู ุชูุจู’ุชู ุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ู…ูู†ู’ู‡ู ุซูู…ู‘ูŽ ุนูุฏู’ุชู ูููŠู’ู‡ูุŒ ูˆูŽุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑููƒูŽ ู„ูู…ูŽุง ุฃูŽุฑูŽุฏู’ุชู ุจูู‡ู ูˆูŽุฌู’ู‡ูŽูƒูŽ ุงู„ู’ูƒูŽุฑููŠู’ู…ูŽ ููŽุฎูŽุงู„ูŽุทูŽู‡ู ู…ูŽุง ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ู„ูŽูƒูŽ ูููŠู’ู‡ู ุฑูุถู‹ุงุŒ ูˆูŽุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑููƒูŽ ู„ูู…ูŽุง ูˆูŽุนูŽุฏู’ุชููƒูŽ ุจูู‡ู ู…ูู†ู’ ู†ูŽูู’ุณููŠู’ ุซูู…ู‘ูŽ ุฃูŽุฎู’ู„ูŽูู’ุชููƒูŽ ูููŠู’ู‡ูุŒ ูˆูŽุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑููƒูŽ ู„ูู…ูŽุง ุฏูŽุนูŽุงู†ููŠู’ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ู’ู‡ูŽูˆูŽูŠ ู…ูู†ู’ ู‚ูุจูŽู„ู ุงู„ุฑู‘ูุฎูŽุตู ู…ูู…ู‘ูŽุง ุงุดู’ุชูŽุจูŽู‡ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู‘ูŽ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูู†ู’ุฏูŽูƒูŽ ุญูŽุฑูŽุงู…ูŒุŒ
ูˆูŽุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑููƒูŽ ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽุง ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ู‘ูŽุง ุฃูŽู†ู’ุชูŽุŒ ูŠูŽุง ุนูŽุงู„ูู…ูŽ ุงู„ู’ุบูŽูŠู’ุจู ูˆูŽุงู„ุดู‘ูŽู‡ูŽุงุฏูŽุฉู ู…ูู†ู’ ูƒูู„ู‘ู ุณูŽูŠู‘ูุฆูŽุฉู ุนูŽู…ูู„ู’ุชูู‡ูŽุงุŒ ูููŠู’ ุจูŽูŠูŽุงุถู ุงู„ู†ู‘ูŽู‡ูŽุงุฑู ูˆูŽุณูŽูˆูŽุงุฏู ุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ูุŒ ูููŠู’ ู…ูŽู„ูŽุงุกู ูˆูŽุฎูŽู„ูŽุงุกูุŒ ูˆูŽุณูุฑู‘ู ูˆูŽุนูŽู„ูŽุงู†ููŠูŽุฉู ูˆุฃูŽู†ู’ุชูŽ ู†ูŽุงุธูุฑูŒ ุฅูู„ูŽูŠูŽู‘ ุฅูุฐูŽุง ุงุฑู’ุชูŽูƒูŽุจู’ุชูู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽุฃูŽุชูŽูŠู’ุชู ุจูู‡ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุนูุตู’ูŠูŽุงู†ูุŒ ููŽุฃูŽุชููˆู’ุจู ุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุญูŽู„ููŠู’ู…ู ูŠูŽุง ูƒูŽุฑููŠู’ู…ู ูŠูŽุง ุฑูŽุญููŠู’ู…ู. ูˆูŽุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑููƒูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ู‘ูุนูŽู…ู ุงู„ู‘ูŽุชููŠู’ ุฃูŽู†ู’ุนูŽู…ู’ุชูŽ ุจูู‡ูŽุง ุนูŽู„ูŽูŠู‘ูŽ ููŽุชูŽู‚ูŽูˆู‘ูŽูŠู’ุชู ุจูู‡ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽุนู’ุตููŠูŽุชููƒูŽ ูˆูŽุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑููƒูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฐู‘ูู†ููˆู’ุจู ุงู„ู‘ูŽุชููŠู’ ู„ูŽุง ูŠูŽุนู’ุฑูููู‡ูŽุง ุฃูŽุญูŽุฏูŒ ุบูŽูŠู’ุฑููƒูŽุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽุทู‘ูŽู„ูุนู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ุฃูŽุญูŽุฏูŒ ุณููˆูŽุงูƒูŽ ูˆูŽู„ูŽุง ุณูŽูŠู‘ูŽุนูŽู‡ูŽุง ุฅูู„ู‘ูŽุง ุญูู„ู’ู…ููƒูŽุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูู†ู’ุฌููŠู’ู†ููŠู’ ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ุฅูู„ู‘ูŽุง ุนูŽูู’ูˆููƒูŽุŒ ูˆูŽุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑููƒูŽ ู„ููƒูู„ู‘ู ูŠูŽู…ููŠู’ู†ู ุณูŽู„ูŽููŽุชู’ ู…ูู†ู‘ููŠู’ ููŽุญูŽู†ูุซู’ุชู ูููŠู’ู‡ูŽุง ูˆูŽุฃูŽู†ูŽุง ุนูู†ู’ุฏูŽูƒูŽ ู…ูุคูŽุงุฎูŽุฐูŒ ุจูู‡ูŽุง. ูˆูŽุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑููƒูŽ ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽุง ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ู‘ูŽุง ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽูƒูŽ ุฅูู†ู‘ููŠู’ ูƒูู†ู’ุชู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุธู‘ูŽุงู„ูู…ููŠู’ู†ูŽุŒ ููŽุงุณู’ุชูŽุฌูŽุจู’ู†ูŽุง ู„ูŽู‡ู ูˆูŽู†ูŽุฌู‘ูŽูŠู’ู†ูŽุงู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุบูŽู…ู‘ู ูˆูŽูƒูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ู†ูู†ู’ุฌููŠ ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู’ู†ูŽ. ูˆูŽุฒูŽูƒูŽุฑููŠู‘ูŽุง ุฅูุฐู’ ู†ูŽุงุฏูŽู‰ ุฑูŽุจู‘ูŽู‡ู ุฑูŽุจู‘ู ู„ูŽุง ุชูŽุฐูŽุฑู’ู†ููŠู’ ููŽุฑู’ุฏู‹ุง ูˆูŽุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุฎูŽูŠู’ุฑู ุงู„ู’ูˆูŽุงุฑูุซููŠู’ู†ูŽ. ุฑูŽุจู‘ู ุงุบู’ููุฑู’ ูˆูŽุงุฑู’ุญูŽู…ู’ ูˆูŽุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุฎูŽูŠู’ุฑู ุงู„ุฑู‘ูŽุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ. ูˆูŽุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑููƒูŽ ู…ูู†ู’ ูƒูู„ู‘ู ููŽุฑููŠู’ุถูŽุฉู ุฃูŽูˆู’ุฌูŽุจู’ุชูŽู‡ูŽุง ุนูŽู„ูŽูŠู‘ูŽ ูููŠู’ ุขู†ูŽุงุกู ุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ู ูˆูŽุฃูŽุทู’ุฑูŽุงูู ุงู„ู†ู‘ูŽู‡ูŽุงุฑู ููŽุชูŽุฑูŽูƒู’ุชูู‡ูŽุง ุฎูŽุทูŽุฃู‹ ุฃูŽูˆู’ ุนูŽู…ู’ุฏู‹ุง ุฃูŽูˆู’ ู†ูุณู’ูŠูŽุงู†ู‹ุง ุฃูŽูˆู’ ุชูŽู‡ูŽุงูˆูู†ู‹ุง ุฃูŽูˆู’ ุฌูŽู‡ู’ู„ู‹ุง ูˆูŽุฃูŽู†ูŽุง ู…ูุนูŽุงู‚ูŽุจูŒ ุจูู‡ูŽุง. ูˆูŽุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑููƒูŽ ู…ูู†ู’ ูƒูู„ู‘ู ุณูู†ู‘ูŽุฉู ู…ูู†ู’ ุณูู†ูŽู†ู ุณูŽูŠูู‘ุฏู ุงู„ู’ู…ูุฑู’ุณูŽู„ููŠู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุฎูŽุงุชูŽู…ู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ููŠู’ู†ูŽ ู†ูŽุจููŠู‘ููƒูŽ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ุตู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ููŽุชูŽุฑูŽูƒู’ุชูู‡ูŽุง ุบูŽูู’ู„ูŽุฉู‹ ุฃูŽูˆู’ ุณูŽู‡ู’ูˆู‹ุง ุฃูŽูˆู’ ู†ูุณู’ูŠูŽุงู†ู‹ุง ุฃูŽูˆู’ ุชูŽู‡ูŽุงูˆูู†ู‹ุง ุฃูŽูˆู’ ุฌูŽู‡ู’ู„ู‹ุง ุฃูŽูˆู’ ู‚ูู„ู‘ูŽุฉูŽ ู…ูุจูŽุงู„ูŽุงุฉู ุจูู‡ูŽุง. ูˆูŽุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑููƒูŽ ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽุง ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ู‘ูŽุง ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ูˆูŽุญู’ุฏูŽูƒูŽ ู„ูŽุง ุดูŽุฑููŠู’ูƒูŽ ู„ูŽูƒูŽุŒ ูˆูŽุฃูŽู†ู‘ูŽ ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู‹ุง ุนูŽุจู’ุฏููƒูŽ ูˆูŽุฑูŽุณููˆู’ู„ููƒูŽุŒ ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽูƒูŽ ูŠูŽุง ุฑูŽุจู‘ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽุŒ ู„ูŽูƒูŽ ุงู„ู’ู…ูู„ู’ูƒู ูˆูŽู„ูŽูƒูŽ ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏูุŒ ูˆูŽุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุญูŽุณู’ุจูŽู†ูŽุง ูˆูŽู†ูุนู’ู…ูŽ ุงู„ู’ูˆูŽูƒููŠู’ู„ูุŒ ูˆูŽู†ูุนู’ู…ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽูˆู’ู„ูŽู‰ ูˆูŽู†ูุนู’ู…ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุตููŠู’ุฑูุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ุญูŽูˆู’ู„ูŽ ูˆูŽู„ูŽุง ู‚ููˆู‘ูŽุฉูŽ ุฅูู„ู‘ูŽุง ุจูุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠู‘ู ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ู. ูŠูŽุง ุฌูŽุงุจูุฑูŽ ูƒูู„ู‘ู ูƒูŽุณููŠู’ุฑูุŒ ูˆูŽูŠูŽุง ู…ูุคู’ู†ูุณูŽ ูƒูู„ู‘ู ูˆูŽุญููŠู’ุฏูุŒ ูˆูŽูŠูŽุง ุตูŽุงุญูุจูŽ ูƒูู„ู‘ู ุบูŽุฑููŠู’ุจูุŒ ูˆูŽูŠูŽุง ู…ููŠูŽุณู‘ูุฑูŽ ูƒูู„ู‘ู ุนูŽุณููŠู’ุฑูุŒ ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽุง ูŠูŽุญู’ุชูŽุงุฌู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุจูŽูŠูŽุงู†ู ูˆูŽุงู„ุชู‘ูŽูู’ุณููŠู’ุฑูุŒ ูˆูŽุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽุง ุชูŽุดูŽุงุกู ู‚ูŽุฏููŠู’ุฑูŒุŒ ูˆูŽุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ุจูุนูŽุฏูŽุฏู ู…ูŽู†ู’ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูุŒ ูˆูŽุจูุนูŽุฏูŽุฏู ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูุตูŽู„ู‘ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู. ุงูŽู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฑููˆู’ุญู ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ูˆูŽุงุญู. ุงูŽู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุชูุฑู’ุจูŽุฉู ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูููŠ ุงู„ุชู‘ูุฑูŽุงุจู. ุงูŽู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูŽุจู’ุฑู ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูููŠ ุงู„ู’ู‚ูุจููˆู’ุฑู. ุงูŽู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุตููˆู’ุฑูŽุฉู ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูููŠ ุงู„ุตู‘ููˆูŽุฑู ุงูŽู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงุณู’ู…ู ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุณู’ู…ูŽุงุกูุŒ {ู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ุฌูŽุงุกูŽูƒูู…ู’ ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŒ ู…ูู†ู’ ุฃูŽู†ู’ููุณููƒูู…ู’ ุนูŽุฒููŠู’ุฒูŒ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ู…ูŽุง ุนูŽู†ูุชู‘ูู…ู’ ุญูŽุฑููŠู’ุตูŒ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ุจูุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู’ู†ูŽ ุฑูŽุคููˆู’ููŒ ุฑูŽุญููŠู’ู…ูŒุŒ ููŽุฅูู†ู’ ุชูŽูˆูŽู„ู‘ูŽูˆู’ุง ููŽู‚ูู„ู’ ุญูŽุณู’ุจููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู„ูŽุง ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ู‘ูŽุง ู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุชูŽูˆูŽูƒู‘ูŽู„ู’ุชู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุฑูŽุจู‘ู ุงู„ู’ุนูŽุฑู’ุดู ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ู}ุŒ ูˆูŽุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽุตูŽุญู’ุจูู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ

Sumber: Kanzun Najah wa al-Surur / (ูƒู†ู’ุฒ ุงู„ู†ุฌุงุญ ูˆุงู„ุณุฑูˆุฑ ููŠ ุงู„ุฃุฏุนูŠุฉ ุงู„ุชูŠ ุชุดุฑุญ ุงู„ุตุฏูˆุฑ ุต 39-43)
ุชุฃู„ูŠู ุงู„ุดูŠุฎ ุนุจุฏ ุงู„ุญู…ูŠุฏ ุจู† ู…ุญู…ุฏ ุนู„ูŠ ู‚ุฏุณ

Wallaahu A'lam
Semoga bermanfat

Oleh : Abdullah Afif (Pustaka Ilmu Sunni)
โ†ง

Ibadah Bukan Iman : Hati-Hati Memahami Arti Iman

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Diantara i'tiqad kaum Khawarij (aliran menyimpang) yang bertentangan dengan Ahlussunnah wal Jama'ah adalah berkaitan dengan makna Iman. Kaum Khawarij memiliki pendapat bahwa yang dimaksud dengan iman bukanlah pengakuan dalam hati dan mengucapkan dengan lisan saja, tetapi amal ibadah juga menjadi bagian dari rukun iman.

Berpijak dari hal itu, orang-orang (muslim) yang tidak mengerjakan shalat, puasa, zakat dan sebagainya maka dikatakan kafir oleh kaum Khawarij. Singkatnya, bagi kaum Khawarij, orang mukmin yang berbuat dosa, kecil maupun besar, maka orang itu kafir, wajib diperangi, boleh dibunuh, dan dirampas hartanya.

Oleh karena itulah, sahabat Mu'awiyah bin Abi Sufyan yangn dianggap telah berbuat dosa dengan melawan Khalifah yang sah, yaitu Sayyidina Ali, dicap kafir dan wajib diperangi. Termasuk juga pengikut Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Perlawanan Sayyidah 'Aisyah terhadap Sayyidina Ali bin Abi Thalib pun, dianggap kafir. Demikianlah pendirian kaum Khawarij.

Sedangkan kaum Ahlussunnah wal Jama'ah, memiliki pendirian bahwa rukun iman (pengertian iman) itu hanyalah dua, yaitu membenarkan dengan hati dan mengikrarkan dengan lisan.

Seorang muslim yang sudah membenarkan dalam hatinya bahwa Allah itu Ada dan Esa, Nabi Muhammad adalah Rasul Allah, lalu di ucapkannya dengan lisan, maka orang itu sudah muslim dan mukmin, serta berlaku baginya semua hukum yang berkaitan dengan orang mukmin.

Mereka hanya diminta mengucapkan syahadat:

ุงุดู‡ุฏ ุงู† ู„ุง ุงู„ู‡ ุงู„ุง ุงู„ู„ู‡ ูˆุงุดู‡ุฏ ุงู† ู…ุญู…ุฏ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Utusan Allah"
Adapun amal ibadah, seperti shalat, puasa, zakat dan lain sebagainya, maka itu untuk kesempurnaan Iman. Orang yang shalat dan mengerjakan amal ibadah dengan sebaik-baiknya, maka orang itu mukmin yang sempurna.

Yang kafir menurut Ahlussunnah wal Jama'ah, adalah orang yang MENG-I'TIQAD-KAN (berkeyakinan) bahwa shalat itu tidak wajib baginya, bahwa puasa itu tidak wajib baginya, bahwa mencuri itu boleh baginya, bahwa berzina itu halal baginya. Orang semacam ini dihukumi kafir karena ia menghalalkan yang sudah diharamkan oleh Allah.
ย 
ย 
Red. Ibnu Manshur
Dikutip dari buku "I'tiqad Ahlussunnah wal Jama'ah" karya KH. Sirajuddin Abbas, hal. 179 - 177. Cet. 8 Januari 2008, penerbit : Pustaka Tarbiyah Baru
โ†ง
โ†ง

Kirim Pahala untuk Nabi Muhammad Saw

$
0
0
Muslimedianews.com ~ Saya diberi tahu teman bahwa berdoa dengan kirim fatihah atau kirim pahala kepada Nabi Muhammad Saw tidak boleh, yang boleh hanya salawat untuk Nabi (seperti ila hadlrati an-Nabiyyi al-Musthafa...). Bagaimana pendapat anda dalam masalah ini? IPNU Madiun (24/04/2014)

Jawaban:
Ada 2 hadis dalam masalah ini yang dijadikan landasan masalah diatas, yaitu:

- ุนูŽู†ู’ ุฃูŽูˆู’ุณู ุจู’ู†ู ุฃูŽูˆู’ุณู ุงู„ุซู‘ูŽู‚ูŽููู‰ ุนูŽู†ู ุงู„ู†ู‘ูŽุจูู‰ู‘ู - ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ - ู‚ูŽุงู„ูŽ : ู…ูู†ู’ ุฃูŽูู’ุถูŽู„ู ุฃูŽูŠู‘ูŽุงู…ููƒูู…ู’ ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู’ุฌูู…ูุนูŽุฉู ูููŠู‡ู ุฎูู„ูู‚ูŽ ุขุฏูŽู…ู ูˆูŽูููŠู‡ู ู‚ูุจูุถูŽ ูˆูŽูููŠู‡ู ุงู„ู†ู‘ูŽูู’ุฎูŽุฉู ูˆูŽูููŠู‡ู ุงู„ุตู‘ูŽุนู’ู‚ูŽุฉู ููŽุฃูŽูƒู’ุซูุฑููˆุง ุนูŽู„ูŽู‰ู‘ูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุตู‘ูŽู„ุงูŽุฉู ูููŠู‡ู ููŽุฅูู†ู‘ูŽ ุตูŽู„ุงูŽุชูŽูƒูู…ู’ ู…ูŽุนู’ุฑููˆุถูŽุฉูŒ ุนูŽู„ูŽู‰ู‘ูŽ ููŽู‚ูŽุงู„ููˆุง ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูˆูŽูƒูŽูŠู’ููŽ ุชูุนู’ุฑูŽุถู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ุตูŽู„ุงูŽุชูู†ูŽุง ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽุฑูู…ู’ุชูŽ ูŠูŽุนู’ู†ูู‰ ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ุจูŽู„ููŠุชูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ุญูŽุฑู‘ูŽู…ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ุฃูŽุฑู’ุถู ุฃูŽู†ู’ ุชูŽุฃู’ูƒูู„ูŽ ุฃูŽุฌู’ุณูŽุงุฏูŽ ุงู„ู’ุงูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกู (ุฑูˆุงู‡ ุฃุญู…ุฏ ูˆุฃุจูˆ ุฏุงูˆุฏ ูˆุงู„ู†ุณุงุฆู‰ ูˆุงุจู† ู…ุงุฌู‡ ูˆุงุจู† ุฎุฒูŠู…ุฉ ูˆุงุจู† ุญุจุงู† ูˆุงู„ุญุงูƒู… ูˆุงู„ุทุจุฑุงู†ู‰ ูˆุงู„ุจูŠู‡ู‚ู‰ ูˆุงู„ุถูŠุงุก)
โ€œDiriwayatkan dari Aus bin Aus ats-Tsaqafi, Nabi Saw bersabda: โ€œDiantara hari yang paling utama adalah hari Jumat. Di hari itu Adam diciptakan, di hari itu ia meninggal, di hari itu ditiupkan kiamat, dan di hari itu ada jeritan kematian. Maka perbanyaklah membaca salawat kepadaku di hari itu. Sebab salawat kalian akan sampai kepadaku.โ€ Sahabat bertanya: โ€œBagaimana mungkin salawat kami sampai kepadamu sedangkan jasadmu akan hancur?โ€ Nabi menjawab: โ€œSesungguhnya Allah melarang kepada tanah untuk memakan jasad para Nabiโ€ (HR Ahmad, Abu Dawud, an-Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, al-Hakim, ath-Thabrani, al-Baihaqi dan Dliyauddin al-Maqdisi)


- ุนูŽู†ู ุงุจู’ู†ู ุนูŽู…ู’ุฑููˆ ุนูŽู†ู ุงู„ู†ู‘ูŽุจูู‰ู‘ู - ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ - ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูุฐูŽุง ุณูŽู…ูุนู’ุชูู…ู ุงู„ู’ู…ูุคูŽุฐู‘ูู†ูŽ ููŽู‚ููˆู„ููˆุง ู…ูุซู’ู„ูŽ ู…ูŽุง ูŠูŽู‚ููˆู„ู ุซูู…ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ููˆุง ุนูŽู„ูŽู‰ู‘ูŽ ููŽุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ู…ูŽู†ู’ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุนูŽู„ูŽู‰ู‘ูŽ ุตูŽู„ุงูŽุฉู‹ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุจูู‡ูŽุง ุนูŽุดู’ุฑู‹ุง ุซูู…ู‘ูŽ ุณูŽู„ููˆุง ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ู„ูู‰ูŽ ุงู„ู’ูˆูŽุณููŠู„ูŽุฉูŽ ููŽุฅูู†ู‘ูŽู‡ูŽุง ู…ูŽู†ู’ุฒูู„ูŽุฉูŒ ููู‰ ุงู„ู’ุฌูŽู†ู‘ูŽุฉู ู„ุงูŽ ุชูŽู†ู’ุจูŽุบูู‰ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ู„ูุนูŽุจู’ุฏู ู…ูู†ู’ ุนูุจูŽุงุฏู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูˆูŽุฃูŽุฑู’ุฌููˆ ุฃูŽู†ู’ ุฃูŽูƒููˆู†ูŽ ุฃูŽู†ูŽุง ู‡ููˆูŽ ููŽู…ูŽู†ู’ ุณูŽุฃูŽู„ูŽ ู„ูู‰ูŽ ุงู„ู’ูˆูŽุณููŠู„ูŽุฉูŽ ุญูŽู„ู‘ูŽุชู’ ู„ูŽู‡ู ุงู„ุดู‘ูŽููŽุงุนูŽุฉู (ุฑูˆุงู‡ ุฃุญู…ุฏ ูˆู…ุณู„ู… ูˆุฃุจูˆ ุฏุงูˆุฏ ูˆุงู„ุชุฑู…ุฐู‰ ูˆุงู„ู†ุณุงุฆู‰ ูˆุงุจู† ุญุจุงู†)
โ€œDiriwayatkan dari Abdullah bin Amr, Nabi Saw bersabda: โ€œJika kalian mendengar penyeru adzan maka jawablah seperti seruannya, lalu bersalawatlah kepadaku. Barang siapa bersalawat kepadaku 1 kali, maka Allah akan merahmatinya 10 kali. Kemudian mintakanlah kepada Allah untukku derajat โ€˜wasilahโ€™. Ia merupakan tempat di surga yang tidak layak kecuali untuk 1 hamba diantara hamba Allah. Dan aku mengharap aku lah orang tersebut. Barangsiapa memintakan wasilah untukku, maka ia akan mendapat syafaatโ€ (HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud, at-Turmudzi, an-Nasai dan Ibnu Majah)


Dari 2 hadis ini para ulama Syafiiyah dan lainnya berdalil diperbolehkannya mengirim pahala untuk Nabi Saw. Imam Ibnu Hajar al-Haitami asy-Syafii berkata:

ูˆูŽู…ูŽุง ุงูุนู’ุชููŠุฏูŽ ูููŠ ุงู„ุฏู‘ูุนูŽุงุกู ุจูŽุนู’ุฏูŽู‡ูŽุง ู…ูู†ู’ ุฌูŽุนู’ู„ู ุซูŽูˆูŽุงุจู ุฐูŽู„ููƒูŽ ุฃูŽูˆู’ ู…ูุซู’ู„ูู‡ู ู…ูู‚ูŽุฏู‘ูŽู…ู‹ุง ุฅู„ูŽู‰ ุญูŽุถู’ุฑูŽุชูู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุฃูŽูˆู’ ุฒููŠูŽุงุฏูŽุฉู‹ ูููŠ ุดูŽุฑูŽููู‡ู ุฌูŽุงุฆูุฒูŒ ูƒูŽู…ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽู‡ู ุฌูŽู…ูŽุงุนูŽุงุชูŒ ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ู…ูุชูŽุฃูŽุฎู‘ูุฑููŠู†ูŽ ุจูŽู„ู’ ุญูŽุณูŽู†ูŒ ู…ูŽู†ู’ุฏููˆุจูŒ ุฅู„ูŽูŠู’ู‡ู ุฎูู„ูŽุงูู‹ุง ู„ูู…ูŽู†ู’ ูˆูŽู‡ูŽู…ูŽ ูููŠู‡ู ุ› ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุฃูŽุฐูู†ูŽ ู„ูŽู†ูŽุง ุจูุฃูŽู…ู’ุฑูู‡ู ุจูู†ูŽุญู’ูˆู ุณูุคูŽุงู„ู ุงู„ู’ูˆูŽุณููŠู„ูŽุฉู ู„ูŽู‡ู ูููŠ ูƒูู„ู‘ู ุฏูุนูŽุงุกู ู„ูŽู‡ู ุจูู…ูŽุง ูููŠู‡ู ุฒููŠูŽุงุฏูŽุฉู ุชูŽุนู’ุธููŠู…ูู‡ (ุชุญูุฉ ุงู„ู…ุญุชุงุฌ ููŠ ุดุฑุญ ุงู„ู…ู†ู‡ุงุฌ - ุฌ 24 / ุต 421)
โ€œKebiasaan dalam doa setelah baca al-Quran dengan menjadikan pahalanya atau yang sepadan dengan bacaan tersebut yang dihaturkan kepada Nabi Saw, atau sebagai tambahan bagi kemuliaan beliau adalah diperbolehkan, sebagaimana disampaikan banyak para ulama di kalangan mutaakhirin (generasi akhir ulama Syafiiyah), bahkan hal itu adalah baik dan dianjurkan. Berbeda dengan ulama yang tidak sependapat. Sebab Nabi Saw memberi izin kepada kita dengan memerintahkan meminta pangkat Wasilah (di surga) dalam setiap doa dengan tujuan menambah keagungannyaโ€ (Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfat al-Muhtaj, 24/421)

Begitu pula jawaban dari Imam Ramli:

( ุณูุฆูู„ูŽ ) ุนูŽู…ู‘ูŽู†ู’ ู‚ูŽุฑูŽุฃูŽ ุดูŽูŠู’ุฆู‹ุง ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ู ูˆูŽุฃูŽู‡ู’ุฏูŽู‰ ุซูŽูˆูŽุงุจูŽู‡ู ู„ูู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู…ูุซู’ู„ูŽ ูˆูŽุฃูŽูˆู’ุตูŽู„ูŽ ุฅู„ูŽู‰ ุญูŽุถู’ุฑูŽุชูู‡ู ุฃูŽูˆู’ ุฒููŠูŽุงุฏูŽุฉู‹ ูููŠ ุดูŽุฑูŽููู‡ู ุฃูŽูˆู’ ู…ูู‚ูŽุฏู‘ูŽู…ู‹ุง ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ูŠูŽุฏูŽูŠู’ู‡ู ุฃูŽูˆู’ ุบูŽูŠู’ุฑูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ูƒูŽู…ูŽุง ุฌูŽุฑูŽุชู’ ุจูู‡ู ุงู„ู’ุนูŽุงุฏูŽุฉู ู‡ูŽู„ู’ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุฌูŽุงุฆูุฒูŒ ู…ูŽู†ู’ุฏููˆุจูŒ ูŠูุคู’ุฌูŽุฑู ููŽุงุนูู„ูู‡ู ุฃูŽูˆู’ ู„ูŽุง ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ู…ูŽู†ูŽุนูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ู…ูุชูŽู…ูŽุณู‘ููƒู‹ุง ุจูุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ุฃูŽู…ู’ุฑูŒ ู…ูุฎู’ุชูŽุฑูŽุนูŒ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฑูุฏู’ ุจูู‡ู ุฃูŽุซูŽุฑูŒ ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽู†ู’ุจูŽุบููŠ ุฃูŽู†ู’ ูŠูุฌู’ุชูŽุฑูŽุฃูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽู‚ูŽุงู…ูู‡ู ุงู„ุดู‘ูŽุฑููŠูู ุฅู„ู‘ูŽุง ุจูู…ูŽุง ูˆูŽุฑูŽุฏูŽ ูƒูŽุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูุคูŽุงู„ู ุงู„ู’ูˆูŽุณููŠู„ูŽุฉู ู‡ูŽู„ู’ ู‡ููˆูŽ ู…ูุตููŠุจูŒ ุฃูŽูˆู’ ู„ูŽุง ุŸ ( ููŽุฃูŽุฌูŽุงุจูŽ ) ู†ูŽุนูŽู…ู’ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุฌูŽุงุฆูุฒูŒ ุจูŽู„ู’ ู…ูŽู†ู’ุฏููˆุจูŒ ู‚ููŠูŽุงุณู‹ุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูˆูŽุณูุคูŽุงู„ู ุงู„ู’ูˆูŽุณููŠู„ูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽู‚ูŽุงู…ู ุงู„ู’ู…ูŽุญู’ู…ููˆุฏู ูˆูŽู†ูŽุญู’ูˆูู‡ู ุฐูŽู„ููƒูŽ ุจูุฌูŽุงู…ูุนู ุงู„ุฏู‘ูุนูŽุงุกู ุจูุฒููŠูŽุงุฏูŽุฉู ุชูŽุนู’ุธููŠู…ูู‡ู ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ุฌูŽูˆู‘ูŽุฒูŽู‡ู ุฌูŽู…ูŽุงุนูŽุงุชูŒ ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ู…ูุชูŽุฃูŽุฎู‘ูุฑููŠู†ูŽ ูˆูŽุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุนูŽู…ูŽู„ู ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ูˆูŽู…ูŽุง ุฑูŽุขู‡ู ุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ููˆู†ูŽ ุญูŽุณูŽู†ูŒ ููŽู‡ููˆูŽ ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุญูŽุณูŽู†ูŒ ููŽุงู„ู’ู…ูŽุงู†ูุนู ู…ูู†ู’ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุบูŽูŠู’ุฑู ู…ูุตููŠุจู (ูุชุงูˆู‰ ุงู„ุฑู…ู„ูŠ - ุฌ 4 / ุต 11)
โ€œIa (Ramli) ditanya: tentang seseorang yang membaca al-Quran dan menghadiahkan pahalanya yang sepadan untuk Nabi Saw, menghaturkan kepada beliau, atau untuk menambah kemulian beliau, atau yang lainnya sebagaimana yang sudah menjadi tradisi, apakah boleh dan dianjurkan yang pelakunya mendapat pahala ataukah tidak boleh? Orang yang berpendapat demikian berpedoman bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang dibuat-buat yang tidak ada dasar riwayatnta, dan tidak dianjurkan karena tidak boleh memberanikan diri terhadap kedudukan Nabi yang mulia, kecuali dengan cara yang telah disyariatkan seperti membaca salawat dan memintakan derajat Wasilah. Apakah ini benar? Ia (Imam Ramli) menjawab: โ€œYa, hal itu adalah boleh, bahkan dianjurkan, disamakan dengan membaca salawat kepada Nabi Saw, memintakan derajat Wasilah, tempat yang terpuji dan lainnya, dengan persamaan sebagai doa untuk menambah keagungannya. Hal ini telah diperbolehkan oleh banyak ulama dari kalangan mutaakhirin dan telah diamalkan oleh banyak manusia. Apa yang dipandang baik oleh umat Islam maka hal itu adalah baik disisi Allah. Maka orang yang melarangnya adalah tidak benarโ€ (Fatawa ar-Ramli 4/11)

Dan sudah menjadi kesepakatan dalam madzhab Syafiiyah bahwa jika ada pendapat yang disepakati oleh Imam Ibnu Hajar dan Imam Ramli maka pendapat tersebut adalah pendapat yang kuat. Hal ini juga diperkuat oleh ahli hadis al-Hafidz al-Munawi:

ุฌูŽุงุฒูŽ ุงู„ุฏู‘ูุนูŽุงุกู ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ู’ุฎูŽุชู’ู…ู ุจูู†ูŽุญู’ูˆู : ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุงุฌู’ุนูŽู„ู’ู‡ู ุฒููŠูŽุงุฏูŽุฉู‹ ูููŠ ุดูŽุฑูŽููู‡ู ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ูˆูŽุฅูู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ูƒูŽุงู…ูู„ูŽ ุงู„ุดู‘ูŽุฑูŽูู ููŽูƒูŽู…ูŽุงู„ูู‡ู ู†ูุณู’ุจููŠู‘ูŒ ูˆูŽุงู„ู’ุงูุฒู’ุฏููŠูŽุงุฏู ูููŠู’ู‡ู ู…ูุชูŽุตูŽูˆู‘ูุฑูŒ ุจูุฎูู„ูŽุงูู ุตูููŽุงุชูู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ูƒูŽู…ูŽุงู„ูู‡ูŽุง ูููŠ ุฐูŽุงุชูู‡ูŽุง ู„ูŽุง ูŠูŽู‚ู’ุจูŽู„ู ุฒููŠูŽุงุฏูŽุฉู‹ ูˆูŽู„ูŽุง ู†ูู‚ู’ุตูŽุงู†ู‹ุง (ููŠุถ ุงู„ู‚ุฏูŠุฑ - ุฌ 2 / ุต 103)
โ€œDiperbolehkan membaca doa ketika khataman al-Quran: โ€œYa Allah, jadikanlah al-Quran sebagai tambahan kemuliaan Nabiโ€. Sebab meski Nabi memiliki kemuliaan yang sempurna, maka kesempurnaan beliau adalah relatif, dan masih memungkinkan untuk bertambah sempurna. Hal ini berbeda dengan sifat-sifat Allah yang kesempurnaan dalam Dzat-Nya tidak bisa ditambah dan tidak bisa dikurangiโ€ (Faidl al-Qadir, 2/103)

Demikian halnya pendapat beberapa Madzhab Fikih Ahlisunnah:
  • Madzhab Hanafi (Boleh):
ู…ูŽุทู’ู„ูŽุจูŒ ูููŠ ุฅู‡ู’ุฏูŽุงุกู ุซูŽูˆูŽุงุจู ุงู„ู’ู‚ูุฑูŽุงุกูŽุฉู ู„ูู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ [ ุชูŽุชูู…ู‘ูŽุฉูŒ ] ุฐูŽูƒูŽุฑูŽ ุงุจู’ู†ู ุญูŽุฌูŽุฑู ูููŠ ุงู„ู’ููŽุชูŽุงูˆูŽู‰ ุงู„ู’ููู‚ู’ู‡ููŠู‘ูŽุฉู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ุญูŽุงููุธูŽ ุงุจู’ู†ูŽ ุชูŽูŠู’ู…ููŠู‘ูŽุฉูŽ ุฒูŽุนูŽู…ูŽ ู…ูŽู†ู’ุนูŽ ุฅู‡ู’ุฏูŽุงุกู ุซูŽูˆูŽุงุจู ุงู„ู’ู‚ูุฑูŽุงุกูŽุฉู ู„ูู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฌูŽู†ูŽุงุจูŽู‡ู ุงู„ุฑู‘ูŽูููŠุนูŽ ู„ูŽุง ูŠูุชูŽุฌูŽุฑู‘ูŽุฃู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุฅู„ู‘ูŽุง ุจูู…ูŽุง ุฃูŽุฐูู†ูŽ ูููŠู‡ู ุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุŒ ูˆูŽุณูุคูŽุงู„ู ุงู„ู’ูˆูŽุณููŠู„ูŽุฉู ู„ูŽู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ : ูˆูŽุจูŽุงู„ูŽุบูŽ ุงู„ุณู‘ูุจู’ูƒููŠู‘ู ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ูููŠ ุงู„ุฑู‘ูŽุฏู‘ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุŒ ุจูุฃูŽู†ู‘ูŽ ู…ูุซู’ู„ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ู„ูŽุง ูŠูŽุญู’ุชูŽุงุฌู ู„ูุฅูุฐู’ู†ู ุฎูŽุงุตู‘ู ุ› ุฃูŽู„ูŽุง ุชูŽุฑูŽู‰ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงุจู’ู†ูŽ ุนูู…ูŽุฑูŽ ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูŽุนู’ุชูŽู…ูุฑู ุนูŽู†ู’ู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุนูู…ูุฑู‹ุง ุจูŽุนู’ุฏูŽ ู…ูŽูˆู’ุชูู‡ู ู…ูู†ู’ ุบูŽูŠู’ุฑู ูˆูŽุตููŠู‘ูŽุฉู . ูˆูŽุญูŽุฌู‘ูŽ ุงุจู’ู†ู ุงู„ู’ู…ููˆูŽูู‘ูŽู‚ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ูููŠ ุทูŽุจูŽู‚ูŽุฉู ุงู„ู’ุฌูู†ูŽูŠู’ุฏู ุนูŽู†ู’ู‡ู ุณูŽุจู’ุนููŠู†ูŽ ุญูŽุฌู‘ูŽุฉู‹ ุŒ ูˆูŽุฎูŽุชูŽู…ูŽ ุงุจู’ู†ู ุงู„ุณู‘ูุฑูŽุงุฌู ุนูŽู†ู’ู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุฃูŽูƒู’ุซูŽุฑูŽ ู…ูู†ู’ ุนูŽุดูŽุฑูŽุฉู ุขู„ูŽุงูู ุฎูŽุชู’ู…ูŽุฉู ุ› ูˆูŽุถูŽุญู‘ูŽู‰ ุนูŽู†ู’ู‡ู ู…ูุซู’ู„ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ .ุง ู‡ู€ . (ุฑุฏ ุงู„ู…ุญุชุงุฑ โ€“ ุฌ 6 / ุต 406)
โ€œBab tentang menghadiahkan pahala al-Quran untuk Nabi Saw. Ibnu Hajar al-Haitami menyebut dalam al-Fatawa al-Fiqhiyah bahwa al-Hafidz Ibnu Taimiyah menyangka larangan menghadiahkan bacaan al-Quran untuk Nabi Saw, dengan alasan kedudukan Nabi yang mulia tidak boleh dilangkahi kecuali dengan yang disyariatkan, yakni salawat dan permintaan derajat Wasilah bagi Nabi, Ibnu Hajar berkata: โ€œas-Subki dan lainnya membantah Ibnu Taimiyah, bahwa dalam masalah kirim pahala ini tidak perlu izin khusus. Tidakkah anda lihat Ibnu Umar melakukan umrah beberapa kali untuk Nabi Saw setelah beliau tanpa wasiat, Ibnu al-Muwaffiq melakukan haji atas nama Nabi sebanyak 70 kali, Ibnu as-Siraj mengkhatamkan untuk Nabi lebih dari 10000 kali khataman dan menyembelih qurban untuk beliau sebanyak ituโ€ (Radd al-Mukhtar, 6/406)
  • Madzhab Maliki (Makruh, tapi ada yang mengatakan Boleh):
ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ุตูŽุฑู‘ูŽุญูŽ ุจูŽุนู’ุถู ุฃูŽุฆูู…ู‘ูŽุชูู†ูŽุง ุจูุฃูŽู†ู‘ูŽ ู‚ูุฑูŽุงุกูŽุฉูŽ ุงู„ู’ููŽุงุชูุญูŽุฉู ุฃูŽูŠู’ ู…ูŽุซูŽู„ู‹ุง ูˆูŽุฅูู‡ู’ุฏูŽุงุกูŽ ุซูŽูˆูŽุงุจูู‡ูŽุง ู„ูู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู…ูŽูƒู’ุฑููˆู‡ูŒ ูˆูŽุณูุฆูู„ูŽ ุงุจู’ู†ู ุญูŽุฌูŽุฑู ุนูŽู…ู‘ูŽู†ู’ ู‚ูŽุฑูŽุฃูŽ ุดูŽูŠู’ุฆู‹ุง ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ู ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ูููŠ ุฏูุนูŽุงุฆูู‡ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุงุฌู’ุนูŽู„ู’ ุซูŽูˆูŽุงุจูŽ ู…ูŽุง ู‚ูŽุฑูŽุฃู’ุชูู‡ู ุฒููŠูŽุงุฏูŽุฉู‹ ูููŠ ุดูŽุฑูŽูู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ููŽุฃูŽุฌูŽุงุจูŽ ุจูุฃูŽู†ู‘ูŽ ู‡ูŽุฐูŽุง ู…ูุฎู’ุชูŽุฑูŽุนูŒ ู…ูู†ู’ ู…ูุชูŽุฃูŽุฎู‘ูุฑููŠ ุงู„ู’ู‚ูุฑู‘ูŽุงุกู ู„ูŽุง ุฃูŽุนู’ู„ูŽู…ู ู„ูŽู‡ูู…ู’ ูููŠู‡ู ุณูŽู„ูŽูู‹ุง ูˆูŽู†ูŽุญู’ูˆูู‡ู ู„ูุฒูŽูŠู’ู†ู ุงู„ุฏู‘ููŠู†ู ุงู„ู’ูƒูุฑู’ุฏููŠู ููŽุงูŽู„ู‘ูŽุฐููŠ ูŠูŽู†ู’ุจูŽุบููŠ ู…ูŽุง ูˆูŽุฑูŽุฏูŽ ุจูู‡ู ุงู„ุดู‘ูŽุฑู’ุนู ูƒูŽุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูุคูŽุงู„ู ุงู„ู’ูˆูŽุณููŠู„ูŽุฉู ู„ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูˆูŽูƒูŽุซููŠุฑูŒ ู…ูู†ู’ ุงู„ุตู‘ููˆูููŠู‘ูŽุฉู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฌูŽูˆูŽุงุฒู ูˆูŽุงูŽู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุฃูŽุนู’ู„ูŽู…ู . (ุญุงุดูŠุฉ ุงู„ุฏุณูˆู‚ูŠ ุนู„ู‰ ุงู„ุดุฑุญ ุงู„ูƒุจูŠุฑ - ุฌ 5 / ุต 296)
โ€œSebagian imam-imam kita menjelaskan bahwa membaca al-Fatihah, misalnya, dan menghadiahkan pahalanya untuk Nabi Saw adalah makruh. Ibnu Hajar ditanya tentang seseorang yang membaca ayat dari al-Quran dan berdoa: Ya Allah, jadikan pahala doa yang saya baca sebagai tambahan kemuliaan Nabi Saw, Ibnu Hajar menjawab: โ€œIni adalah sesuatu yang dibuat oleh generasi akhir ahli qiraโ€™ah. Tidak saya ketahui dalam masalah ini dari ulama Salaf.โ€ Pendapat yang sama dari Zainuddin al-Kurdi: โ€œSeyogyanya melakukan sesuatu yang disyariatkan seperti salawat dan permintaan wasilah untuk Nabi Sawโ€. Dan banyak dari kalangan Shufi yang memperbolehkanโ€ (Hasyiah ad-Dasuqi ala asy-Syarh al-Kabir 5/296)


Oleh : Ustadz Muhammad Ma'ruf Khozin
(Narasumber Hujjah Aswaja di TV9 Surabaya / Wakil Katib Syuriah PCNU Surabaya)
โ†ง

Puasa Bulan Rajab dan Pendapat Ulama

$
0
0
Puasa Rajab dan Pendapat Ulama Ahlussunnah Wal Jama'ah
Muslimedianews.com ~ Ahli hadis yang diberi gelar Amirul Mu'minin fil Hadis, al-Hafidz Ibnu Hajar, telah mengarang sebuah kitab Tabyin al-'Ajab fi Ma Warada fi Fadhli Rajab yang mengulas tentang dalil-dalil hadis keutamaan bulan Rajab dengan menjelaskan hadis-hadis yang sahih dan dlaif bahkan maudlu' (palsu), begitu pula tentang dalil puasa di bulan Rajab.

Di awal pembahasannya, al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:"Tidak ada dalil sahih secara khusus untuk berpuasa dan ibadah malam di bulan Rajab". Namun Ibnu Hajar mengulas beberapa hadis yang secara umum memberi indikasi keutamaan puasa di bulan Rajab.

Pertama hadis Usamah bin Zaid, ia bertanya kepada Rasulullah Saw:

ู‚ูู„ู’ุช ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ ู„ูŽู…ู’ ุฃูŽุฑูŽูƒ ุชูŽุตููˆู…ู ู…ูู†ู’ ุดูŽู‡ู’ุฑ ู…ูู†ู’ ุงู„ุดู‘ูู‡ููˆุฑ ู…ูŽุง ุชูŽุตููˆู… ู…ูู†ู’ ุดูŽุนู’ุจูŽุงู† ุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ : ุฐูŽู„ููƒูŽ ุดูŽู‡ู’ุฑูŒ ูŠูŽุบู’ููู„ู ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณ ุนูŽู†ู’ู‡ู ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุฑูŽุฌูŽุจู ูˆูŽุฑูŽู…ูŽุถูŽุงู† ุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุดูŽู‡ู’ุฑ ุชูุฑู’ููŽุนู ูููŠู‡ู ุงู„ู’ุฃูŽุนู’ู…ูŽุงู„ ุฅูู„ูŽู‰ ุฑูŽุจู‘ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู†ูŽ ููŽุฃูุญูุจู‘ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูุฑู’ููŽุนูŽ ุนูŽู…ูŽู„ููŠ ูˆูŽุฃูŽู†ูŽุง ุตูŽุงุฆูู…ูŒ
"Wahai Rasulullah, saya tidak menjumpai Engkau berpuasa di bulan-bulan yang lain sebagaimana Engkau berpuasa di bulan Sya'ban. Rasulullah menjawab: "Sya'ban adalah bulan yang dilupakan oleh orang-orang antara bulan Rajab dan Ramadlan. Bulan Sya'ban adalah bulan laporan amal kepada Allah. Maka saya senang amal saya dilaporkan sementara saya dalam kondisi berpuasa" (HR Nasai, Abu Dawud dan disahihkan oleh Ibnu Khuzaimah. Baca Fathul Bari Syarah Sahih Bukhari karya al-Hafidz Ibnu Hajar, VI/238. Ibnu Hajar juga menilainya sahih)

al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:

ููŽู‡ูŽุฐูŽุง ูููŠู’ู‡ู ุฅูุดู’ุนูŽุงุฑูŒ ุจูุฃูŽู†ู‘ูŽ ูููŠ ุฑูŽุฌูŽุจูŽ ู…ูุดูŽุงุจูŽู‡ูŽุฉู‹ ุจูุฑูŽู…ูŽุถูŽุงู†ูŽุŒ ูˆูŽุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณูŽ ูŠูŽุดู’ุชูŽุบูู„ููˆู’ู†ูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุนูุจูŽุงุฏูŽุฉู ุจูู…ูŽุง ูŠูŽุดู’ุชูŽุบูู„ููˆู’ู†ูŽ ุจูู‡ู ูููŠ ุฑูŽู…ูŽุถูŽุงู†ูŽุŒ ูˆูŽูŠูŽุบู’ููู„ููˆู’ู†ูŽ ุนูŽู†ู’ ู†ูŽุธููŠู’ุฑู ุฐู„ููƒูŽ ูููŠ ุดูŽุนู’ุจูŽุงู†ูŽ. ู„ูุฐูŽู„ููƒูŽ ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูŽุตููˆู’ู…ูู‡ู. ูˆูŽูููŠู’ ุชูŽุฎู’ุตููŠู’ุตูู‡ู ุฐูŽู„ููƒูŽ ุจูุงู„ุตู‘ูŽูˆู’ู…ู - ุฅูุดู’ุนูŽุงุฑูŒ ุจูููŽุถู’ู„ู ุฑูŽุฌูŽุจูŽุŒ ูˆูŽุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ูƒูŽุงู†ูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุนู’ู„ููˆู’ู…ู ุงู„ู’ู…ูู‚ูŽุฑู‘ูŽุฑู ู„ูŽุฏูŽูŠู’ู‡ูู…ู’.
"Hadis ini memberi penjelasan bahwa bulan Rajab dan Ramadlan memiliki kesamaan dalam hal keutamaan. Dan Rasulullah yang menyebut secara khusus tentang puasa juga memberi penjelasan tentang keutamaan Rajab" (Tabyin al-Ajab hal. 2)

Kedua hadis seorang sahabat yang meminta kepada Nabi agar diperintah melakukan puasa, maka Nabi bersabda:

ุนูŽู†ู’ ู…ูุฌููŠุจูŽุฉูŽ ุงู„ู’ุจูŽุงู‡ูู„ููŠู‘ูŽุฉู ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠู‡ูŽุง ุฃูŽูˆู’ ุนูŽู…ู‘ูู‡ูŽุง ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ุฃูŽุชูŽู‰ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู -ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…- ุซูู…ู‘ูŽ ุงู†ู’ุทูŽู„ูŽู‚ูŽ ููŽุฃูŽุชูŽุงู‡ู ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุณูŽู†ูŽุฉู ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ุชูŽุบูŽูŠู‘ูŽุฑูŽุชู’ ุญูŽุงู„ูŽุชูู‡ู ูˆูŽู‡ูŽูŠู’ุฆูŽุชูู‡ู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุฃูŽู…ูŽุง ุชูŽุนู’ุฑูููู†ูู‰ ู‚ูŽุงู„ูŽ ยซ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ยป. ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽู†ูŽุง ุงู„ู’ุจูŽุงู‡ูู„ูู‰ู‘ู ุงู„ู‘ูŽุฐูู‰ ุฌูุฆู’ุชููƒูŽ ุนูŽุงู…ูŽ ุงู„ุฃูŽูˆู‘ูŽู„ู. ู‚ูŽุงู„ูŽ ยซ ููŽู…ูŽุง ุบูŽูŠู‘ูŽุฑูŽูƒูŽ ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ูƒูู†ู’ุชูŽ ุญูŽุณูŽู†ูŽ ุงู„ู’ู‡ูŽูŠู’ุฆูŽุฉู ยป. ู‚ูŽุงู„ูŽ ู…ูŽุง ุฃูŽูƒูŽู„ู’ุชู ุทูŽุนูŽุงู…ู‹ุง ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุจูู„ูŽูŠู’ู„ู ู…ูู†ู’ุฐู ููŽุงุฑูŽู‚ู’ุชููƒูŽ. ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู -ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…- ยซ ู„ูู…ูŽ ุนูŽุฐู‘ูŽุจู’ุชูŽ ู†ูŽูู’ุณูŽูƒูŽ ยป. ุซูู…ู‘ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ยซ ุตูู…ู’ ุดูŽู‡ู’ุฑูŽ ุงู„ุตู‘ูŽุจู’ุฑู ูˆูŽูŠูŽูˆู’ู…ู‹ุง ู…ูู†ู’ ูƒูู„ู‘ู ุดูŽู‡ู’ุฑู ยป. ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฒูุฏู’ู†ูู‰ ููŽุฅูู†ู‘ูŽ ุจูู‰ ู‚ููˆู‘ูŽุฉู‹. ู‚ูŽุงู„ูŽ ยซ ุตูู…ู’ ูŠูŽูˆู’ู…ูŽูŠู’ู†ู ยป. ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฒูุฏู’ู†ูู‰. ู‚ูŽุงู„ูŽ ยซ ุตูู…ู’ ุซูŽู„ุงูŽุซูŽุฉูŽ ุฃูŽูŠู‘ูŽุงู…ู ยป. ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฒูุฏู’ู†ูู‰. ู‚ูŽุงู„ูŽ ยซ ุตูู…ู’ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุญูุฑูู…ู ูˆูŽุงุชู’ุฑููƒู’ ุตูู…ู’ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุญูุฑูู…ู ูˆูŽุงุชู’ุฑููƒู’ ุตูู…ู’ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุญูุฑูู…ู ูˆูŽุงุชู’ุฑููƒู’ ยป. ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุจูุฃูŽุตูŽุงุจูุนูู‡ู ุงู„ุซู‘ูŽู„ุงูŽุซูŽุฉู ููŽุถูŽู…ู‘ูŽู‡ูŽุง ุซูู…ู‘ูŽ ุฃูŽุฑู’ุณูŽู„ูŽู‡ูŽุง
"Puasalah di bulan Sabar (Ramadlan) dan dua hari setiap bulan". Sahabat berkata: โ€Tambahkanlah Nabi, saya masih mampu". Nabi bersabda: "Puasalah tiga hari". Sahabat berkata: "Tambahkanlah Nabi". Maka Nabi bersabda: "Puasalah di bulan-bulan mulia dan tinggalkan. Puasalah di bulan-bulan mulia dan tinggalkan. Puasalah di bulan-bulan mulia dan tinggalkan (diulang tiga kali. Rasulullah menggenggam tangannya lalu melepaskannya)" (HR Ahmad No 20338, Abu Dawud No 2428, Ibnu Majah No 1741, Nasai dalam Sunan al-Kubra No 2743, Thabrani No 18336 dan al Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman No 3738)

al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:

ููŽูููŠ ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู’ู„ุฎูŽุจูŽุฑู โ€“ ูˆูŽุฅู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ูููŠ ุฅูุณู’ู†ูŽุงุฏูู‡ู ู…ูŽู†ู’ ู„ุงูŽ ูŠูุนู’ุฑูŽูู - ู…ูŽุง ูŠูŽุฏูู„ู‘ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงุณู’ุชูุญู’ุจูŽุงุจู ุตููŠูŽุงู…ู ุจูŽุนู’ุถู ุฑูŽุฌูŽุจูŽุŒ ู„ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ุฃูŽุญูŽุฏู ุงู’ู„ุฃูŽุดู’ู‡ูุฑู ุงู’ู„ุญูุฑูู…ู
"Hadis ini menunjukkan anjuran puasa sebagian bulan Rajab. Sebab bulan Rajab adalah salah satu bulan yang mulia (Asyhur al-Hurum sebagaimana dalam at-Taubah 36 diatas)"

Sebagian ulama ada yang menilai hadis ini dlaif, misalnya Syaikh Syu'aib al-Arnauth, dengan alasan bahwa Mujibah al-Bahiliyah 'tidak diketahui' (La Yu'rafu).

Dan yang dimaksud bahwa Rasulullah bersabda sebanyak puasa 3 kali, menunjukkan bahwa yang sunah puasa di bulan Rajab adalah sebanyak 3 hari.

Sedangkan riwayat atsar dari Sahabat yang seolah tidak ada anjuran berpuasa di bulan Rajab juga segera direspon oleh Ulama ahli hadis, misalnya riwayat berikut ini: "Utsman bin Hakim al-Anshari bertanya kepada Said bin Jubair tentang puasa Rajab (saat itu sedang di bulan Rajab). Said menjawab: Saya mendengar Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah Saw berpuasa sehingga kami berkata: Rasulullah tidak berbuka. Dan Rasul berbuka sehingga kami berkata: Rasulullah tidak berpuasa" (HR Muslim No 2782)

Imam an-Nawawi menjawab:

ุงู„ุธู‘ูŽุงู‡ูุฑ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ู…ูุฑูŽุงุฏ ุณูŽุนููŠุฏ ุจู’ู† ุฌูุจูŽูŠู’ุฑ ุจูู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ูุงุณู’ุชูุฏู’ู„ูŽุงู„ ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽุง ู†ูŽู‡ู’ูŠูŽ ุนูŽู†ู’ู‡ู ุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ู†ูŽุฏู’ุจ ูููŠู‡ู ู„ูุนูŽูŠู’ู†ูู‡ู ุŒ ุจูŽู„ู’ ู„ูŽู‡ู ุญููƒู’ู… ุจูŽุงู‚ููŠ ุงู„ุดู‘ูู‡ููˆุฑ ุŒ ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุซู’ุจูุช ูููŠ ุตูŽูˆู’ู… ุฑูŽุฌูŽุจ ู†ูŽู‡ู’ูŠูŒ ูˆูŽู„ูŽุง ู†ูŽุฏู’ุจูŒ ู„ูุนูŽูŠู’ู†ูู‡ู ุŒ ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ู‘ูŽ ุฃูŽุตู’ู„ูŽ ุงู„ุตู‘ูŽูˆู’ู…ู ู…ูŽู†ู’ุฏููˆุจูŒ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุŒ ูˆูŽูููŠ ุณูู†ูŽู† ุฃูŽุจููŠ ุฏูŽุงูˆูุฏูŽ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู†ูŽุฏูŽุจูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ุตู‘ูŽูˆู’ู… ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ุฃูŽุดู’ู‡ูุฑ ุงู„ู’ุญูุฑูู… ุŒ ูˆูŽุฑูŽุฌูŽุจ ุฃูŽุญูŽุฏู‡ูŽุง . ูˆูŽุงูŽู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุฃูŽุนู’ู„ูŽู…ู . (ุดุฑุญ ุงู„ู†ูˆูˆูŠ ุนู„ู‰ ู…ุณู„ู… - ุฌ 4 / ุต 167)
"Yang dimaksud dengan jawaban Said bin Jubair adalah tidak ada larangan untuk berpuasa di bulan Rajab dan tidak ada anjuran secara khusus untuk puasa di bulan tersebut. Tetapi Rajab sama dengan bulan yang lainnya. Namun sebenarnya hakikat puasa adalah sunah. Di dalam Sunan Abi Dawud dijelaskan bahwa Rasulullah Saw menganjurkan puasa di bulan-bulan Haram (Bulan Mulia), dan Rajab adalah salah satunya" (Syarah Muslim IV/167)

Begitu pula jawaban dari al-Hafidz as-Suyuthi, bahkan beliau meriwayatkan atsar yang lain, yaitu Abu Qilabah berkata:

ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุซู’ุจูุชู’ ูููŠ ุตูŽูˆู’ู…ู ุฑูŽุฌูŽุจูŽ ู†ูŽู‡ู’ูŠูŒ ูˆูŽู„ุงูŽ ู†ูŽุฏู’ุจูŒ ุจูุนูŽูŠู’ู†ูู‡ู ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ู’ ุฃูŽุตู’ู„ู ุงู„ุตู‘ู‹ูˆู’ู…ู ู…ูŽู†ู’ุฏููˆู’ุจูŒ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽูููŠ ุณูู†ูŽู†ู ุฃูŽุจููŠ ุฏูŽุงูˆูุฏูŽ ุฃู†ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู†ูŽุฏูŽุจูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ุตู‘ูŽูˆู’ู…ู ู…ูู†ูŽ ุงู’ู„ุฃูŽุดู’ู‡ูุฑู ุงู’ู„ุญูุฑูู…ู ูˆูŽุฑูŽุฌูŽุจู ุฃูŽุญูŽุฏูู‡ูŽุง ุงูู†ู’ุชูŽู‡ูŽู‰ ู‚ูู„ู’ุชูŽ ูˆูŽุฑูŽูˆูŽู‰ ุงู„ู’ุจูŽูŠู’ู‡ูŽู‚ููŠ ูููŠ ุดูุนูŽุจู ุงู’ู„ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‚ูู„ุงูŽุจูŽุฉูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ูููŠ ุงู„ู’ุฌูŽู†ู‘ูŽุฉู ู‚ูŽุตู’ุฑูŒ ู„ูุตููˆู‘ูŽุงู…ู ุฑูŽุฌูŽุจูŽ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ู‡ูŽุฐูŽุง ุฃูŽุตูŽุญู‘ู ู…ูŽุง ูˆูŽุฑูŽุฏูŽ ูููŠ ุตูŽูˆู’ู…ู ุฑูŽุฌูŽุจูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ูˆูŽุฃุจููˆู’ ู‚ูู„ุงูŽุจูŽุฉูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุชู‘ูŽุงุจูุนููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽู…ูุซู’ู„ูู‡ู ู„ุงูŽ ูŠูŽู‚ูŒููˆู’ู„ู ุฐูŽู„ููƒูŽ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุนูŽู†ู’ ุจูŽู„ุงูŽุบู ู…ูู…ู‘ูŽู†ู’ ููŽูˆู’ู‚ูŽู‡ู ุนูŽู…ู‘ูŽู†ู’ ูŠูŽุฃู’ุชููŠู’ู‡ู ุงู„ู’ูˆูŽุญู’ูŠู (ุงู„ุฏูŠุจุงุฌ ุนู„ู‰ ู…ุณู„ู… ุฌ 3 / ุต 238)
"Di surga ada istana yang diperuntukkan bagi orang-orang yang berpuasa di bulan Rajab". Ahmad (bin Hanbal) berkata: "Kendatipun diwayat ini mauquf pada Abu Qilabah, sementara dia adalah Tabi'in, namun hal semacam ini hanya diucapkan oleh seorang yang menerima wahyu (Rasulullah Saw)". Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syu'ab al-iman No 3641 dan disahihkan oleh al-Hafidz as-Suyuthi dalam ad-Dibaj Syarah Sahih Muslim bin Hajjaj III/238.

Memang telah banyak hadis palsu (maudlu') yang popular tentang puasa Rajab yang harus dihindari. Misalnya: "Barang siapa berpuasa 1 hari di bulan Rajab karena iman dan mengharap pahala, maka akan mendapatkan ridlo Allah yang paling agung dan ditempatkan di surga Firdausโ€ฆ." Di dalam sanadnya terdapat Hasan an-Naqqasy, Ibnu Hajar berkata: Ia pemalsu hadis (wadldla' Dajjal). Begitu pula: "Barangsiapa yang berpuasa 3 hari di bulan Rajab, maka Allah mencatatnya seperti puasa 1 bulanโ€ฆ" Di dalam sanadnya terdapat Amru bin Azhari yang dituduh dusta oleh Yahya bin Ma'in dan lainnya.

Puasa Rajab Dalam Pandangan 4 Madzhab Aswaja

Syaikh Abdurrahman al-Jaziri menjelaskan dalam kitabnya yang menghimpun 4 madzhab Ahlisunnah wal Jamaah, pendapat para ulama mengenai puasa bulan Rajab, beliau berkata:

ูŠูู†ู’ุฏูŽุจู ุตูŽูˆู’ู…ู ุดูŽู‡ู’ุฑู ุฑูŽุฌูŽุจูŽ ูˆูŽุดูŽุนู’ุจูŽุงู†ูŽ ุจูุงุชู‘ูููŽุงู‚ู ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุฆูู…ู‘ูŽุฉู ูˆูŽุฎูŽุงู„ูŽููŽ ุงู„ู’ุญูŽู†ูŽุงุจูู„ูŽุฉู ( ุงู„ู’ุญูŽู†ูŽุงุจูู„ูŽุฉู ู‚ูŽุงู„ููˆู’ุง : ุฅููู’ุฑูŽุงุฏู ุฑูŽุฌูŽุจูŽ ุจูุงู„ุตู‘ูŽูˆู’ู…ู ู…ูŽูƒู’ุฑููˆู’ู‡ูŒ ุฅูู„ู‘ูŽุง ุฅูุฐูŽุง ุฃูŽูู’ุทูŽุฑูŽ ูููŠ ุฃูŽุซู’ู†ูŽุงุฆูู‡ู ููŽู„ูŽุง ูŠููƒู’ุฑูŽู‡ู ) (ุงู„ูู‚ู‡ ุนู„ู‰ ุงู„ู…ุฐุงู‡ุจ ุงู„ุฃุฑุจุนุฉ โ€“ ุฌ 1 / ุต 895)
โ€œDianjurkan puasa bulan Rajab dan Syaโ€™ban, berdasarkan kesepakatan 3 madzhab (Hanafi, Maliki dan Syafii). Sedangkan madzhab Hanbali berbeda. Mereka berkata: Mengkhususkan bulan Rajab dengan berpuasa adalah makruh, kecuali tidak melakukan puasa di bulan Rajab secara penuh selama 1 bulanโ€ (al-Fiqh ala Madzahib al-Arbaโ€™ah 1/895)

Mengenai bulan-bulan 4 yang mulia diatas, Syaikh Abdurrahman al-Jaziri kembali menjelaskan pandangan ulama 4 madzhab sebagai berikut:

ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุงู„ู’ุฃูŽุดู’ู‡ูุฑู ุงู„ู’ุญูุฑูู…ู ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนูŒ : ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉูŒ ู…ูุชูŽูˆูŽุงู„ููŠูŽุฉูŒ ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุฐููˆู’ ุงู„ู’ู‚ูŽุนู’ุฏูŽุฉู ูˆูŽุฐููˆู’ ุงู„ู’ุญูุฌู‘ูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุญูŽุฑู‘ูŽู…ู ูˆูŽูˆูŽุงุญูุฏูŒ ู…ูู†ู’ููŽุฑูุฏูŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุฑูŽุฌูŽุจู ููŽุฅูู†ู‘ูŽ ุตููŠูŽุงู…ูŽู‡ูŽุง ู…ูŽู†ู’ุฏููˆู’ุจูŒ ุนูู†ู’ุฏูŽ ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุฆูู…ู‘ูŽุฉู ูˆูŽุฎูŽุงู„ูŽููŽ ุงู„ู’ุญูŽู†ูŽูููŠู‘ูŽุฉู ( ุงู„ู’ุญูŽู†ูŽูููŠู‘ูŽุฉู ู‚ูŽุงู„ููˆู’ุง : ุงู„ู’ู…ูŽู†ู’ุฏููˆู’ุจู ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุดู’ู‡ูุฑู ุงู„ู’ุญูุฑูู…ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุตููˆู’ู…ูŽ ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉูŽ ุฃูŽูŠู‘ูŽุงู…ู ู…ูู†ู’ ูƒูู„ู‘ู ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ูˆูŽู‡ููŠูŽ : ุงู„ู’ุฎูŽู…ููŠู’ุณู ูˆูŽุงู„ู’ุฌูู…ู’ุนูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุณู‘ูŽุจู’ุชู ) (ุงู„ูู‚ู‡ ุนู„ู‰ ุงู„ู…ุฐุงู‡ุจ ุงู„ุฃุฑุจุนุฉ โ€“ ุฌ 1 / ุต 895)
โ€œAdapun bulan-bulan mulia, yaitu 4 bulan, Dzulqaโ€™dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab, maka melakukan puasa di bulan-bulan tersebut adalah sunah menurut 3 madzhab, yakni Maliki, Syafii dan Hanbali. Adapun madzhab Hanafi berkata: Yang sunah dalam berpuasa di bulan-bulan mulia tersebut adalah berpuasa sebanyak 3 hari, yaitu hari Kamis, Jumat dan Sabtuโ€ (al-Fiqh ala Madzahib al-Arbaโ€™ah 1/895)

Secara terperinci berikut adalah pendapat para ulama madzhab Ahlissunnah:

A. Madzhab Hanafi
ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽ ุตูŽูˆู’ู…ูŽ ุฑูŽุฌูŽุจูŽ ูƒูŽุงู†ูŽ ู…ูŽุดู’ุฑููˆุนู‹ุง (ุงู„ู…ุจุณูˆุท ุงุจูˆ ุจูƒุฑ ุงู„ุณุฑุฎุณูŠ- ุฌ 4 / ุต 72)
โ€œPuasa Rajab adalah disyariatkanโ€ (Abu Bakar as-Sarakhsi dalam al-Mabsut, 4/72)

B. Madzhab Maliki
ูˆูŽู†ูุฏูุจูŽ ุตูŽูˆู’ู…ู ุจูŽู‚ููŠู‘ูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูุญูŽุฑู‘ูŽู…ู ูˆูŽุตูŽูˆู’ู…ู ุฑูŽุฌูŽุจู ูˆูŽุดูŽุนู’ุจูŽุงู†ูŽ ูˆูŽู†ูุฏูุจูŽ ุตูŽูˆู’ู…ู ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู†ู‘ูุตู’ูู ู…ูู†ู’ ุดูŽุนู’ุจูŽุงู†ูŽ ู„ูู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุฑูŽุงุฏูŽ ุงู„ูุงู‚ู’ุชูุตูŽุงุฑูŽ (ุญุงุดูŠุฉ ุงู„ุตุงูˆูŠ ุนู„ู‰ ุงู„ุดุฑุญ ุงู„ุตุบูŠุฑ โ€“ ุฌ 3 / ุต 251)
โ€œDisunahkan puasa di bulan-bulan mulia, puasa bulan Rajab, Syaโ€™ban dan puasa di pertengahan Syaโ€™ban yang yang ingin meringkasnyaโ€ (Syaikh ash-Shawi dalam Syarah ash-Shaghir 3/251)
C. Madzhab Syafii
ู‚ููŠู’ู„ูŽ: ูˆูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุจูุฏูŽุนู ุตูŽูˆู’ู…ู ุฑูŽุฌูŽุจูŽุŒ ูˆูŽู„ูŽูŠู’ุณูŽ ูƒูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ุจูŽู„ู’ ู‡ููˆูŽ ุณูู†ู‘ูŽุฉูŒ ููŽุงุถูู„ูŽุฉูŒุŒ ูƒูŽู…ูŽุง ุจูŽูŠู‘ูŽู†ู’ุชูู‡ู ูููŠ ุงู„ู’ููŽุชูŽุงูˆููŠ ูˆูŽุจูŽุณูŽุทู’ุชู ุงู„ู’ูƒูŽู„ูŽุงู…ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู (ุฅุนุงู†ุฉ ุงู„ุทุงู„ุจูŠู† - ุฌ 1 / ุต 313)
โ€œDikatakan bahwa puasa Rajab adalah bidโ€™ah, maka itu tidak benar, bahkan suatu kesunahan yang utama sebagaimana saya terangkan dalam kitab al-Fatawi karya Ibnu Hajar al-Haitamiโ€ (Syaikh Abu Bakar ad-Dimyathi dalam Ianatut Thalibin 1/313)

D. Madzhab Hanbali
ู‚ูŽุงู„ูŽ ูููŠ ุงู„ู’ููุฑููˆุนู : ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฐู’ูƒูุฑู’ ุฃูŽูƒู’ุซูŽุฑู ุงู„ู’ุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจู ุงุณู’ุชูุญู’ุจูŽุงุจูŽ ุตูŽูˆู’ู…ู ุฑูŽุฌูŽุจู ูˆูŽุดูŽุนู’ุจูŽุงู†ูŽ . ูˆูŽุงุณู’ุชูŽุญู’ุณูŽู†ูŽู‡ู ุงุจู’ู†ู ุฃูŽุจููŠ ู…ููˆุณูŽู‰ ูููŠ ุงู„ู’ุฅูุฑู’ุดูŽุงุฏู . ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงุจู’ู†ู ุงู„ู’ุฌูŽูˆู’ุฒููŠู‘ู ูููŠ ูƒูุชูŽุงุจู ุฃูŽุณู’ุจูŽุงุจู ุงู„ู’ู‡ูุฏูŽุงูŠูŽุฉู : ูŠูุณู’ุชูŽุญูŽุจู‘ู ุตูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู’ุฃูŽุดู’ู‡ูุฑู ุงู„ู’ุญูุฑูู…ู ูˆูŽุดูŽุนู’ุจูŽุงู†ูŽ ูƒูู„ู‘ูู‡ู ุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุธูŽุงู‡ูุฑู ู…ูŽุง ุฐูŽูƒูŽุฑูŽู‡ู ุงู„ู’ู…ูŽุฌู’ุฏู ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุดู’ู‡ูุฑู ุงู„ู’ุญูุฑูู…ู ุŒ ูˆูŽุฌูŽุฒูŽู…ูŽ ุจูู‡ู ูููŠ ุงู„ู’ู…ูุณู’ุชูŽูˆู’ุนูุจู ุŒ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ : ุขูƒูŽุฏู ุดูŽุนู’ุจูŽุงู†ูŽ ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู†ู‘ูุตู’ูู ุŒ ูˆูŽุงุณู’ุชูŽุญูŽุจู‘ูŽ ุงู„ู’ุขุฌูุฑู‘ููŠู‘ู ุตูŽูˆู’ู…ูŽ ุดูŽุนู’ุจูŽุงู†ูŽ ุŒ ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฐู’ูƒูุฑู’ ุบูŽูŠู’ุฑูŽู‡ู ุŒ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ุดู‘ูŽูŠู’ุฎู ุชูŽู‚ููŠู‘ู ุงู„ุฏู‘ููŠู†ู : ูููŠ ู…ูŽุฐู’ู‡ูŽุจู ุฃูŽุญู’ู…ูŽุฏูŽ ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ู†ูุฒูŽุงุนูŒ . ู‚ููŠู„ูŽ : ูŠูุณู’ุชูŽุญูŽุจู‘ู ุตูŽูˆู’ู…ู ุฑูŽุฌูŽุจู ูˆูŽุดูŽุนู’ุจูŽุงู†ูŽ ุŒ ูˆูŽู‚ููŠู„ูŽ : ูŠููƒู’ุฑูŽู‡ู (ุงู„ุฅู†ุตุงู ุนู„ูŠ ุจู† ุณู„ูŠู…ุงู† ุงู„ู…ุฑุฏุงูˆูŠ - ุฌ 5 / ุต 500)
โ€œIbnu Muflih berkata dalam kitab al-Furuโ€™: Kebanyakan ulama Hanbali tidak menyebutkan kesunahan puasa bulan Rajab dan Syaโ€™ban. Sedangkan Syaikh Ibnu Abi Musa dalam kitabnya al-Irsyad menilainya sebagai sesuatu yang bagus. Ibnu al-Jauzi berkata dalam kitab Asbab al-Hidayah: Dianjurkan berpuasa di bulan-bulan mulia dan bulan Syaโ€™ban keseluruhannya. Ini adalah pendapat yang disebutkan oleh al-Majdu tentang bulan-bulan mulia. Syaikh Taqiyuddin (Ibnu Taimiyah berkata): Dalam Madzhab Imam Ahmad dan lainnya ada perbedaan pendapat dalam masalah ini. Ada yang mengatakan sunah puasa Rajab dan Syaโ€™ban dan ada yang mengatakan makruhโ€ (Syaikh Ali bin Sulaiman al-Marwadi dalam al-Inshaf 5/500)


Oleh : Ustadz Muhammad Ma'ruf Khozin
(Narasumber Hujjah Aswaja di TV9 Suarabaya)
โ†ง

Mantan Anggota MTA jadi Perintis Radio NU Soloraya

$
0
0
Muslimedianews.com, Karanganyar~ Kiai Parsono Agus waluyo saat ini dikenal sebagai salah satu tokoh penggerak NU di kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar selain dakwahnya lewat radio, majalah, dan kaset. Ia mempunyai jamaโ€™ah pengajian rutinan yang tersebar di berbagai daerah di Kabupaten Karanganyar. Namun siapa sangka kiai yang menjadi perintis berdirinya radio NU di Soloraya ini dulunya adalah anggota Majelis Tafsir Al-Qurโ€™an (MTA), salah satu organisasi yang sering bersebrangan dengan NU.

โ€œDahulu saya sekolah STM saja, kemudian saya di datangi oleh para santri yang tergabung dalam ISKAR (Ikatan Santri Karanganyar) dan diajak untuk nyantri di pesantren. Awalnya ajakan tesebut saya abaikan dan saya memilih untuk ikut MTA,โ€ ujar kiai Parsono saat bercerita di kediaman NU Online, Selasa (29/4/2014).

Tetapi saya salut dengan kegigihan ISKAR pada saat itu, meski sudah mengetahui bahwa saya telah ikut MTA, mereka tak segan mendatangi saya lagi dan mengajak untuk nyantri dengan ajakan yang baik dan menarik, lanjutnya.

Hingga akhirnya saya terbujuk untuk nyantri di pesantren Ringin Agung Pare Kediri Jawa Timur. Di pesantren saya mengembangkan ketrampilan elektro yang saya peroleh dengan membuat radio, Alhamdulillah usai boyong dari pesantren radiolah yang menjadi salah satu sarana dakwah NU yang saya lakukan.

Dan brosur serta rekaman selama saya MTA pun saat ini masih ada, namun saya tak ingin memperdebatkannya karena yang terpenting saat ini adalah terus memasang strategi untuk mengembangkan dakwah Aswaja ala NU, pungkasnya. (Ahmad Rosyidi/Anam)


Sumber : nu.or.id
โ†ง
Viewing all 6981 articles
Browse latest View live


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>